BAB II TINJAUAN PUSTAKA
D... Tinjauan Umum Tentang Peradilan Anak
bidang pendidikan.
3. Tujuan Perlindungan Anak
Perlindungan anak meliputi ruang lingkup yang luas, dalam arti bahwa perlindungan anak tidak hanya mengenai perlindungan atas jiwa dan raga si anak, tetapi mencakup pula perlindungan atas semua hak serta kepentingannya yang dapat menjamin pertumbuhan dan perkembangan yang wajar, baik secara rohani, jasmani maupun sosialnya.20
Ditinjau dari berbagai aspek kehidupan perlakuan yang sama terhadap setiap warga Negara Indonesia khususnya perlindungan anak dalam bidang hukum harus menerapkan nilai- nilai luhur pancasila agar terbentuk karakter yang disiplin, optimis, kerjasama dan kepemimpinan guna menjamin kehidupan bangsa dan negara.
Perlindungan anak bertujuan untuk melindungi anak dari perlakuan deskriminasi, penelantaran, kekerasan, kekejaman, eksploitasi(baik ekonomi maupun seksual) serta perlakuan ketidakadilan.
D. Tinjauan Umum Tentang Peradilan Anak
yang dapat mengayomi dan melindungi anak yang berhadapan dengan hukum agar anak dapat menghadapi masa depan jangka panjang.
Proses peradilan anak dimulai dari penyidikan, penuntutan, dan pengadilan. Peradilan anak harus memperhatikan proses- proses perlindungan anak dan menjunjung tinggi harkat dan martabat anak. Proses peradilan yaitu suatu proses yuridis, dimana harus ada kesempatan orang berdiskusi dan dapat memperjuangkan pendirian tertentu, yaitu mengemukakan kepentingan oleh berbagai macam pihak, mempertimbangkannya dan dimana keputusan yang diambil tersebut mempunyai motivasi tertentu.21
Dalam Ketentuan Pasal 5 Undang-Undang No 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Anak mencantumkan dengan tegas bahwa:
1. Sistem Peradilan Anak wajib mencantumkan pendekatan Keadilan Restoratif.
2. Sistem Peradilan Pidana Anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. Penyidikan dan penuntutan pidana anak yang dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, kecuali ditentukan lain dalam undang-undang ini;
21Shanty Dellyana. 1988. Wanita dan Anak Dimata Hukum. Yogyakarta: Liberty
b. Persidangan anak yang dilakukan oleh pengadilan di lingkungan peradilan umum; dan
c. Pembinaan, pembimbingan, pengawasan, dan/atau pendampingan selama proses pelaksanaan pidana atau tindakan dan setelah menjalani pidana atau tindakan.
3. Dalam Sistem Peradilan Pidana Anak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dan huruf b wajib diupayakan Diversi.
Pasal 6 Undang-Undang No 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Anak Diversi bertujuan:
a. Mencapai perdamaian antara korban dan Anak;
b. menyelesaikan perkara Anak di luar proses peradilan;
c. menghindarkan Anak dari perampasan kemerdekaan;
d. mendorong masyarakat untuk berpartisipasi; dan e. mananamkan rasa tanggungjawab kepada Anak.22
Dari Undang-Undang yang telah tertulis diatas bisa dilihat bahwa dalam perlindungan anak yang berhadapan dengan hukum harus didampingi oleh orang tua, keluarga, dan pihak yang memiliki kewajiban dalam menyelesaikan permasalahan agar dapat mengatasi perkara dan anak yang bersangkutan mendapatkan perlindungan.
Oleh karena itu dalam kondisi apapun, aparat penegak hukum hanya bisa menganggap anak sebagai korban ataupun AHB
22Dony Pribadi. 2018. Perlindungan Terhadap Anak Berhadapan Dengan Hukum.
Jurnal Hukum Volkgeist, Universitas Airlangga,3(1), hlm. 21
dan tetap beranggapan bahwa anak tersebut tidak bersalah (presumption of innocence), anak menjadi korban karena keterbatasan pengetahuan dan pengetahuan yang dimilikinya.
Disatu sisi pula terdapat anak yang karena satu alasan tertentu tidak memperoleh perhatian entah fisik, mental, maupun sosial.23 2. Hak-Hak Anak
Hukum yang mengatur perlindungan hak-hak anak terdapat dalam konvensi PBB tentang Hak-Hak Anak (Convention on the Rights of the child) Tahun 1989, telah diratifikasi oleh lebih 191 negara, termasuk Indonesia sebagai anggota PBB melalui keputusan Presiden No 39 Tahun 1990. Dengan demikian, konvensi PBB tersebut telah menjadi hukum Indonesia dan mengikat seluruh warga negara Indonesia.
Pada tahun 1999, Indonesia mengeluarkan Undang-Undang No 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia yang didalamnya juga mengatur tentang hak asasi melalui beberapa Pasal.
Kemudian, tiga tahun sesudahnya pemerintah mengeluarkan Undang-Undang No 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak (UUPA). UUPA ini dimaksudkan sebagai Undang-Undang Paying (umbrella’s law)yang secara sui generis mengatur Hak-Hak Anak.24
Hak anak telah diatur didalam Undang-Undang No. 23 Tahun
23Beniharmoni Harefa. 2019. Kapita Selekta Perlindungan Hukum Bagi Anak.
Sleman: Grup Penerbitan CV. Budi Utama. hlm. 23.
24Rika Saraswati. 2015. Hukum Perlindungan Anak Di Indonesia. Bandung: PT.
2002 tentang Hak dan Kewajiban Anak yang tercantum pada Pasal 4 s/d 19. Hak anak tercipta untuk mengatur dan mengantisipasi suatu permasalahan atau perbuatan yang sering kali terjadi pada anak. Berikut ini beberapa hak-hak anak yang tercantum dalam Pasal 4 s/d 19 Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 Tentang Hak dan Kewajiban Anak:
1. Hak setiap berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dandiskriminasi. (Pasal 4)
2. Hak setiap anak berhak atas suatu nama sebagai identitas diri dan status kewarganegaraan. (Pasal 5)
3. Hak setiap anak berhak untuk beribadah menurut agamanya, berpikir, dan berekspresi sesuai dengan tingkat kecerdasan dan usianya, dalam bimbingan orang tua. (Pasal 6)
4. (1) Hak setiap anak berhak untuk mengetahui orang tuanya, dibesarkan, dan diasuh oleh orang tuanya sendiri.
(2) Dalam hal karena suatu sebab orang tuanya tidak dapat menjamin tumbuh kembang anak, atau anak dalam keadaan terlantar maka anak tersebut berhak diasuh atau diangkat sebagai anak asuh atau anak angkat oleh orang lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(Pasal 7)
5. Hak Setiap anak berhak memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial sesuai dengan kebutuhan fisik, mental, spiritual, dan sosial. (Pasal 8)
6. (1) Hak setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya.
(2) Selain hak anak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), khusus bagi anak yang menyandang cacat juga berhak memperoleh pendidikan luar biasa, sedangkan bagi anak yang memiliki keunggulan juga berhak mendapatkan pendidikan khusus. (Pasal 9)
7. Hak setiap anak berhak menyatakan dan didengar pendapatnya, menerima, mencari, dan memberikan informasi sesuai dengan tingkat kecerdasan dan usianya demi pengembangan dirinya sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan dan kepatutan. (Pasal 10) 8. Hak setiap anak berhak untuk beristirahat dan memanfaatkan
waktu luang, bergaul dengan anak yang sebaya, bermain, berekreasi, dan berkreasi sesuai dengan minat, bakat, dan tingkat kecerdasannya demi pengembangan diri. (Pasal 11) 9. Hak setiap anak yang menyandang cacat berhak memperoleh
rehabilitasi, bantuan sosial, dan pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial. (Pasal 12)
10. (1) Setiap anak selama dalam pengasuhan orang tua, wali, atau
pihak lain manapun yang bertanggungjawab atas pengasuhan, berhak mendapat perlindungan dari perlakuan:
b. Diskriminasi;
c. Eksploitasi, baik ekonomi maupun seksual;
d. Penelantaran;
e. Kekejaman, kekerasan, dan penganiayaan;
f. Ketidakadilan; dan g. Perlakuan salah lainnya.
(2) Dalam hal orang tua, wali atau pengasuh anak melakukan segala bentuk perlakuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), maka pelaku dikenakan pemberatan hukuman. (Pasal 13)
11. Hak setiap anak berhak untuk diasuh oleh orang tuanya sendiri, kecuali jika ada alasan dan/atau aturan hukum yang sah menunjukkan bahwa pemisahan itu adalah demi kepentingan terbaik bagi anak dan merupakan pertimbangan terakhir. (Pasal 14)
12. Hak setiap anak berhak untuk memperoleh perlindungan dari:
a. Penyalahgunaan dalam kegiatan politik;
b. pelibatan dalam sengketa bersenjata;
c. Pelibatan dalam kerusuhan sosial;
d. Pelibatan dalam peristiwa yang mengandung unsur kekerasan; dan pelibatan dalam peperangan. (Pasal 15) 13. (1) Setiap anak berhak memperoleh perlindungan dari sasaran
penganiayaan, penyiksaan, atau penjatuhan hukuman yang tidakmanusiawi.
(2) Setiap anak berhak untuk memperoleh kebebasan sesuai dengan hukum.
(3) Penangkapan, penahanan, atau tindak pidana penjara anak hanya dilakukan apabila sesuai dengan hukum yang berlaku dan hanya dapat dilakukan sebagai upaya terakhir. (Pasal 16) 14. (1) Setiap anak yang dirampas kebebasannya berhak untuk :
a. Mendapatkan perlakuan secara manusiawi dan penempatannya dipisahkan dari orang dewasa;
b. Memperoleh bantuan hukum atau bantuan lainnya secara efektif dalam setiap tahapan upaya hukum yang berlaku; dan c. Membela diri dan memperoleh keadilan di depan pengadilan
anak yang objektif dan tidak memihak dalam sidang tertutup untuk umum.
(2) Setiap anak yang menjadi korban atau pelaku kekerasan seksual atau yang berhadapan dengan hukum berhak dirahasiakan. (Pasal 17)
15. Hak setiap anak yang menjadi korban atau pelaku tindak pidana berhak mendapatkan bantuan hukum dan bantuan lainnya.
(Pasal 18)
16. Hak setiap anak berkewajiban untuk:
a. Menghormati orang tua, wali, dan guru;
b. mencintai keluarga, masyarakat, dan menyayangi teman;
c. Mencintai tanah air, bangsa, dan negara;
d. Menunaikan ibadah sesuai dengan ajaran agamanya;
e. Melaksanakan etika dan akhlak yang mulia. (Pasal 19)25 Dengan adanya Undang-Undang yang mengatur tentang Hak-Hak Anak dan Kewajiban Anak, anak mendapatkan pemenuhan seperti diperlakukan secara adil serta dapat melindungi anak dari berbagai bentuk kekerasan, baik secara fisik maupun secara verbal. Dalam hal ini peran pemerintah dan orang tua sangat berpengaruh.
E. Pertanggungjawaban Anak Sebagai Pengedar Dalam Tindak Pidana Narkotika
Indonesia secara geografis merupakan jembatan lalu lintas angkutan manusia dan barang antar Asia dan Australia karena letaknya strategis, Indonesia rawan sebagai tempat penyelundupan narkotika. Selain itu letak Indonesia juga berdekatan dengan daerah penanaman dan produksi opium.
Seiring perkembangan zaman yang semakin modern kebutuhan hidup saat ini semakin tinggi menimbulkan berbagai cara dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidup seseorang. Kadang kala cara yang yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidup tersebut dengan menghalalkan segala cara salah satunya dengan merugikan orang
25Pasal 4 s/d 19 Undang-Undang Republik No 23 Tahun 2002
lain dan melanggar hukum yang berlaku. Kejahatan yang dilakukan semakin berkembang dengan cara melibatkan anak dengan modus yang beragam.
Keterlibatan anak dalam tindak pidana narkotika yang menjadi kurir narkoba merupakan suatu rangkaian kejahatan secara illegal karena melibatkan anak dibawah umur.
Pemidanaan terhadap anak tentu tidak dapat disamakan dengan orang dewasa yang sifatnya psikis dan niat. Anak berbeda dengan orang dewasa yang pemahamannya mengenai banyak hal sudah terbilang cakap. Kemampuan anak yang masih terbatas dan tidak sesempurna orang dewasa harus diperhatikan oleh aparat penegak hukum dalam menerapkan pemidanaan bagi anak pelaku tindak pidana pengedar narkotika.
Dalam hal pertanggung jawaban pemidanaan yang dilakukan anak dibawah umur diatur dalam Pasal 81 ayat (2) Undang-Undang No 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Anak menyebutkan pidana penjara yang dapat dijatuhkan kepada anak paling lama ½ (satu perdua) dari maksimum ancaman pidana penjara untuk orang dewasa.26
Dalam penangan kasus terkait pertanggung jawaban anak sebagai pengedar narkotika diatur dalam Undang-Undang Narkotika ternyata tidak ada ketentuan yang menyebutkan mengenai batasan umur
dalam tindak pidana narkotika. Sehingga peran anak sebagai pengedar narkotika masih saja dapat dihukum pidana sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang Narkotika.
Menurut Djamil M. Nasir menjelaskan bahwa “Batas usia anak memberikan pengelompokan terhadap seseorang untuk kemudian dapat disebut sebagai seorang anak. Yang dimaksud batas usia adalah pengelompokan usia maksimum sebagai wujud kemampuan anak dalam status hukum, sehingga anak tersebut beralih status menjadi usia dewasa atau menjadi seorang subjek hukum yang dapat bertanggung jawab secara mandiri terhadap perbuatan-perbuatan dan tindakan-tindakan hukum yang dilakukan anak itu”.27
Menurut Pasal 64 dimaksud dalam Pasal 59 ayat (2) huruf b Undang-Undang No 35 Tahun 2014 perlindungan khusus bagi anak yang berhadapan dengan hukum dilakukan sebagai berikut:
a. Perlakuan secara manusiawi dengan memperhatikan kebuthan sesuai dengan umurnya;
b. Pemisahan dari orang dewasa;
c. Pemberian bantuan hukum dan bantuan lain secara efektif;
d. Pemberlakuan kegiatan rekresional;
e. Pembebasan dari penyiksaan, penghukuman, atau perlakuan lain yang kejam, tidak manusiawi serta merendahkan martabat dan derajatnya;
27M. Nasir Djamil. 2013. Anak bukan untuk dihukum: Catatan Pembahasan UU Sistem PeradilanPidana Anak (UU-SPPA).Jakarta Timur: Sinar Grafika. hlm 127.
f. Penghindaran dari penjatuhan pidana mati dan/ atau pidana seumur hidup;
g. Penghindaran dari penangkapan, penahanan atau penjara, kecuali sebagai upaya terakhir dan dalam waktu yang paling singkat;
h. Pemberian keadilan dimuka pengadilan anak yang objektif, tidak memihak, dan dalam sidang yang tertutup untuk umum;
i. Penghindaran dari publikasi atas identitasnya;
j. Pemberian pendampingan orang tua/wali dan orang yang dipercaya oleh anak;
k. Pemberian advokasi sosial;
l. Pemberian kehidupan pribadi;
m. Pemberian aksebilitas, terutama bagi Anak Penyandang Disabilitas;
n. Pemberian Pendidikan;
o. Pemberian pelayanan Kesehatan; dan
p. Pemberian hak lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.28
Didalam penegakan hukum bagi anak yang masih berusia dibawah umur, terdapat ketentuan khusus yang dinamakan dengan diversi.
Diversi yaitu proses pengalihan pada sistem penyelesaian perkara anak dari proses peradilan pidana ke proses diluar peradilan pidana, maka
28Pasal 59 Ayat (2) Huruf b Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia No. 35
dari itu negara dan undang-undang wajib memberikan perlindungan khusus terhadap anak yang hadapan dengan hukum berlandaskan hak- hak anak.
Penentuan batas usia anak dalam berkaitan dengan pertanggung jawaban pidana yang dapat diajukan ke hadapan persidangan yaitu 12 (dua belas) tahun sampai dengan 18 (delapan belas) tahun sesuai dengan putusan Mahkamah Konstitusi No. 1/PUUVIII/201/021 sebagaimana yang ditentukan pada Pasal 69 ayat (2) menegaskan bahwa “anak yang belum berusia 14 (empat belas) tahun hanya dapat dikenai tindakan“ dengan demikian anak yang berumur 12 (dua belas) tahun sampai 13 (tiga belas) tahun hanya dijatuhi sanksi tindakan, sedangkan yang berumur 14 (empat belas) tahun sampai dengan 18 (delapan belas) tahun bisa dijatuhi sanksi pidana sebagaimana yang diatur dalam Undang-Undang No 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak berumur 12 (dua belas) tahun, Pasal 21 ayat (1) Undang-Undang No 11 Tahun 2012 menegaskan bahwa “dalam hal anak belum berumur 12 (dua belas) tahun melakukan atau diduga melakukan tindak pidana, penyidik, pembimbing kemasyarakatan, dan pekerja sosial profesional mengambil keputusan untuk menyerahkannya kembali kepada orang tua/wali atau mengikut sertakannya dalam program pendidikan, pembinaan, dan pembimbingan di instansi yang menangani bidang kesejahteraan sosial, baik di tingkat pusat maupun daerah paling lama 6 (enam) bulan. Dari kategori batasan usia yang telah ditentukan oleh Undang-Undang,
dengan demikian jika anak yang menjadi kurir narkotika terbukti melanggar Undang-Undang 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, dalam usia kategori umur 12 (dua belas) tahun sampai dengan 13 (tiga belas) tahun maka Hakim hanya dapat menjatuhkan sanksi tindakan terhadap anak sesuai dengan Pasal 82 Undang-Undang No 11 tahun 2012.29