• Tidak ada hasil yang ditemukan

DIFUSI DAKWAH VIRTUAL MUHAMMADIYAH DI ERA DISRUPSI: TINJAUAN BUDAYA

Oleh: Hendro Widodo

Kehadiran Muhammadiyah dalam melakukan dakwah vir- tual sungguh dinanti-nantikan masyarakat virtual yang ‘haus’

akan pesan-pesan dakwah. Masyarakat virtual menjadi segmen dakwah di era sekarang ini. Pesan-pesan dakwah dikemas me- lalui berbagai bentuk tulisan, audio, maupun visual yang disaji- kan dalam media virtual akan lebih efisien dan efektif sesuai de- ngan segmen dakwah. Guna semakin menghadirkan Muham- madiyah dalam kehidupan sosial masyarakat maka diperlukan strategi yang tepat dalam dakwah virtual.

Pendahuluan

Perkembangan teknologi informasi memberikan dampak yang signif- kan pada level kehidupan dewasa ini, tidak hanya pada aspek industri, ekonomi, pendidikan, dan sosial budaya masyarakat hingga keberagama- an, khususnya dalam hal ini adalah dakwah di media sosial. Arus infor- masi yang terbentang luas dan dengan sangat mudah dapat diakses non stop 24 jam melalui internet menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat untuk ber-selancar memperoleh informasi-informasi maupun menyam- paikan informasi di media sosial. Fasilitas yang memudahkan ini lantas membentuk perilaku sosial masyarakat tidak terkecuali pola keberagama- an. Kondisi ini menuntut dakwah di media sosial menjadi keniscayaan bagi para pendakwah/da’i sebagai salah satu medium dakwah (Risdiana dan Ramadhan, 2019).

Media virtual menjadi keniscayaan dan sebagai alternatif yang tak ter- elakkan di era ini, jika dakwah akan tetap survive di kehidupan masyara- kat. Hal ini pulalah yang menjadi peluang dan sekaligus tantangan bagi para pendakwah yang terbiasa menggunakan pola-pola konvensional-tra-

disional bergeser ke dakwah digital. Disebut peluang karena ruang-ruang dakwah menjadi tidak terbatas, dan sebagai tantangan karena di era digi- tal dibutuhkan keterampilan dalam mengoperasikan fasilitas teknologi sebagai penunjang utama dakwah digital.

Kehadiran dunia digital akan dapat menggantikan metode dan pende- katan dakwah. Perubahan metode dakwah dari konvensional ke metode virtual dengan menggunakan perangkat teknologi ini yang dikatakan oleh Kasali (2017) sebagai fenomena disrupsi (disruption). Era disrupsi ini merupakan fenomena ketika masyarakat menggeser aktivitas-aktivitas yang awalnya dilakukan di dunia nyata, ke dunia maya (Lasmawan, 2019). Sebagai bagian dari agama, dakwah pun tak luput dari proses disrupsi. Dakwah sebagai bagian dari ajaran agama, juga tidak da- pat mengelak dari komodifikasi, terutama semenjak lahirnya berbagai macam media informasi, termasuk media sosial (Rustandi, 2020).

Di era disrupsi ini, hampir semua tatanan sosial kemasyarakatan dan keberagamaan ikut berubah. Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah harus mampu beradaptasi dengan perubahan-perubahan, termasuk peru- bahan dalam pola berdakwah. Para da’i Muhammadiyah yang mampu beradaptasi dengan perubahanlah yang dapat survive dalam berdakwah dan ini merupakan langkah yang harus dilakukan untuk menyesuaikan dengan segmen dakwah komunitas virtual. Berdakwah senantiasa selalu mencari cara, metode dan media yang efektif agar pesan-pesan dakwah dapat tersampaikan secara tepat. Dengan demikian, dibutuhkan kedina- misan dalam berdakwah sebagaimana dinamika kehidupan sosial masya- rakat yang dinamis dan mengalami perkembangan seiring dengan peru- bahan jaman dan inovasi manusia dalam bidang teknologi informasi.

Media digital dapat menjadi ruang dakwah yang sangat potensial. Ke- giatan dakwah yang dulunya banyak dilakukan dengan cara-cara lang- sung face to face (offline-luring), kini berubah ke arah online (daring). Saat ini sedikit demi sedikit telah beralih secara virtual, dakwah virtual saat ini menjadi solusi efektif bagi kebutuhan umat akan tuntutan perkembang- an zaman dan kebutuhan modern. Peran dakwah ini sangat penting demi

harmonisasi umat. Perubahan dari dakwah secara langsung menuju virtu- al adalah langkah bijak untuk menjawab tuntutan dan kebutuhan masya- rakat di era disrupsi ini (Purbajati, 2021).

Oleh karena itu, Muhammadiyah harus mengambil peran dan menja- di garda terdepan dalam dakwah virtual ini, komunitas dakwah Muham- madiyah tidak hanya menyasar pada komunitas masyarakat melalui pe- ngajian-pengajian konvensional melainkan wajib pula menyasar pada masyarakat komunitas virtual. Di sisi yang lain, teknologi sebagai media dakwah bahkan dapat menjadi trendsetter (penentu) keberhasilan dak- wah, hal ini menunut para da’i Muhammadiyah untuk familiar dengan perkembangan teknologi dan mampu memanfaatkan teknologi tersebut (Latif, 2011: 86; Ishanan, 2017).

Perkembangan zaman tak terelakkan lagi, konsekuensi yang diterima dan berdampak pada kesesuaian metode dalam berdakwah. Hal ini me- nuntut transformasi secara berkesinambungan, baik dari sisi materi dak- wah, cara, metode, maupun strategi serta medianya. Transformasi dak- wah digital sebagai langkah inovatif untuk keberlangsungan dakwah. Za- man boleh berubah, berdakwah tetap dilakukan sebagai suatu kewajiban.

Dakwah Virtual

Dalam hadis yang sangat popular, Nabi Muhammad saw bersabda

“sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat”. Hadis yang diriwayatkan Bukhari tersebut terkandung pesan atau misi dakwah pada setiap priba- di Muslim dalam situasi dan kondisi serta dengan cara dan bentuk dak- wah apa pun memiliki kewajiban untuk berdakwah. Bahkan dalam tingkat apapun level strata sosial, ekonomi dan pendidikan seseorang, kewajiban berdakwah, amar ma’ruf nahi munkar melekat pada dirinya.

Disebutkan pula dalam hadis yang diriwayatkan Muslim, “Barangsiapa di antara kalian melihat kemungkaran, hendaklah dia merubahnya de- ngan tangannya. Apabila tidak mampu, hendaklah dia merubah hal itu dengan lisannya. Apabila tidak mampu lagi, hendaknya dia ingkari de- ngan hatinya dan inilah selemah-lemah iman.” Dua hadis di atas diperku-

at oleh Firman Allah dalam Al-Qur’an surat Ali Imron ayat 110, yang ar- tinya, “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma´ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.” Ayat ini pun menegaskan bahwa kewajiban dak- wah ada pada setiap pundak muslim, tanpa terkecuali dimanapun berada, sesuai dengan kapasitas dan kompetensinya, tidak hanya terbatas di mim- bar masjid, namun juga melalui berbagai media dakwah.

Secara etimologis, kata dakwah berasal dari bahasa Arab, yakni da’a, yad’u, da’watan, yang berarti menyeru, memanggil, mengajak. Sedang- kan secara terminologis, dakwah diartikan segala aktivitas yang dilakukan oleh mukmin sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya, yang bertuju- an menjadikan seluruh umat manusia beragama Islam dengan baik diser- tai akhlak yang mulia agar mereka memperoleh sa’adah masa kini dan masa datang. Dengan kata lain, dakwah diartikan usaha-usaha yang di- tempuh mubaligh atau da’i untuk meneruskan risalah yang diemban para Nabi, yakni amanah amar ma’ruf nahi munkar, berdasarkan Al-Qur’an dan hadis (Marhen, 2018).

Berdasarkan pengertian dakwah tersebut, maka dapat dipahami bah- wa aktivitas dakwah adalah memberikan stimulus, menyampaikan pesan dan mempengaruhi orang lain dengan harapan orang yang dipengaruhi tersebut menjadi lebih baik dari sebelumnya. Namun kewajiban da’i ada- lah hanya pada batas-bata penyampaian pesan Allah yang bersumber pa- da otoritas Al-Qur’an dan hadis, dan tidak sampai memaksa agar orang lain mengikutinya. Kesadaran berdakwah harus muncul pada setiap pri- badi muslim karena sebelum menyeru dan mengajak orang lain untuk melakukan kebaikan, maka sesungguhnya ia pun mengajak dirinya untuk berbuat baik.

Dakwah merupakan salah satu bagian terpenting dan menjadi fokus gerakan Muhammadiyah sejak pertama kali didirikan. Bahkan diksi dak- wah pun dakwah termaktub dalam pengertian Muhammadiyah, yaitu ge- rakan Islam, dakwah amar ma’ruf nahi munkar dan Tajdid, bersumber pada Al-Qur’an dan Sunnah. Sebagai gerakan dakwah amar ma’ruf nahi

munkar tentu Muhammadiyah mengemban misi untuk menyampaikan perintah dan ajaran agama Islam yang bersumbar pada Al-Qur’an dan Sunnah agar terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Mewu- judkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya, satu di antaranya yang dilakukan Muhammadiyah melalui dakwah. Dakwah Muhammadiyah menurut Majelis Tabligh PP Muhammadiyah, sebagai upaya menjadikan Islam agama rahmatan lil-’alamin idealnya menyentuh segala lapisan dan kelompok masyarakat. Dakwah merupakan aktivitas menyeru manusia ke jalan Allah swt (ajaran agama Islam) secara murni, sehingga dakwah dianggap sebagai perkara yang dharuri (sangat penting) bagi masyarakat di zaman modern dan globalisasi (Umar, 2017).

Purbajati (2021) menjelaskan dakwah adalah proses penyelenggaraan suatu usaha mengajak orang untuk beriman dan menaati Allah swt, amar ma’ruf, perbaikan dan pembangunan masyarakat, serta nahi mungkar yang dilakukan dengan sengaja dan sadar untuk mencapai tujuan terten- tu, yaitu kebahagiaan dan kesejahteraan hidup yang diridhoi Allah swt.

Selanjutnya, Aziz (2004: 3) menjelaskan bahwa ‘amar ma’ruf (memerin- tahkan kebaikan) tidak dapat dipisahkan dari nahi mungkar (mencegah kemungkaran atau perbuatan terlarang). Kegiatan dakwah adalah suatu tindakan untuk mengajak dirinya dan diri orang lain untuk melakukan perbuatan kebaikan dan sekaligus mengajak untuk mencegah yang keji dan munkar agar terwujudkan kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di dunia dan akhirat yang diridhai oleh Allah swt.

Metode dakwah adalah suatu cara yang dilakukan oleh pendakwah (da’i) untuk menyampaikan pesan dakwahnya agar mudah diterima dan diamalkan. Metode dakwah sangatlah penting dipahami oleh para da’i sehingga pesan dakwahnya dapat tersampaikan secara efektif dan jang- kauan sasaran dakwah yang luas, Apalagi di era digital saat ini para da’i pun dituntut beradaptasi dengan perkembangan teknologi, diperlukan penyesuaian dan transformasi dakwah dari cara-cara konvensional-tradi- sional ke cara-cara modern dengan menggunakan teknolog informasi. Pe- patah Arab menyatakan “ath-thariqatu ahammu min al-maddah” (cara

atau metode penyampaian lebih penting dari subtansi yang disam- paikan). Hal ini menunjukkan bahwa metode atau cara dalam menyam- paikan sesuatu lebih penting dari substansi yang disampaikan. Al Quran telah mengajarkan sebagaimana dijelaskan dalam QS. An-Nahl: 125, “Se- rulah (manusia) kepada jalan Rabbmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Rabbmu, Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang memperoleh petunjuk.”

Dakwah virtual merupakan salah satu bentuk dan metode berdakwah yang berkembang saat ini, bahkan di Indonesia sejak tahun 1994 sudah mulai bermunculan bersamaan munculnya IndoNet sebagai Internet Ser- vice Provider/ ISP yang pertama di Indonesia. Sejak munculnya berbagai perangkat sosial media yang menunjang perangkat internet tersebut, me- nyebabkan penggunaan internet sebagai media dakwah pun semakin ma- ju dan berkembang. Perangkat-perangkat tersebut misalnya Twitter, Facebook, WhatsApp, YouTube, Instagram (Purbajati, 2021). Bahkan kini, di antara perangkat-perangkat tersebut ada yang dapat menyiarkan secara langsung aktivitas yang dilakukan seseorang dan memudahkan komuni- kasi serta memberikan umpan balik terhadap pesan yang diterima (Ahmad, 2013: 93).

Dakwah virtual merupakan salah satu proses transformasi informasi dan pengetahuan yang tersedia bagi berbagai kalangan yang ditujukan oleh penggunanya. Menurut Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 14 Tahun 2011 bahwa proses berbagi dapat terbentuk melalui proses sosial pada kultur dalam individu maupun organisasi yang menghargai aktivitas penyebaran pe- ngetahuan. Proses tersebut dapat berlangsung secara tradisional melalui diskusi dan kolokium, maupun melalui medium modern dengan berba- siskan teknologi (Rustandi, 2020). Teknologi menjadi piranti utama yang memberikan kemudahan dalam melakukan aktivitas dakwah. Ha- dirnya teknologi ini menjadikan para da’i Muhammadiyah semakin mu- dah untuk berdakwah kapan saja dan di mana saja, tanpa terikat oleh ru-

ang dan waktu. Para da’i Muhammadiyah pun harus menyasar komuni- tas virtual.

Indonesia berada di peringkat pertama di pasar ponsel global dengan tingkat download aplikasi tertinggi di kuartal ketiga tahun 2014, dengan estimasi 6 aplikasi perkapita yang diunduh. Kegiatan lainnya adalah laya- nan chat yang memungkinkan penggunanya untuk bertukar teks, audio dan video. Tingkat penetrasi aplikasi WhatsApp di Indonesia adalah se- banyak 54 persen, dan aplikasi Line mencapai 33 juta pengguna di Indo- nesia, yang menjadikannya pasar terbesar ketiga (Trisundani, dkk 2018:

14-15). Perkembangan teknologi ini suatu keniscayaan dan tak dapat di- pungkiri dan telah menyasar di pelosok-pelosok masyarakat Indonesia, sehingga bagi Muhammadiyah menjadi suatu keniscayaan pula untuk melakukan pembaharuan dalam konteks pengembangan strategi dakwah.

Pengaruh perkembangan teknologi ini membawa dampak pada cara berdakwah. Dakwah tidak lagi dilakukan secara sederhana, hanya di atas mimbar pada musholla/masjid-masjid, tetapi mau tidak mau, terima atau tidak terima, media dan teknologi informasi menjadi kebutuhan dan tun- tutan zaman agar dakwah lebih meluas. Realitas baru ini menuntut para dai Muhammadiyah untuk menjadi dai yang adaptable, dai yang dapat dengan mudah menerima perubahan zaman dengan menggunakan ber- bagai perangkat teknologi dalam berdakwah, menjadi garda terdepan da- lam gerakan dakwah dan gerakan civil society tidak hanya melalui dunia nyata sehar-hari namun juga melalui dunia maya. Aplikasi metode dak- wah tidak cukup jika hanya mengandalkan metode tradisional, melain- kan perlu diterapkan penggunanaan metode dengan situasi dan kondisi zaman (Amin, 2008). Bahkan, di era sekarang sangat dimungkinkan di- gunakannya konvergensi media dakwah, penggabungan media teleko- munikasi konvensional dengan internet agar pesan-pesan dakwah dapat disajikan yang lebih menarik dan dapat dengan mudah diterima khala- yak.

Dakwah dan Budaya

Dalam konteks budaya, agama tidak hanya sekedar doktrin normatif ideologis, tetapi agama hadir dalam kehidupan sehari-hari yang menjel- ma dalam tindakan menjadi perilaku beragama. Kebudayaan meliputi se- gala perbuatan manusia, termasuk pula kesenian, ilmu pengetahuan dan agama. Jadi, ruang lingkup kebudayaan sangat diperluas. Hal ini menun- jukkan pergeseran isi konsep kebudayaan, bahwa kini kebudayaan dipan- dang sebagai sesuatu yang lebih dinamis, bukan sesuatu kaku atau statis (Widodo, 2017). Budaya dan manusia tidak dapat dilepaskan ibarat dua sisi mata uang, adanya manusia itu sendiri membawa budaya yang men- jelma dalam tindakan dalam suatu komunitas, dan tentu dalam konteks ini hadirnya manusia dan budaya memerlukan peran dakwah untuk me- nuntun manusia menjadi pribadi-pribadi yang berbudaya dan beragama.

Masyarakat dipandang sebagai tempat aktualisasi nilai-nilai keagamaan sehingga membentuk budaya agama. Di sisi lain, budaya yang telah ber- kembang di tengah-tengah masyarakat dapat di intervensi dengan nilai- nilai agama. Di sinilah peran dakwah dapat diterapkan dalam konteks amar ma’ruf nahi munkar.

Kehadiran Muhammadiyah dalam melakukan dakwah virtual sung- guh dinanti-nantikan masyarakat virtual yang ‘haus’ akan pesan-pesan dakwah. Masyarakat virtual menjadi segmen dakwah di era sekarang ini.

Pesan-pesan dakwah dikemas melalui berbagai bentuk tulisan, audio, maupun visual yang disajikan dalam media virtual akan lebih efisien dan efektif sesuai dengan segmen dakwah. Guna semakin menghadirkan Mu- hammadiyah dalam kehidupan sosial masyarakat maka diperlukan strate- gi yang tepat dalam dakwah virtual. Tiga strategi yang dapat digunakan dalam dakwah virtual adalah sebagai berikut. Pertama, updating dan up- grading wawasan kegamaan, kompetensi dan keahlian para da’i Muham- madiyah tentang teknologi dakwah. Hal ini dimaksudnya agar para pen- dakwah Muhammadiyah “melek teknologi”. Ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengalami kemajuan yang sangat cepat dan telah menjadi bagian penting dalam kehidupan masyarakat saat ini. Wawasan

keagamaan pun perlu diperkaya dengan pemahaman dan pengetahu- an yang holistik-komprehensif. Penguasaan teknologi pun menjadi kebutuhan dan tuntutan bagi pendakwah Muhammadiyah agar tetap eksis di era digital ini. Kedua, konten dakwah aktual, faktual, menarik dan penting. Kemasan konten menjadi hal yang penting. Disinilah di- perlukan konten kreator sehingga pesan dakwah dapat dikemas dengan baik agar masyarakat tertarik untuk membaca, mendengar dan melihat- nya. Ketiga, relevansi dan kesesuaian dakwah dengan hot issue sebagai bentuk responsif terhadap situasi dan kondisi yang sedang terjadi karena dinamika dakwah terus mengalami perkembangan sesuai dengan dinami- ka yang terjadi dalam masyarakat.

Islam merupakan ajaran yang diturunkan untuk manusia agar bersosi- alisasi kepada masyarakat lainnya. Kemudian melahirkan suatu kebuda- yaan dalam masyarakat tersebut. Sebagai ajaran yang datang dari Allah, Islam tidak bertentangan dengan manusia karena Allah merupakan sum- ber ajaran dan pencipta manusia dan alam seisinya. Islam memandang masyarakat sebagai komunitas sosial dan wahana aktualisasi amal saleh (Ahmad, 2015). Agama (Islam) dan dakwah merupakan satu-kesatuan dari dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Masuknya Islam ke penjuru pelosok negerinya tentu tidak lepas melalui peran dakwah, bahkan tanpa dakwah Islam tidak dapat berkembang (Pattaling, 2013: 143). Muham- madiyah dengan pandangan Islam berkemajuan senantiasa berusa- ha mengintegrasikan nilai-nilai ke-Islaman dalam kehidupan sosial buda- ya kemasyarakatan. Islam tidak hanya pada tataran normatif melainkan melekat dalam tingkah laku keseharian, sebagai perwujudan dari kesem- purnaan iman. Islam yang berkemajuan tentu tidak boleh berhenti sekadar jargon, isu, dan pernyataan normatif. Islam yang berkemajuan harus diwujudkan dalam kebudayaan yang berkemajuan baik dalam ben- tuk sistem nilai, sistem pranata, maupun sistem tingkah laku kolektif sehingga mendarah daging dalam kehidupan seluruh warga Muham- madiyah pada khususnya dan umat Islam maupun masyarakat pada umumnya (Yusuf dan Widodo, 2019: 202).

Dakwah telah menjadi penopang utama dalam mentransformasi in- formasi agama kepada masyarakat dan melalui dakwah ini pulalah infor- masi agama tersampaikan. Selain sebagai perintah agama, berdakwah ju- ga merupakan bagian dari kebudayaan yang di Muhammadiyah lebih di- kenal dengan dakwah kultural. Dakwah kultural merupakan strategi dak- wah dengan menggunakan budaya sebagai pendekatan. Dakwah kultural ini menempatkan Muhammadiyah lebih hadir di sosial budaya masyara- kat setempat dalam membawa tujuan untuk mewujudkan masyarakat Is- lam yang sebenar-benarnya.

Daftar Pustaka

Ahmad, Nur. 2015. Mewujudkan Dakwah Antarbudaya dalam Perspektif Islam. AT-TABSYIR: Jurnal Komunikasi Penyiaran Islam. Vol. 3, No.1 Juni.

Amin, Samsul Munir. 2008. Rekonstruksi Pemikiran Dakwah Islam.

Jakarta: AMZAH.

Aziz, Moh. Ali. 2004. Ilmu Dakwah. Jakarta: Kencana.

Hasanah dan Bukhory. 2020. Budaya dalam Perspektif Dakwah (Studi tentang Tradisi “Terbhangan Al-Hilal” di Dusun Tacempah Desa Plakpak Pegantenan Pamekasan). Jurnal Ilmu Komunikasi dan Dakwah Meyarsa, VOL. 1 NO.2.

Ishanan. 2017. Dakwah di Era Cyberculture: Peluang dan Tantangan.

Komunike, Vol. IX, No. 2.

Kasali, Rhenald. 2017. Disruption. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Kustadi Suhandang. 2013. Ilmu Dakwah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Lasmawan, Wayan. 2020. Era Disrupsi dan Implikasinya bagi Reposisi Makna dan Praktek Pendidikan (Kaji Petik dalam Perspektif Elektik Sosial Analisis). Jurnal Media Komunikasi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Vol. 3, No. 1.

Latif, Yudi. 2011. Media Massa dan Pemiskinan Imajinasi Sosial dalam Idi Subandi Ibrahim, Kritik Budaya Komunikasi. Yogyakarta:

Jalasutra.

Marhen. 2018. Persiapan Mubaligh dalam Mengemas Materi Tabligh.

Jurnal Sosial Keagamaan. Vol. 2, No, 2.

Pattaling. 2013. Problematika Dakwah dan Hubungannya dengan Unsur-Unsur Dakwah. Jurnal Farabi Vol. 10 No. 2.

Purbajati, Hafidz Idri. 2021. Telaah Dakwah Virtual sebagai Perkembangan Metode Dakwah Islam di Era Modern.

MODELING: Jurnal Program Studi PGMI. Vol. 8, No. 2.

Risdiana, Aris, dan Ramadhan, Reza Bachtiar. 2019. Dakwah Virtual sebagai Banalitas Keberagamaan di Era Disrupsi. Fikrah; Jurnal Ilmu Aqidah dan Studi Keagamaan. Volume 7, No 1.

Rustandi, L, Rudy. 2020. Disrupsi Nilai Keagamaan dan Komodifikasi Agama di Era Digital. Sangkep, Jurnal Kajian Seni dan Keagamaan, Vol. 3, No. 1.

Trisundani, dkk. 2018. Panduan dan Strategi Dakwah Khusus. Jakarta:

Uhamka Press.

Umar. 2017. Strategi Dakwah Kultural Muhammadiyah pada Ritual Adat Mappogau Hanua Masyarakat Karampuang Sinjai. Jurnal AFKARUNA Vol. 13 No. 2.

Widodo, Hendro. 2017. Sketsa Kebudayaan Lembaga Pendidikan Islam.

At-Tarbawy. Volume. 2, No. 2.

Yusuf, Mundzirin dan Widodo, Hendro. 2019. Islam Berkemajuan dalam Perspektif Muhammadiyah. ISLAMICA, Vol. 13, No. 2.

AKTUALISASI FIKIH INFORMASI DALAM