• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV BAB IV Bab ini berisi tentang penyajian data dan analisis data, yang terdiri dari gambaran obyek penelitian, penyajian data dan analisis, serta

B. Kajian Teori

a. Pengertian Analisis Wacana

Kata wacana dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mencangkup dalam tiga hal. Pertama: ucapan, percakapan, dan tutur kata. Kedua:

keseluruhan tutur atau cakap yang merupakan kesatuan. Ketiga: satuan bahasa terbesar, terlengkap, dan terealisasi pada bentuk karangan utuh

21

seperti novel, buku, artikel.20 Wacana merupakan salah satu kajian dalam ilmu linguistik yakni bagian dari kajian pragmatik. Wacana dalam bahasa inggris disebut discourse diartikan sebagai ungkapan dalam suatu interaksi komunikasi.21

Stubbs mengatakan bahwa analisis wacana merupakan suatu kajian yang meneliti dan menganalisis bahasa yang digunakan secara alamiah, baik lisan atau tulis, misalnya pemakaian bahasa dalam sehari-hari.22 Dalam peristiwa komunikasi secara lisan, dapat dilihat bahwa wacana sebagai proses komunikasi antara penyapa dan pesapa, sedangkan dalam komunikasi secara tulis, wacana dapat dilihat sebagai hasil dari pengungkapan idea/gagasan penyapa. Disiplin ilmu yang mempelajari wacana disebut dengan analisis wacana. Analisis wacana merupakan suatu kajian yang meneliti atau menganalisis bahasa yang digunakan secara alamiah, baik dalam bentuk tulis maupun lisan.23

Jadi kesimpulan dari analisis wacana adalah suatu cara atau metode untuk mengkaji isi pesan komunikasi yang ada di teks, baik secara bahasa ataupun penulisan.

b. Macam-macam Analisis Wacana

1.) Analisis Wacana Mode Teun A. Van Dijk

Teori analisis wacana kritis dikembangkan oleh Van Dijk yang merupakan pelopor analisis wacana. Analisis wacana kritis menurut

20 Peter Y Salim, Yenny Salim, Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta: Modern English Press, 2002), 1709.

21 Rohana dan Syamsuddin, “Analisis Wacana”, (Makkasar: CV Samudra Alif Mim, 2015), 4.

22 Yoce Aliyah Darma, “Analisis Wacana Kritis” (Bandung: CV Yrama Widya, 2013), 15

23 Rohana, Syamsuddin, Analisis Wacana, (Makkasar: CV Samudra Alif Mim, 2015), 3-4.

22

Van Dijk penelitian atas wacana tidak cukup hanya didasarkan pada analisis teks semata, karena teks hanya suatu praktik produksi yang harus juga diamati.24 Sebagaimana yang dikutip oleh Rohana dan Syamsuddin, Menurut Van Djik analisis wacana kritis yang menitikberatkan kekuatan dan ketidaksetaraan yang dibuat pada fenomena sosial. 25 Oleh sebab itu, AWK digunakan untuk menganalisis wacana terhadap ilmu lain yang terdapat pada ranah politik, ras, gender, hegemoni, budaya, kelas sosial. Ranah kajian tersebut berpusat pada prinsip analisis wacana kritis yakni: tindakan, konteks, historis, kekuasaan, dan ideologi.

Menurut Van Dijk, asumsi dasar wacana kritis ialah bahasa digunakan untuk beragam fungsi dan bahasa mempunyai berbagai kondsekuensi,bisa untuk memerintah, memengaruhi, mendeskripsi, mengiba, memanipulasi, menggerakkan kelompok atau membujuk.

Setiap penggunaan bahasa mengandung konsekuensi, baik yang diramalkan maupun yang tidak diharapkan. Maka tergantung pada pemaknaannya, padahal pemaknaan diarahkan oleh unsur-unsur sintaksisnya.26

Penelitian dengan analisis wacana Van Dijk tidak cukup hanya dengan didasarkan pada analisis teks semata, sebab teks merupakan

24 Maulidah Khasanah, Faris, “Analisis Wacana Kritis Van Dijk Pada Teks Berita Online Kasus Penyerangan Penyidik KPK Novel Baswedan Pada Media Liputan 6.Com Periode 11 April 2017 Hingga 9 April 2018” Jurnal Yudharta, (2018), 25.

25 Rohana, Syamsuddin, “Analisis Wacana”, (Makkasar: CV Samudra Alif Mim, 2015), 17.

26 Haryatmoko, “Critical Discourse Analysis (Analisis Wacana Kritis) Landasan Teori,

Metodologi dan Penerapan”, (Depok: PT Rajagrafindo Persada, 2017), 77-78.

23

hasil dari suatu proses produksi yang harus diamati. Van Dijk sendiri melihat suatu wacana terdiri atas berbagai struktur, yaitu: struktur makro, superstruktur, dan struktur mikro.27

a. Struktur makro, merupakan makna umum atau global dari suatu teks yang dapat dipahami dengan melihat topic dari suatu teks tema wacana ini bukan hanya isi, tetapi juga sisi suatu tertentu dari suatu peristiwa.

b. Superstruktur, yaitu kerangka atau struktur teks, bagaimana struktur utuh.

c. Struktur mikro, yaitu makna wacana yang dapat diamati dengan menganalisis kata, kalimat, proposisi, anak kalimat, paraphrase yang dipakai daan sebagainya.

Struktur/ elemen yang ditemukan Van Dijk dapat digambarkan sebagai berikut ini:

Tabel 2.2

Struktur Wacana Van Dijk

Stuktur Wacana Hal yang di amati Elemen

Struktur Makro Tematik (Apa yang dikatakan) Topik

Superstruktur Skema (Bagaimana pendapat Skema

27 Eriyanto, “Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media”, (Yogyakarta: PT. LkiS Pelangi

Aksara Yogyakarta, 2006), 227.

24

disusun dan dirangkai)

Struktur Mikro

Semantik (Makna yang ingin ditekankan)

Latar, detail, maksud, ilustrasi, pengandaian, penalaran

Sintaktis (Bagaimana pendapat disampaikan)

Koherasi, nominalisasi, abstraksi, bentuk kalimat, kata ganti

Stilistik (Pilihan kata apa yang dipakai)

Kata kunci, pemilihan kata

Retoris (Dengan cara apa pendapat disampaikan)

Gaya, interaksi, ekspresi, metafora, visual image

2.) Analisis Wacana Model Norman Fairclough

Analisis ini dikenal sebagai analisis model perubahan sosial (sosial change). Fairclough membangun suatu model yang mengintegrasikan secara bersama-sama analisis wacana yang didasarkan pada linguistik,

25

pemikiran sosial, politik, dan secara umum di integrasikan pada perubahan sosial. Analisis wacana ini terbagi menjadi tiga dimensi, yaitu : teks, discourse practice, dan sociacultural practice.

3.) Analisis Wacana Model Sara Mills

Analisis wacana model Sara Mills ini merujuk pada bagaimana wanita digambarkan dan di marjinalkan dalam teks baik berita, novel, gambar, foto, atau film, dan bagaimana pola pemarjinalan itu dilakukan. Sara Mills sedikit membedakan model critical linguistic28. Ia memusatkan perhatian pada struktur kebahasaan dan bagaimana pengaruhnya dalam pemaknaan khalayak, ia lebih memperlihatkan bagaimana posisi-posisi actor ditampilkan dalam teks. Siapa yang menjadi subjek dan objek pencerita serta bagaimana posisi pembaca atau penulis dalam sebuah wacana.

4.) Analisis Wacana Model Roger Fowler, Robert Hodge, Gunther Kress, dan Tony Trew

Analisis model ini memiliki penjelasan mendasar melalui Holiday yaitu struktur dan fungsi bahasa. Struktur dan fungsi bahasa ini menjadi sadar struktur bahasa, dimana tata bahasa menyediakan alat untuk di sampaikan kepada khalayak. 29

28 Eriyanto, “Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media”, (Yogyakarta: PT. LkiS Pelangi

Aksara Yogyakarta, 2006), 200.

29 Eriyanto, “Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media”, (Yogyakarta: PT. LkiS Pelangi

Aksara Yogyakarta, 2006), 133.

26

Analisis wacana model Fowler dan kawan-kawan adalah meletakkan tata bahasa dan praktik pemakaiannya tersebut untuk mengetahui praktik ideologi.

Menurut fowler dan kawan-kawan seperti dikutip oleh Eriyanto bahwa bagaimana pengalaman, politik dan pertarungan sosial dapat terlihat melalui bahasa yang di gunakan. Karena bahasa yang berbeda akan menghasilkan realitas yang berbeda pula ketika diterima oleh khalayak. Kosa kata dikelompokkan menjadi empat kelompok, yaitu kosa kata: membuat klasifikasi, kosa kata: membatasi pandangan, kosa kata: pertarungan wacana, kosa kata: marjinalisasi serta melihat bahasa.

5.) Analisis Wacana Model Theo Van Leeuwen

Analisis ini memberikan pandangan untuk melihat bagaimana peristiwa dan aktor-aktor sosial tersebut ditampilkan dalam media, dan bagaimana suatu kelompok yang tidak punya akses menjadi pihak yang secara terus menerus di marjinalkan.

Dari beberapa model yang dipaparkan diatas peneliti menggunakan analisis wacana model Teun A. Van Dijk sebagai kerangka teori untuk membaca peasan-pesan dari program Pengarus Utamaan Gender di RRI Jember.

27 c. Prinsip-prinsip Studi Wacana Kritis

Van Dijk menetapkan dua belas prinsip dasar akan tetapi prinsip ini tidak denitif, tetapi menyejarahkan sehingga mungkin saja berubah dan berkembang, yaitu:30

1. Teks dan pembicaraan sungguh terjadi sehingga data yang nyata.

Berbeda dari cara kerja linguistik atau filsafat formal yang sering dianggap suka menggunakan contoh-contoh hasil bentukan atau diskonstruksi, dalam analisis wacana, contoh seperti itu harus dihindari, sedangkan yang dicari adalah data nyata dalam bentuk rekaman atau video dari percakapan, atau teks nyata yang dipakai media massa atau dunia pendidikan. Menurut van Dijk, sebaiknya data belum diedit, tetapi diteliti seperti apa adannya atau sedekat mungkin dengan penampakkannya sesuai dengan konteks aslinya.

2. Ada konteks artinya wacana harus dipelajari sebagai bagian dari konteks lokal, global, sosial dan budayanya. Teks dan percakapan merupakan petunjuk relevansi kontekstualnya, maka struktur konteks dan konsekuensi-konsekuensi wacana perlu diamati dan dianalisis secara rinci. Setting-nya, para partisipannya dan peran komunikatif dan sosial, tujuannya pengetahuan, norma dan nilai sosial yang relevan, struktur organisasi dan kelembagaannya perlu dianalisis.

3. Wacana sebagai pembicaraan mau menunjukkan bahwa studi wacana kritis berorientasi ke analisis interaksi verbal di dalam

30 Haryatmoko, “Critical Discourse Analysis (Analisis Wacana Kritis) Landasan Teori, Metodologi dan Penerapan”, (Depok: PT Rajagrafindo Persada, 2017), 81-84.

28

percakapan informal dan juga bentuk percakapan yang lain, yang lebih formal atau dialog kelembagaan. Sering pembicaraan dianggap sebagai bentuk primordial wacana. Tentu saja studi wacana kritis tidak mengabaikan bidang yang lebih luas dalam wacana tertulis.

4. Wacana sebagai praktik sosial anggota-anggotanya berarti bahwa wacana baik lisan maupun tertulis merupakan bentuk praktik sosial di dalam konteks sosial budaya tertentu. Pengguna bahasa terlibat di dalam wacana bukan hanya atas nsma pribadi, tetapi juga sebagai anggota suatu kelompok, lembaga atau budaya tertentu. Melalui wacana, pengguna bahasa berperan, meneguhkan atau menentang struktur-struktur atau lembaga-lembaga sosial dan politik secara menyeluruh.

5. Menghormati kategori-kategori milik pengguna bahasa berarti tidak boleh menentukan penertian dan kategori apriori peneliti / analisis, namun harus menghormati cara bagaimana anggota-anggota masyarakat menafsirkan, mengarahkan dan mengategorisasi ciri-ciri dunia sosialnya dan perilaku mereka, termasuk wacana itu sendiri.

Namun bukakn berarti bahwa peneliti tidak boleh memakai teori secara sistematik dan secara terungkap supaya bisa memperhitungkan wacana sebagai praktik sosial.

6. Keberurutan mau menunjukkan keterhubungan wacana melibatkan juga fungsinya, artinya unsur-unsur berikutnya memiliki fungsi khusus terhadap unsur-unsur sebelumnya. Jadi pengguna bahasa baik

29

secara mental atau dalam interaksi melakukan penafsiran entah secara keliru atau coaba-coba, sering mencari kesempatan untuk mengoreksi atau memperbaiki tindakan-tindakan sebelumnya atau pemahaman sebelumnya.

7. Aspek konstruktivitas mau menunjukkan bahwa wacana terdiri dari bangunan kesatuan yang dibangun karena fungsinya, dipahami atau dianalisis sebagai unsur yang lebih luas sehingga menciptakan struktur-struktur yang terhierarkisasi. Hierarkisasi ini berlaku baik pada bentuk maupun makna dan interaksi.

8. Tindakan dan dimensi mau menunjukkan bahwa menganalisis secara teoretis cenderung membagi wacana ke dalam beragam lapisan, dimensi atau tingkatan dan sekaligus saling menghubungkan tingkatanya. Tingkatan ini merepresentasikan beragam tipe fenomena yang terlibat dalam wacana, seperti suara, bentuk, makna atau tindakan. Namun sekaligus pengguna bahasa secara strategis mengatur beraamm tingkatan atau dimensi itu.

9. Makna dan fungsi menjadi tugas pokok baik pengguna bahasa maupun menganalisis. Di dalam analisis dan pemahaman, mereka akan menanyakan tentang “apa maknanya di sini?” atau “bagaimana bisa mempunyai makna dalam konteks ini?” kedua prinsip ini mempunyai implikasi fungsional dan penjelasan “mengapa ini dikatakan atau dimaksud”.

30

10. Aturan-aturan bahasa mau menjelaskan bahwa komunikasi maupun wacana diandaikan ditata oleh aturan yang baku. Teks dan pembicaraan dianalisis sebagai manifestasi atau penjabaran dari aturan tata bahasa, tekstual, komunikatif atau interaksional tersebut.

Namun studi tentang wacana aktual memfokuskan pada bagaimana aturan itu mungkin dilanggar, diabaikan atau diubah dan apakah fungsi kontekstual dan diskursif mencerminkan pelanggaran- pelanggaran yang nyata atau hanya kelihatannya saja.

11. Strategi-strategi mau menunjukkan bahwa pengguna bahasa juga mengetahui dan menerapkan strategi-strategi mental dan interaksional yang jitu di dalam pemahaman yang efektif dan pemenuhan wacana serta pewujudan tujuan-tujuan komunikasi dan sosial mereka. Relevansi strategi ini bisa dibandingkan dengan permainan catur: pemain perlu mengetahui aturan-aturannya supaya bisa menggunakan taktik, berspekulasi, bertaruh dan melakukan gerak-gerak khusus di dalam keseluruhan strategi untuk mempertahankan diri atau untuk menang.

12. Kognisi sosial di dalam proses mental dan representasi mental di dalam produksi dan pemahaman teks dan pembicaraan. Sedikit dari aspek wacana yang telah dibicarakan sebelumnya (makna, koherensi, tindakan) bisa dipajami dan dijelaskan secara tepat tanpa mengacu ke mental pengguna bahasa. Selain pengalaman dan ingatan pribadi akan peristiwa, representasi sosio-budaya bersama dari pengguna

31

bahasa sebagai anggota kelompok berperan sangat mendasar dalam wacana.

6.) Pengarus Utamaan Gender 1) Pengarus Utamaan Gender

Pengarus utamaan gender adalah strategi yang dilakukan secara rasional dan sistematis untuk mencapai dan mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender dalam sejumlah aspek kehidupan manusia (rumah tangga, masyarakat dan negara), melalui kebijakan dan aspirasi, kebutuhan dan permasalahan perempuan dan laki-laki.31 2) Kesetaraan Gender

Kesetaraan gender adalah kesamaan kondisi bagi laki-laki dan perempuan untuk memperoleh kesempatan serta hak-haknya sebagai manusia, agar mampu berperan dan berpartisispasi dalam kegiatan politik, hukum, ekonomi, sosial budaya, pendidikan dan pertahanan dan keamanan nasional serta kesamaan dalam menikmati hasil pembangunan. Dengan terwujudnya kesetaraan gender ditandai dengan tidak adanya diskriminasi antara perempuan dan laki-laki.

3) Keadilan Gender

Keadilan gender adalah suatu proses perlakuan adil terhadap perempuan dan laki-laki. Dengan keadilan gender berarti tidak ada pembakuan peran, beban ganda, subordinasi, marginalisasi dan kekerasan terhadap perempuan maupun laki-laki.

31 Erna Tigayanti, M. Saleh Soeaidy dan Ratih Nur Pratiwi, “Implementasi Kebijakan Pengarusutamaan Gender (PUG) Bidang Pendidikan di Kota Malang (Studi Kasus SMA 8 Malang)”, Jurnal Wacana, Vol 17, No. 4, (2014), 202.

32 BAB III

METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Dalam menganalisa bahasa dalam program Pengarus Utamaan Gender ini maka metode yang digunakan dalam penelitian ialah metode analisis wacana kritis / Critical Discourse Analysis (CDA) menggunakan model kerangka Teun A. Van Dijk dengan pendekatan kualitatif. Kualitatif berarti sesuatu yang berkaitan dengan aspek kualitas, nilai atau makna, yang terdapat dibalik fakta.32 Metode analisis wacana ini sangat dibutuhkan agar makna yang disampaikan penyiar sesuai dengan kehidupan sehari-hari dan memiliki nilai ditengah-tengah masyarakat ketika disiarkan.

Sedangkan pendekatan yang digunakan yaitu kualitatif deskriptif. Jika didefinisikan secara terperinci, kualitatif deskriptif merupakan suatu pendekatan atau suatu tindakan penelusuran untuk mengeksplorasi dan memahami suatu gejala yang bersifat sentral. Adapun tujuan penelitian kualitatif pada proposal skripsi ini untuk memahami pandangan individu, menemukan dan menjelaskan suatu proses, hingga menggali informasi mendalam tentang subjek atau latar penelitian yang terbatas. Jadi, metode yang digunakan yaitu mentranskip siaran yang telah disiarkan sebelumnya

32 Maulidah Khasanah, Faris, “Analisis Wacana Kritis Van Dijk Pada Teks Berita Online Kasus Penyerangan Penyidik KPK Novel Baswedan Pada Media Liputan 6.Com Periode 11 April 2017 Hingga 9 April 2018” Jurnal Yudharta, (2018), 26.

33

dan hasil wawancara yang dilakukan kemudian dianalisis menggunakan teori wacana model Van Dijk.

Dokumen terkait