• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Sistem Pengendalian Intern Dalam Pemungutan Retribusi Terminal

5. Pemantauan

b. Mengelola, mengembangkan, dan memperbarui sistem informasi secara terus menerus.

kepentingan orang pribadi atau badan. Dengan menyimak berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa :

1. Retribusi dipungut oleh pemerintah daerah.

2. Dalam pemungutan terdapat paksaan secara ekonomis.

3. Adanya kontra prestasi yang secara langsung dapat ditunjuk.

4. Retribusi dikenakan pada setiap orang/badan yang telah menggunakan/mengenyam jasa-jasa yang disiapkan negara.

Beberapa pengertian istilah yang terkait dengan retribusi daerah antara lain sebagai berikut :

1. Retribusi daerah, yang selanjutnya disebut retribusi, adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan pemerintah daerah untuk kepentingan pribadi atau badan.

2. Jasa, adalah kegiatan pemerintah daerah berupa usaha dan pelayanan yang menyebabkan barang, fasilitas, atau kemanfaatan lainnya yang dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan.

3. Jasa umum adalah jasa yang disediakan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan lainnya yang dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan.

4. Jasa usaha, adalah jasa yang disediakan oleh pemerintah daerah dengan menganut prinsip-prinsip komersial karena pada dasarnya dapat pula disediakan oleh sektor swasta.

5. Perizinan tertentu, adalah kegiatan tertentu Pemerintah Daerah dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan

yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan atas kegiatan, pemanfaatan ruang, serta penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana dan fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan.

Berdasarkan pengertian istilah di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa yang menjadi objek retribusi daerah adalah :

1. Jasa umum, yakni retribusi yang dikarenakan atas jasa umum digolongkan sebagai retribusi jasa umum.

2. Jasa usaha, yakni retribusi yang dikarenakan atas jasa usaha yang digolongkan sebagai retribusi jasa usaha.

3. Perizinan tertentu, yakni retribusi yang dikarenakan atas perizinan tertentu digolongkan sebagai retribusi perizinan tertentu.

Dan yang menjadi subjek retribusi daerah adalah sebagai berikut:

1. Retribusi jasa umum adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan atau menikmati pelayanan jasa umum yang bersangkutan.

2. Retribusi jasa usaha adalah orang pribadi atau jasa yang menggunakan atau menikmati pelayanan jasa usaha yang bersangkutan.

3. Retribusi perizinan tertentu adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh izin tertentu dari pemerintah daerah.

Selanjutnya yang menjadi prinsip dan sasaran penetapan tarif retribusi adalah sebagai berikut :

1. Retribusi jasa umum, ditetapkan dan diperhatikan biaya penyediaan jasa yang bersangkutan, kemampuan masyarakat, aspek keadilan, dan efektivitas pengendalian atas pelayanan tersebut. Biaya yang dimaksudkan disini meliputi biaya operasi dan pemeliharaan, biaya bunga, dan biaya modal.

2. Retribusi jasa usaha, didasarkan pada tujuan yang diperoleh keuntungan yang lacak, yaitu keuntungan yang diperolah apabila pelayanan jasa usaha tersebut dilakukan secara efisien dan beriorentasi pada harga pasar.

3. Retribusi perizinan tertentu, didasarkan pada tujuan yang menutup sebagian atau seluruh biaya penyelenggaraan pemberian izin yang bersangkutan.

b) Tata cara pemungutan retribusi

Retribusi dipungut dengan pemungutan Surat Ketetapan Retribusi Daerah (SKRD) atau dokumen lain yang dipersamakan berupa karcis, kupon, dan kartu langganan. Dalam hal wajib retribusi tertentu tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang membayar, dikarenakan sanksi administrative berupa bunga sebesar 2% (dua persen) setiap bulan dari retribusi yang terutang yang tidak atau kurang dibayar dan ditagih dengan menggunakan surat tagihan retribusi daerah. Tata cara pelaksanaan pemungutan retribusi ditetapkan dengan peraturan Kepala Daerah.

2. Dana perimbangan, yaitu penerimaan transfer pemerintah daerah dari pemerintah pusat yang dialokasikan dalam anggaran pendapatan dan belanja Negara (APBN). Terdiri dari :

a. Dana bagi hasil.

b. Dana alokasi umum (DAU).

c. Dana alokasi khusus (DAK).

3. Pendapatan lain-lain yang sah terbagi 3 yaitu : a. Hibah/bantuan.

b. Dana penyesuaian/dana otonomi khusus.

Uraian yang tercantum dalam undang-undang tersebut menekankan kepada daerah untuk mampu dan cekatan dalam hal pengelolaan keuangan daerahnya, agar dana-dana yang diperoleh dari berbagai komponen tersebut mampu untuk membiayai kegiatan pembangunan dan melancarkan roda pemerintahan, karena itu setiap daerah lurus harus mengupayakan agar pendapatan daerah dapat dipungut seintensif mungkin.

Pengelolaan keuangan daerah harus diadakan melalui program yang mempunyai sasaran peningkatan dan pengembangan keuangan daerah, misalnya dengan peningkatan efesiensi pembiayaan dan pembangunan otonomi, dan pemantapan manajemen keuangan Negara.

Sehubungan dengan hal itu, dapat dikemukakan bahwa dalam rangka kebijaksanaan keuangan daerah peranan pemerintah daerah dalam hal pengelolaan keuangan dan pendapatan daerah harus ditingkatkan dan disempurnakan sesuai dengan pendapat Kamaluddin sebagai berikut :

Pengeluaran oleh pemerintah daerah setiap tahun didasarkan pada penerimaan daerah, karena dana yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah untuk membiayai kebutuhan sehari-hari dan kebutuhan pembangunan.

Pada dasarnya setiap rancangan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) dan rancangan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) yang merupakan pengeluaran terbagi atas dua yaitu:

1. Pengeluaran Rutin

Pengeluaran rutin adalah pengeluaran yang bersifat permanen atau bersifat kontinyu dan selalu dianggarkan dalam setiap rancangaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan rancangan Anggaran dan Belanja Daerah (APBD), misalnya gaji pegawai negri sipil, maupun pengeluaran untuk subsidi dan lain sebagainya.

Pengeluaran rutin pemerintah daerah setiap tahun didasarkan pada penerimaan daerah setiap tahun didasarkan pada penerimaan daerah, karena dana yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah untuk membiayai kebutuhan sehari-hari diambil dari penerimaan daerah.

2. Pengeluaran pembangunan.

Pengeluaran pembangunan adalah semua pengeluaran negara untuk membiayai proyek pembangunan atau pengeluaran yang ditujukan untuk keperluan pembangunan, baik pembangunan fisik maupun non fisik. Pengeluaran pembangunan bersifat misalnya, pembangunan jalan, jembatan, irigasi dan lain-lain sedangkan

pembangunan non fisik misalnya meliputi pendidikan, pelatihan, penataan pegawai dan lain-lain.

Pembangunan pada dasarnya merupakan suatu proses perubahan dalam arti perbaikan dan peningkatan tarif hidup masyarakat yang baik material maupun spritual. Sedangkan tujuan yang ingin dicapai dalam ekonomi suatu negara atau bangsa yaitu adanya peningkatan pendapatan perkapita serta pemerataan pendapatan melalui kesempatan kerja, dimana salah satu tujuan pembangunan nasional dilakukan negara saat sekarang ini yaitu terwujudnya manusia seutuhnya dan masyarakat adil dan makmur baik material maupun spiritual.

Secara konsepsional, pendapatan pemerintah daerah dapat bersumber dari masyarakat itu sendiri maupun dari luar masyarakat.

Demikian halnya retribusi terminal angkutan merupakan dalam satu sumber pendapatan asli daerah yang sangat potensial untuk menunjang pembiayaan pembangunan.

Sumber pendapatan asli daerah yang cukup besar adalah retribusi daerah, salah satu jenis retribusi daerah yang mempunyai potensi untuk dikembangkan dalam mengoptimalkan atau meningkatkan pendapatan asli daerah adalah terminal angkutan.

Maka dari itu perlu dilakukan suatu pengendalian dibidang pemungutan retribusi tersebut.

Pengendalian ini merupakan implementasi pengendalian intern yang diterapkan dalam Dinas Perhubungan khususnya di bidang pemungutan retribusi terminal angkutan. Tujuannya adalah untuk

penjagaan atau pengawasan dalam pemungutan retribusi terminal angkutan agar dapat dilakukan dengan baik serta sesuai dengan sistem dan prosedur pemungutan retribusi yang telah ditetapkan oleh PERDA.

Bentuk pengendalian ini tidak hanya terlepas dari penjagaan saja tetapi juga bagaimana agar retribusi ini dapat diandalkan sebagai sumber pendapatan asli daerah di Kabupaten Sinjai.

daerah terminal Makassar metro pada pengelolaan terminal di kota Makassar

resmi di kota Makassar ialah kurangnya perhatian dan instansi yang terkait dengan lalu lintas dan juga pemerintah kota Makassar. Penindakan yang kurang tegas dan tidak menimbulkan efek jera bagi para pelanggar aturan dan juga kurang tegas dan tidak menimbulkan efek jera dan kurang kesadaran bagi para calon penumpang.

3. Rinda Yulianti(201 2)

Analisis faktor tidak

tercapainya target penerimaan retribusi terminal di dinas

perhubungan kota

palembang

Metode kualitatif

Analisis faktor penyebab tidak tercapainya target penerimaan retribusi terminal pada dinas perhubungan di kota Palembang adalah penentuan target belum terealisasi, belum sempurna, koordinasi dengan instansi yang terkait, kualitas sumber daya aparat terbatas, fasilitas sarana dan prasarana masih kurang dan kurang disiplinnya petugas.

4. Try

Bambang H (2016)

Implementasi retribusi pelayanan parkir di tepi jalan umum berdasarkan peraturan daerah kabupaten Jeneponto nomor 03 tahun 2012 tentang retribusi jasa umum

Metode kualitatif

Pemungutan parkir merupakan wewewnang dan tanggung jawab Dinas Perhubungan Komunikasi dan informatika kabupaten Jeneponto.

Implementasi

pengelolaan retribusi parkir masih belum maksimal sehingga tidak tercapainya tujuan penyelenggaraan

retribusi parkir di tepi jalan umum.

5. Muhammad Aan

Peran Dinas perhubungan

Pendekatan Kualitatif

Dinas perhubungan dalam optimalisasi

Burhanuddi n (2018)

dalam optimalisasi fungsi terminal Balaraja Kabupaten Tangerang

fungsi termianal Balaraja Kabupaten Tengerang belum berjalan dengan baik, penyebabnya adalah ketidakjelasan status tipe terminal Balaraja

yang menjadi

penghambat Dinas Perhubungan

Kabupaten Tangerang dalam

mengoptimalisasikan tersebut.

6 Dewi

Chrystayanti (2009)

Evaluasi pemungutan retribusi jasa usaha terminal tirtoon Surakarta

Metode Kualitatif

UPTD Terminal sudah menunjukkan struktur organisasi dengan tanggungjawab

fungsional yang tegas, sistem otoritas dan prosedur pencatatan, praktik yang sehat, dan karyawan yang mutunya sesuai tanggung jawab.

7 Rischa Mollytha (2016)

Analisis pemungutan retribusi terminal

Deskriptif kualitatif

Indikator yang telah tercapai dalam pelaksanaan

pemungutan yaitu pada indikator perataan, karena petugas pemungut retribusi terminal Rajabasa telah memungut keseluruhan wajib retribusi, namun ketiga indikator lainnya belum tercapai secara efektifitas dalam mencapai karena ketertiban, prosedur, serta kepatuhan para wajib pajak retribusi masih belum sesuai dengan peraturan yang berlaku, efesiensi belum tercapai karena sumber daya pendukung sertasarana prasarana dalam pelaksanaan pemungutan belum memadai.

8 Yuliyanto (2019)

Efektivitas retribusi terminal dalam

meningkatkan pendapatan asli daerah terminal rawasari kota jambi

Metode kualitatif

Kebijakan tentang pengelolaan retribusi terminal rawasari harus

sesuai dengan

kebijakan yang telah di buat oleh pemerintah jambi, penerimaan pendapatan asli daerah kota jambi di terminal rawasari sangat efektif dalam hasil pendapatan retribusi yang telah melebihi target yang dtetapkan oleh pemerintah kota jambi.

9 Nadiya Aisyah Puteri (2018)

Manajemen retribusi terminal Kalijaga Kabupaten Lebak dalam upaya peningkatan pendapatan asli daerah

Metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif

Manajemen retribusi terminal Kalijaga kabupaten Lebak dalam upaya peningkatan pendapatan asli daerah belum berjalan dengan baik, dikarenakan beberapa kendala yakni tidak adanya rincian waktu kerja petugas

dalam standar

operasional prosedur pemungutan retribusi terminal, hanya menambahkkan jumlah subjek retribusi, sistem penyetoran retribusi yang terlalu kaku, lemahnya sumber daya manusia.

10 Septivani Wicaksono (2017)

analisis mekanisme pemungutan retribusi parkir sebagai upaya optimalisasi pendapatan asli daerah (PAD) kota Malang

Deskriptif Mekanisme

pemungutan retribusi parkir yang dijalankan Dinas Perhubungan kota Malang tidak optimal sehingga dalam penerimaan retribusi parkir terhadap PAD

kota Malang

mengakibatkan belum maksimal.

Dalam penelitian ini objek penelitian tertuju pada Dishubkominfo Kabupaten Sinjai. Dishub merupakan instansi pemerintah yang melakukan pemungutan retribusi terminal angkutan. Retribusi terminal angkutan merupakan sumber pendapatan asli daerah. Seperti yang diketahui bahwa retribusi terminal angkutan merupakan salah satu sumber pendapatan asli daerah yang sangat potensial untuk menunjang pembiayaan pembangunan. Retribusi tersebut merupakan asset Negara sehingga tidak menutup kemungkinan dapat terjadinya penyelewengan dan penyalahgunaan terhadapnya.

Salah satu upaya yang dilakukan oleh perusahaan agar dapat menjaga dan melindungi asset tersebut yaitu dengan melakukan pengendalian intern. Pengendalian intern merupakan suatu sistem yang diterapkan oleh manajemen guna meminimalisir kesalahan-kesalahan yang dapat terjadi didalam suatu sistem operasi.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada skema kerangka berfikir di bawah ini :

Gambar 2.1 Skema Kerangka Pikir Retribusi Terminal Angkutan

Pengendalian Intern a. Lingkungan Pengendalian b. Penetapan resiko

c. Sistem informasi dan komunikasi d. Pemantauan atau pengawasan e. Afektifitas pengendalian

Analisis Deskriptif

Efektivitas Pengendalian intern DISHUB SINJAI

37

C. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian merupakan tempat dilakukannya sebuah penelitian. Dalam penelitian deskriptif, lokasi penelitian merupakan hal yang sangat penting karena lokasi penelitian merupakan objek dan tujuan untuk mempermudah penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada Kantor Dinas Perhubungan yang berlokasi di jl Bulu Pattuku, Bongki, Sinjai Utara, Kabupaten Sinjai.

D. Sumber Data

a. Data Primer merupakan sumber data yang diperoleh penelitian secara langsung dari sumber data yang asli. Sumber data yang diwawancarai oleh peneliti yaitu Sekretaris Dinas Perhubungan, kepala UPTD Terminal, Bendahara UPTD Terminal, karyawan UPTD Terminal, dan pengguna terminal.

b. Data sekunder merupakan sumber data yang peneliti yang diperoleh melalui media perantara. Data sekunder umumnya berupa bukti catatan atau laporan yang telah tersusun dalam arsip yang dipublikasikan dan tidak dipublikasikan. Data informasi melalui wawancara dan pengambilan data di bendahara penerima Dinas Perhubungan.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Penelitian pustaka (lebrary research)

Penelitian pustaka dilakukan dengan melakukan mengumpulkan data teoritis yang bersumber dari buku-buku, literatur dan media penulisan

lainnya yang ilmiah yang dimaksudkan dapat menambah referensi tentang teori-teori ilmiah yang dapat berkaitan dengan penelitian.

2. Penelitian lapangan (field research)

Penelitian lapangan adalah penelitian yang dilakukan dengan melakukan penelitian langsung di Kantor Dinas Perhubungan Kabupaten Sinjai dengan melakukan pendekatan-pendekatan pada objek penelitian, diantaranya:

a. Observasi, yaitu suatu penelitian yang dilaksanakan dengan pengamatan secara langsung terhadap objek penelitian.

b. Wawancara, yaitu suatu penelitian yang dilakukan dengan cara tanya jawab langsung dengan pihak kantor, khususnya pada bagian yang berkitan langsung dengan penelitian.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalan semua alat yang digunakan untuk mengumpulkan, memeriksa, dan menyelidiki suatu masalah serta mengelola, menyajikan dan menganalisa data-data yang diperoleh secara objektif untuk menyelesaikan sebuah masalah. Instrumen penelitian dalam penelitian ini adalah:

1. Daftar wawancara 2. Buku catatan 3. Perekam suara 4. Alat tulis

G. Metode Analisis Data

Menurut Miles dan Huberman (1992) kegiatan analisis terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu reduksi data penyajian

data dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Teknik analisis data yang digunakan dalam peneltian ini mencakup transkip hasil wawancara, reduksii data, analisis, interprestasi data. Dari hasil analisis data kemudian ditarik kesimpulan. Adapun model analisis datanya sebagai berikut :

Model Analisis Data Interaktif Miles dan Huberman Pengumpulan data

Reduksi data Verifikasi/Penarikan

kesimpualn Penyajian data

41 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Sejarah Singkat Dinas Perhubungan Kab Sinjai

Dinas Perhubungan Kabupaten Sinjai saat ini telah mengalami beberapa perubahan dalam strukur organisasi yang dimana diatur dalam Peraturan Bupati Sinjai Nomor 68 Tahun 2016 tentang susunan tugas pokok dan fungsi serta tata kerja Dinas Perhubungan Kabupaten Sinjai. Saat ini pegawai Dinas Perhubungan Kabupaten Sinjai berjumlah 217 orang, dimana Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebanyak 74 orang, tenaga kontrak sebanyak 6 orang dan tenaga sukarela sebanyak 137 orang yang tersebar di berbagai bidang kerja.

Dalam perkembangannya sampai saat ini Dinas Perhubungan Kabupaten Sinjai talah dipimpin oleh Berberapa Kapala Dinas, antara lain:

Tabel 4.1 Daftar Nama- Nama Pimpinan Dinas Perhubungan

No Nama Periode Keterangan

1 H. Junaid. S,STP 1999 Kepala Dinas

2 Nur Syamsu Mus. S.Sos 1999 – 2004 Kepala Dinas 3 A.Bahar Paduppa, S.Sos 2004 – 2007 Kepala Dinas 4 Syamsul Rijal Amier, S. Sos 2007 – 2010 Pelaksana

Tugas (plt) 5 H.firdaus, S.Sos., M.Si 2010 – 2013 Pelaksana Tugas (plt)

6 Agung Budi Prayogo, S.STP 2013 Pelaksana Tugas (plt) 7 H.Firadaus, S.Sos., M.Si 2013 – 2017 Kepala Dinas

8 Aslan Abbas, SH., MH

Januari – 12

Juni 2017 Kepala Dinas

9 H.Firdaus, S.Sos., M.Si

19 Juni – 23 April 2018

Pelaksana Tugas (plt)

10

A.Irwansyahrani Yusuf, S.STP., M.Si

24 April 2018 Sampai Sekarang

Kepala Dinas

2. Visi dan Misi Dinas Perhubungan Kab Sinjai

Dinas Perhubungan Kabupaten Sinjai merupakan sumbu utama dalam peningkatan prasarana dalam hal perhubungan di daerah sinjai, untuk itu aparatur pada unit kerja ini dituntut untuk senantiasa menggali sehingga terwujudnya sistem transportasi yang mampu berdayasaing.

Visi merupakan suatu pandangan jauh kedepan tentang tujuan yang akan dicapai. Adapun Visi dan Misi Dinas Perhubungan Kabupaten Sinjai yaitu sebagai berikut:

a. Visi

Adapun Visi dari Dinas Perhubungan Kabupaten Sinjai yaitu:

“Terujudnya sisem transportasi yang handal berdaya saing yang serta memberi nilai tambah”.

b. Misi

Adapun Misi dari Dinas Perhubungan Kabupaten Sinjai yaitu sebagai berikut :

1) Meningkatkan keselamatan dan keamanan transportasi dalam upaya peningkatan pelayanan jasa transportasi.

2) Meningkatkan aksebilitas masyarakat terhadap pelayanan jasa transportasi.

3) Meningkatkan kinerja pelayanan jasa transportasi.

4) Mewujudkan pengembangan teknologi transportasi yang ramah lingkungan untuk mengantisipasi perubahan iklim.

3. Struktur Organisasi Dinas Perhubungan Kabupaten Sinjai

Struktur organisasi adalah suatu susunan dan hubungan antara tiap bagian serta posisi yang ada pada suatu organisasi atau perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasional untuk mecapai tujuan yang diharapkan dan diinginkan. Struktur organisasi menggambarkan dengan jelas pemisahan kegiatan pekerjaan antara yang satu dengan yang lain.

Adapun struktur organisasi Dinas Perhubungan Kabupaten Sinjai, dapat dilihat pada bagan di bawah ini:

Pada Dinas Perhubungan Kabupaten Sinjai terdapat beberapa bidang kerja yang mengharuskan seorang pegawai

memiliki lisensi khusus, tapi secara umum untuk kegiatan Administrasi sudah menjadi tanggungjawab dibidang masing-masing sehingga apa yang menjadi kebutuhan dalam suatu bidang dapat diselesaikan.

Berdasarkan dari struktur organisasi, sebagai pucuk pimpinan Kepala Dinas mempunyai tugas pokok yaitu menyelenggarakan sebagian kewenangan kabupaten dalam bidang perhubungan darat dan laut, melaksanakan tugas pembantuan dan melaksanakan tugas- tugas lain yang diberikan oleh Bupati kepadanya.

Berdasarkan peraturan Bupati Sinjai Nomor 68 tahun 2016 Tentang susunan tugas pokok dan fungsi serta tata kerja Dinas Perhubungan Kabupaten Sinjai mempunyai tugas pokok dan fungsi sebagai berikut:

a. Kepala Dinas Perhubungan

1) Menetapkan dan Merencanakan rencana Kerja Anggaran (RKA), Dokumen Perencanaan Anggaran (DPA) Dokumen Perencanaan Perubahan Anggaran (DPPA) dan Renja SKPD Dinas Perhubungan Kabupaten Sinjai

2) Menyelenggarakan penataan dan pelayanan administrasi manajemen kepegawaian

3) Menetapkan standar pelayanan minimal perhubungan kabupaten sinjai

b. Sekretaris

1) Menganalisis bahan dalam rangka penyusunan kebijakan dalam bidang perencanaan, evaluasi, dan pelaporan, bidang kepegawaian dan keuangan surat bidang umum dan kelengkapan.

2) Melaksanakan pembinaan organisasi dan tatalaksana rencana kerja dilingkup sekertariat.

3) Melaksanakan Administrasi Umum dan kepegawaian, program dan keuangan.

4) Pelaksanaan data dan imformasi keputusan dan hubungan masyarakat dilingkup administrasi umum dan kepegawaian, program dan keuangan.

a) Sub. Bagian Program dan Keuangan

(1) Menyusun rencana kegiatan Sub Bagian Program dan Keuangan sebagaipedoman dalam melaksanakan urusan Program dan Keuangan pada Bendahara.

(2) Menyusun standar operasional prosedur dalam pelaksanaan kegiatan pada Sub Bagian Program dan Keuangan.

(3) Menyusun rencana kerja dan anggaran dan dokumen pelaksanaan anggaran Dinas

(4) Menyusun rencana kinerja, dokumen perjanjian kerja Dinas.

(5) Memfasilitasi penyusunan rencana kinerja, rencana aksi dan laporan kinerja masing - masing jabatan dilingkungan Dinas.

(6) Menyusun laporan kinerja Dinas meliputi laporan bulanan, triwulanan, semisteran dan laporan kinerja tahunan.

b) Sub Bagian Umum dan Kepegawaian

(1) Menyusun rencana anggaran (RKA) pada sub bagian umum dan kepegawaian

(2) Melakukan tata data dinas dan tata kearsipan

(3) Melakukan pengadaan kebutuhan ATK, barang perlengkapan dan peralatan kantor

(4) Menghimpun dan mendokumentasikan peraturan perundang- undangan dibidang kepegawaian

(5) Menyelesaikan data kepegawaian c. Bidang Perhubungan Darat

1) Merumuskan rencana kegiatan Bidang Perhubungan Darat 2) Melaksanakan perumusan kebijakan Perhubungan Darat

3) Merumuskan rancangan kebijakan dan regulasi kewenangan kabupaten Perhubungan Darat

4) Merumuskan penyusunan profil manajemen rekayasa lalu lintas, peningkatan keselamatan dan angkutan darat

5) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan berkaitan dengan tugas pokok organisasi guna mendukung kinerja organisasi.

a) Seksi Manajemen Rekayasa Lalu Lintas

(1) Menyusun rencana kegiatan seksi Manajemen rekayasa lalu lintas

(2) Menyusun standar operasional prosedur dalam pelaksanaan kegiatan pada Seksi Manajemen rekayasa lalu lintas

(3) Memberi bimbingan dan petunjuk kepada bawahan dalam melaksanakan tugas manajemen rekayasa lalu lintas

(4) Melakukan kajian terkait manajemen rekayasa lalu lintas

b) Seksi Peningkatan Keselamatan

(1) Menyusun rencana kegiatan seksi peningakatan keselamatan (2) Menyusun standar operasional prosedur dalam pelaksanaan

kegiatan pada Seksi Peningkatan Keselamatan (3) Melakukan kajian terkait peningkatan keselamatan c) Seksi Angkutan Darat

(1) Menyusun standar operasional prosedur dalam pelaksanaan kegiatan pada Seksi Angkutan Darat

(2) Menyusun rencana kegiatan seksi Angkutan Darat

(3) Menyusun penyiapan bahan pemberian ijin Angkutan Darat (4) Melaksanakan penyiapan bahan penyusunan dan penetapan

jaringan trayek

(5) Melaksanakan pembinaan dan pengelolaan Angkutan Darat

b. Bidang Bina Teknik, Sarana & Prasarana

1) Merumuskan rencana kegiatan Bidang Bina Teknik, Sarana dan Prasarana sebagai pedoman dalam pelaksanaan tugas

2) Melaksanakan perumusan kebijakan Bina Teknik, Sarana dan Prasarana

3) Merumuskan rancangan kebijakan dan regulasi kewenangan kabupaten Bidang Bina Teknik, Sarana dan Prasarana

a) Seksi Sarana dan Prasarana

(1) Menyusun rencana kegiatan Seksi Sarana dan Prasarana

(2) Menyusun standar operasional prosedur dalam pelaksanaan kegiatan pada Seksi Sarana dan Prasarana

(3) Menyusun rumusan kebijakan sarana dan prasarana

(4) Melakukan koordinasi kebijakan sarana dan prasarana

(5) Menyusun pelaksanaan inventarisasi dalam menunjang ketertiban lalu lintas dengan mengendalikan kebutuhan sarana dan prasarana lalu lintas

b) Seksi Bina Teknik

(1) Menyusun rencana kegiatan Seksi Bina Teknik

(2) Menyusun standar operasional prosedur dalam pelaksanaan kegiatan pada Seksi Bina Teknik

(3) Menyusun rumusan kebijakan Bina Teknik (4) Melakukan koordinasi kebijakan Bina Teknik (5) Melakukan kajian terkait Bina Teknik

c) Seksi Data Informasi, Monitoring dan Evaluasi

(1) Menyusun rencana kegiatan seksi data dan evaluasi

(2) Menyusun standar operasional prosedur dalam pelaksanaan kegiatan pada seksi data dan evaluasi

(3) Menyusun rumusan kebijakan data dan evaluasi (4) Melakukan koordinasi kebijakan data dan evaluasi (5) Melaksanakan pengolahan data dan evaluasi c. Bidang Perhubungan Laut

1) Merumuskan rencana kegiatan Bidang Perhubungan Laut sebagai pedoman dalam pelaksanaan tugas

2) Melaksanakan perumusan kebijakan Bidang Perhubungan Laut 3) Merumuskan rancangan kebijakan dan regulasi kewenangan

kabupaten Bidang Perhubungan Laut

Dokumen terkait