• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengelolaan Sampah (Bank Sampah)

Dalam dokumen implementasi program bank sampah pusat di (Halaman 37-47)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

C. Pengelolaan Sampah (Bank Sampah)

d. Pembayaran bisa dilakukan dengan mencicil dalam jangka waktu tertentu, misalnya 3 kali cicilan.

3. Pinjaman Modal Usaha

a. Fasilitas khusus dari bank sampah kepada nasabah.

b. Nasabah memberikan proposal usaha yang akan dilakukan dengan dana yang dipinjam dari bank sampah. Pengelola bank sampah akan memutuskan kelayakan usaha dan besaran dana yang bisa dipinjamkan.

c. Uang yang dipinjam nasabah bisa dikenakan bunga. Tapi , bunga yang dibebankan sebaiknya sebaiknya yang tidak terlalu besar. Penetapan presentasi bunga berdasarkan prinsip-prinsip biaya jasa peminjaman saja bukan untuk mencari untung.

d. Pengembalian pinjaman bisa dilakukan dengan bagi hasil usaha.persentase bagi hasil bisa ditentukan langsung oleh pengelola atau disepakati bersama saat akad peminjaman modal.

e. Pengembalian pinjaman juga bisa dengan dana yang tersimpan ditabungan bank sampah atau dengan menabung sampah.

1. Pemukiman: berupa apartemen atau rumah. Jenis sampah yang ditimbulkan antara lain sisa makanan, plastik, kertas, tekstil, kulit, sampah kebun, kaca, kayu, logam, barang bekas rumah tangga, limbah berbahaya dan sebagainya

2. Daerah komersial: meliputi pertokoan, pasar, rumah makan, perkantoran, hotel, dan lain-lain. Jenis sampah yang ditimbulkan antara lain kertas, kayu, plastik, sisa makanan, logam, limbah berbahaya dan beracun, kaca dan sebagainya 3. Institusi: yaitu sekolah, rumah sakit, pusat pemerintahan, penjara, dan lan-lain.

Jenis sampah yang ditimbulkan sama dengan jenis sampah pada daerah komersial

4. Konstruksi dan pembongkaran bangunan: meliputi pembuatan konstruksi baru, perbaikan jalan, dan lain-lain. Jenis sampah yang ditimbulkan antara lain kayu, baja, beton, debu, dan lain-lain

5. Fasilitas umum: seperti penyapuan jalan, pantai, taman, tempat rekreasi, dan lain-lain. Jenis sampah yang ditimbulkan antara lain rubbish, ranting, sampah tanaman, daun, dan sebagainya

6. Pengola limbah domestik seperti instalasi pengolahan air buangan, instalasi pengolahan air minum, dan insinerator. Jenis sampah yang ditimbulkan antara lain lumpur hasil pengolahan, debu, dan sebagainya

7. Kawasan Industri: jenis sampah yang ditimbulkan antara lain buangan non industri, sisa proses produksi, dan sebagainya

8. Pertanian: jenis sampah yang dihasilkan antara lain sisa makanan busuk, sisa pertanian.

Penggolongan tersebut di atas lebih lanjut dapat dikelompokkan berdasarkan cara penanganan dan pengolahannya, yaitu:

1. Komponen mudah busuk (putrescible): sampah rumah tangga, buah-buahan, sayuran, bangkai, kotoran binatang, dan lain-lain

2. Komponen bervolume besar dan mudah terbakar (bulky combustible): kertas, kayu, karet, kain plastik, kulit dan lain-lain

3. Komponen bervolume besar dan sulit terbakar (bulky noncombustible): logam, mineral, dan lain-lain

4. Komponen bervolume kecil dan mudah terbakar (small combustible) 5. Komponen bervolume kecil dan sulit terbakar (small noncombustible) 6. Wadah bekas: botol, dan lain-lain

7. Tabung bertekanan/gas

8. Serbuk dan abu: organik (misal pestisida), logam metalik, non metalik, bahan amunisi dsb

9. Lumpur, baik organik maupun non organik 10. Puing bangunan

11. Kendaraan tak terpakai 12. Sampah radioaktif.

Pembagian yang lain sampah dari negara industri antara lain berupa:

1. Sampah organik mudah busuk (garbage): sampah sisa dapur, sampah sisa sayur, sisa makanan, dan kulit buah-buahan

2. Sampah organik tak membusuk (rubbish): mudah terbakar (combustible) seperti plastik, kertas, dsb dan tidak mudah terbakar (non-combustible) seperti kaleng, logam, gelas

3. Sampah sisa abu pembakaran penghangat rumah (ashes)

4. Sampah bangkal binatang (dead animal): bangkai tikus, anjing, ikan, dan binatang ternak

5. Sampah sapuan jalan (street sweeping): sisa-sisa pembungkus dan sisa makanan, kertas, daun

6. Sampah buangan sisa konstruksi (demolition waste), dsb

Pengelolaan sampah yang benar mensyaratkan adanya keterpaduan dari berbagai aspek, mulai dari hulu sampai hilir. Berikut merupakan jenis-jenis sampah menurut Sucipto dalam Listriyani, N. I. (2018).

1. Sampah organik

Sampah organik berasal dari makhluk hidup, baik manusia, hewan, maupun tumbuhan. Sampah organik sendiri dibagi menjadi dua yaitu sampah organik basah dan sampah organik kering. Istilah sampah organik basah dimaksudkan sampah mempunyai kandungan air yang cukup tinggi. Contohnya:

kulit buah dan sisa sayuran. Sementara bahan yang termasuk dalam sampah organik kering adalah bahan organik lain yang kandungan airnya kecil. Contoh sampah organik kering diantaranya kertas, kayu atau ranting pohon dan dedaunan kering.

2. Sampah anorganik

Sampah anorganik bukan berasal dari makhluk hidup. Sampah ini bisa berasal dari bahan yang bisa diperbaharui dan bahan yang berbahaya serta beracun. Jenis yang termasuk ke dalam kategori bisa didaur ulang (recycle) ono misalnya bahan yang terbuat dari plastik dan logam.

3. Sampah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)

Sampah B3 merupakan jenis sampah yang dikategorikan beracun dan berbahaya bagi manusia. Umumnya, sampah jenis ini mengandung merkuri seperti kaleng bekas cat semprot atau minyak wangi. Namun, tidak menutup kemungkinan sampah yang mengandung jenis racun lain yang berbahaya.

Menurut Tchobanoglous dalam Amastang, M., & Amastang, M.

(2019). Pengelolaan sampah merupakan pengontrolan terhadap timbulan sampah, proses pewadahan, pengumpulan, pemindahan serta pengangkutan, hingga pada proses dan pembuangan akhir.

Pengelolaan sampah adalah semua kegiatan yang dilakukan untuk menangani sampah sejak ditimbulkan sampai dengan pembuangan akhir. Secara garis besar, kegiatan pengelolaan sampah meliputi: pengendalian timbulan sampah, pengumpulan sampah, pengangkutan, pengolahan dan pembuangan akhir. Sejati dalam Suryani, A. S. (2014).

Pengelolaan sampah dimaksudkan agar sampah tidak membahayakan kesehatan menusia dan tidak mencemari lingkungan. Pengelolaan sampah juga diakukan untuk memperoleh manfaat atau keuntungan bagi manusia. Sujarwo, Tristanti, & Widyaningsih. (2014).

Pengolahan sampah dengan menerapkan konsep 3R menurut Sujarwo, Tristanti, & Widyaningsih. (2014). yaitu:

1. Reuse (penggunaan kembali) yaitu menggunakan sampah-sampah tertentu yang masih memungkinkan untuk dipakai (penggunaan kembali botol-botol bekas).

2. Reduce (pengurangan) yaitu berusaha mengurangi segala sesuatu yang dapat menimbulkan sampah serta mengurangi sampah-sampah yang sudah ada.

3. Recycle (daur ulang) yaitu menggunakan sampahsampah tertentu untuk diolah menjadi barang yang lebih berguna (daur ulang sampah organik menjadi kompos atau sampah anorganik menjadi aneka kerajinan).

Paradigma pengelolaan sampah yang digunakan saat ini adalah kumpul angkut dan buang, perihal utama kota dalam penyelesaian masalah sampah adalah pemusnahan dengan landfilling pada sebuah TPA. Pengelola kota biasanya kurang dalam memberikan perhatian serius pada TPA tersebut, sehingga muncullah kasus- kasus kegagalan pada TPA. Pengelola kota sepertinya berpendapat bahwa TPA yang dimiliki bisa menyelesaikan seluruh persoalan sampah, tanpa memberikan perhatian yang proporsional terhadap sarana dan prasarana tersebut, TPA bisa menjadi bom waktu bagi pengelola kota.

Kita sebagai masyarakat harus membiasakan diri mengurangi pembelian barang yang akan menjadi sampah (reduce), menggunakan kembali barang yang masih bisa dimanfaatkan (reuse) dan mendaur ulang sampah menjadi barang yang bernilai ekonomis (recycle), yang dapat dikenal dengan 3R. Solusi sampah lainnya adalah dengan mengelola sampah tersebut yaitu dengan memilah sampah yang secara garis besar dibagi menjadi 3 bagian:

1. Sampah basah: sampah yang mudah terurai dan membusuk, antara lain sisa makanan, buah-buahan, sayuran, sampah kebun dan sampah dapur

2. Sampah kering: sampah yang tidak bisa membusuk dan terurai secara alamiah, antara lain kardus, kertas, plastik, karet, tekstil, kaca, kaleng, dan lain-lain 3. Sampah B3 (bahan berbahaya dan beracun): sampah beracun dan reaktif yang

sangat membahayakan kesehatan dan kehidupan organisme, antara lain cat, baterai, pestisida, sampah rumah sakit, dan lain-lain (Asmiyati dan Agustaman dalam Qalby 2018).

Memilah sampah sangat mudah tergantung kemauan manusia yaitu sama dengan kebiasaan setiap hari membuang sampah di tempat sampah yang semula dalam 1 (satu) tempat, sekarang menjadi 3 (tiga) tempat yaitu sampah basah, sampah kering dan sampah B3. Waktu yang lalu dan sekarang sebagian masyarakat masih berjalan bahwa sampah dibuang jadi satu kemudian dibakar begitu saja sehingga dapat menimbulkan polusi dan residu yang dapat membahayakan lingkungan.

Manfaat sampah basah yaitu bisa diolah dan dijadikan kompos dengan tata cara-cara tertentu, yang bisa dimanfaatkan untuk pupuk organik tanaman dan akan menghasilkan produk tanaman yang banyak disukai konsumen dan mempunyai nilai jual produk yang tinggi serta lebih menyehatkan. Pengelolaan sampah organik rumah tangga dan sampah basah dengan cara pengomposan berarti melaksanakan kaidah daur ulang dalam upaya penyelamatan lingkungan. Tekniknya tidak rumit, hanya memerlukan usaha dan waktu. Djamaludin dan Wahyono dalam Munawir, M. (2015).

Manfaat kompos yang lebih rinci menurut Wikipedia, Kompos, dalam Munawir, M. (2015) antara lain:

1. Aspek ekonomi:

a. Penghematan biaya untuk transportasi dan penimbunan limbah, karena dilakukan setempat;

b. Mengurangi volume atau ukuran limbah; memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari pada bahan asalnya;

2. Aspek lingkungan:

a. Mengurangi polusi udara karena pelepasan gas metana dan pembakaran limbah, pembusukan sampah organik akibat bakteri metanogen ditempat pembuangan sampah;

b. Mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan;

3. Aspek bagi tanah/tanaman:

a. Meningkatkan kesuburan tanah;

b. Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah;

c. Meningkatkan kualitas nilai gizi, hasil panen terhadap rasa, dan jumlah panen Manfaat sampah kering menurut Asmiyati dan Agustaman dalam Munawir, M. (2015) antara lain:

1. Bisa langsung dijual ke pelapak sampah dengan harga jual sesuai dengan jenis sampah keringnya;

2. Bisa dimanfaatkan kembali untuk peralatan, pot tanaman, tempat menyimpan barang-barang, dan lain-lain;

3. Bisa dibuat kerajinan tangan yang eksotik bernilai ekonomis tinggi. Sedangkan sampah kering yang tidak bisa dimanfaatkan (residu) dibuang ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir).

Secara umum pengelolaan sampah di perkotaan dilakukan melalui 3 tahapan kegiatan, yakni: pengumpulan, pengangkutan dan pembuangan akhir. Menurut Aboejoewono dalam Listriyani, N. I. (2018). Menggambarkan secara sederhana tahapan tahapan dari proses kegiatan dalam pengelolaan sampah sebagai berikut:

1. Tahap Pengumpulan

Pengumpulan diartikan sebagai pengelolaan sampah dari tempat asalnya sampai ke tempat pembuangan sementara sebelum menuju tahapan berikutnya.

Pada tahapan ini digunakan sarana bantuan berupa tong sampah, bak sampah, peti kemas sampah, gerobak dorong maupun tempat pembuangan sementara (TPS/Dipo). Untuk melakukan pengumpulan, umumnya melibatkan sejumlah tenaga yang mengumpulkan sampah setiap periode waktu tertentu.

Pengumpulan diartikan sebagai pengelolaan sampah dari tempat asalnya sampai ke tempat pembuangan sementara sebelum menuju tahapan berikutnya.

Pada tahapan ini digunakan sarana bantuan berupa tong sampah, bak sampah, peti kemas sampah, gerobak dorong maupun tempat pembuangan sementara (TPS/Dipo). Untuk melakukan pengumpulan, umumnya melibatkan sejumlah tenaga yang mengumpulkan sampah setiap periode waktu tertentu.

2. Tahapan Pengangkutan

Pengangkutan dilakukan dengan menggunakan sarana bantuan berupa alat transportasi tertentu menuju ke tempat pembuangan akhir/pengolahan. Pada

tahapan ini juga melibatkan tenaga yang pada periode waktu tertentu mengangkut sampah dari tempat pembuangan sementara ke tempat pembuangan akhir (TPA).

3. Tahap Pembuangan akhir

Pembuangan akhir/pengolahan, sampah akan mengalami pemrosesan baik secara fisik, kimia maupun biologis sedemikian hingga tuntas penyelesaian seluruh proses. Pengelolaan sampah, terutama di kawasan perkotaan, dewasa ini dihadapkan kepada berbagai permasalahan yang cukup kompleks.

Permasalahan-permasalahan tersebut meliputi tingginya laju timbulan sampah yang tinggi, kepedulian masyarakat (human behaviour) yang masih sangat rendah serta masalah pada kegiatan pembuangan akhir sampah (final disposal) yang selalu menimbulkan permasalahan tersendiri.

Trihadiningrum dalam dalam Amastang, M., & Amastang, M.

(2019). mengusulakan beberapa cara yang sebaiknya dilakukan untuk menangani persoalan sampah kota, yaitu:

1. Pencegahan 2. Minimisasi,

3. Pemanfaatan kembali (reuse) 4. Daur ulang (recycle),

5. Perolehan energy (energy recovery) 6. Pembuangan akhir.

Yang pelaksanaannya harus didukung oleh masyarakat dan kebiajakan dari pemerintah sehingga jumlah sampah yang dibuang di tempat pembuanagan akhir semakin berkurang.

Pola pengelolaan sampah dengan melibatkan masyarakat sebagai aktor yang dapat berperan aktif dalam mengurangi volume sampah merupakan keputusan yang tepat dalam mengantisipasi peningkatan jumlah volume sampah perkotaan yang terus meningkat akibat peningkatan jumlah penduduk. Peran aktif masyarakat atau individu dapat dimulai dengan melaksanakan perilaku positif. dalam mengelola sampah seperti pengumpulan, pewadahan, pemilahan dan melakukan daur ulang sampah untuk mengurangi volume dan penyebaran sampah. Wibowo, dalam Ismawati, A., & Ismawati, A. (2013).

Dalam dokumen implementasi program bank sampah pusat di (Halaman 37-47)

Dokumen terkait