BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
C. Bentuk Bentuk Program Bank Sampah
Bank sampah adalah strategi untuk membangun kepedulian masyarakat agar dapat berteman dengan sampah untuk mendapatkan manfaat ekonomi lansung dari sampah. Bank sampah juga dapat dijadikan solusi untuk mencapai pemukiman yang bersih dan nyaman bagi masyarakat. Dengan pola ini maka masyarakat selain disiplin dalam mengelola sampah juga mendapatkan tambahan pemasukan dari sampah sampah yang mereka kumpulkan. Dalam mendirikan bank sampah agar berhasil pengelola harus memiliki daya tarik terhadap masyarakat agar masyarakat mau berpartisipasi, seperti mendirikan
bentuk bentuk program sampah yang menarik. Adapun bentuk bentuk program dari bank sampah seperti: (1) Unit usaha pinjam (2) Unit usaha sembako (3) Pinjaman Modal Usaha.
1. Unit Usaha Pinjam
Unit usaha pinjam adalah salah satu bentuk dari program bank sampah yaang dimana nasabah datang ke kantor bank sampah unit (BSU) untuk meminjam uang dengan cara pembayarannya dengan menjual sampah mereka bisa mencicil hingga waktu pelunasan. Sebagaimana hasil wawancara dengan salah satu pengurus bank sampah unit (BSU) yang mengatakan bahwa:
“Salah satu program bank sampah ada unit usaha pinjam dimana nasabah datang kesini meminjam uang tapi mereka membayarnya dengan sampah yang ditimbang dan dihitung berapa nilai segitu juga di potong.” (Wawancara dengan IN, pada tanggal 28 Agustus 2020).
Berdasarkan hasil wawancara, dapat disimpulkan bahwa salah satu program bank sampah yaitu unit usaha pinjam dan program tersebut digemari oleh beberapa masyarakat karna membantu dalam hal ekonomi. Hal ini didukung dari pernyataan salah satu nasabah bank sampah,yang mengatakan bahwa:
“Saya sangat sengan dengan adanya program unit usaha pinjam ini karena ketika saya membutuhkan uang saya bisa pinjam uang ke bank sampah dan saya membayarnya dengan menjual sampah saya.”
(Wawancara dengan HT, pada tanggal 28 Agustus 2020).
Wawancara diatas menjelaskan bahwa nasabah menyukai unit usaha pinjam karena dengan adanya unit usaha pinjam dapat memudahkan perekonomian masyarakat.
Gambar 6. Foto Simpan Pinjam Bank Sampah Unit (BSU)
(Sumber : Hasil Penelitian Lapangan 2020)
Seiring dengan pernyataan diatas, salah satu nasabah mengatakan bahwa:
“Program ini memang sangat membantu saya, apalagi ketika butuh sekalika meka uang lansungja ke bank sampah meminjam nanti kubayarki pake sampah, apa lagi karna corona ini susah cari uang”.
(Wawancara dengan FD, pada tanggal 28 Agustus 2020).
Hasil wawancara tersebut menunjukkan bahwa masyarakat sangat terbantu dengan adanya unit usaha pinjam bank sampah ini, karena memudahkan mereka memperoleh uang dengan cara meminjam dan membayarnya dengan sampah yang mereka jual.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa masyarakat sangat menyukai program unit usaha pinjam yang dihadirkan oleh bank sampah karena dapat membantu perekonomian mereka disaat kondisi yang seperti ini, dan mereka hanya membayarnya dengan sampah yang mereka
kumpulkan kemudian di jual ke bank sampah disitulah dihitung berapa nilai sampahnya terus di potong dengan jumlah pinjamannya.
2. Unit Usaha Sembako
Unit usaha sembako merupakan program kedua dari bank sampah dimana sampah yang nasabah jual bisa ditukarkan dengan berbagai macam sembako, tergantung dari nilai jual sampah. Sebagaimana hasil wawancara dengan salah satu pengurus bank sampah unit (BSU) yang mengatakan bahwa:
“Disini kami juga menghadirkan program sampah tukar sembako, dimana nasabah datang menjual sampahnya kemudian kita timbang dan kita tawarkan dengan menukar sembako sesuai harga sampahnya”.
(Wawancara dengan IN, pada tanggal 28 Agustus 2020).
Hasil wawancara diatas menjelaskan bahwa di bank sampah ada juga program sampah tukar sembako dimana nasabah menimbang sampah kemudian dibayar dengan sembako. Hal ini didukung dari pernyataan salah satu nasabah bank sampah, yang mengatakan bahwa:
“Saya sebagai nasabah turut senang dengan adanya program ini, karena biasa kalo di rumah habis berasku bisaka ke bank sampah untuk jual sampah kemudian saya tukarmi dengan beras, biasa juga saya tukar dengan telur atau minyak”. (Wawancara dengan NN, pada tanggal 28 Agustus 2020).
Wawancara diatas menjelaskan bahwa masyarakat sangat terbantu dengan adanya program sampah tukar sembako, karena dapat meringankan beban mereka ketika mereka membutuhkan sembako, nasabah tinggal menukar sampah ke bank sampah. Seiring dengan pernyataan diatas, salah satu nasabah mengatakan bahwa:
“Saya juga dek sering menukar sampahku dengan beras, kadang saya tukar dengan telur, mie sesuai dengan harga jual sampahku, jadi disini
kita merasa enakmi karena dekat juga dari rumah ini bank sampah, baru sampah kayak botol plastik mahalki, apalagi kalo sudah kubersihkan lumayanki harganya, baru lingkunganta juga bersihki dari sampah”.
(Wawancara dengan FD, pada tanggal 28 Agustus 2020).
Hasil wawancara tersebut menunjukkan bahwa nasabah sangat senang dengan adanya program ini, selain dapat membantu perekonomian mereka, juga dapat membuat lingkungan mereka bersih.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa dengan adanya program unit usaha sembako masyarakat sangat terbantu dalam hal perekonomian, karena masyarakat bisa menukar sampah dengan sembako sekaligus menjaga kebersihan lingkungan dari sampah.
3. Pinjaman Modal Usaha
Pinjaman modal usaha merupakan program ketiga dari bank sampah yang masih berjalan sampai saat ini, dimana program bank sampah ini bidang ekonomi menjadi acuan bagi masyarakat semangat untuk mengumpulkan sampah dan akan mendapatkan hasil berupa uang. Uang didapat tergantung dari seberapa banyak sampah yang di tabung ke bank sampah. Pinjaman modal usaha yaitu ketika masyarakat ingin membuka suatu usaha tetapi belum ada modal mereka bisa lansung ke meminjam modal kepada bank sampah.
Sebagaimana hasil wawancara dengan salah satu pengurus bank sampah unit (BSU) yang mengatakan bahwa:
“Disini kami juga memprogramkan pinjaman modal usaha yang di mana nasabah datang kesini untuk meminjam modal kerana ingin mendirikan usaha, kita kasi dengan catatan menyertakan proposal usaha apa yang ingin diajalankan dan berapa modal yang nabutuhkan serta pengembaliannya dengan cara mebagi dua hasil dari usaha sampai lunas pinjamannya serta bisa juga dengan sampah yang dia jual dikurangi
mami di buku rekeningnya.” (Wawancara dengan IN, pada tanggal 28 Agustus 2020).
Hasil wawancara diatas menjelaskan bahwa bank sampah juga mempunyai program pinjaman modal usaha untuk nasabah yang ingin membuka usaha. Dan nasabah bisa membayar pinjamannya dengan menjual sampah ke bank sampah.
Gambar 7. Buku Tabungan Sampah Nasabah
(Sumber : Hasil Penelitian Lapangan 2020)
Hal ini didukung dari pernyataan salah satu nasabah bank sampah, yang mengatakan bahwa:
“Saya sebagai nasabah bersyukur dengan adanya bank sampah ini selain menjaga kebersihan lingkungan dapat juga membantu perekonomian bisa juga meminjamkan modal usaha, baru pengembalian pinjaman modal tadi itu hanya menggunakan sampah yang kita kumpulkan lalu bawami ke bank sampah terdekat.”(Wawancara dengan HT , pada tanggal 28 Agustus 2020).
Wawancara diatas menunjukkan bahwa bank sampah sangat berperan dalam perekonomian nasabah, selain dapat membantu modal usaha masyarakat juga dapat menjaga kebersihan lingkungan setempat. Senada dari pernyataan salah satu nasabah yang mengataakan bahwa:
“Bank sampah disini sangat membantu karena memberikan pinjaman modal usaha kepada nasabahnya, saya pribadi pernah meminjam modal ke bank sampah terus saya membayarnya kadang dengan sampah atau hasil usaha, dan saya mendapatkan buku rekening serta melakukan registrasi terlebih dahulu sebelum meminjam modal”. (Wawancara dengan NN, pada tanggal 28 Agustus 2020).
Berdasarkan hasil wawancara di atas menjelaskan bahwa bank sampah menyediakan pinjaman modal usaha ke nasabah dengan cara membuatkan rekening peminjaman serta melakukan registrasi terlebih dahulu.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa dengan adanya program peminjaman modal usaha juga membantu nasabah dalam hal perekonomian karena dengan sampah mereka juga dapat meminjam modal kepada bank sampah dengan catatan pengambaliannya itu di bagi dua dari hasil usaha serta bisa juga dari penjualan sampah yang telah ditulis di buku rekening kemudian juga harus melakukan registrasi terlebih dahulu serta peminjaman modal juga tidak terlalu banyak bisa jadi hanya stengah dari yang dibutuhkan nasabah.
Dari beberapa indikator di atas ada beberapa indikator yang sudah berjalan dengan baik pelaksaannya yaitu sumber daya dan unit usaha sembako dikarenakan sumber daya yang ada di bank sampah itu meliputi dua, pertama
sumber daya manusia yang sudah jelas dan terstruktur dengan baik begitupun dengan sumber daya finansial yang suah jelas anggarannya ada di dalam APBD karena program bank sampah ini yang melaksanakan adalah Dinas Lingkungan Hidup Kota Makassar dan unit usaha sembako merupakan bentuk program bank sampah yang berjalan dengan baik di karenakan banyak nasabah yang menukarkan sampah mereka dengan sembako-sembako yang sudah tidak ada dirumahnya.
Ada juga beberapa indikator yang belum berjalan dengan baik yaitu pinjam modal usaha dikarenakan ketika ingin meminjam modal usaha dari pihak bank sampah nasabah harus terlebih dahulu membuat sebuah proposal yang menurut mereka ribet dan terkadang mereka juga belum mengetahui cara membuat proposal tersebut dan upaya untuk memperbaikinya dengan cara memberikan contoh proposal atau mensosialisasikan cara membuat proposal agar dapat di pahami oleh nasabah itu sendiri.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasrkan data yang telah diperoleh dan diolah pada pembahasan bab sebelumnya, adapun kesimpulan pada penlitian ini adalah sebagai berikut:
Implementasi Program Bank Sampah Pusat Di Kelurahan Paropo Kecamatan Panakukang menunjukkan bahwa:
1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Implementasi Program Bank Sampah Pusat Di Kelurahan Paropo Kecamatan Panakukang Kota Makassar sudah berjalan dengan baik dan memiliki keuntungan tersendiri bagi nasabahnya, hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya nasabah yang berpartisipasi, namun dalam hal sosialisasi masih kurang efektif, Hal tersebut terjadi karena kurangnya komunikasi antara pihak pengelola dan para nasabah, dilihat dari pihak pengelola yang kadang menurunkan harga jual sampah tanpa memberitahukan terlebih dahulu kepada nasabahnya .
2. Bentuk bentuk program bank sampah dalam bank sampah yaitu: (1) Unit Usaha Pinjam yaitu masyarakat sangat menyukai program unit usaha pinjam yang dihadirkan oleh bank sampah karena dapat membantu perekonomian masyarakat. (2) Unit Usaha Sembako yaitu masyarakat sangat terbantu dalam hal perekonomian, karena masyarakat bisa menukar sampah dengan sembako sekaligus menjaga kebersihan lingkungan dari sampah. (3) Pinjaman Modal Usaha yaitu dapat membantu nasabah dalam hal perekonomian karena dengan sampah mereka juga dapat meminjam modal kepada bank sampah dengan catatan pengambaliannya itu di bagi dua dari hasil usaha serta bisa juga dari penjualan sampah
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan tersebut di atas dan hasil analisis pada bab-bab sebelumnya maka peneliti memberikan saran yaitu:
1. Pihak pengelola lebih meningkatkan kegiatan sosisalisasi kepada masyarakat agar masyarakat lebih memahami tentang adanya program-program yang di lakukan oleh bank sampah pusat itu sendiri.
2. Harusnya pihak pengelola juga memberikan informasi kepada nasabah mengenai tentang penaikan atau penurunan harga sampah supaya tidak terjadi kesalapahaman antara pengelola dan nasabah.
3. Bagi nasabah dan masyarakat hendaknya sering berpartisipasi dalam kegiatan- kegiatan bank sampah agar dapat mengetahui dan paham dengan pengelolaan sampah yang baik.
94
DAFTAR PUSTAKA
Akib, H. (2016). Implementasi Kebijakan Program Makassar Tidak Rantasa (Mtr) Di Kota Makassar. Jurnal Ilmiah Ilmu Administrasi Publik, 6(2), 21-34.
Amastang, M., & Amastang, M. (2019). Analisis Normatif Sosiologis Pengelolaan Sampah Dengan Model Bank Sampah Di Kelurahan Gunung Sari, Kecamatan Rappocini, Kota Makassar (Doctoral Dissertation, Universitas Negeri Makassar).
Arifa, F., Cita, F. P., & Ilman, A. H. (2019). Partisipasi Masyarakat Dalam Program Bank Sampah Di Kabupaten Sumbawa. Nusantara Journal of Economics, 1(01), 14-27.
Arifin, J. (2017). Program Bank Sampah Di Kecamatan Batang Sebagai Implementasi Peraturan Daerah Kabupaten Batang Nomor 3 Tahun 2016 Tentang Pengelolaan Sampah (Doctoral Dissertation, Universitas Negeri Semarang).
Arniati, A.S. (2019). Implementasi Program Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah (UMKM) Dalam Penanggulangan Kemiskinan Di Kabupaten Maros.
Asteria, D., & Heruman, H. (2016). Bank sampah sebagai alternatif strategi pengelolaan sampah berbasis masyarakat di Tasikmalaya (Bank Sampah (Waste Banks) as an alternative of community-based waste management strategy in Tasikmalaya). Jurnal manusia dan lingkungan, 23(1), 136-141.
Aswad, H. M. (2018). Collaborative Governance Dalam Penanganan Masalah Imigran Di Kota Makassar.
Ismawati, A., & Ismawati, A. (2013). Gambaran Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah pada Bank Sampah UKM Mandiri di RW 002 Kelurahan Tamamaung, Kecamatan Panakkukang, Kota Makassar (Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar).
Jabal, (2019). Upaya Pemerintah Dalam Pelaksaan Gerakan Lihat Sampah Ambil ( LISA ) Program Makassar Tidak Rantasa Di Kecamatan Tamalate Kota Makassar.
Listriyani, N. I. (2018). Kajian Pengelolaan Sampah Oleh Masyarakat Di Padukuhan Soka Martani Desa Merdikorejo(Doctoral Dissertation, Undip).
Munawir, M. (2015). Bank Sampah: Upaya Pemberdayaan Masyarakat Dan Penanganan Lingkungan. BBM (Buletin Bisnis & Manajemen), 1(02).
Peraturan WaliKota Makassar Nomor 126 Tahun 2016 Tentang Pembentukan, Kedududkan, Susunan Organisasi, Uraian Tugas dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknik Bank Sampah Pada Dinas Lingkungan Hidup.
Permatasari, I. A. (2020). Kebijakan Publik (Teori, Analisis, Implementasi Dan Evaluasi Kebijakan). Thejournalish: Social And Government, 1(1), 33-37.
Priska, Y. (2018). Implementasi Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2015 Tentang Izin Usaha Jasa Warung Internet Kabupaten Tanah Datar (Doctoral Dissertation, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau).
Qalby, N.A. (2018). Collaborative Governance Dalam Pengelolaan Sampah Di Kelurahan Paropo Kecamatan Panakkukang Kota Makassar (Bank Sampah Pusat).
Rahmat, N. (2017). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Implementasi UU No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja Karyawan PT. Perkebunan Lembah Bhakti Kabupaten Aceh Singkil (Doctoral dissertation, Universitas Medan Area).
Rohani, L. (2007). Perilaku Masyarakat Dalam Pengelolaan Sampah Di Desa Medan Senembah Kabupaten Deliserdang Dan Di Kelurahan Asam Kumbang Kota Medan Tahun 2007.
Sari, N. I. (2019). Tata Kelola Pedagang Kaki Limata Di Kota Makassar.
Subarsono, A. G. (2005). Analisis kebijakan publik: konsep, teori dan aplikasi (Vol.
138). Pustaka Pelajar.
Sugiyono, (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta cv.
Sujarwo, Tristanti, & Widyaningsih. (2014). Pengelolaan Sampah Organik &
Anorganik.
Suryani, A. S. (2014). Peran Bank Sampah Dalam Efektivitas Pengelolaan Sampah (Studi Kasus Bank Sampah Malang). Jurnal Aspirasi, 5(1), 71-84.
Suwarno, A., Suripin, S., & Darsono, S. (2013). Minimalisasi Timbulan Sampah Domestik Di Kecamatan Semarang Timur (Doctoral dissertation, Magister Teknik Sipil).
Ulfaridha, G. (2017). Implementasi Program 3R (Reduce, Reuse Dan Recycle) Melalui Bank Sampah Dalam Upaya Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat Di Kota Bandar Lampung
Undang Undang Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah.
Utami, E. (2013). Buku Panduan Sistem Bank Sampah dan 10 Kisah Sukses. Jakarta: Yayasan Unilever Indonesia.