• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dampak Praktik Budaya Merarik Masyarakat Bangsawan

Dalam dokumen dampak praktik budaya merarik masyarakat (Halaman 60-64)

BAB II PAPARAN DATA DAN TEMUAN

C.. Dampak Praktik Budaya Merarik Masyarakat Bangsawan

oleh kedua belah pihak, yaitu keluarga laki-laki dan perempuan untuk mengadakan begawe. Tetapi proses begawe ini dilaksanakan ketika ada toleransi dari pihak keluarga perempuan atau sudah dibolehkan untuk melaksanakan nyongkolan tersebut, dengan satu syarat tidak boleh terlalu meriah dan tidak boleh membawa kesenian atau gamelan.36

hubungan dengan si gadis dan mengabaikan keberadaannya. Keadaan seperti ini menyebabkan golongan bangsawan cenderung menikah dengan orang yang masih memiliki hubungan keluarga atau endogamy, agar status sosial mereka tetap terjaga.

Dampak Mearaik masyarakat bangsawan dengan masyarakat biasa di Desa Suradadi dimana dalam pernikahan ini dapat menimbulkan dua dampak yaitu sebagai berkut:

1. Terhadap anak keturunan

Pada masyarakat bangsawan di Desa Suradadi, seorang wanita yang menikah dengan laki-laki orang biasa tidak diakui sebagai bagian dari golongan tersebut. Jika dari pernikahan tersebut terdapat keturunan, anak-anak tersebut juga tidak diakui sebagai bagian dari golongan bangsawan. Ini terjadi karena sistem kekerabatan yang dianut oleh masyarakat tersebut adalah sistem patrilineal, sehingga anak-anak akan mengikuti garis keturunan ayah mereka. Selain itu, gelar-gelar bangsawan seperti dinde dan baiq hanya diakui jika orang tua kandungnya tersebut merupakan bagian dari golongan tersebut.

Masyarakat adat Sasak memiliki tradisi yang menyatakan bahwa seorang wanita bangsawan yang menikah dengan seorang pria orang biasa tidak diakui sebagai bangsawan lagi dan tidak dianggap sebagai bagian dari keluarga. Anak atau keturunan dari pernikahan tersebut juga tidak akan diberikan gelar bangsawan dan akan mengikuti status sosial ayahnya yang orang biasa. Ini merupakan resiko yang harus diterima oleh seorang ibu yang memutuskan untuk menikah dengan seorang pria orang biasa.

Tradisi ini telah ada sejak dahulu dan masih dijalankan oleh masyarakat Sasak.

2. Terhadap harta kekayaan

Wanita bangsawan yang melakukan pernikahan(merarik) dengan laki-laki orang biasa tidak mendapatkan harta warisan dari orang tuanya.Karena mereka sudah dianggap dibuang oleh orang

tuanya, sehingga mereka tidak bisa menerima harta kekayaan berupa warisan dari orang tua mereka.37

Kemudian masyarakat yang melakukan merarik sama masyarakat biasa itu juga merasakan begitu besar resiko yang mereka tangung, yaitu seperti mereka tidak terlalu dipedulikan lagi sama orang tuanya, dan bahkan mereka tidak ditegur sapa, jadi disini mereka juga sebagai anak ikut merasakan sedih juga ketika orang tua mereka tidak menyapa bahkan adanya larangan untuk si anak tidak boleh datang kerumah orang tuanya karena orang tuanya. Sebagin anak juga memikirkan resiko yang ditanggung seperti apa tetapi disini di masyarakat suradadi seiring berjalannya waktu pasti orang tua kempali seperti biasa menegus sapa anaknya dan seperti orang yang menikah sesama bangsawannya.

Salah satu masyarakat desa suradadi yaitu ibu baiq raudatun memaparkan adalah sebagai berikut:

“paling taok te ndek tedemenan isik ite sendiri jak pas nyeke baruk-beruk merarik taok te ndk tekewak,taokte ndk tebing lito,laguk laun mun wah seteun atau ndk due teun pasti te bakalan solah malik epelegi mun te wah bedoe anak jak pesti te solah doang.38

Namun terkait harta warisan itu tidak bisa diubah kecuali pihak orang tua mengambil keputusan untuk menindak lanjuti, apakah orang tua tersebut mau memberikan anaknya bagian dari harta warisan tersebut atau tidak, dan itu bakalan ditindak lanjuti oleh pihak keluarga tersebut.

Tokoh adat di desa suradadi ini juga menegaskan bahwa:

“lamun wah mele tebait sik mame isak ndek iye dengan bangsawan ne jak berarti nie nu wah sanggup ne terimak resiko sak sik ne ketaok berembe lek dese ne nie nuk ne, jarin ne secara langsung nie nu wah terimak dik ne nten sak teteh sik dengan toak ne apalegi ketaok ne nie nu ndk tebing herte sik dengan toak ne, jerin lemak mbe mun ne mele begugagt ndk ne bakalan tao soal ne mule ye wah adat ite lek dese nik nik ne”. (jadi ketika mereka

37Hasil wawancara dengan lalu marzoan pada tanggal 7 Desember 2022

38Hasil wawancara dengan baiq raudatun pada tanggal 7 Desember 2022

sudah berani melanggar aturan adat di Desa Suradadi maka mereka juga sudah siap dengan resiko yang ia terima dan apaila suatu saat nanti mereka mau menggugat tentang hak waris maka secara otomatis mereka tidak bisa menggugat karena itu sudah aturan dari Desa Suradadi tersebut).

Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang dampak dari praktik budaya merarik pada masyarakat bangsawan dan masyarakat biasa di Desa Suradadi, Kecamatan Teara, Kabupaten Lombok Timur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana praktik budaya merarik ini mempengaruhi perempuan bangsawan yang melakukannya. Peneliti ingin mengeksplorasi bagaimana praktik ini diterima oleh masyarakat serta bagaimana praktik ini mempengaruhi hubungan antara masyarakat bangsawan dan masyarakat biasa di desa tersebut. Ada beberapa alasan yang melatar belakangi dilakukannya penelitian ini, termasuk memahami lebih dalam tentang tradisi merarik yang ada di Desa Suradadi dan mengkaji bagaimana praktik ini mempengaruhi perempuan bangsawan yang terlibat di dalamnya.

Untuk masyarakat di Desa Suradadi, dianggap sebagai tanda kejantanan bagi seorang laki-laki jika dia berhasil mengambil (kabur dengan) gadis yang dicintainya. Di sisi lain, orang tua gadis yang diambil seringkali resisten, bahkan menolak, untuk memberikan putrinya begitu saja secara konvensional. Mereka melihat putri mereka sebagai sesuatu yang berharga, dan memberikannya secara konvensional dianggap seperti memberikan sesuatu yang tidak berharga. Ada ungkapan dalam bahasa Sasak yang berbunyi "Ara'm ngendeng anak manok baen" (lebih baik kamu meminta seekor anak ayam). Dalam konteks ini, "merarik"

dipahami sebagai cara untuk melalui proses pernikahan, serta sebagai cara untuk menghindari konflik. Praktik ini unik karena jika terjadi "merarik" dan orang tua gadis tidak setuju dengan calon suami gadis tersebut, pernikahan tetap akan dilakukan dan proses pernikahan akan diselesaikan.39

39Hasil wawancara dengan bapak Lalu Muhid pada tanggal 29 september 2022

BAB III

Dalam dokumen dampak praktik budaya merarik masyarakat (Halaman 60-64)

Dokumen terkait