• Tidak ada hasil yang ditemukan

CYBER PUBLIC RELATIONS MUHAMMADIYAH MELALUI MEDIA SOSIAL

CYBER PUBLIC RELATIONS MUHAMMADIYAH

menjadi semacam merek (brand) yang mencerminkan, baik pemikiran maupun praktik Islam yang moderat, inovatif, dan sesuai dengan per- kembangan zaman. Kegiatan sosialisasi Islam Berkemajuan dilakukan melalui kehumasan organisasi atau public relations (PR). Muhammadi- yah telah berkiprah lebih dari satu abad. Amal usaha dan karya Muham- madiyah di berbagai bidang telah diketahui dan dirasakan manfaatnya oleh masyarakat luas. Muhammadiyah era revolusi informasi sudah saat- nya meningkatkan syiar dalam segala pencapaiannya melalui praktik cyber public relations (CPR) menggunakan media sosial.

Istilah Cyber PR di Indonesia dikenal juga dengan Elektronik PR (E- PR), Online PR, Digital PR (MS, 2019; Satira & Hidriani, 2021). Peng- gunaan Cyber PR muncul seperti halnya istilah Cyber Diplomacy, Cyber Marketing, Cyber Security, dan lain lain, mengacu pada penggunaan tek- nologi internet dalam mengelola organisasi untuk berinteraksi dengan khalayak (publik) (Anshar, 2019). Praktek CPR merupakan salah satu bagian dari kegiatan hubungan masyarakat dengan mengadaptasi peng- gunaan teknologi informasi dan komunikasi (Satira & Hidriani, 2021).

Tulisan ini akan fokus pada penggunaan media sosial sebagai bagian tek- nologi internet dalam melakukan PR dan mengambil objek kajian Mu- hammadiyah.

Media sosial sebagai alat PR yang signifikan bagi organisasi karena me- nyediakan berbagai platform komunikasi dengan publik dan dapat me- ningkatkan kehadiran mereka secara daring. Media sosial menyediakan lingkungan yang sempurna untuk mencapai tujuan PR, seperti menye- barkan informasi, menjadi interaktif dengan publik menggunakan pen- dekatan komunikasi dua arah, dapat hadir secara daring serta memba- ngun hubungan dengan berbagai publik (Bashir & Aldaihani, 2017).

Media sosial harus menjadi inti dari kegiatan PR karena media sosial da- pat meningkatkan hubungan organisasi dengan masyarakat (Allagui &

Breslow, 2016).

Media sosial merupakan istilah luas yang mengacu pada orang-orang yang berinteraksi dalam komunikasi daring multiarah. Ini berbeda dari

komunikasi satu arah secara tradisional dengan kelebihan memberikan pengalaman interaktif di antara peserta daripada sekedar alat transmisi yang menyiarkan informasi tanpa reaksi atau respons secara langsung (Saxton et al., 2017). Individu, organisasi, bisnis, pemerintah, dan komu- nitas menggunakan media sosial, didukung oleh ketersediaan internet se- cara global telah menjadikan komunikasi lebih interaktif. Populasi dunia berjumlah sekitar 7,6 miliar pada tahun 2019, dan lebih dari setengah penduduk di dunia menggunakan internet secara berkala. Data Statistika menunjukkan bahwa rata-rata, pengguna internet di seluruh dunia menghabiskan 135 menit setiap hari di jejaring sosial pada tahun 2019 (Reilly, 2020).

Penting diketahui, dalam beberapa literatur juga menunjukkan bahwa media sosial dan PR berada dalam kondisi timbal balik yang saling meng- untungkan. Hal ini mengacu pada kepercayaan yang dipegang teguh bah- wa media sosial dan PR berfungsi pada dua hal. Pertama, untuk membina hubungan, serta untuk mempromosikan interaksi antara anggota audiens yang menjadi target dengan perusahaan atau organisasi. Kedua, mampu menghubungkan di antara anggota audiens sebagai target PR (Allagui &

Breslow, 2016). Sebagaimana (Wang et al., 2021) menemukan bahwa peneliti PR telah mempelajari praktik hubungan masyarakat di media so- sial selama lebih dari satu dekade. Lebih khusus lagi, para akademisi telah meneliti bagaimana perusahaan, organisasi non-profit, dan pemerintah menggunakan media sosial untuk membangun hubungan dengan masya- rakat.

Cyber Public Relations Menggunakan Media Sosial

Public Relations (PR) di Indonesia sering disebut Hubungan Masyara- kat. Public Relations Society of America mendefinisikan PR adalah proses komunikasi strategis yang membangun hubungan yang saling mengun- tungkan antara organisasi dan publik mereka (Page & Parnell, 2018, p.

47). Menurut Paul Holmes PR berakar pada makna dari kata public dan relations, sehingga memberikan pengertian public relations sebagai disi-

plin mengelola hubungan antara suatu organisasi dan banyak orang yang untuk kesuksesan serta dengan siapa ia berinteraksi, termasuk memasti- kan bahwa hubungan tersebut memfasilitasi tujuan strategis organisasi (Page & Parnell, 2018, p. 48). Dalam praktiknya, hal ini biasanya meli- batkan manajemen organisasi yang mencoba menyampaikan informasi ini kepada audiens dari eksternal dan internal organisasi serta dalam ber- bagai tingkatan, mencoba untuk menerima informasi dari berbagai pe- mangku kepentingan (Phillips & Young, 2009, p. 4).

Tujuan utama PR adalah untuk membangun citra organisasi dan me- merlukan proses untuk mewujudkannya. Citra adalah persepsi masyara- kat terhadap oraganisasi yang berasal dari nilai-nilai kepercayaan (trust) dan apabila kepercayaan itu diberikan terus-menerus akan membentuk opini publik yang luas (Kholisoh, 2015). Diharapkan dengan PR melalui media sosial dapat membangun citra positif suatu organisasi karena ke- mampuannya menjangkau publik luas, menyimpan data untuk diguna- kan kembali dan dapat melakukan komunikasi simetris multiarah.

Muhammadiyah sebagai gerakan Islam terbesar telah banyak berbuat untuk kemajuan dan kesejahteraan masyarakat. Muhammadiyah membi- na akal pikiran melalui amal usaha pendidikan, mengupayakan kesehatan dengan mendirikan Rumah Sakit PKU (Penolong Kesengsaraan Umum), menyantuni fakir miskin dan anak yatim piatu, menangani ben- cana, dan lain-lain. Citra Muhammadiyah adalah gerakan Islam moderat, berkonstribusi besar bagi peradaban, menawarkan Islam Berkemajuan, baik dari pemikiran maupun praktik keagamaan. Oleh karena itu, PR Muhammadiyah perlu lebih menyadari peran besar media sosial dalam proses PR agar citra tersebut dapat meningkat.

PR Muhammadiyah hendaklah menerapkan prinsip-prinsip PR yang dikembangkan menjadi teori media sosial dalam PR oleh (Kent & Li, 2020). Pertama, media sosial harus melayani kepentingan semua pe- mangku kepentingan/publik, bukan hanya kepentingan organisasi. Ke- dua, komunikasi media sosial yang asli harus didasarkan pada keterlibat- an dialogis daripada keterlibatan palsu atau penerimaan pesan. Ketiga,

komunitas media sosial terdiri dari jaringan yang dipilih sendiri. Keem- pat, ruang media sosial adalah tempat budaya seperti halnya komunitas.

Kelima, arsitektur media sosial tidak sama dengan media lainnya. Ke- enam, media sosial dapat menjadi alat membangun hubungan daripada pasar

Penerapan PR Menggunakan Media Sosial di Muhammadiyah.

Muhammadiyah telah lama menggunakan media sosial untuk men- jangkau publik yang lebih luas. Bagian ini akan fokus pada empat akun media sosial resmi yang dikelola oleh PP Muhammadiyah. Keempat akun tersebut adalah Twitter, Instagram, YouTube, dan Facebook. Twitter dipe- lajari karena empat alasan: 1) sebagai saluran media sosial yang paling umum digunakan oleh perusahaan global, 2) digunakan oleh 84 persen bisnis, 3) menawarkan banyak fitur berguna (misalnya, "@" dan tagar) untuk komunikasi dialogis, dan 4) hampir semua halaman Twitter resmi yang dikelola organisasi dapat diakses oleh pengguna mana pun (Wang

& Yang, 2020).

Instagram memiliki dampak maksimal untuk mendefinisikan penga- ruh sosial dibandingkan dengan faktor Twitter dan Facebook lainnya. To- tal keterlibatan yang dikumpulkan oleh posting Instagram lebih berdam- pak dibandingkan dengan Twitter. Catatan penting dari perbandingan tersebut menyimpulkan bahwa tetap diperlukan beragam media sosial karena fitur yang berbeda memiliki signifikansi yang berbeda-beda untuk masing-masing platform (Arora, et al., 2019).

YouTube telah dianalisis secara kuantitatif, yakni terdapat sebanyak 73.120 video Islami yang diunggah di YouTube pada 2011-2020. Hasil- nya menunjukkan bahwa video Islami di YouTube tumbuh terus-mene- rus lebih dari dua kali lipat dalam delapan tahun, seperti penelitian (Al- Zaman, 2022) menemukan kenaikan unggahan video Islami dari 6,04 persen pada tahun 2011 menjadi 13,11 persen pada tahun 2019.

Facebook telah memperoleh popularitas karena nilai yang dirasakan- nya kepada pengguna. Facebook dapat digunakan untuk memperoleh in-

formasi, media belajar bagaimana melakukan sesuatu, menghasilkan ide, berteman, dan membuat seseorang melakukan sesuatu (Ainin, et al., 2015). Facebook merupakan salah satu platform media sosial terkemuka di dunia (7,91 miliar pengguna). Pengguna Facebook memungkinkan un- tuk membuat akun pribadi dengan foto, informasi demografis dasar dan aktivitas (bagian Suka dan menaruh Minat). Publik menggunakan inter- net setiap hari, terutama melibatkan diri dengan konten yang muncul pa- da notifikasi berita yang berkaitan dengan mereka (Šola, et al., 2022).

Akun media sosial resmi PP Muhammadiyah sampai Juni 2022, Twitter dengan akun @muhammadiyah dengan jumlah pengikut 246.759 dibuat pada September 2009. Instagram dengan akun @lensamu dengan jumlah pengikut 230.000 dibuat pada April 2015. YouTube de- ngan akun Muhammadiyah Channel dengan jumlah subscriber 79.400 dibuat pada 16 November 2013. Fan Page Facebook dengan akun Persya- rikatan dengan jumlah pengikut 259.018.

Twitter Instagram

YouTube Fan Page Facebook

Muhammadiyah telah menggunakan empat media sosial tersebut un- tuk menjangkau publik. Pertanyaannya, apakah media sosial resmi yang dikelola PP Muhammadiyah telah berfungsi sebagai CPR untuk memba- ngun citranya? Untuk menjawab pertanyaan tersebut setidaknya enam prinsip PR yang dikemukakan oleh Kent & Li, 2020 menjadi acuan.

Enam prinsip PR tersebut adalah:

1. Media sosial harus melayani kepentingan semua pemangku ke- pentingan/publik, bukan hanya kepentingan organisasi. Apabila mencermati konten yang terdapat pada akun media sosial Mu- hammadiyah. Prinsip ini tidak sulit dipenuhi oleh Muhammadi- yah. Muhammadiyah telah melampaui kepentingannya sendiri dengan amal usaha dan tindakan sosial kemanusiaan yang nyata.

Majelis-majelis dan lembaga yang ada di Muhammadiyah, mulai dari tingkat pusat sampai ranting, sangat menyentuh kebutuhan publik secara luas. Terdapat Majelis Pemberdayaan Masyarakat yang berbuat nyata untuk mengadvokasi dan memberdayakan kelompok rentan, seperti perempuan, pekerja non-formal (tu- kang becak-petani-nelayan-buruh), dan kaum difabel. Lembaga Amil Zakat Infaq dan Shadaqah (Lazismu) dan Lembaga Penang-

gulangan Bencana (LPB) adalah contoh lain yang melayani pu- blik sebagai tanggung jawab sosial. Salah satu strategi PR adalah dengan tanggung jawab sosial (Bakiyah, et al., 2022). Muham- madiyah, dalam hal ini, tidak diragukan lagi.

2. Komunikasi media sosial yang asli harus didasarkan pada keterli- batan dialogis daripada keterlibatan palsu atau penerimaan pesan.

Menurut (Kent & Li, 2020) keterlibatan adalah proses memeli- hara hubungan, kepercayaan, kebersamaan, dan lain-lain. Media sosial harus direduksi menjadi praktik komunikasi searah. PR Muhammadiyah dengan Media sosial dapat digunakan mengirim pesan saat krisis atau digunakan untuk membangun pengenalan merek (brand) seperti memperkuat brand Islam Berkemajuan.

3. Komunitas media sosial terdiri dari jaringan yang dipilih sendiri.

CPR dengan media sosial hendaknya berfungsi lebih luas, tidak sekedar untuk mengirimkan pesan kepada sembarang orang.

Prinsip ketiga ini menekankan pentingnya pengiriman pesan ke- pada pemilik akun dengan segmen tertentu. Sebagaimana kita ta- hu bahwa pengguna media sosial beragam usia, profesi, tingkat pendidikan, status sosial dan ekonomi. Konten pesan untuk ka- langan milenial tentu berbeda dengan kalangan baby boomer (lahir 1960-1980). Begitu pula terdapat segmen dakwah dari ka- langan pejabat, selebritis dan orang kaya.

4. Ruang media sosial adalah tempat budaya seperti halnya komuni- tas. Sebagian besar organisasi tidak dapat mengelompokkan pu- blik besar di media sosial. Muhammadiyah hanya dsapat melaku- kan begitu banyak adaptasi dengan audiens ketika komunikasi mampu menjangkau semua pemangku kepentingan, sekaligus:

lintasgender, lintasusia, pendukung, pencela, dan lain-lain.

Mengingat hal ini, komunikator media sosial perlu lebih menya- dari fakta bahwa pesan mereka ditujukan kepada “komunitas”

yang memiliki minat dan harapan budaya yang sama (Kent & Li, 2020).

5. Arsitektur media sosial tidak sama dengan media lainnya. Ahli PR dan komunikasi perlu belajar tentang fitur unik media sosial dan internet daripada menganggap berbagai platform tersebut se- muanya sama (Kent & Saffer, 2014). Tim CPR Muhammadiyah perlu menggunakan media sosial sesuai dengan karakter masing- masing baik Twitter, Instagram, YouTube, maupun Facebook.

6. Media sosial dapat menjadi alat membangun hubungan daripada pasar (keuntungan). Media sosial dapat membantu berbagai or- ganisasi untuk membina hubungan dengan target publik mereka (Wang & Yang, 2020). Membangun hubungan (erat) antara Muhammadiyah dengan publik pengguna media sosial dapat di- wujudkan dengan cara dialogis, kemudahan mengakses tautan la- man (website) untuk memperoleh informasi detail, menyediakan informasi baru. dan kepuasan publik dalam mengakses informasi (Wang & Yang, 2020).

Penutup

Muhammadiyah sebagai organisasi terbesar di dunia sudah saatnya melakukan CPR melalui media sosial dengan memperhatikan prinsip- prinsip PR yang telah diuraikan di atas. CPR menjadi keharusan karena dunia internet telah menjadi bagian kehidupan sehari-hari. Internet me- nyediakan sarana dalam kegiatan komunikasi dan pertukaran informasi melalui media sosial. Dengan media sosial setiap pengguna dapat mem- bagikan pesan, komentar, membangun opini, memberikan argumen baik yang mendukung maupun yang menolak Muhammadiyah. Terlepas dari dua kutub karakter warganet, media sosial dapat dimanfaatkan dengan maksimal oleh Muhammadiyah untuk membangun citra, memberikan edukasi, pencerahan menjalin hubungan dengan publik dan dakwah de- ngan segmen yang lebih spesifik sesuai dengan karakter media sosial. Tu- lisan lebih lanjut di masa mendatang dapat menguraikan lebih detail em- pat keunikan Twitter, Instagram, YouTube, dan Facebook.

Daftar Pustaka

Ainin, S., Naqshbandi, M. M., Moghavvemi, S., & Jaafar, N. I. 2015.

Facebook usage, socialization and academic performance.

Computers & Education, 83, 64–73. https://doi.org/10.1016/

j.compedu.2014.12.018

Al-Zaman, M. S. 2022. Social mediatization of religion: Islamic videos on YouTube. Heliyon, 8(3), e09083. https://doi.org/10.1016/

j.heliyon.2022.e09083

Allagui, I., & Breslow, H. 2016. Social media for public relations:

Lessons from four effective cases. Public Relations Review, 42(1), 20–30. https://doi.org/10.1016/j.pubrev.2015.12.001

Anshar, M. 2019. Electronic Public Relation (E-PR): Strategi Mengelola Organisasi di Era Digital. Jurnal Komodifikasi, 8(2), 200–213.

Arora, A., Bansal, S., Kandpal, C., Aswani, R., & Dwivedi, Y. 2019.

Measuring social media influencer index- insights from facebook, Twitter and Instagram. Journal of Retailing and Consumer Services, 49(January), 86–101. https://doi.org/10.1016/ j.jretcon ser.2019.03.012

Bakiyah, H., Indarsih, M., Yuniani, H., & Astuti, F. D. 2022.

STRATEGI KOMUNIKASI PUBLIC RELATIONS PT CAKRA MAHKOTA DALAM CUSTOMER RELATIONS.

Komunikasi Dan Budaya, 03(01), 20–34. http://journal.unbara.

ac.id/index.php/JKB

Bashir, M., & Aldaihani, A. 2017. Public relations in an online environment: Discourse description of social media in Kuwaiti organizations. Public Relations Review, 43(4), 777–787. https://

doi.org/10.1016/j.pubrev.2017.05.004

Kent, M. L., & Li, C. 2020. Toward a normative social media theory for public relations. Public Relations Review, 46(1), 101857.

https://doi.org/10.1016/j.pubrev.2019.101857

Kent, M. L., & Saffer, A. J. 2014. A Delphi study of the future of new technology research in public relations. Public Relations Review, 40(3), 568–576. https://doi.org/10.1016/j.pubrev.2014.02.008

Kholisoh, N. 2015. Strategi Komunikasi Public Relations dan Citra Positif Organisasi (Kasus Public Relations Rumah Sakit “X” di Jakarta). Jurnal Ilmu Komunikasi, 13(3), 195–209. http://jur nal.upnyk.ac.id/index.php/komunikasi/article/view/1459

MS, D. 2019. PEMBENTUKAN CITRA POSITIF PERUSAHAAN MELALUI CYBER PUBLIC RELATIONS. E-Jurnal Ekonomi Dan Bisnis Universitas Udayana, 8, 901. https://doi.org/ 10.2484 3/EEB.2019.v08.i08.p04

Page, J. T., & Parnell, L. J. 2018. Introduction to Strategic Public Relations: Digital, Global and Socially Responsible Communication (T. Accomazzo (ed.); 1st ed.). SAGE.

Phillips, D., & Young, P. 2009. Online Public Relations: A Practical Guide to Developing an Online Strategy in the World of Social Media (2nd ed.). Kogan Page. https://doi.org/10.1108/

07363761011063402

Reilly, A. H. 2020. Social media, sustainability and organizations. In Encyclopedia of the World’s Biomes (Vols. 5–5). Elsevier Inc.

https://doi.org/10.1016/B978-0-12-409548-9.11972-4

Satira, A. U., & Hidriani, R. 2021. Peran Penting Public Relations Di Era Digital. Sadida, 1(1), 179–202.

Saxton, G. D., Gomez, L., Ngoh, Z., Sarah, Y. L., Gomez, L., & Lin, Y.

2017. Do CSR Messages Resonate ? Examining Public Reactions to Firms ’ CSR Efforts on Social Media. Journal of Business Ethics.

https://doi.org/10.1007/s10551-017-3464-z

Šola, H. M., Mikac, M., & Rončević, I. 2022. Tracking unconscious response to visual stimuli to better understand a pattern of human behavior on a Facebook page. Journal of Innovation & Knowledge, 7(1), 100166. https://doi.org/10.1016/j.jik.2022.100166 Wang, Y., Cheng, Y., & Sun, J. 2021. When public relations meets social

media: A systematic review of social media related public relations research from 2006 to 2020. Public Relations Review, 47(4), 102081. https://doi.org/10.1016/j.pubrev.2021.102081

Wang, Y., & Yang, Y. 2020. Dialogic communication on social media:

How organizations use Twitter to build dialogic relationships with their publics. Computers in Human Behavior, 104, 106183.

https://doi.org/10.1016/j.chb.2019.106183