BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
B... Dasar Pertimbangan Hakim Terhadap Pengedar Narkotika
B. Dasar Pertimbangan Hakim Terhadap Pengedar Narkotika
menyediakan Narkotika Golongan I bukan tanaman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) beratnya melebihi lima gram, pelaku dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat lima tahun dan paling lama dua puluh tahun dan pidana denda maksimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditambah 1/3 (sepertiga).”
Terkait dengan anak yang melakukan tindak pidana pengedaran narkotika ancaman hukuman atau putusan pidana yang dijatuhkan ke anak berbeda. Anak tidak seharusnya diberikan hukuman atau dijatuhkan sanksi pidana akan tetapi anak diberikan pelatihan atau pembinaan kerja dimana pidana penjara merupakan keputusan terakhir yang dijatuhkan.
Dalam Sistem Peradilan Pidana Anak Pasal 79 ayat 2 menjelaskan bahwa, “Pidana pembatasan kebebasan yang dijatuhkan terhadap anak paling lama ½ (satu per dua) dari maksimum pidana penjara yang diancamkan terhadap orang dewasa. Anak juga tidak dapat dijatuhkan hukuman mati yang dijatuhkan terhadap anak“. Di dalam Pasal 81 ayat 6 juga dijelaskan bahwa ”jika tindak pidana yang dilakukan anak merupakan tindak pidana yang diancam dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup, pidana yang dijatuhkan adalah pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun”.
Bahwa pengedar narkotika yang dimaksud menurut ketentuan Undang-Undang Republik Indonesia No 35 tahun 2009 tentang Narkotika Bab.I ketentuan umum Pasal ayat 6 bahwa, peredaran narkotika adalah
setiap kegiatan atau serangkaian kegiatan yang dilakukan secara tanpa hak atau melawan hukum yang ditetapkan sebagai tindak pidana narkotika dan prekusor narkotika. Ancaman hukuman bagi pengedar narkotika di Indonesia paling singkat 4 (empat) tahun dan maksimal hukuman mati.30
Didalam Undang-Undang No 11 Tahun 2012 Pasal (3) tentang Sistem Peradilan Pidana Anak mengatur tentang Hak Anak Dalam Proses Peradilan Pidana, yakni:
a. Diperlakukan secara manusiawi dengan memperhatikan kebutuhan sesuai dengan umurnya;
b. Dipisahkan dari orang dewasa;
c. Memperoleh bantuan hukum dan bantuan lain secara efektif;
d. Melakukan kegiatan rekreasional;
e. Bebas dari penyiksaan, penghukuman atau perlakuan lain yang kejam, tidak manusiawi, serta merendahkan derajat dan martabatnya;
f. Tidak dijatuhi pidana mati atau pidana seumur hidup;
g. Tidak ditangkap, ditahan, atau dipenjara, kecuali sebagai upaya terakhir dan dalam waktu yang paling singkat;
h. Memperoleh keadilan di muka pengadilan Anak yang objektif, tidak memihak, dan dalam sidang yang tertutup untuk umum;
i. Tidak dipublikasikan identitasnya;
j. Memperoleh pendampingan orang tua/wali dan orang yang dipercaya
30M. Nasir Djamil. 2013. Anak bukan untuk dihukum: Catatan Pembahasan UU
oleh Anak;
k. Memperoleh advokasi sosial;
l. Memperoleh kehidupan pribadi;
m. Memperoleh aksebilitas, terutama bagi anak cacat;
n. Memperoleh pendidikan;
o. Memperoleh pelayanan kesehatan; dan
p. Memperoleh hak lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.
Hakim merupakan pejabat peradilan Negara yang diberi wewenang oleh Undang-Undang untuk mengadili perkara, memproses serta menentukan bersalah atau tidaknya perbuatan seseorang dalam ketentuan Undang-Undang yang berlaku. Maka dari itu dalam menjatuhkan Putusan Hakim memiliki 2 (dua) bentuk pertimbangan yaitu:
1. Pertimbangan Bersifat Yuridis
Pertimbangan yuridis adalah pertimbangan yang didasarkan oleh fakta-fakta yuridis yang terungkap dalam persidangan dan oleh Undang-Undang ditetapkan sebagai hal yang harus dimuat dalam putusan31. Pertimbangan yuridis yaitu:
a. Dakwaan Jaksa Penuntut Umum
Pada Putusan No 91/Pid.Sus-Anak/2022/PN.Mks. pelaku anak didakwa Penuntut Umum dengan dakwaan alternatif, melanggar Pasal 114 ayat (1) Undang-undang No 35 Tahun 2009
31Rusli Muhammad. 2006. Potret Lembaga Pengadilan Indonesia. Jakarta; Raja Grafindo Persada. hlm.124.
tentang Narkotika.
b. Tuntutan Jaksa Penuntut Umum
Menuntut Pelaku Anak dengan menjatuhkan Pidana Penjara selama 3 (tiga) Tahun dan 6 (enam) bulan di LPKA dan Pembinaan dalam Lembaga Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial (LPKS) dalam hal ini ditempatkan di Balai Rehabilitasi Sosial Anak Memerlukan Perlindungan Khusus (BRSAMPK) “Toddopuli”
Makassar serta Pelatihan Kerja selam 3 (tiga) bulan.
c. Adanya alat bukti
Menurut pembuktian dalam ketentuan Pasal 184 Ayat (1) KUHAP dirumuskan bahwa alat bukti yang sah adalah keterangan saksi, keterangan ahli, surat, petunjuk, keterangan terdakwa, sebagai berikut:
1) Keterangan Saksi a) Saksi HR
(1) Benar saksi dan rekan saksi telah melakukan penangkapan terhadap anak laki-laki yang namanya disamarkan karena melakukan tindak pidana secara tanpa hak melawan hukum menerima, membeli, menjual, menyerahkan, memiliki menyimpan, serta menguasai yang diduga narkotika golongan I jenis bukan tanaman (shabu). Kemudian saksi dan rekan saksi melakukan penggeledahan dan ditemukan dikantong/saku celana
berupa 1 (satu) sachet plastik paket Kristal bening yang diduga shabu setelah itu terdakwa dintrogasi dan dilakukan penangkapan oleh JD.
(2) Benar sebelumnya saksi tidak kenal dengan terdakwa dan antar saksi dan terdakwa tidak mempunyai hubungan kekeluargaan.
(3) Benar saat saksi dan rekan saksi melakukan penangkapan terhadap terdakwa ditemukan barang bukti berupa 1 (satu) sachet plastic paket Kristal bening diduga shabu yang dibungkus menggunakan tissue selanjutnya ditemukan pula 1 (satu) buah handphone merek VIVO warna biru tua dan 1 (satu) buah handphone merek VIVO warna bitu muda dalam penguasaanya.
(4) Benar terdakwa mengakui bahwa barang bukti yang disita didapatkan dari seseorang panggilan Eky (DPO) yang mana sebelumnya menghubungi pelaku anak untuk dating kerumah Eky (DPO) dan memberikan sebuah handphone bermerek VIVO berwarna biru tua serta memberikan petunjuk untuk mengambil paket shabu di Barak Sapi samping Rumah Sakit Haji Jalan Abdul Kadir Kota Makassar.
(5) Benar kemudian Pelaku Anak berhasil mendapatkan paket shabu lalu Pelaku Anak bawa pulang dan stay
dirumah Eky (DPO) sambil menunggu pesanan yang masuk melalui akun instagram Naga Hitam hingga akhirnya dari 23 (dua puluh tiga) paket shabu kemudian Pelaku Anak tempelkan satu-satu dan terakhir Pelaku Anak tempel paket ke-23 di samping SMP 3 Makassar Jalan Andi Mangerangi Kota Makassar namunn pemesannya meminta untuk diantarkan langsung di Jalan Daeng Tata Lr.3 Kota Makassar k emudian Petugas Kepolisian menangkap Pelaku Anak hingga akhirnya Pelaku Anak dibawa Ke Polrestabes Makassar untuk di proses lebih lanjut.
b) Saksi JD
(a) Benar bahwa Saksi dan Rekan Saksi melakukan penangkapan terhadap Pelaku Anak.
(b) Benar bahwa Pelaku Anak ditangkap pada hari minggu tanggal 16 Oktober 2022 sekitar pukul 03.00 yang bertempat di Jalan Daeng Tata 3 Lr.3 Kota Makassar tepatnya dipinggir jalan raya.
(c) Benar bahwa sebelumnya saksi tidak mengenal terdakwa.
(d) Benar setelah saksi dan rekan saksi mewawancarai pelaku anak, benar bahwa pelaku anak tersebut membawa narkotika golongan I (shabu) dan kemudian langsung diamankan.
(e) Benar pelaku anak ditemukan barang bukti berupa 1 (satu) sachet plastic narkotika jenis shabu, 1(satu) buah hp merk vivo warna biru tua, 1(satu) buah hp merk vivo warna biru muda.
(f) Benar kemudian pelaku anak dan barang bukti yang ditemukan dibawa ke Posko Satresnarkoba Polrestabes Makassar untuk diproses lebih lanjut.
(g) Benar bahwa pada saat pelaku anak ditangkap, pelaku anak tidak dapat menunjukkan bukti ataupun izin dari pihak yang berwajib terhadap narkotika jenis shabu.
2) Surat
Berdasarkan berkas perkara telah terlampir hasil Berita Acara Pemeriksaan Laboratoris Kriminalistik pada Bidang Laboratorium Forensik Polda Sulsel No.Lab.:3071/NNF/X/2022 tanggal 19 Oktober 2022 yang dibuat dan ditanda tangani oleh I Nyoman Sukena, S.I.K dan Gede Suarthawan, S.Si, M.Si, Hasura Mulyani, Amd dan Subono Soekiman selaku Pemeriksa Pada Laboratorium Forensik POLDA SULSEL menyimpulkan dengan hasil pertimbangan 1 (satu) sachet plastic berisikan Kristal bening dengan berat 0,4721 gram. Benar mengandung Metamfetamina dimana metamfetamina terdaftar dalam golongan I No Urut 61 Lampiran Peraturan Materi Kesehatan Republik Indonesia No 4 Tahun 2021 tentang Perubahan
Penggolongan Narkotika didalam Lampiran Undang-Undang RI No. 36 Tahun 2009 tentang Narkotika.
3) Keterangan Terdakwa
Berdasarkan atas Pasal 189 Ayat (1) KUHAP, keterangan terdakwa ialah apa yang terdakwa nyatakan di sidang pengadilan tentang perbuatan yang ia lakukan atau ia ketahui sendri atau alami sendiri. Dalam Pasal 184 Ayat (1) huruf e KUHAP keterangan terdakwa merupakan salah satu bukti pada persidangan, seorang terdakwa diberi kesempatan memberikan keterangan dan juga merupakan hak bagi seorang terdakwa.
Keterangan terdakwa menjadi salah satu petunjuk dalam pembuktian dan keterangan terdakwa dapat menjadi pertimbangan Hakim dalam memutus putusannya.
a) Terdakwa Anak menjelaskan bahwa pernah menerima hukuman atas tindak pidana kejahatan.
b) Terdakwa Anak ditangkap pada hari minggu tanggal 16 Oktober 2022 sekitar pukul 03.00 wita bertempat di Jalan Daeng Tata 3 Lr.3 Kota Makassar tepatnya dipinggir jalan raya sedangkan yang melakukan penangkapan terhadap Anak adalah Petugas Kepolisian.
c) Benar yang ditemukan atau disita saat Anak ditangkap Petugas Kepolisian di pinggir jalan raya tepat di Jalan Daeng Tata Lr.3 Kota Makassar yaitu ditemukan pada saku celana
bagian depan pelaku anak 1 (satu) sachet plastic Narkotika jenis shabu yang dibungkus dengan tissue serta 2 (dua) buah HP dalam penguasaan Pelaku Anak.
d) Barang bukti yang disita oleh Petugas Kepolisian pada saat penangkapan disaksikan oleh masyarakat setempat. 1 (satu) sachet plastic Narkotika jenis shabu tersebut disita oleh petugas kepolisian karena akan diantarkan langsung di jalan Daeng Tata 3 Lr.3 Kota Makassar. Cara Anak Pelaku mendapatkan narkotika jenis shabu yaitu berawal pada hari sabtu tanggal 15 oktober 2022 sekitar pukul 03.00 wita saat terdakwa dirumah lalu terdakwa ditelpon oleh Saudara Eki dan Saudara Eki menanyakan keberadaan Pelaku Anak lalu Pelaku Anak menjawab sementara dirumah dan pada saat itu Saudara Eki meminta Pelaku Anak datang kerumahnya yang tidak jauh dari rumah Pelaku Anak hingga akhirnya Pelaku Anak menuju rumah Saudara Eki lalu Saudara Eki memberikan 1 (satu) buah handphone merek vivo warna biru tua dan terdakwa diminta untuk mengambil paket shabu di Barak Sapi samping rumah Sakit Haji Jalan Abdul Kadir Kota Makassar mengikuti maps/peta didalam akun instagram Naga Hitam. Kemudian sekitar 7 (tujuh) menit perjalanan ke arah sesuai maps/peta tersebut Pelaku Anak berhasil mendapatkan paket sabunya lalu Pelaku Anak bawa pulang
dan stay didepan rumah Saudara Eki sambil menunggu pemesan yang masuk melalui akun Instagram Naga Hitam hingga akhirnya dari 23 (dua puluh tiga) paket sabu tersebut kemudian Terdakwa tempelkan satu-satu dan terakhir Pelaku Anak tempel paket ke-23 di samping SMP 3 Makassar jalan Andi Mangerangi Kota Makassar namun pemesannya meminta untuk di antarkan langsung di jalan Daeng Tata 3 Lr.3 Kota Makassar tidak beberapa lama kemudian datang petugas kepolisian menangkap Pelaku Anak hingga akhirnya Pelaku Anak dibawa ke Posko Satresnarkoba Polrestabes Makassar.
e) Benar Kemudian Pelaku Anak digeledah dan ditemukan 1 (satu) sachet plastic Narkotika jenis shabu yang dibungkus dengan tissue pada saku celana bagian depan pelaku anak serta 2 (dua) buah HP dalam penguasaan terdakwa.
4) Barang Bukti
Dalam hal ini berikut barang-barang yang diberikan oleh Jaksa Penuntut Umum dipersidangan, diantaranya:
1. 1 (satu) sachet plastic Narkotika jenis shabu yang dibungkus menggunakan tissue dengan berat awal 0,4721 gram dan berat akhir 0,3464 gram;
2. 1 (satu) buah HP Merk Vivo warna biru tua;
3. 1 (satu) buah HP Merk Vivo warna biru muda.
2. Pertimbangan Hakim Bersifat Non Yuridis
Pertimbangan non yuridis didasarkan pada faktor- faktor yang terungkap didalam persidangan yaitu dampak akibat perbuatan pelaku dalam hal melawan hukum yang harus dipertimbangkan oleh Hakim dalam menjatuhkan pidana terhadap suatu perkara. Sebelum Hakim menjatuhkan pidana perlu memperhatikan hal-hal yang memberatkan dan meringankan pelaku antara lain:
a. Hal Yang Memberatkan
1. Perbuatan Anak bertentangan dengan program pemerintah yang sedang giat-giatnya memberantas penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika.
2. Perbuatan yang dilakukan anak meresahkan masyarakat.
3. Anak Pelaku adalah seorang residivis.
4. Mendidik anak agar dapat bertanggung jawab atas perbuatan yang dilakukan.
b. Hal Yang Meringankan
1. Anak Pelaku mengaku bersalah dan menyesal serta berjanji tidak akan mengulangi perbuatan melanggar hukum.
2. Anak Pelaku masih muda sehingga diharapkan untuk memperbaiki lagi perbuatannya.
a. Latar belakang perbuatan terdakwa
Latar belakang perbuatan terdakwa yaitu setiap keadaan yang menyebabkan timbulnya keinginan dan dorongan keras anak
melakukan tindak pidana. Dalam Perkara Putusan No.91/Pid.Sus- Anak/2022/PN. Mks. Terdakwa Anak bersalah karena melakukan tindak pidana tanpa hak melawan hukum dalam hal pemufakatan jahat melakukan tindak pidana narkotika serta menjadi perantara jual beli narkotika golongan I. Terdakwa Anak terbukti dinyatakan bersalah dan melanggar Pasal 112 ayat (2) dan Pasal 114 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia No.35 tahun 2009 Tentang Narkotika dan Undang-Undang Republik Indonesia No. 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak.
b. Akibat perbuatan terdakwa
Tindak Pidana dalam Putusan No 91/Pid.Sus-Anak/2022PN.
Mks. Terdawa Anak dinyatakan bersalah melakukan tindak pidana tanpa hak melawan hukum dengan menjadi perantara dalam jual beli narkotika golongan I. Akibat dari perbuatan terdakwa memberikan efek buruk serta meresahkan masyarakat dan memberikan rasa tidak nyaman di lingkungan masyarakat.
c. Kondisi diri terdakwa
Bahwa selama pemeriksaan di persidangan terdakwa tidak ada halangan dalam kesehatan jasmani maupun rohani oleh karena itu anak pelaku dinilai mampu menjawab setiap pertanyaan yang diberikan oleh Majelis Hakim serta tidak ada alasan maaf, alasan pembenar ataupun alasan yang dapat menghapus pertanggungjawaban pidana atas perbuatan yang dilakukan
terdakwa. Sebagimana fakta-fakta yang terungkap didalam persidangan yang telah disampaikan oleh saksi serta terdakwa sendiri.
3. Analisis kasus Anak Pengedar Narkotika pada Putusan No 91/Pid.sus-Anak/2022/PN.Mks
Anak yang tertangkap bertransaksi narkotika atau menggunakan narkotika harus berhadapan dengan hukum, meskipun usianya masih dalam kategori anak-anak. Mereka yang berhadapan dengan hukum akan mendapatkan sanksi berupa pelatihan kerja serta rehabilitasi. Dalam Pasal 79 Ayat (2) Undang-Undang No 11 Tahun 2012 tentang Sistem Perdilan Pidana Anak menyatakan bahwa “seorang anak yang berkonflik hukum diancam pidana kumulatif berupa pidana penjara dan denda, maka pidana denda diganti dengan pelatihan kerja paling singkat 3 bulan dan paling lama 1 tahun. Pidana pembatasan kebebasan yang dijatuhkan terhadap anak paling lama ½ dari maksimum pidana penjara yang diancamkan terhadap orang dewasa.” Anak merupakan generasi muda yang menjadi salah satu sumber daya manusia penting bagi Negara.
Menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-undang No 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak bahwa : “Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.”
Hakim diketahui menjatuhkan pidana kepada Pelaku Anak dengan Pembinaan dalam Lembaga Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial (LPKS) ditempatkan di Balai Rehabilitasi Sosial Anak Memerlukan
Perlindungan Khusus (BRSAMPK) “Toddopuli” Makassar selama 2 (dua) tahun serta Pelatihan Kerja selama 3 (tiga) bulan dengan mempertimbangkan dua hal yaitu hal yang memberatkan Pelaku Anak dan hal yang meringankan Pelaku Anak adalah perbuatan anak bertentangan dengan program pemerintah yang sedang giat-giatnya memberantas penyalagunaan dan peredaran gelap narkotika serta meresahkan masyarakat. Sedangkan hal yang meringankan Pelaku Anak adalah mengaku bersalah dan menyesal atas perbuatan yang dilakukan, Pelaku Anak bersikap sopan saat persidangan, dan Pelaku Anak masih muda sehingga diharapkan untuk memperbaiki lagi perbuatannya. Maka dari itu dari pertimbangan diatas dapat dikatakan bahwa Hakim dalam memutus perkara ini menghindarkan Pelaku Anak dari pemidanaan berat mengingat usia pelaku masih anak-anak dan merupakan generasi muda penerus bangsa yang berhak mendapatkan masa depan yang cerah.
Jika melihat Putusan No 91/Pid.sus-Anak/2022/PN.Mks dapat ditemukan solusi terhadap Pelaku Anak yang dipidana melakukan pengedaran narkotika. Pidana penjara bukanlah solusi yang memberi jalan keluar atas permasalahan yang dilakukan Pelaku Anak, oleh sebab itu tujuan Undang-undang dijadikan ukuran dasar putusan pengadilan tidak terpenuhi karena anak yang melanggar hukum tidak layak dijatuhkan hukuman apalagi dimasukkan kedalam penjara.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Penerapan Hukum terhadap Pidana Anak sebagai Pengedar Narkotika tetap dijerat hukuman dengan ketentuan Undang-Undang yang berlaku. Hakim menjatuhkan hukuman pidana berupa Pembinaan dalam Lembaga Penyelenggara Kesejahteraan Sosial (LPKS) pelaku anak ditempatkan di Balai Rehabilitasi Sosial Anak Memerlukan perlindungan Khusus (BRSAMPK) ”Toddopuli”
Makassar selama 2 tahun serta Pelatihan Kerja selama 3 bulan.
Serta menetapkan masa penangkapan dan penahanan yang dijalani pelaku anak dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan. Hal ini dilakukan berdasarkan pertimbangan agar menimbulkan efek jera dan pertanggungjawaban bagi pelaku anak.
2. Pertimbangan Hakim dalam penerapan putusan terhadap anak sebagai pengedar narkotika mempertimbangkan hal-hal bersifat yuridis. Pertimbangan bersifat yuridis yaitu perbuatan melanggar Undang-Undang. Sedangkan pertimbangan bersifat non yuridis yaitu hal-hal yang memberatkan (pemerintah sedang giat-giatnya memberantas penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika) dan hal-hal yang meringankan (Pelaku mengaku bersalah menyesal dan berjanji tidak akan mengulangi perbuatan melanggar hukum).
B. Saran
1. Diharapkan bagi aparat penegak hukum dalam menegakkan hukum
anak sebagai pengedar narkotika tidak hanya penjatuhan sanksi pidana melalui penjara tetapi diharapkan aparat penegak hukum juga mempertimbangkan penjatuhan sanksi alternative lain seperti halnya pendidikan, pembinaan maupun pelatihan bagi anak serta anak dapat bertanggungjawab atas perbuatan tanpa harus menyebabkan tekanan mental terhadap anak.
2. Sebaiknya orang tua diharapkan agar memberi bimbingan kepada anak agar tidak terjerumus dalam perbuatan-perbuatan tidak inginkan yang dapat merugikan dirinya sendiri serta dapat menghancurkan masa depannya.
DAFTAR PUSTAKA
Al-QUR’AN DAN TERJEMAHANNYA QS. Al-Baqarah 02 : 219
QS. AL-Maidah 05 : 90
Buku
Agus Rusianto. 2016. Tindak Pidana dan Pertanggungjawaban pidana.
Jakarta: Kencana. hlm. 26.
Ahmad Kamil dan Fauzan. 2008. Hukum Perlindungan dan Pengangkatan Anak di Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. hlm 5.
Andi Zainal Farid. 1983. Pengantar Hukum Acara Pidana Indonesia.
Jakarta: Penerbit Ghalia Indonesia. hlm. 145.
Beni Ahmad. 2007.Sosiologi Hukum.Jakarta: Pustaka Setia. hlm. 37.
Beniharmoni Harefa. 2019. Kapita Selekta Perlindungan Hukum Bagi Anak.Sleman: Grup Penerbitan CV. Budi Utama. hlm. 23.
Didik Endro Purwoleksono. 2014. Hukum Pidana: Untaian Pemikiran.
Surabaya: Pusat Penerbitan dan Percetakan Airlangga University Press (AUP). hlm. 1.
G. Austin. 1979. Perspective on The History of Psychoactive Substance Use. Rockville, MD: National Institute on Drug Abuse.
hlm. 13.
Hadin Supeno. 2010. Kriminalisasi Anak. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. hlm 24.
Koesno Adi. 2015. Diversi Tindak Pidana Narkotika Anak. Malang:
Setara Press. hlm. 4.
Maidin Gultom. 2008. Perlindungan Hukum Terhadap Anak Dalam Sistem Peradilan Pidana Anak Di Indonesia.Bandung: PT Refika Aditama. hlm. 3.
M. Nasir Djamil. 2013. Anak bukan untuk dihukum: Catatan Pembahasan UU Sistem Peradilan Pidana Anak (UU-SPPA). Jakarta Timur:
Sinar Grafika. hlm 69.
M. Nasir Djamil. 2013. Anak bukan untuk dihukum: Catatan Pembahasan UU Sistem Peradilan Pidana Anak (UU-SPPA). Jakarta Timur:
Sinar Grafika. hlm 127.
Mohammad Eka Putra. 2010. Dasar-Dasar Hukum Pidana. Medan: USU Press. hlm. 13.
Moh.Taufik Makarao. 2003. Tindak Pidana Narkotika. Jakarta: Ghalia Indonesia. hlm.16.
Nandang Sambas. 2010. Pembaruan Sistem Pemidanaan Anak di Indonesia.Yogyakarta: Graha Ilmu. hlm. 234.
Nasharina. 2011. Perlindungan Hukum Bagi Anak di Indonesia.
Jakarta: Rajawali Pers. hlm. 3
Rika Saraswati. 2015. Hukum Perlindungan Anak Di Indonesia.
Bandung: PT. Citra Aditya Bakti. hlm.16.
Rusli Muhammad. 2006. Potret Lembaga Pengadilan Indonesia.
Jakarta; Raja Grafindo Persada. hlm.124.
Shanty Dellyana. 1988. Wanita dan Anak Dimata Hukum. Yogyakarta:
Liberty Barokah Book. hlm. 57.
Suharsil. 2005. Tindak Pidana Narkotika. Bogor: Ghalia Indonesia. hlm.
89.
Wagiati Soetodjo. 2008. Hukum Pidana Anak. Bandung: PT. Refika Aditama. hlm. 62.
Waludi. 2009. Hukum Perlindungan Anak. Bandung: Maju Mundur. hlm.
23.
Jurnal
Asep Syarifuddin Hidayat., Samul Anam., & Muhammad Ishar Helmi.
2018. Perlindungan Hukum Terhadap Anak Sebagai Kurir Narkotika. Jurnal sosial dan Budaya Syar-I, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 5(3). hlm. 319.
Dian Alan Setiawan. 2017. Evektifitas Penerapan Diversi Terhadap Penanganan Anak Yang Berhadapan Dengan Hukum Dalam Peradilan Pidana Anak Sesuai Undan-Undang Republik Indonesia No 11 Tahun 2012 Tentang Peradilan Pidana Anak. Jurnal Ilmu Hukum, Universitas 17 Agustus 1945, 13(26), hlm 234.
Dony Pribadi. 2018. Perlindungan Terhadap Anak Berhadapan Dengan Hukum. Jurnal Hukum Volkgeist, Universitas Airlangga, 3(1), hlm.
21.
I Wayan Govinda Tantra., I Made Minggu Widyantara., & Luh Putu Suryani. 2020. Pertanggungjawaban Pidana Anak Sebagai Kurir Dalam Tindak Pidana. J urnal Analogi Hukum, Universitas Warmadewa, 2(2), hlm. 216.
Peraturan Perundang-Undangan
Undang-Undang Dasar Negara Republik No 23 Tahun 2002 Tentang Hak dan Kewajiban Anak.
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia No 35 Tahun 2014 Tentang perlindungan khusus bagi anak yang berhadapan dengan hukum.
Undang-Undang Republik Indonesia No 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak.
Pasal 189 Ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana Tentang Keterangan Terdakwa.
Undang-Undang Republik Indonesia No 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika.
LAMPIRAN 1. Surat Keterangan
2. Dokumentasi