• Tidak ada hasil yang ditemukan

B. Perencanaan Unit Kerja Rekam Medis

9. Clinical Pathway

a. Konsep Clinical Pathway

Definisi clinical pathway menurut Firmanda (2005) adalah suatu konsep perencanaan pelayanan terpadu yang merangkum setiap

langkah yang diberikan kepada pasien berdasarkan standar pelayanan medis dan asuhan keperawatan yang berbasis bukti dengan hasil yang terukur dan dalam jangka waktu tertentu selama di rumah sakit.

Firmanda (2005) mengatakan bahwa prinsip dalam dalam penyusunan clinical pathway, memenuhi beberapa hal mendasar, seperti:

1) Seluruh kegiatan pelayanan yang diberikan harus secara integrasi dan berorientasi fokus terhadap pasien serta berkesinambungan;

2) Melibatkan seluruh profesi yang terlibat dalam pelayanan rumah sakit terhadap pasien;

3) Dalam batasan waktu yang telah ditentukan sesuai dengan keadaan perjalanan penyakit pasien dan dicatat dalam bentuk periode harian untuk kasus rawat inap atau jam untuk kasus kegawatdaruratan;

4) Mencatat seluruh kegiatan pelayanan yang diberikan kepada pasien secara terintegrasi dan berkesinambungan ke dalam dokumen rekam medis;

5) Setiap penyimpangan langkah dalam penerapan clinical pathway dicatat sebagai varians dan dilakukan kajian analisis dalam bentuk audit;

6) Varians tersebut dapat karena kondisi perjalanan penyakit, penyakit penyerta atau komplikasi maupun kesalahan medis;

7) Varians tersebut dipergunakan sebagai salah satu parameter dalam rangka mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan.

Feuth dan Claes (2008) mengemukakan bahwa ada 4 komponen utama clinical pathway, yaitu meliputi: kerangka waktu, kategori asuhan, kriteria hasil dan pencatatan varian.

Kerangka waktu menggambarkan tahapan berdasarkan pada hari perawatan atau berdasarkan tahapan pelayanan seperti: fase pre- operasi, intraoperasi dan pasca-operasi. Kategori asuhan berisi

aktivitas yang menggambarkan asuhan seluruh tim kesehatan yang diberikan kepada pasien. Aktivitas dikelompokkan berdasarkan jenis tindakan pada jangka waktu tertentu. Kriteria hasil memuat hasil yang diharapkan dari standar asuhan yang diberikan, meliputi kriteria jangka panjang yaitu menggambarkan kriteria hasil dari keseluruhan asuhan dan jangka pendek, yaitu menggambarkan kriteria hasil pada setiap tahapan pelayanan pada jangka waktu tertentu. Lembaran varian mencatat dan menganalisis deviasi dari standar yang ditetapkan dalam clinical pathway. Kondisi pasien yang tidak sesuai dengan standar asuhan atau standar yang tidak bisa dilakukan dicatat dalam lembar varian.

Langkah-langkah penyusunan format clinical pathway memenuhi hal-hal sebagai berikut:

1) Komponen yang mencakup definisi dari clinical pathway;

2) Memanfaatkan data yang ada di lapangan rumah sakit dan kondisi setempat yaitu data laporan morbiditas pasien yang dibuat setiap rumah sakit berdasarkan buku petunjuk pengisian, pengolahan dan penyajian data rumah sakit dan sensus harian untuk penetapan topik clinical pathway yang akan dibuat dan lama hari rawat;

3) Variabel tindakan dan obat-obatan mengacu kepada standar pelayanan medis, standar prosedur operasional dan daftar standar formularium yang telah ada di rumah sakit.

b. Komponen clinical pathway

Menurut Hill, 1998 dalam Feuth and Claes, 2007, terdapat empat komponen utama Clinical Pathway meliputi :

1) Kerangka Waktu, menggambarkan tahapan berdasarkan pada hari perawatan atau berdasarkan tahapan pelayanan, seperti: fase pre, intra dan pasca operasi;

2) Kerangka Asuhan, berisi aktivitas asuhan seluruh tim kesehatan yang diberikan kepada pasien, dan aktivitas tersebut dikelompokkan berdasarkan jenis tindakan, seperti: tindakan medik, pemberian obat, pemeriksaan penunjang medik, nutrisi dan aktivitas pada jangka waktu tertentu;

3) Kriteria Hasil, memuat hasil dari standar asuhan yang diberikan, meliputi kriteria jangka panjang (menggambarkan kriteria hasil dari keseluruhan asuhan), dan kriteria jangka pendek (menggambarkan kriteria hasil pada setiap tahapan pelayanan);

4) Lembar Pencatatan Varian, mencatat dan menganalisis deviasi dari standar ditetapkan dalam Clinical Pathway, kondisi pasien tidak sesuai dengan standar asuhan atau standar tidak bisa dilakukan, kesemuanya dicatat dalam lembar varian ini.

c. Proses tahapan penyusunan Clinical Pathway 1) Pembentukan Tim Penyusun Clinical Pathway

Tim Penyusun terdiri dari staf multi disiplin dari semua tingkat dan jenis pelayanan, bila diperlukan, Tim dapat mencari dukungan dari konsultan atau institusi diluar Rumah Sakit seperti organisasi profesi sebagai nara sumber, yang bertugas untuk menentukan dan melaksanakan langkah-langkah penyusunan Clinical Pathway.

2) Identifikasi Key Players

Bertujuan untuk mengetahui siapa saja terlibat dalam penanganan kasus atau kelompok pasien untuk merencanakan fokus group dengan key players bersama dengan pelanggan internal dan eksternal.

3) Pelaksanaan Site Visit di Rumah Sakit

Bertujuan untuk mengenal praktek yang berlangsung, menilai sistem pelayanan dan memperkuat alasan mengapa Clinical Pathway perlu disusun, jika perlu dilanjutkan dengan site visit

eksternal setelah sebelumnya melakukan identifikasi partner benchmarking, guna mengembangkan ide.

4) Studi Literatur

Diperlukan untuk menggali pertanyaan klinis yang perlu dijawab dalam pengambilan keputusan klinis dan untuk menilai tingkat dan kekuatan bukti ilmiah, dan diharapkan menghasilkan laporan dan rekomendasi tertulis.

5) Diskusi Kelompok Terarah

Hal ini dilakukan untuk mengenal kebutuhan pelanggan (internal dan eksternal), dan menyesuaikan dengan kemampuan rumah sakit dalam memenuhi kebutuhan tersebut, serta untuk mengenal kesenjangan antara harapan pelanggan dan pelayanan, lebih lanjut diperlukan untuk memberikan masukan dalam pengembangan indikator mutu pelayanan klinis dan pengukuran tingkat kepuasan pelanggan

6) Penyusunan Pedoman Klinik

Hal ini dilakukan dengan mempertimbangkan hasil site visit, hasil studi literatur berbasis bukti ilmiah dan hasil diskusi kelompok daerah atau Focus Group Discussion, pedoman klinik ini perlu disusun dalam bentuk alur pelayanan untuk diketahui juga oleh pasien.

7) Analisis Bauran Kasus

Dilakukan untuk menyediakan informasi penting baik pada saat, sebelum, dan setelah penerapan Clinical Pathway, meliputi : length of stay (LOS), biaya per kasus, obat-obatan, tes diagnosis, intervensi, praktek klinis dan komplikasinya.

8) Menetapkan Sistem Pengukuran Proses dan Outcome

Contoh ukuran proses antara lain pengukuran fungsi tubuh dan mobilitas, tingkat kesadaran, temperatur tubuh, tekanan darah, fungsi dan skala kesehatan pasien (wellness indicator).

9) Mendisain dokumentasi Clinical Pathway

Penyusunan dokumentasi Clinical Pathway perlu memperhatikan format Clinical Pathway, ukuran kertas, tepi dan perforasi untuk filing, dan agar diperhatikan bahwa penyusunan dokumentasi perlu mendapatkan ratifikasi oleh instalasi Rekam Medik untuk melihat kesesuian dengan dokumentasi lain.

Dari hasil analisis, diharapkan menghasilkan identifikasi variasi umum dalam pelayanan, memberi sinyal kepada staf akan adanya pasien tidak mencapai perkembangan yang diharapkan, memperbaiki format Clinical Pathway dengan menyetujui perubahan dan perlu dilakukan identifikasi aspek-aspek yang dapat diteliti lebih lanjut.

Hasil analisis variasi dapat menetapkan jenis variasi dapat dicegah dan tidak dapat dicegah, untuk selanjutnya menetapkan solusi bagi variasi dapat dicegah (variasi tidak dapat dicegah, dapat berasal dari penyakit penyerta yang menyebabkan pelayanan menjadi kompleks bagi seorang individu).

Manfaat penerapan atau implementasi Clinical Pathway, diharapkan pasien benar-benar mendapatkan pelayanan yang dibutuhkan sesuai kondisi penyakitnya, sehingga biaya yang dikeluarkan dapat sesuai dengan hasil perawatan yang diharapkan diterimanya, dan sebagai panduan dokter dalam melakukan detail tahapan perawatan terhadap pasiennya.

Dalam dokumen Dokumen Rekam Medis dan Informasi Kesehatan (Halaman 75-80)

Dokumen terkait