• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PENUTUP

B.. Saran

Pada akhir penulisan skripsi ini, peneliti ingin memberikan saran kepada berbagai pihak, terutama masyarakat suku Sasak di Desa Suradadi Kecamatan Terara Kabupaten Lombok Timur, serta kepada tokoh agama, tokoh masyarakat, dan masyarakat lainnya agar selalu melestarikan budaya dan tradisi yang sesuai dengan perintah agama, aturan nilai-nilai, dan etika sosial. Peneliti berharap agar saran ini dapat memberikan arahan kepada semua pihak agar selalu mempertahankan budaya dan tradisi yang dimiliki.

Untuk memastikan bahwa proses merarik di masyarakat tetap berlangsung dan berkembang dengan baik, perlu diciptakan kondisi

yang menjamin dan mengontrol. Aturan-aturan adat yang terkait dengan pernikahan harus selalu diikuti dan sesuai dengan apa yang dilakukan oleh para sesepuh-sesepuh terdahulu, sehingga tidak terjadi perselisihan antara kedua belah pihak. Dengan demikian, diharapkan agar proses merarik dapat berlangsung dengan lancar dan tanpa adanya konflik.

DAFTAR PUSTAKA

Buku/Jurnal

Ahmad Khaerul Kholik, “Tradisi Merarik Masyarakat Bangsawan dan Masyarakat Biasa Suku Sasak Di Desa Suradadi”, (Skripsi, Fakultas Ushuluddin dan pemikiran islam, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Yogyakarta, 2016)

Al-Ihkam,Jurnal Ahwal Al-Syakhshiyah, Vol. IX, No 1, Juni 2017 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi,. (Bandung: Rosda Karya, 2004) Annisa Rizky Amalia, “Tradisi Pernikahan Merarik di Sukua Sasak

Lombok”,( Skripsi, Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta 2017)

Anak Agung Gede Oka Parwata, Dkk, “Memenuhi Hukum Dan Kebudayaan “, (Bali Pustaka Ekspresi, Juni 2016)

Anto H. Bakar, “Metode-Metode Filsapat”, (Jakarta, Ghalia Indonesia, 1989)

Bagong Suyanto, “Metode Penelitian Sosial”, (Jakarta, Kencana Prenada Media Grup, 2005)

Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Putra Grafika, 2007)

Civicus, Pendidikan-Penelitian-Pengabdian Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Vol. 8 No.2. September 2020

Dikutip dalam Moh Soehadah, “ Teori Antropologi Hermenetik Geerts Dalam Studi Agama “, dalam perspektif Antropologi Untuk Studi Agama (Yogyakarta: prodi Sosiologi Agama UIN sunan kalijaga Dikutip dalam Irawan Abdullah Simbol, Makna dan Pandangan Hidup

Jawa (Yogyakarta: Balai Kajian Sejarah dan Nilai Kebudayaan, 2002)

Erni Budiawanti,Islam Sasak Waktu telu Versus Waktu Lima(Yogyakarta:

LKIS. 2000)

Harfin Zuhdi, Praktik Merarik: Wajah Sosial Masyarakat Sasak (Mataram:

LEPPiM IAIN Mataram, 2012)

Hermawati, “Perbedaan Proses Merarik Golongan Bangsawan Dengan Golongan Biasa Di Desa Sengkarang Kecamataan Praya Timur Kabupaten Lombok Barat”, (Skripsi, Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhamadiyah Mataram, Mataram, 2020)

H.Sainun,“Tradisi merari’,(IAIN Mataram, 2016)

Jhon ryan Bartholomoew, Kearipan Masyarakat sasak, (Yogyakarta :Tiara Wacana,2001)

Jihami dan Sohari,“Fiqih Munakahat”,(Jakarta: Rajawali Press, 2009) Lexi J.Moleong, “metode penelitian kualitatif”, (Bandung, PT Remaja

Rosdakarya, 2011)

Mohd Idris Ramulyo, Hukum Pernikahan, Hukum Kawarisan, Hukum Acara Peradilan Agama, dan Zakat Menurut Hukum Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 1995)

Mumtazinur,“Ilmu Sosial Dan Budaya Dasar”(Bandar Aceh:LKKI, 2019) Murti Sumarni, Salamah Wahyuni, “Metodologi Penelitian Bisnis”,

(Yogyakarta, C.V Andi Offset, 2006)

Patelima Hamid, “Metode Penelitian Kualitatif”, Centakan Kedua, (Bandung, Penerbit Alfabeta, 2017)

Riska Talia Punita. “ Pergeseran Simbol, Skripsi Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2012

Sudirman, Refrensi Muatan Lokal Gumi Sasak dalam Sejarah Untuk SD/MI (Lombok Timur, Yayasan Buaya Sasak Lestari Bekerjasama, 2007)

Sugiyono, “Metodologi Penelitian Pndidikan; Pendekatan Kualitatif, kualitatif dan R&D”, (Bandung, Alfabeta, 2006)

Sulaiman Rasyid, “Fiqih Islam”, (Bandung: Sinar Baru Agen Sindo, 2013) Wawancara

Baiq Raudatun, Suradadi: 7 Desember 2022 Baiq Seri Widianiq, Suradadi: 20 september 2022 Iskandar, Suradadi: 21 september 2022

Lalu Awaludin, Suradadi: 20 september 2022 Lalu Iskandar, Suradadi: 19 September 2022

Lalu Muhammad Ariadi, Suradadi: 12 september 2022 Lalu Muhid, Suradadi: 29 september 2022

Lalu Saepudin, Suradadi: 21 sseptember 2022 Lalu Suud, Suradadi: 20 september 2022 Lalu syukri, Suradadi: 19 September 2022

Lalu Tohri Rahmadan, Suradadi: 12 september 2022 Lalu Marzoan, Suradadi: 7 Desember 2022

Rehan, Suradadi: 21 september 2022

Seri Dewiana, Suradadi: 12 september 2022 Yakim, Suradadi: 19 september 2022

LAMPIRAN

Hasil Wawancara :

No Nama Pertanyaan Jawaban

1. Yk Kenapa masyarakat bangsawan dilarang menikah sama masyarakat biasa?

larangan pernikahan antara golongan bangsawan dengan masyarakat biasa sangat kental ditengah masyarakat di Desa Suradadi demi untuk menjaga harga diri dan martabat golongan bangsawan. Jika lakilakinya adalah seorang golongan bangsawan maka menikah

dengan perempuan

masyarakat biasa tidak masalah, akan tetapi jika si gadis adalah seorang dari golongan bangsawan maka diharuskan menikah dengan sesama golongan bangsawan dan jika itu dilanggar maka si gadis tersebut tidak akan mendapatkan warisan berupa harta bergerak dan tidak memiliki hak mengeluarkan pendapat dalam keluarganya.

Ini terjadi karna sistem kekerabatan yang dianut oleh masyarakat di Desa Suradadi adalah sisetm patrilineal, sehingga jika seorang istri dari golongan bangsawan menikah dengan laki-laki biasa maka

derajatnya mengikuti suaminya serta anak yang dihasilkan dari pernikahan tersebut akan mengikuti garis keturunan bapaknya.

Dalam beberapa kejadian ada juga dimana ketika seorang gadis menikah dengan laki-laki biasa maka oleh orang tuanya si gadis akan dibuang dan tak dianggap sebagai anak lagi.

Keadaan semacam ini yang mengakibatkan golongan bangsawan menikah dengan orang yang masih memiliki hubungan keluarga atau

endogamy, agar

kebangsawanan mereka tetap terjag.

2. Lm Seperti apa saja

praktik

budayamerarik masyarakat

bangsawan dengan masyarakat biasa di Desa Suradadi

Midang atau Ngayo, di mana pemuda berkunjung ke rumah si gadis, untuk sekedar bincang-bincang kecil tentang banyak hal dengan ditemani oleh orang tua atau saudara dari si gadis, hal ini dilakukan untuk mencegah perbuatan atau tuduhan negatif dari masyarakat yang melihat proses midang atau ngayo.

Belakok dengan Solah (meminang kepada keluarga

si gadis) dengan cara baik baik, supaya pihak laki-laki tersebut tau langkah selanjutnya yang mereka ambil ketika sudah mendengarkan keputusan ibu atau pihak keluarga perempuan tersebut. Tetapi kebanyakan ketika meminta dengan secara baik-baik

keluarga tidak

mengizinkan.Maling

(melarikan si gadis) salah satu cara sudah dilakukan, maka keluarga pria akan melakukan tata cara pernikahan sesuai dengan adat Sasak terutama di masyarakat desa Desa Suradai.Merariq, yakni proses terjadinya penyatuan kasih sayang dari pengantin laki-laki dan mempelai perempuan.Angkat Janji (Bait Janji), tradisi ini merupakan menentukan berapa mahar yang dijanjikan oleh pihak laki- laki dan apa saja yang telah dijanjikan oleh pihak laki- laki.Akad Nikah, merupakan pernikahan dilakukan mengikuti syariat islam yang dipimpin oleh penguhulu dalam pelaksanaan ijab- kabul dilengkapi dengan

saksi-saksi. Bejango malem, artinya yaitu silaturahmi antar keluarga perempuan dengan keluarga laki-laki.

3. Ltr Apa saja Dampak

mearaik masyarakat bangsawan dengan masyarakat biasa di Desa Suradadi?

Seorang wanita bangsawan yang melakukan pernikahan (merariq) dengan laki-laki orang biasa apabila mempunyai anak atau keturunan dari hasil pernikahan tersebut tidak bisa menggunakan gelar bangsawan seperti dinde, baiq jika perempuan sedangkan lalu, raden pada laki-laki. Karena setelah wanita bangsawan tersebut

memutuskan untuk

melakukan pernikahan (merariq) dengan laki-laki bangsawan maka nantinya anak atau keturunannya tersebut mengikuti ayahnya yang orang biasa. Wanita bangsawan yang melakukan pernikahan (merariq) dengan laki-laki orang biasa tidak mendapatkan harta warisan dari orang tuanya.Karena mereka sudah dianggap dibuang oleh orang tuanya, sehingga mereka tidak bisa mendapatkan harta warisan dari orang tua mereka.

4. Br Apa yang anda ketahui dengan masyarakat

bangsawan?

Bangsawan atau ningrat adalah kelas sosial tertinggi dalam masyarakat biasa, masyarakat bangsawan juga menjadi kelas turun temurun, kadang-kadang

dengan hak untuk

memberikn gelar turun- temurun dan memiliki hak keuangan dan lainnya.

Orang bangsawan juga bisa disebut dengan masyarakat darah biru atau dalam bahasa sasak yaitu menak cara kita mengetahui masyarakat bangsawan adalah kita bisa tau dari namnya karena masyarakatbangsawan punya nama dikata depannya yaitu lalu dan baiq, nama lalu diperuntukkan bagi laki-laki sedangkan baiq bagi perempuan.Pernikahan sesama bangsawan adalah semakin dihormati dikalangan masyarakat biasa. Karena ketika pernikahan yang dilakukan oleh kalangan bangsawan akan semakin tinggi derajat sosialnnya, dan diikuti dengan proses pernikahan yang mengandung nuansa- nuansa tradisional.

5. Bsw Apa yang anda Masyarakat biasa atau

ketahui dengan masyarakat biasa?

masyarakat jajar karang adalah dimana masyarakat yang bukan termasuk golongan bangsawan atau darah biru, dan masyarkat biasa juga tidak mempunyai gelar di namanya seperti masyarakat bangsawan, dan masyarakat basa juga pernikahannya dilakukan dengan prosesnya biasa biasa saja tidak seperti masyarakat bangsawan yang harus mengikuti tata adat- istiadat suku sasak khususunya di Desa Suradadi. Ketika menikah terdapat beberapa makna yaitu: pertama, pernikahan sesama masyarakat biasa tidak terikat dengan gelar kebangsawanannya sehingga ketika proses pernikahan yang dilakukan oleh kalangan bangsawanitu biasa selesai dengan proses pernikahan yang biasa-biasa tidak terlalu terikat dengan aturan adata-istiadatsusku sasak khususnya di –Desa Suradadi. Kedua, adanya dukungan dari orang tua hal ini karena, orang tua sangat beroengaruh ketika pernikahan pernikahan anaknya. Bayak dari

kalangan orang tua yang tidak menyetujui jodoh anaknya karena jika anaknya menikah dengan bangsawan sedangkan anaknya masyarakat biasa itu akan menjadikan anaknya selalu diremehkan oleh kalangan yang memiliki gelar bangsawan. Sehingga, banyak dari orang tua menyuruh anaknya untuk menikah dengan sesama masyrakat biasa itu akan . Kedua, adanya dukungan dari orang tua hal ini karena,

orang tua sangat

beroengaruh ketika pernikahan pernikahan anaknya. Bayak dari kalangan orang tua yang tidak menyetujui jodoh anaknya karena jika anaknya menikah dengan bangsawan sedangkan anaknya masyarakat biasa itu akan menjadikan anaknya selalu diremehkan oleh kalangan yang memiliki gelar bangsawan. Sehingga, banyak dari orang tua menyuruh anaknya untuk menikah dengan sesama masyrakat biasa itu akan . Kedua, adanya dukungan dari orang tua hal ini karena,

orang tua sangat beroengaruh ketika pernikahan pernikahan anaknya. Bayak dari kalangan orang tua yang tidak menyetujui jodoh anaknya karena jika anaknya menikah dengan bangsawan sedangkan anaknya masyarakat biasa itu akan menjadikan anaknya selalu diremehkan oleh kalangan yang memiliki gelar bangsawan. Sehingga, banyak dari orang tua menyuruh anaknya untuk menikah dengan sesama masyrakat biasa.

Dokumentasi :

Gambar 1.1. wawancara dengan Keapala Desa Suradadi dan sekertaris Desa Suradadi.

Gambar 1.2. wawancara dengan Keapala Wilayah Desa Suradadi.

Gambar 1.3. wawancara dengan Tokoh Agama.

Gambar 1.4. wawancara dengan pak RT.

Gambar 1.5. wawancara dengan Ketua Karang Taruna.

Gambar 1.6. wawancara dengan salah Satu masyarakat yang melaksanakan adat tersebut.

Gambar 1.7. wawancara dengan salah Satu masyarakat yang melaksanakan adat tersebut.

Gambar 1.8. gambar di atas adalah salah satu proses dari pra akad yaitu tahap melaikan atau maling (mengambil perempuan secara diam-diam).

Gambar 1.9. salah satu proses adat yaitu jati nyelabar.

Gambar 1.10.proses acara yang sakral yaitu proses akad nikah.

Gambar 1.11.Peroses adat pasca akad yaitu proses begawe.

Gambar 1.12.salah satu adat sasak yaitu Nyongkolan.

Gambar 1.13. salah satu adat sasak yaitu Nyongkolan.

Dalam dokumen dampak praktik budaya merarik masyarakat (Halaman 71-98)

Dokumen terkait