• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS YURIDIS TERHADAP TINDAK PIDANA PENGEDAR NARKOTIKA DI BAWAH UMUR (Studi Kasus No.91/Pid.Sus-Anak/2022/PN.Mks)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "ANALISIS YURIDIS TERHADAP TINDAK PIDANA PENGEDAR NARKOTIKA DI BAWAH UMUR (Studi Kasus No.91/Pid.Sus-Anak/2022/PN.Mks)"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

ANALISIS YURIDIS TERHADAP TINDAK PIDANA PENGEDAR NARKOTIKA DI BAWAH UMUR

(Studi Kasus No.91/Pid.Sus-Anak/2022/PN.Mks)

OLEH:

AULYATUL ISLAMIA ADAM 04020190676

Diajukan sebagai Tugas Akhir dalam rangka Penyelesaian Studi

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA MAKASSAR

2023

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji syukur bagi ALLAH SWT atas limpahan berkat Rahmat dan Ridho-NYA penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul: “Analisis Yuridis Terhadap Tindak Pidana Pengedar Narkotika di Bawah Umur (Studi Kasus No.91/Pid.Sus- Anak/2022/PN.Mks)”dapat terselesaikan dengan baik.

Penulisan hasil penelitian ini diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam menempuh ujian Program Strata-1 pada Fakultas Hukum Univertias Muslim Indonesia. Penulis sangat menyadari di dalam penulisan ini masih terdapat kekurangan-kekurangan yang disebabkan oleh keterbatasan dan kemampuan penulis. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis sangat mengharapkan saran dan kritik membangun untuk menyempurnakan hasil penelitian ini.

Penyusunan hasil penelitian ini tidak lepas dari doa dan dukungan orang tua tercinta yaitu, Bapak M. Adam S.S, Ibu Rasnawati Mustamin S.S., M.Pd., dan Nenek Hj. Caya. Penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga dan penghargaan yang setinggi-tingginya. Karena telah merawat serta mendidik Penulis sejak kecil hingga saat ini, dengan penuh cinta dan kasih, serta nasihat-nasihat yang terbaik bagi penulis, dan membiayai sekolah penulis hingga perguruan tinggi saat ini. Serta kedua adik penulis, Rizki Ramadhani Adam dan Syfa Al Dzakira Adam.

Terima kasih sudah ikut serta dalam proses penulis menempuh pendidikan selama ini, terima kasih atas semangat, doa, dan cinta yang

(8)

selalu diberikan kepada penulis, Tumbuhlah menjadi versi yang paling hebat, adik-adikku.

Disamping itu tak lupa pula penulis menyampaikan banyak terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Basri Modding, SE, M.Si Selaku Rektor Universitas Muslim Indonesia.

2. Bapak Prof. Dr. H. La Ode Huseni, S.H., M.H. Selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Indonesia.

3. Prof. Dr. Hj. Mulyati Pawennei, S.H., M.H. Selaku Ketua Bagian Hukum Pidana Universitas Muslim Indonesia.

4. Ibu Dr. Satrih Hasyim.S.H.,M.H. selaku pembimbing I dan Ibu Tri Abriana Ma’ruf.S.H.,M.H. Selaku Pembimbing II, yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan arahan dan bimbingan yang sangat bermanfaat sehingga skripsi ini dapat selesai.

5. Ibu Dr. Hj. Anggreany Arief, SH.,MH. dan Bapak H. Iwan Akil, S.H.,MH.

Selaku Tim Penguji yang telah Memberikan masukan untuk kesempurnaan skripsi ini.

6. Bapak Johnicol Richard Frans Sine, S.H., selaku Hakim di Pengadilan Negeri Makassar yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan arahan sehingga penulisan skripsi ini dapat selesai.

7. Nafisah Rana Dzaky, sahabat saya yang selalu memberi inspirasi untuk terus melangkah maju kedepan, menjadi teman bertukar pikiran, tempat berkeluh kesah, dan menjadi support system penulis dalam

(9)

menyelesaikan tugas akhir. Terima kasih atas waktu, doa yang senangtiasa dilangitkan, dan seluruh hal baik yang diberikan kepada penulis selama ini.

8. Teruntuk teman-teman seperkuliahan Nurul Hikma L. Ilham dan Riska Rahmanianti terima kasih selalu memberi motivasi semangat, dukungan tanpa henti sehingga secara tidak langsung membantu saya dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini dan membersamai dalam perjuangan, terima kasih semoga sama-sama dilancarkan sampai akhir perjuangan.

9. Dan terakhir, terima kasih kepada diri penulis. Hebat bisa tetap berdiri tegap menghadapi segala lika liku hidup walau kadang jenuh dan ingin berhenti. Kamu keren dan hebat.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu penulis mohon maaf apabila dalam penulisan skripsi ini banyak kekurangan serta penulis mohon saran dan kritik yang membangun dari pembaca sekalian. Akhir kata penulis sampaikan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua orang khususnya penulis sendiri.

Makassar, 5 Agustus 2023 Penulis

Aulyatul Islamia Adam

(10)

ABSTRAK

Aulyatul Islamia Adam. 04020190676: “Analisis Yuridis Terhadap Tindak Pidana Pengedar Narkotika di Bawah Umur (Studi Kasus No.91/Pid.Sus-Anak/2022/PN.Mks)”. Dibawah bimbingan Satrih Hasyim sebagai Ketua Pembimbing dan Tri Abriana Ma’ruf sebagai Anggota Pembimbing.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis penerapan hukum Hakim terhadap anak sebagai pengedar narkotika dalam putusan Pengadilan Negeri Makassar No.91/Pid.Sus- Anak/2022/PN.Mks.

Metode penelitian hukum yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode yuridis empiris atau penelitian lapangan, karena mengkaji data-data lapangan sebagai sumber data utama seperti hasil wawancara dan melakukan penelitian langsung di lapangan mengenai hukum tindak pidana pengedar narkotika di bawah umur.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan hukum pidana materiil dan formil terhadap kasus Pengedar Narkotika Di Bawah Umur, penerapan ketentuan pidana pada perkara ini yakni Pasal dalam No 35 Tahun 2009 tentang Narkotika yang menjadi landasan untuk mencegah dan memberantas penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika yang sangat merugikan dan membahayakan kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara, telah sesuai dengan fakta-fakta hukum baik keterangan para saksi, keterangan terdakwa dianggap sehat jasmani dan rohani, tidak terdapat gangguan mental sehingga dianggap mampu mempertanggungjawabkan perbuatannya. upaya hakim dalam memutuskan suatu perkara tindak pidana pengedar narkotika dibawah umur putusan No.91/Pid.Sus-Anak/2022/PN.Mks telah sesuai, yakni dengan terpenuhinya semua unsur pasal dalam dakwaan, serta keterangan saksi yang saling berkesesuaian ditambah keyakinan hakim.

Rekomendasi penelitian ini dengan ini sepatutnya Hakim betul-betul mempertimbangkan fakta-fakta yang terungkap di Pengadilan dan juga hati nuraninya, tidak hanya mempertimbangkan hal-hal yang memberatkan akan tetapi juga hal-hal yang meringankan terdakwa sehingga putusan yang dijatuhkan betul-betul memberikan keadilan kepada terdakwa dan penulis berharap agar pihak masyarakat dan pemerintah setempat bersedia menerima dan membantu mengawasi terdakwa ditengah-tengah kehidupan mereka setelah proses hukumnya selesai, dengan tujuan mencegah terdakwa yang telah direhabilitasi agar ia tidak mengulangi lagi kejahatannya.

Kata Kunci : Tindak Pidana, Anak, Narkotika

(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...

PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

PERSETUJUAN UJIAN SKRIPSI... iii

PENGESAHAN SKRIPSI... iv

HALAMAN PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI... v

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI... vi

KATA PENGANTAR... vii

ABSTRAK... x

DAFTAR ISI... xi

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah... 8

C. Tujuan Penelitian... 8

D. Manfaat Penelitian... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 10

A...Tinjauan Umum Tentang Tindak Pidana... 10

1...Tindak Pidana... 10

2...Pembagian Hukum Pidana... 12

B...Tinjauan Umum Tentang Narkotika... 13

1...Pengertian Narkotika... 13

2...Jenis-Jenis Narkotika... 15

C...Tinjauan Umum Tentang Anak, Perlindungan Anak, dan Tujuan Perlindungan Anak... 18

1...Pengertian Anak... 18

2...Perlindungan Anak... 19

3...Tujuan Perlindungan Anak... 22

D...Tinjauan Umum Tentang Peradilan Anak... 22

1...Peradilan Anak... 22

(12)

2...Hak-Hak Anak... 25 25 E...Pertanggung jawaban Anak Sebagai Pengedar Dalam Tindak

Pidana Narkotika... 30

BAB III METODE PENELITIAN... 36

A...Tipe Penelitian... 36

B...Lokasi Penelitian... 36

C...Jenis dan Sumber Data... 36

D...Teknik Pengumpulan Data... 37

E...Analisis Data... 37

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 38

A...Penerapan Hukum Hakim Terhadap Anak Sebagai Pengedar Narkotika dalam putusan Pengadilan Negeri Makassar No.91/Pid.Sus-Anak/2022/PN.Mks………..…..…….….... 38

B...Dasar Pertimbangan Hakim Terhadap Pengedar Narkotika terhadap anak dibawah umur dalam putusan Pengadilan Negeri Makassar No.91/Pid.Sus-Anak/2022/PN.Mks... 45

BAB V PENUTUP... 60

A...Kesimpulan... 60

B...Saran... 61

DAFTAR PUSTAKA... 62

LAMPIRAN... 66

1. Surat Keterangan... 66

2. Dokumentasi... 67

(13)
(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang Masalah

Narkotika merupakan zat kimiawi yang bila masuk ketubuh manusia akan memengaruhi tubuh terutama otak. Narkotika sering disalahgunakan tidak pada standar pengobatan yang dianjurkan dokter yang dapat membahayakan masyarakat khususnya generasi muda, bagi kehidupan dan nilai-nilai budaya bangsa. Dampak negatif narkotika sudah banyak dibahas oleh para ahli namun banyak masyarakat yang masih menggunakan narkotika bukan untuk kesehatan melainkan mereka menyalahgunakan narkotika sebagai obat berbahaya yang dapat mengakibatkan kerusakan secara fisik, kesehatan mental serta emosi.

Dalam Undang-Undang No 35 Tahun 2009 Pasal 1 ayat 1 bahwa narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semi-sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa nyeri, serta menimbulkan ketergantungan. Narkotika dan psikotropika merupakan obat atau bahan yang digunakan untuk kebutuhan medis dalam dunia kedokteran yang dapat sangat merugikan jika disalahgun akan tanpa mengawasan pihak yang berwenang dan tanpa kontrol.1

Indonesia dalam keadaan darurat narkoba, negara dengan tingkat bahaya penyalahgunaan dan peredaran yang sangat tinggi. Masalah

(15)

penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan karena dampaknya yang multidimensi. Kejahatan Narkoba tergolong ancaman bagi bangsa dalam lingkup non-militer, sehingga sebagai ancaman militer, permasalahannya menjadi tanggung jawab bersama, bukan hanya instansi tertentu.

Di era globalisasi saat ini maraknya perilaku menyimpang dikalangan orang dewasa atau anak muda yang memanfaatkan anak sebagai kurir jual beli obat-obatan terlarang karena kurangnya pengetahuan terhadap narkotika, dan ketidakmampuan menolak serta melawan membuat anak di bawah umur menjadi mangsa bandar narkotika untuk mengedarkan narkotika secara luas. Hal ini merupakan salah satu hal yang memprihatinkan mengingat anak dibawah umur seharusnya belajar tapi malah harus berhadapan dengan hal-hal yang bukan seharusnya mereka lakukan.

Dalam Al-Quran dijelaskan bahwa zat yang mengandung bahan memabukkan diharamkan. Sebagaimana yang dijelaskan dalam Al- Quran Surat Al-Baqarah ayat 219 Allah SWT berfirman:

َنْوُﻘِﻔْﻧُﯾ اَذﺎَﻣ َكَﻧْوُﻠَٔـْﺳَﯾَو ۗﺎَﻣِﮭِﻌْﻔﱠﻧ ْنِﻣ ُرَﺑْﻛَا ﺂَﻣُﮭُﻣْﺛِاَو ِۖسﺎﱠﻧﻠِﻟ ُﻊِﻓﺎَﻧَﻣﱠو ٌرْﯾِﺑَﻛ ٌمْﺛِا ﺂَﻣِﮭْﯾِﻓ ْلُﻗ ِۗرِﺳْﯾَﻣْﻟاَو ِرْﻣَﺧْﻟا ِنَﻋ َكَﻧْوُﻠَٔـْﺳَﯾ

َۙنْوُرﱠﻛَﻔَﺗَﺗ ْمُﻛﱠﻠَﻌَﻟ ِتٰﯾْٰﻻا ُمُﻛَﻟ ُّٰﷲ ُنﱢﯾَﺑُﯾ َكِﻟٰذَﻛ َۗوْﻔَﻌْﻟا ِلُﻗ ۗە

Artinya : Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi.

Katakanlah : “Pada keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya”.

dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan.

(16)

Katakanlah : “ yang lebih dari keperluan.” Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir, (Qs. Al- Baqarah 02:219) Selain itu Allah juga menjelaskan dalam Al-Quran Surah Al-Maidah: 90

َنْوُﺣِﻠْﻔُﺗ ْمُﻛﱠﻠَﻌَﻟ ُهْوُﺑِﻧَﺗْﺟﺎَﻓ ِنٰطْﯾﱠﺷﻟا ِلَﻣَﻋ ْنﱢﻣ ٌسْﺟِر ُمَﻻْزَْﻻاَو ُبﺎَﺻْﻧَْﻻاَو ُرِﺳْﯾَﻣْﻟاَو ُرْﻣَﺧْﻟا ﺎَﻣﱠﻧِا آْوُﻧَﻣٰا َنْﯾِذﱠﻟا ﺎَﮭﱡﯾَﺎٰٓﯾ Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan- perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan”(Qs.Al-Maidah 05:90.)2

Secara umum anak adalah seorang yang dilahirkan dari perkawinan antara seorang laki-laki dan perempuan meskipun tidak melakukan pernikahan dan juga anak merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang memiliki tunas, potensi, dan generasi cita-cita bangsa.

Anak memiliki peran penting dalam menjamin eksistensi bangsa dan negara di masa depan.

Tindak Pidana yang terjadi saat ini di masyarakat bukan saja pelakunya orang dewasa, bahkan terjadi kecenderungan pelakunya adalah masih tergolong usia anak-anak. Oleh karena itu, berbagai upaya pencegahan dan penanggulangan kenakalan anak perlu segera dilakukan.

Salah satu upaya pemerintah dalam melakukan pencegahan dan penanggulangan kenakalan anak yaitu dengan menyelenggarakan system peradilan pidana anak (juvenile justice system) melalui Undang-Undang No 11 tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak yang

(17)

menggantikan Undang-Undang No 3 tahun 1997 tentang Pengadilan Anak yang dilakukan dengan tujuan agar dapat terwujud peradilan yang benar- benar menjamin perlindungan kepentingan terbaik terhadap anak yang berhadapan dengan hukum sebagai penerus bangsa.

Dalam Undang-Undang No 11 tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak menyatakan bahwa anak merupakan amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang memiliki harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya. Untuk menjaga harkat dan martabatnya, anak berhak mendapatkan perlindungan khusus, terutama perlindungan hukum dalam sistem peradilan. Indonesia sebagai negara pihak dalam konvensi hak- hak anak (Convention on the Rights of the Child) yang mengatur prinsip perlindungan hukum terhadap anak mempunyai kewajiban untuk memberikan perlindungan khusus terhadap anak yang berhadapan dengan hukum.3

Pada tahun 2020-2022, terjadi peningkatan peredaran narkotika di Indonesia khususnya kota Makassar. Berdasarkan data statistik yang dikeluarkan oleh Pengadilan Negeri Makassar, jumlah kasus pengedar narkotika di bawah umur terus mengalami peningkatan. Menurut catatan Pengadilan Negeri Makassar peredaran narkotika di bawah umur tercatat sekitar 71 kasus mulai pada tahun 2020 sebanyak 19 kasus; pada tahun 2021 sebanyak 22 kasus; dan pada tahun 2022 meningkat menjadi 30 kasus.

3Undang-Undang Republik Indonesia No. 11 Tahun 2012

(18)

Dalam hal ini, diperlukannya perlindungan anak sebagai bentuk kegiatan yang menjamin, melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh dan berkembang sesuai dengan harapan serta mendapat perlindungan yang layak dari kekerasan dan deskriminasi.

Dalam kasus Putusan Pengadilan Negeri Makassar No.91/Pid.Sus- Anak/2022/PN.Mks seorang anak diamankan kepolisian karena menjadi kurir narkotika jenis sabu-sabu, berawal ketika pelaku anak mendatangi rumah EKY (Masih dalam Pencarian/DPO) yang tak jauh dari rumah terdakwa, kemudian pelaku anak disurh EKY untuk mengambil paket Narkotika jenis shabu di Jalan Abdul Kadir (Samping Rumah Sakit Haji) dan pelaku anak menyetujuinya. Lalu pelaku anak menerima 1 (satu) buah HP merek Vivo warna biru tua dan berjalan mengikuti Maps yang diberikan pada HP tersebut melalui akun instagram NAGA HITAM.

Setelah terdakwa menemukan 23 (dua puluh tiga) paket Narkotika jenis shabu dimaksud, kemudian Pelaku Anak membawanya pulang sambil menunggu orang yang memesan melalui akun instagram NAGA HITAM.

Setelah itu 23 (dua puluh tiga) paket narkotika jenis shabu pelaku anak diminta untuk mengantarkannya langsung di Jalan Daeng Tata 3 Lr. 3 Kota Makassar, sehingga pelaku anak langsung menuju ke Jalan Daeng Tata Lr. 3 namun dalam perjalanan tepatnya dipinggir jalan raya Daeng Tata 3 pelaku anak diberhentikan oleh Anggota Satuan Narkoba Polrestabes Makassar diantaranya saksi HR dan saksi JH yang sebelumnya telah memperoleh informasi masyarakat mengenai peredaran

(19)

Narkotika di Jalan Daeng Tata. Saat Anggota Satuan Narkoba Polrestabes Makassar melakukan pemeriksaan dan penggeledahan pada diri pelaku anak ditemukan pada saku celana bagian depan pelaku anak 1 (satu) sachet Narkotika Jenis Shabu yang dibungkus Tisu serta 2 (dua) buah HP dalam penguasaan terdakwa yang dipergunakan untuk berkomunikasi dengan para pembeli.

Keterlibatan anak sebagai kurir narkotika tentu bukan merupakan kesadarannya sendiri melainkan karena pergaulannya yang dilakukan oleh anak itu sendiri. Perkembangan di masyarakat yang memperlihatkan bahwa merajalelanya jual beli obat-obatan terlarang merupakan salah satu faktor yang memicu banyaknya keterlibatan anak dalam proses jual beli barang terlarang tersebut. Selain itu adanya perkembangan teknologi informasi yang semakin maju membuat jual beli barang haram tersebut semakin mudah untuk diakses, salah satunya dikalangan remaja.

Adanya keikutsertaan anak dalam bentuk tindak pidana narkotika sebagai kurir obat-obatan terlarang membuat timbulnya rasa miris karena pada hakekatnya mengingat anak sebagai penerus bangsa dan tumpuan masa depan orang tua. Keadaan tersebut membuat potensi anak menurun dan dapat menggangu perkembangan anak dalam potensi pendidikan, atau proses pembelajaran.

Anak yang melakukan pelanggaran tindak pidana harus diperlakukan secara manusiawi untuk kepentingan pertumbuhan anak tersebut serta memberikan perkembangan fisik, mental, dan sosial.

(20)

Negara dan undang-undang wajib memberikan perlindungan hukum bagi anak yang belum cakap hukum berlandaskan hak-hak anak, sehingga diperlukan pemidanaan yang edukatif terhadap anak.

Anak juga juga berhak menerima haknya untuk dilindungi agar setiap anak kelak mampu memikul tanggung jawab, maka dari itu anak perlu mendapatkan kesempatan yang seluas-luasnya untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan apa yang diatur oleh Pasal 28B ayat 2 Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 tentang Hak Anak, Undang-undang No 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak dan Undang-undang No 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.

Perlakuan hukum pada anak, pada kasus perdagangan Narkotika sudah selayaknya mendapatkan perhatian yang serius. Penegak hukum dalam memproses dan memutuskan harus yakin benar bahwa keputusan yang diambil akan menjadi satu dasar yang kuat untuk mengembalikan dan mengatur anak menuju masa depan yang baik untuk mengembangkan dirinya sebagai warga masyarakat yang bertanggungjawab bagi kehidupan bangsa.

Dengan demikian berdasarkan pemaparan diatas, Indonesia sebagai negara hukum bersandar pada keyakinan bahwa kekuasaan negara harus dijalankan atas dasar hukum yang adil. Oleh karena itu penegakan hukum menjadi elemen penting dalam menciptakan keamanan dan ketertiban dalam masyarakat.

Berdasarkan latar belakang penelitian yang sudah diuraikan diatas

(21)

maka penulis akan melakukan penelitian yang dituangkan dalam bentuk proposal berjudul “ANALISIS YURIDIS TERHADAP TINDAK PIDANA PENGEDAR NARKOTIKA DI BAWAH UMUR (Studi Kasus No.91/Pid.Sus-Anak/2022/PN.Mks)”

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan tersebut, maka rumusan masalah yang dapat penulis rumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah penerapan hukum Hakim terhadap anak sebagai pengedar narkotika dalam Putusan Pengadilan Negeri Makassar No.91/Pid.Sus-Anak/2022/PN.Mks?

2. Apa dasar pertimbangan Hakim terhadap anak sebagai pengedar narkotika dalam Putusan Pengadilan Negeri Makassar No.91/Pid.Sus- Anak/2022/PN.Mks?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui dan menganalisis penerapan hukum Hakim terhadap anak sebagai pengedar narkotika dalam Putusan Pengadilan Negeri Makassar No.91/Pid.Sus-Anak/2022/PN.Mks.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis dasar pertimbangan Hakim terhadap anak sebagai pengedar narkotika dalam Putusan Pengadilan Negeri Makassar No.91/Pid.Sus-Anak/2022/PN.Mks.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut:

(22)

1. Secara Teoritis

Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai rujukan bagi peneliti selanjutnya yang mempunyai keterkaitan dengan masalah dalam penelitian ini.

2. Secara Praktik

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan sumbangsih pemikiran bagi semua pihak yang berkepentingan agar dapat mengetahui dengan jelas bagaimana perlindungan hukum terhadap tindak pidana pengedar narkotika di bawah umur.

(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Tindak Pidana 1. Tindak Pidana

Tindak pidana berasal dari dalam hukum pidana yang berasal dari kata Belanda yaitu strafbaarfeit. Strafbaarfeit terdiri dari tiga kata, yakni straf, baar, dan feit diartikan sebagai delik yang lazimnya mengandung arti peristiwa pidana, perbuatan yang dapat dihukum dan tindak pidana. Selain itu secara umum hukum pidana juga memiliki arti yaitu aturan-aturan yang berlaku dan diberlakukan dalam lingkungan masyarakat agar mengatur segala jenis tindakan yang tidak sesuai dengan hukum baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja.

Menurut Van Bemmelen, untuk dapat dipidananya seorang pembuat perbuatan itu dapat dipertanggungjwabkan padanya, dan perbuatan itu dapat dipertanggungjawabkan pada si pelaku atau pelaku mampu bertanggungjawab.4

Mengenai pengertian tindak pidana, ada banyak pengertian dari beberapa sarjana yang menjelaskan tentang tindak pidana menurut persepsi masing-masing.

Menurut Andi Zainal Abidin Farid kata “delik” dari Bahasa

4Agus Rusianto. 2016.Tindak Pidana dan Pertanggungjawaban pidana. Jakarta:

Kencana. hlm. 26

(24)

latin yaitu “delictum” atau “delicte” yang dalam Bahasa belanda dengan isitilah “strafbaar feit”. Kata strafbaar feit oleh para pengarang di Indonesia digunakan sesuai dengan sudut pandangnya masing- masing.5

Menurut Adami Chazawikata“delik” sebenarnya tidak berhubungan dengankata “strafbaar feit”. Kata “delik” berasal dari bahasa latin yaitu “delictum”, namun dalam sisi pengertiannya tidak ada perbedaan mengenai pengertiannya.6

Hukum tindak pidana melindungi kepentingan-kepentingan hukum misalnya nyawa, harta benda, kemerdekaan, kehormatan, namun jika terjadi pelanggaran terhadap larangan dan perintahnya justru menyakiti kepentingan hukum si pelanggar. Perlu di ingat pula, bahwa sebagai alat social control, fungsi hukum pidana adalah subsidair artinya hukum pidana hendaknya baru diadaka/dipergunakan apabila usaha-usaha lain kurang memadai7

Oleh karena itu pengertian tindak pidana perlu dipahami mengingat ketentuan hukum pidana tidak harus diartikan dengan semua pelanggaran yang akibatnya penjatuhan hukuman pidana.

Pidana merupakan moral bangsa agar dapat melihat apa yang baik dan tidak baik menurut pandangan suatu bangsa.

5Andi Zainal Farid. 1983. Pengantar Hukum Acara Pidana Indonesia. Jakarta:

Penerbit Ghalia Indonesia. hlm 145.

6Ibid.

7Mohammad Eka Putra. 2010. Dasar-Dasar Hukum Pidana. Medan: USU Press.

(25)

2. Pembagian Hukum Pidana

Meninjau hukum pidana sebagai objek studi, hukum pidana dibagi menjadi dua bagian yang terdiri dari hukum pidana materiil dan hukum pidana formil.

a. Hukum pidana materiil atau biasa disebut hukum pidana substansif yaitu hukum yang diajukan kepada orang-orang yang melakukan tindak pidana dan harus bertentangan dengan undang-undang. Hukum pidana materiil dikelompokkan kedalam peraturan perbuatan yang diancam dengan hukuman, peraturan terhadap pertanggung jawaban terhadap hukum pidana. Acuan yang digunakan hukum materiil bersifat pasti dilihat dan dipertimbangkan dari undang-undang yang berlaku serta digunakan sesai domisili hukum tempat terdakwa dan korban berada.

b. Hukum pidana formil Hukum pidana formil merupakan hukum acara pidana atau suatu proses atau prosedur untuk melakukan segala tindakan manakala hukum pidana materiil akan, sedang, dan/atau sudah dilanggar atau dengan perkataan lain, Hukum pidana formil merupakan hukum acara pidana atau suatu proses atau prosedur untuk melakukan segala tindakan manakala ada sangkaan akan, seilang, dan atau sudah terjadi tindak pidana. Sumber hukum formil juga menentukan sebab

(26)

dan bentuk terjadinya suatu kaidah atau peraturan hukum.8 B. Tinjauan Umum tentang Narkotika

1. Pengertian Narkotika

Dalam lembaran sejarah, manusia telah mengenal dan mengkomsumsi bahan alami memabukan dan zat halusinansi sejak awal peradaban. Ada sekitar 4.000 jenis tanaman yang mengandung zat psikoatif dan tidak kurang dari enam puluh jenisnya telah dikonsumsi sepanjang sejarah manusia. Dari sekian jenis yang paling banyak di pakai adalah opium dari bunga opium (papaver somniferum), bunga, daun dan dammar dari tanaman ganja (cannabis sativa) serta daun tanaman koka (erythoxylum).

data awal dari ketiga tanaman obat ini tersebar pada abat ke-3 SM.9 Narkotika merupakan bahan obat yang mempunyai efek kerja membius, merangsang atau biasa disebutdropping, ketagihan (ketergantungan) dan dapat menimbulkan daya berkhayal (halusinasi). Istilah narkotika berasal dari bahasa inggris yaitu narcotics yang berarti obat bius. Dalam dunia pengobatan senyawa ini digunakan sebagai obat bius yang dapat membius orang yang akan melakukan operasi.

Istilah lain narkotika yaitu narkoba diambil dari singkatan narkotika, psikotropika dan bahan berbahaya lainnya. Kata narkoba

8Didik Endro Purwoleksono. 2014. Hukum Pidana: Untaian Pemikiran. Surabaya:

Pusat Penerbitan dan Percetakan Airlangga University Press (AUP). hlm. 1

9G. Austin. 1979. Perspective on The History of Psychoactive Substance Use.

(27)

sangat populer dikalangan masyarakat karena sering kali digunakan oleh aparat penegak hukum dan media massa. Selain itu istilah lain narkoba bisa juga di sebut napza yang berarti zat atau obat yang apabila masuk kedalam tubuh dapat memengaruhi tubuh terutama otak. Istilah napza biasanya digunakan oleh pihak kesehatan atau kedokteran.

Narkotika dan Psikotropika apabila dipergunakan secara tepat baik dosis maupun ukuran penggunaannya, seperti untuk pengobatan dan penelitian ilmiah dapat memberikan manfaat bagi kepentingan manusia. Namun sebaliknya, bila digunakan melebihi dosis atau ukuran yang tidak benar, maka akan menimbulkan gangguan Kesehatan bagi si pemakai, bahkan bisa lebih fatal lagi yang dapat mengakibatkan kematian, serta tidak stabilnya tatanan kehidupan sosial di masyarakat.10

Adapun pengertian narkotika menurut ahli Narkotika merupakan obat atau bahan yang bermanfaat di bidang pengobatan, pelayanan kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan. Namun di sisi lain dapat menimbulkan ketergantungan yang sangat merugikan apabila digunakan tanpa adanya pengendalian, pengawasan yang ketat dan seksama.

Secara umum, yang dimaksud dengan Narkotika dalah sejenis zat yang dapat menimbulkan pengaruh tertentu bagi orang-orang yang

10Suharsil. 2005.Tindak Pidana Narkotika. Bogor: Ghalia Indonesia. hlm. 89.

(28)

menggunakannya, yaitu dengan cara memasukkan ke dalam tubuh.11

Narkotika awalnya digunakan sebagai bahan-bahan bagi upacara ritual keagamaan dan untuk pengobatan, Namun sekarang banyak disalahgunakan akan yang mengakibatkan dampak yang berbahaya dan mengalami ketergantungan yang sangat merugikan.

Penggunaan narkotika yang kini memiliki tujuan untuk memperoleh keuntungan yang sangat besar menimbulkan keprihatinan bagi masyarakat, Mengingat dampak yang ditimbulkan akibat penyalahgunaan narkotika berbahaya bagi kehidupan berbangsa dan bernegara khususnya bagi keberlangsungan pertumbuhan dan perkembangan generasi penerus bangsa.12

2. Jenis-Jenis Narkotika

Narkotika saat ini sudah menyebar ke mana-mana dan jenisnya pun sudah beragam diantaranya yang paling sering digunakan yaitu ganja, heroin, dan kokain. sedangkan obat berbahaya yang sering digunakan adalah shabu, pil koplo dan ekstasi. Selain itu adapun jenis barang berbahaya yaitu minuman keras yang mengandung alkohol tinggi.

Narkotika dapat dibedakan dalam 3 golongan yaitu, sebagai berikut:

11Moh.Taufik Makarao. 2003. Tindak Pidana Narkotika. Jakarta: Ghalia Indonesia.

hlm.16.

12Koesno Adi. 2015.Diversi Tindak Pidana Narkotika Anak.Malang: Setara Press.

(29)

a. Narkotika Golongan I

Narkotika yang digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan sebagai terapi serta mempunyai potensi yang sangat tinggi mengaakibatkan ketergantungan. Adapun Contoh Narkotika Golongan I: opium.

tanaman koka, kokain, heroin, ganja, dan lain-lain b. Narkotika Golongan II

Narkotika yang berkhasiat untuk pengobatan yang digunakan sebagai pilihan terakhir dalam terapi atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potens tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh Natkotika Golongan II: petidin, morfin, metadona, fetanil.

c. Narkotika Golongan III

Narkotika golongan III adalah narkotika yang memiliki daya adiktif ringan berkhasiat untuk pengobatan dan biasa digunakan dalam terapi dan untuk pengembangan ilmu pengetahuan narkotika golongan III mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan. Contoh Narkotika Golongan III:

kodein, etilmorfina, propiram dan turunan lainnya.

Selain narkotika yang berasal dari bahan alami adapula narkotika yang dibuat melalui proses kimia. Jika berdasakan bahan pembuatannya jenis-jenis narkotika digolongkan sebagai berikut:

(30)

d. Narkotika Sintesis

Narkotika jenis satu ini didapatkan dari proses yang rumit atau narkotika palsu yang dibuat dari bahan kimia. Narkotika ini dimanfaatkan untuk keperluan pembiusan dan pengobatan bagi orang yang yang menderita ketergantungan narkotika (sebagai substitusi) dan juga digunakan sebagai penelitian. Contoh narkotika dari bahan sintesis adalah amfetamin, petidin, methaden, deksamfetamin, dan lainnya.

e. Narkotika Semi Sintesis

Narkotika semi sintesis merupakan narkotika alami yang diambil dari zat adiktif. Pengolahan narkotika semi dari bahan sintesis menggunakan bahan utama narkotika alami dengan cara diekstrasi agar memiliki khasiat yang lebih kuat agar dapat dimanfaatkan dalam dunia kedokteran. Contoh narkotika semi sintesis adalah heroin, morfin, kodein, kokain, dan lainnya.

f. Narkotika Alami

Narkotika alami adalah zat obat yang langsung pakai tanpa adanya fermentasi, isolasi dan sebagainya karena kandungannya yang masih kuat, zat tersebut tidak dapat dijadikan sebagai obat. Contoh narkotika yang bersal dari bahan alami adalah ganja, opium, daun koka, dan hasis.

(31)

C. Tinjauan Umum Tentang Anak, Perlindungan Anak, dan Tujuan Perlindungan Anak

1. Pengertian Anak

Pengertian mengenai anak merupakan hal utama yang perlu kita ketahui lebih dulu. Persoalan atas anak pernah disinggung dalam ketentuan Pasal 28B ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia menyebutkan bahwa setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.13

Mengenai pengertian anak ada banyak sekali pengertian dan definisi anak. Secara umum anak merupakan karunia dari sang pencipta yang harus dijaga dan dilindungi karena dalam dirinya melekat harkat dan martabat. Anak merupakan masa depan bangsa di masa mendatang sebagai generasi penerus bangsa, sehingga anak berhak mendapatkan kelangsungan hidup yang layak serta berhak mendapatkan perlindungan hukum.

Setiap anak yang dilahirkan adalah suci, maka orang tua dan lingkungan akan membentuk karakternya, baik ataupun tidak baik tergantung bagaimana didikan orang tua dan lingkungan dimana dia tinggal, karena orang tualah yang paling dekat dengan anak dan secara teori sifat dari orang tuanya akan diikuti oleh anaknya, sudah seharusnya orang tua mendidik anak dengan sebaik-baiknya

13Pasal 28B ayat (2) Undang-Undang Republik Indonesia.

(32)

sesuai dengan ajaran agama.14

Pengertian anak juga dapat ditinjau dari aspek sosiologis anak diartikan sebagai makhluk ciptaan Allah SWT yang senantiasa berinteraksi dalam lingkungan masyarakat bangsa dan negara.

Dalam hal ini anak diposisikan sebagai kelompok sosial yang mempunyai status sosial yang lebih rendah dari masyarakat dilingkungan tempat berinteraksi. Makna anak dalam aspek sosial ini lebih mengarah pada perlindungan kodrati anak itu sendiri.15

Pengertian anak dalam sistem hukum Indonesia belum ada keseragaman, tiap peraturan perundang-undangan memberikan batasan usia anak yang berbeda. Jadi dari berbagi defenisi tentang anak di atas sebenarnya dapatlah diambil suatu benang merah yang menggambarkan apa atau siapa sebenarnya yang dimaksud dengan anak dan berbagai konsekuensi yang diperolehnya sebagai penyandang gelar anak tersebut.16

2. Perlindungan Anak

Perlindungan anak adalah segala usaha yang dilakukan untuk menciptakan kondisi agar setiap anak dapat melaksanakan hak dan kewajibannya demi perkembangan dan pertumbuhan anak secara wajar. Perlindungan anak merupakan perwujudan adanya keadilan dalam suatu masyarakat, dengan demikian perlindungan

14Hadin Supeno. 2010. Kriminalisasi Anak. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

hlm 24.

15Beni Ahmad. 2007.Sosiologi Hukum.Jakarta: Pustaka Setia. hlm. 37.

(33)

anak diusahakan dalam berbagai bidang kehidupan bernegara dan bermasyarakat.17

Perlindungan anak dalam masyarakat dan bangsa merupakan tolak ukur peradaban bangsa tersebut. Peran orang tua, negara, masyarakat sangat penting dalam perlindungan anak untuk menciptakan kondisi agar anak dapat melaksanakan kewajibannya demi perkembangan dan pertumbuhan anak secara wajar baik fisik, mental, spritual maupun sosial. Tindakan ini dimaksudkan agar terwujudnya kehidupan yang baik bagi anak.

Ahmad Kamil yang mendefinisikan perlindungan anak merupakan pertanggung jawaban orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah dan negera yang merupakan rangkaian kegiatan yang dilakasanakan secara terus menerus demi terlindunginya hak-hak anak. Pengawasan ekstra terhadap anak baik secara pribadi maupun sebagai bagian dari masyarakat, perlu dilakukan. Hal tersebut ditujukan untuk melindungi hak-hak anak serta mencegah masuknya pengaruh eksternal yang negatif yang dapat mengganggu tumbuh berkembang anak.18

Intervensi terhadap anak yang berhadapan hukum sangat luas dan beragam, anak tetapi kebanyakan menekankan pada penahanan dan penghukuman tanpa peduli ringannya pelanggaran

17Maidin Gultom. 2008. Perlindungan Hukum Terhadap Anak Dalam Sistem Peradilan Pidana Anak Di Indonesia.Bandung: PT Refika Aditama. hlm. 3.

18Ahmad Kamil dan Fauzan. 2008.Hukum Perlindungan dan Pengangkatan Anak di Indonesia.Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. hlm 5.

(34)

tersebut atau mudanya usia anak yang berhadapan dengan hukum.

Oleh sebab itu untuk melakukan perlindungan pada anak dari proses formal sistem peradilan pidana maka timbul pemikiran dari para ahli hukum untuk mengeluarkannya aturan formal tindakan mengeluarkan anak yang melakukan pelanggaran hukum dari proses peradilan pidana dengan meberikan pilihan lain yang lebih baik. Dengan pemikiran tersebut maka terbitlah pemikiran tentang konsep discretion atau dalam Bahasa Indonesia disebut dengan diversi atau pengalihan. Penerapan diversi dilatarbelakangi keinginan anak menghindari efek negative pengaruh terhadap jiwa dan perkembangan anak karena keterlibatannya dengan sistem peradilan pidana.19

Perlindungan anak dapat dibedakan menjadi 2 (dua) bagian, sebagai berikut:

a. Perlindungan anak yang bersifat yuridis

Yang dimaksud perlindungan anak yang bersifat yuridis adalah perlindungan anak yang meliputi perlindungan dalam bidang hukum keperdataan dan dalam bidang hukum publik.

b. Perlindungan anak yang bersifat non-yuridis

Perlindungan anak yang bersifat non-yuridis mencakup perlindungan dalam bidang sosial, bidang pendidikan, dan

19Dian Alan Setiawan. 2017. Evektifitas Penerapan Diversi Terhadap Penanganan Anak Yang Berhadapan Dengan Hukum Dalam Peradilan Pidana Anak Sesuai Undan- Undang Republik Indonesia No 11 Tahun 2012 Tentang Peradilan Pidana Anak. Jurnal

(35)

bidang pendidikan.

3. Tujuan Perlindungan Anak

Perlindungan anak meliputi ruang lingkup yang luas, dalam arti bahwa perlindungan anak tidak hanya mengenai perlindungan atas jiwa dan raga si anak, tetapi mencakup pula perlindungan atas semua hak serta kepentingannya yang dapat menjamin pertumbuhan dan perkembangan yang wajar, baik secara rohani, jasmani maupun sosialnya.20

Ditinjau dari berbagai aspek kehidupan perlakuan yang sama terhadap setiap warga Negara Indonesia khususnya perlindungan anak dalam bidang hukum harus menerapkan nilai- nilai luhur pancasila agar terbentuk karakter yang disiplin, optimis, kerjasama dan kepemimpinan guna menjamin kehidupan bangsa dan negara.

Perlindungan anak bertujuan untuk melindungi anak dari perlakuan deskriminasi, penelantaran, kekerasan, kekejaman, eksploitasi(baik ekonomi maupun seksual) serta perlakuan ketidakadilan.

D. Tinjauan Umum Tentang Peradilan Anak 1. Peradilan Anak

Peradilan anak meliputi segala aktivitas yang menyangkut pemeriksaan dan pemutusan perkara tentang kepentingan anak

20Wagiati Soetodjo. 2008. Hukum Pidana Anak. Bandung: PT. Refika Aditama. hlm.

62.

(36)

yang dapat mengayomi dan melindungi anak yang berhadapan dengan hukum agar anak dapat menghadapi masa depan jangka panjang.

Proses peradilan anak dimulai dari penyidikan, penuntutan, dan pengadilan. Peradilan anak harus memperhatikan proses- proses perlindungan anak dan menjunjung tinggi harkat dan martabat anak. Proses peradilan yaitu suatu proses yuridis, dimana harus ada kesempatan orang berdiskusi dan dapat memperjuangkan pendirian tertentu, yaitu mengemukakan kepentingan oleh berbagai macam pihak, mempertimbangkannya dan dimana keputusan yang diambil tersebut mempunyai motivasi tertentu.21

Dalam Ketentuan Pasal 5 Undang-Undang No 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Anak mencantumkan dengan tegas bahwa:

1. Sistem Peradilan Anak wajib mencantumkan pendekatan Keadilan Restoratif.

2. Sistem Peradilan Pidana Anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. Penyidikan dan penuntutan pidana anak yang dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, kecuali ditentukan lain dalam undang-undang ini;

21Shanty Dellyana. 1988. Wanita dan Anak Dimata Hukum. Yogyakarta: Liberty

(37)

b. Persidangan anak yang dilakukan oleh pengadilan di lingkungan peradilan umum; dan

c. Pembinaan, pembimbingan, pengawasan, dan/atau pendampingan selama proses pelaksanaan pidana atau tindakan dan setelah menjalani pidana atau tindakan.

3. Dalam Sistem Peradilan Pidana Anak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dan huruf b wajib diupayakan Diversi.

Pasal 6 Undang-Undang No 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Anak Diversi bertujuan:

a. Mencapai perdamaian antara korban dan Anak;

b. menyelesaikan perkara Anak di luar proses peradilan;

c. menghindarkan Anak dari perampasan kemerdekaan;

d. mendorong masyarakat untuk berpartisipasi; dan e. mananamkan rasa tanggungjawab kepada Anak.22

Dari Undang-Undang yang telah tertulis diatas bisa dilihat bahwa dalam perlindungan anak yang berhadapan dengan hukum harus didampingi oleh orang tua, keluarga, dan pihak yang memiliki kewajiban dalam menyelesaikan permasalahan agar dapat mengatasi perkara dan anak yang bersangkutan mendapatkan perlindungan.

Oleh karena itu dalam kondisi apapun, aparat penegak hukum hanya bisa menganggap anak sebagai korban ataupun AHB

22Dony Pribadi. 2018. Perlindungan Terhadap Anak Berhadapan Dengan Hukum.

Jurnal Hukum Volkgeist, Universitas Airlangga,3(1), hlm. 21

(38)

dan tetap beranggapan bahwa anak tersebut tidak bersalah (presumption of innocence), anak menjadi korban karena keterbatasan pengetahuan dan pengetahuan yang dimilikinya.

Disatu sisi pula terdapat anak yang karena satu alasan tertentu tidak memperoleh perhatian entah fisik, mental, maupun sosial.23 2. Hak-Hak Anak

Hukum yang mengatur perlindungan hak-hak anak terdapat dalam konvensi PBB tentang Hak-Hak Anak (Convention on the Rights of the child) Tahun 1989, telah diratifikasi oleh lebih 191 negara, termasuk Indonesia sebagai anggota PBB melalui keputusan Presiden No 39 Tahun 1990. Dengan demikian, konvensi PBB tersebut telah menjadi hukum Indonesia dan mengikat seluruh warga negara Indonesia.

Pada tahun 1999, Indonesia mengeluarkan Undang-Undang No 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia yang didalamnya juga mengatur tentang hak asasi melalui beberapa Pasal.

Kemudian, tiga tahun sesudahnya pemerintah mengeluarkan Undang-Undang No 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak (UUPA). UUPA ini dimaksudkan sebagai Undang-Undang Paying (umbrella’s law)yang secara sui generis mengatur Hak-Hak Anak.24

Hak anak telah diatur didalam Undang-Undang No. 23 Tahun

23Beniharmoni Harefa. 2019. Kapita Selekta Perlindungan Hukum Bagi Anak.

Sleman: Grup Penerbitan CV. Budi Utama. hlm. 23.

24Rika Saraswati. 2015. Hukum Perlindungan Anak Di Indonesia. Bandung: PT.

(39)

2002 tentang Hak dan Kewajiban Anak yang tercantum pada Pasal 4 s/d 19. Hak anak tercipta untuk mengatur dan mengantisipasi suatu permasalahan atau perbuatan yang sering kali terjadi pada anak. Berikut ini beberapa hak-hak anak yang tercantum dalam Pasal 4 s/d 19 Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 Tentang Hak dan Kewajiban Anak:

1. Hak setiap berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dandiskriminasi. (Pasal 4)

2. Hak setiap anak berhak atas suatu nama sebagai identitas diri dan status kewarganegaraan. (Pasal 5)

3. Hak setiap anak berhak untuk beribadah menurut agamanya, berpikir, dan berekspresi sesuai dengan tingkat kecerdasan dan usianya, dalam bimbingan orang tua. (Pasal 6)

4. (1) Hak setiap anak berhak untuk mengetahui orang tuanya, dibesarkan, dan diasuh oleh orang tuanya sendiri.

(2) Dalam hal karena suatu sebab orang tuanya tidak dapat menjamin tumbuh kembang anak, atau anak dalam keadaan terlantar maka anak tersebut berhak diasuh atau diangkat sebagai anak asuh atau anak angkat oleh orang lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(Pasal 7)

(40)

5. Hak Setiap anak berhak memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial sesuai dengan kebutuhan fisik, mental, spiritual, dan sosial. (Pasal 8)

6. (1) Hak setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya.

(2) Selain hak anak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), khusus bagi anak yang menyandang cacat juga berhak memperoleh pendidikan luar biasa, sedangkan bagi anak yang memiliki keunggulan juga berhak mendapatkan pendidikan khusus. (Pasal 9)

7. Hak setiap anak berhak menyatakan dan didengar pendapatnya, menerima, mencari, dan memberikan informasi sesuai dengan tingkat kecerdasan dan usianya demi pengembangan dirinya sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan dan kepatutan. (Pasal 10) 8. Hak setiap anak berhak untuk beristirahat dan memanfaatkan

waktu luang, bergaul dengan anak yang sebaya, bermain, berekreasi, dan berkreasi sesuai dengan minat, bakat, dan tingkat kecerdasannya demi pengembangan diri. (Pasal 11) 9. Hak setiap anak yang menyandang cacat berhak memperoleh

rehabilitasi, bantuan sosial, dan pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial. (Pasal 12)

10. (1) Setiap anak selama dalam pengasuhan orang tua, wali, atau

(41)

pihak lain manapun yang bertanggungjawab atas pengasuhan, berhak mendapat perlindungan dari perlakuan:

b. Diskriminasi;

c. Eksploitasi, baik ekonomi maupun seksual;

d. Penelantaran;

e. Kekejaman, kekerasan, dan penganiayaan;

f. Ketidakadilan; dan g. Perlakuan salah lainnya.

(2) Dalam hal orang tua, wali atau pengasuh anak melakukan segala bentuk perlakuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), maka pelaku dikenakan pemberatan hukuman. (Pasal 13)

11. Hak setiap anak berhak untuk diasuh oleh orang tuanya sendiri, kecuali jika ada alasan dan/atau aturan hukum yang sah menunjukkan bahwa pemisahan itu adalah demi kepentingan terbaik bagi anak dan merupakan pertimbangan terakhir. (Pasal 14)

12. Hak setiap anak berhak untuk memperoleh perlindungan dari:

a. Penyalahgunaan dalam kegiatan politik;

b. pelibatan dalam sengketa bersenjata;

c. Pelibatan dalam kerusuhan sosial;

d. Pelibatan dalam peristiwa yang mengandung unsur kekerasan; dan pelibatan dalam peperangan. (Pasal 15) 13. (1) Setiap anak berhak memperoleh perlindungan dari sasaran

(42)

penganiayaan, penyiksaan, atau penjatuhan hukuman yang tidakmanusiawi.

(2) Setiap anak berhak untuk memperoleh kebebasan sesuai dengan hukum.

(3) Penangkapan, penahanan, atau tindak pidana penjara anak hanya dilakukan apabila sesuai dengan hukum yang berlaku dan hanya dapat dilakukan sebagai upaya terakhir. (Pasal 16) 14. (1) Setiap anak yang dirampas kebebasannya berhak untuk :

a. Mendapatkan perlakuan secara manusiawi dan penempatannya dipisahkan dari orang dewasa;

b. Memperoleh bantuan hukum atau bantuan lainnya secara efektif dalam setiap tahapan upaya hukum yang berlaku; dan c. Membela diri dan memperoleh keadilan di depan pengadilan

anak yang objektif dan tidak memihak dalam sidang tertutup untuk umum.

(2) Setiap anak yang menjadi korban atau pelaku kekerasan seksual atau yang berhadapan dengan hukum berhak dirahasiakan. (Pasal 17)

15. Hak setiap anak yang menjadi korban atau pelaku tindak pidana berhak mendapatkan bantuan hukum dan bantuan lainnya.

(Pasal 18)

16. Hak setiap anak berkewajiban untuk:

a. Menghormati orang tua, wali, dan guru;

(43)

b. mencintai keluarga, masyarakat, dan menyayangi teman;

c. Mencintai tanah air, bangsa, dan negara;

d. Menunaikan ibadah sesuai dengan ajaran agamanya;

e. Melaksanakan etika dan akhlak yang mulia. (Pasal 19)25 Dengan adanya Undang-Undang yang mengatur tentang Hak-Hak Anak dan Kewajiban Anak, anak mendapatkan pemenuhan seperti diperlakukan secara adil serta dapat melindungi anak dari berbagai bentuk kekerasan, baik secara fisik maupun secara verbal. Dalam hal ini peran pemerintah dan orang tua sangat berpengaruh.

E. Pertanggungjawaban Anak Sebagai Pengedar Dalam Tindak Pidana Narkotika

Indonesia secara geografis merupakan jembatan lalu lintas angkutan manusia dan barang antar Asia dan Australia karena letaknya strategis, Indonesia rawan sebagai tempat penyelundupan narkotika. Selain itu letak Indonesia juga berdekatan dengan daerah penanaman dan produksi opium.

Seiring perkembangan zaman yang semakin modern kebutuhan hidup saat ini semakin tinggi menimbulkan berbagai cara dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidup seseorang. Kadang kala cara yang yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidup tersebut dengan menghalalkan segala cara salah satunya dengan merugikan orang

25Pasal 4 s/d 19 Undang-Undang Republik No 23 Tahun 2002

(44)

lain dan melanggar hukum yang berlaku. Kejahatan yang dilakukan semakin berkembang dengan cara melibatkan anak dengan modus yang beragam.

Keterlibatan anak dalam tindak pidana narkotika yang menjadi kurir narkoba merupakan suatu rangkaian kejahatan secara illegal karena melibatkan anak dibawah umur.

Pemidanaan terhadap anak tentu tidak dapat disamakan dengan orang dewasa yang sifatnya psikis dan niat. Anak berbeda dengan orang dewasa yang pemahamannya mengenai banyak hal sudah terbilang cakap. Kemampuan anak yang masih terbatas dan tidak sesempurna orang dewasa harus diperhatikan oleh aparat penegak hukum dalam menerapkan pemidanaan bagi anak pelaku tindak pidana pengedar narkotika.

Dalam hal pertanggung jawaban pemidanaan yang dilakukan anak dibawah umur diatur dalam Pasal 81 ayat (2) Undang-Undang No 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Anak menyebutkan pidana penjara yang dapat dijatuhkan kepada anak paling lama ½ (satu perdua) dari maksimum ancaman pidana penjara untuk orang dewasa.26

Dalam penangan kasus terkait pertanggung jawaban anak sebagai pengedar narkotika diatur dalam Undang-Undang Narkotika ternyata tidak ada ketentuan yang menyebutkan mengenai batasan umur

(45)

dalam tindak pidana narkotika. Sehingga peran anak sebagai pengedar narkotika masih saja dapat dihukum pidana sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang Narkotika.

Menurut Djamil M. Nasir menjelaskan bahwa “Batas usia anak memberikan pengelompokan terhadap seseorang untuk kemudian dapat disebut sebagai seorang anak. Yang dimaksud batas usia adalah pengelompokan usia maksimum sebagai wujud kemampuan anak dalam status hukum, sehingga anak tersebut beralih status menjadi usia dewasa atau menjadi seorang subjek hukum yang dapat bertanggung jawab secara mandiri terhadap perbuatan-perbuatan dan tindakan-tindakan hukum yang dilakukan anak itu”.27

Menurut Pasal 64 dimaksud dalam Pasal 59 ayat (2) huruf b Undang-Undang No 35 Tahun 2014 perlindungan khusus bagi anak yang berhadapan dengan hukum dilakukan sebagai berikut:

a. Perlakuan secara manusiawi dengan memperhatikan kebuthan sesuai dengan umurnya;

b. Pemisahan dari orang dewasa;

c. Pemberian bantuan hukum dan bantuan lain secara efektif;

d. Pemberlakuan kegiatan rekresional;

e. Pembebasan dari penyiksaan, penghukuman, atau perlakuan lain yang kejam, tidak manusiawi serta merendahkan martabat dan derajatnya;

27M. Nasir Djamil. 2013. Anak bukan untuk dihukum: Catatan Pembahasan UU Sistem PeradilanPidana Anak (UU-SPPA).Jakarta Timur: Sinar Grafika. hlm 127.

(46)

f. Penghindaran dari penjatuhan pidana mati dan/ atau pidana seumur hidup;

g. Penghindaran dari penangkapan, penahanan atau penjara, kecuali sebagai upaya terakhir dan dalam waktu yang paling singkat;

h. Pemberian keadilan dimuka pengadilan anak yang objektif, tidak memihak, dan dalam sidang yang tertutup untuk umum;

i. Penghindaran dari publikasi atas identitasnya;

j. Pemberian pendampingan orang tua/wali dan orang yang dipercaya oleh anak;

k. Pemberian advokasi sosial;

l. Pemberian kehidupan pribadi;

m. Pemberian aksebilitas, terutama bagi Anak Penyandang Disabilitas;

n. Pemberian Pendidikan;

o. Pemberian pelayanan Kesehatan; dan

p. Pemberian hak lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.28

Didalam penegakan hukum bagi anak yang masih berusia dibawah umur, terdapat ketentuan khusus yang dinamakan dengan diversi.

Diversi yaitu proses pengalihan pada sistem penyelesaian perkara anak dari proses peradilan pidana ke proses diluar peradilan pidana, maka

28Pasal 59 Ayat (2) Huruf b Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia No. 35

(47)

dari itu negara dan undang-undang wajib memberikan perlindungan khusus terhadap anak yang hadapan dengan hukum berlandaskan hak- hak anak.

Penentuan batas usia anak dalam berkaitan dengan pertanggung jawaban pidana yang dapat diajukan ke hadapan persidangan yaitu 12 (dua belas) tahun sampai dengan 18 (delapan belas) tahun sesuai dengan putusan Mahkamah Konstitusi No. 1/PUUVIII/201/021 sebagaimana yang ditentukan pada Pasal 69 ayat (2) menegaskan bahwa “anak yang belum berusia 14 (empat belas) tahun hanya dapat dikenai tindakan“ dengan demikian anak yang berumur 12 (dua belas) tahun sampai 13 (tiga belas) tahun hanya dijatuhi sanksi tindakan, sedangkan yang berumur 14 (empat belas) tahun sampai dengan 18 (delapan belas) tahun bisa dijatuhi sanksi pidana sebagaimana yang diatur dalam Undang-Undang No 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak berumur 12 (dua belas) tahun, Pasal 21 ayat (1) Undang-Undang No 11 Tahun 2012 menegaskan bahwa “dalam hal anak belum berumur 12 (dua belas) tahun melakukan atau diduga melakukan tindak pidana, penyidik, pembimbing kemasyarakatan, dan pekerja sosial profesional mengambil keputusan untuk menyerahkannya kembali kepada orang tua/wali atau mengikut sertakannya dalam program pendidikan, pembinaan, dan pembimbingan di instansi yang menangani bidang kesejahteraan sosial, baik di tingkat pusat maupun daerah paling lama 6 (enam) bulan. Dari kategori batasan usia yang telah ditentukan oleh Undang-Undang,

(48)

dengan demikian jika anak yang menjadi kurir narkotika terbukti melanggar Undang-Undang 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, dalam usia kategori umur 12 (dua belas) tahun sampai dengan 13 (tiga belas) tahun maka Hakim hanya dapat menjatuhkan sanksi tindakan terhadap anak sesuai dengan Pasal 82 Undang-Undang No 11 tahun 2012.29

BAB III

METODE PENELITIAN

29Asep Syarifuddin Hidayat. Samul Anam. Muhammad Ishar Helmi. 2018.

Perlindungan Hukum Terhadap Anak Sebagai Kurir Narkotika.Jurnal sosial dan Budaya

(49)

A. Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis empiris atau penelitian lapangan, karena mengkaji data-data lapangan sebagai sumber data utama seperti hasil wawancara dan melakukan penelitian langsung di lapangan mengenai hukum tindak pidana pengedar narkotika di bawah umur.

B. Lokasi Penelitian

Lokasi Penelitian ini akan dilakukan di Pengadilan Negeri Makassar, yang bertempat di wilayah kota Makassar. Adapun alasan memilih lokasi penelitian tersebut, yakni kasus penelitian serta data yang dicari terdapat Pengadilan Negeri Makassar terkait dengan tindak pidana pengedar narkotika di bawah umur.

C. Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data digunakan dalam untuk membantu hasil penelitian ini diperoleh dari:

1. Data Primer

Data Primer yaitu data yang diperoleh langsung dari sumber pertama atau Penelitian Lapangan. Dalam hal ini peneliti melakukan penelitian secara langsung di Pengadilan Negeri Makassar.

2. Data Sekunder.

Data Sekunder adalah data tambahan yang diperoleh melalui perantara atau berbagai pihak yang telah mengumpulkan data tersebut

(50)

sebelumnya, dengan kata lain peneliti tidak langsung mengambil data sendiri ke lapangan.

D. Teknik Pengumpulan Data 1. Data Primer

Untuk memperoleh data primer penulis terlebih dahulu melakukan pengumpulan bahan hukum dengan mengklasifikasikan pokok permasalahan yang dibahas dan peneliti akan melakukan wawancara kepada informan/narasumber.

2. Data Sekunder

Untuk memperoleh data sekunder pada penelitian ini peneliti menggunakan metode melalui studi kepustakaan. Studi pustaka dilakukan dengan cara membaca, menelaah, mencatat, membuat ulasan bahan-bahan pustaka yang terkait dengan masalah penelitian.

E. Analisis Data

Data yang diperoleh baik data primer maupun data sekunder akan dianalisis secara kualitatif kemudian diolah dan dikaji secara deskriptif, yaitu dengan cara menguraikan permasalahan-permasalahan yang dapat ditarik simpulan terkait dengan penelitian hukum ini.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

(51)

A. Penerapan Hukum Hakim Terhadap Anak Sebagai Pengedar Narkotika dalam putusan Pengadilan Negeri Makassar No.91/Pid.Sus-Anak/2022/PN.Mks

Perbuatan yang dilakukan oleh anak pelaku dalam Putusan Pengadilan Negeri Makassar pada Putusan No 91/Pid.Sus- Anak/2022/PN.Mks Anak Pelaku bersalah melakukan tindak pidana tanpa hak atau melawan hukum persetujuan jahat melakukan tindak pidana narkotika serta menjadi perantara jual beli narkotika golongan I. Sehingga dalam perkara pada penelitian ini atas perbuatan yang dilakukan pelaku dapat dilakukan penerapan pidana:

1. Polisi Kasus

Anak Pelaku pada hari sabtu tanggal 15 Oktober 2022 sekitar pukul 09.00 wita atau pada waktu lain dalam kurun waktu bulan Oktober tahun 2022 bertempat di Jalan Abdul Kadir (Samping Rumah Sakit Haji) Kota Makassar atau setidak-tidaknya pada suatu tempat lain yang masih masuk dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Makassar berwenang memeriksa dan mengadili perkara ini, melakukan

“Percobaan atau pemufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana narkotika tanpa hak atau melawan hukum menawarkan untuk dijual, menjual, membeli, menerima, menjadi perantara dalam jual beli, menukar, atau menyerahkan, memiliki, menyimpan, menguasai, atau menyediakan Narkotika golongan I yaitu narkotika jenis shabu dengan berat awal 0,4721 (nol koma empat tujuh dua satu) gram dan berat

(52)

akhir 0,3464 (nol koma tuga empat enam empat) gram. Perbuatan yang dilakukan Anak Pelaku dengan cara-cara sebagai berikut:

a. Berawal ketika Pelaku Anak diberhentikan oleh Anggota Satuan Narkoba Polrestabes Makassar yaitu saksi HR dan saksi JH yang sebelumnya telah mendapatkan informasi dari masyarakat pada hari sabtu tanggal 15 oktober 2022 mengenai peredaran Narkotika di Jalan Daeng Tata, selanjutnya bersama dengan saksi HR dan JH melihat pelaku anak melintas dengan menggunakan sepeda motor tampak gerak gerik mencurigakan sehungga Anggota Satuan Narkoba Polrestabes Makassar mengikuti dari belakang dana memberhentikannya. Saat Anggota Satuan Narkoba Polrestabes Makassar melakukan pemeriksaan dan penggeledahan pada diri Pelaku Anak ditemukan pada saku celana bagian depan pelaku anak 1 (satu) sachet Narkotika Jenis Shabu yang dibungkus Tisu serta 2 (dua) buah HP dalam penguasaan terdakwa. Barang bukti yang ditemukan dilakukan penyitaan dan selanjutnya dibawa ke kantor Polrestabes Makassar untuk ditindak lanjuti.

b. Pelaku Anak memperoleh 1 (satu) sachet narkotia jenis shabu tersebut dari EKY (DPO) dengan cara sebagai berikut: Pada hari sabtu tanggal 15 Oktober 2022 sekitar pukul 09.00 wita kurun waktu bulan oktober tahun 2022 bertempat dijalan Abdul kadir (samping Rumah Sakit Haji) Kota Makassar. Saat itu pelaku anaka dirumah lalu ditelpon oleh EKY (DPO) menanyakan keberadaan pelaku

(53)

anak lalu pelaku anak menjawab sementara dirumah dan pada saat itu EKY (DPO) meminta pelaku anak dating kerumahnya yang tidak jauh dari rumah pelaku anak hingga akhirnya pelaku anak menuju rumah EKY (DPO) lalu EKY (DPO) memberikan 1 (satu) buah handphone merek Vivo warna biru tua dan pelaku anak diminta untuk mengambil paket shabu di Barak Sapi samping Rumah Sakit Haji Jalan Abdul Kadir Kota Makassar lalu mengikuti maps/peta di dalam akun instagram Naga Hitam. Kemudian sekitar 7 (Tujuh) menit perjalanan kearah sesuai maps/peta tersebut pelaku anak berhasil mendapatkan paket shabunya lalu pelaku anak bawa pulang dan stay didepan rumah EKY (DPO) sambil menunggu pemesan yang masuk melalui akun instagram Naga Hitam hingga akhirnya dari 23 (dua puluh tiga) paket shabu tersebut kemudian pelaku anak tempelkan satu-satu dan terakhir terdakwa tempel paket ke-23 di samping SMP 3 Makassar Jalan Andi Mangerangi Kota Makassar namun pemesannya meminta untuk diantarkan langsung di Jalan Daeng Tata 3 Lr.3 Kota Makassar akhirnya pelaku anak ambil kembali dan bermaksud mengantar langsung namun dalam perjalanan sesampainya di Jalan Daeng Tata Lr.3 Kota Makassar petugas kepolisian menangkap pelaku anak hingga akhirnya pelaku anak dibawa ke Posko Satresnarkoba Polrestabes Makassar selanjutnya dibawa ke Polrestabes Makassar untuk diproses lebih lanjut.

(54)

Suatu pidana dapat diterapkan kepada terdakwa yang melakukan suatu tindak pidana dengan ketentuan asalkan tindakan yang dilakukan terdakwa memenuhi unsur-unsur dalam tindak pidana.

Mengenai unsur-unsur tindak pidana sesuai dengan Perkara Putusan No 91/Pid.Sus-Anak/2022/PN.Mks sebagai berikut :

a) Adanya perbuatan yang dilakukan oleh manusia

Perbuatan yang dilakukan oleh manusia yang dimaksud yaitu perbuatan yang melawan hukum atau dilarang dan telah diatur dalam suatu peraturan perundang-undangan atas perbuatan tersebut dapat dikenakan suatu pidana. Berdasarkan Perkara Putusan No 91/Pid.Sus-Anak/2022/PN.Mks pelaku anak bersalah melakukan tindak pidana tanpa hak atau melawan hukum sebagai perantara jual beli narkotika golongan I, pelaku anak terbukti bersalah melanggar Pasal 112 ayat (2) dan Pasal 114 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia No.35 tahun 2009 Tentang Narkotika dan Undang-Undang Republik Indonesia No. 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak.

b) Sifat melawan Hukum

Adanya suatu tindakan melawan hukum yaitu perbuatan yang merupakan tindak pidana dimana dalam perkaran ini tindak pidana dilakukan pelaku anak bersalah karena melakukan tindak pidana tanpa hak melawan hukum serta pemufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana narkotika dan menjadi perantara jual beli

(55)

narkotika golongan I. Atas perbuatan yang dilakukan pelaku anak terbukti bersalah melanggar Pasal 112 ayat (2) dan Pasal 114 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia No.35 tahun 2009 Tentang Narkotika dan Undang-Undang Republik Indonesia No. 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak.

c) Adanya suatu kesalahan

Suatu perbuatan dapat dikatakan sebagai kesalahan apabila adanya kelalaian dan kesengajaan, dalam Perkara Putusan No 91/Pid.Sus-Anak/2022/PN.Mks dalam penelitian kesalahan yang diperbuat pelaku anak dengan adanya kesengajaan, yang artinya pelaku anak sebagai terdakwa dalam perkara ini melakukan tindak pidana tanpa hak atau melawan hukum serta pemufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana narkotika karena menjadi perantara jual beli narkotika golongan I sehingga ini bukan merupakan unsur kelalaian melainkan kesengajaan. Maka dari itu atas perbuatan yang dilakukan oleh pelaku anak terbukti bersalah melanggar Pasal 112 ayat (2) dan Pasal 114 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia No.35 tahun 2009 Tentang Narkotika dan Undang- Undang Republik Indonesia No. 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak. Hakim menjatuhkan pidana kepada Pelaku Anak dengan pembinaan dalam Lembaga Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial (LPKS) dalam hal ini ditempatkan di Balai Rehabilitasi Sosial. Anak memerlukan Perlindungan Khusus

(56)

(BRSAMPK) “Toddopuli” Makassar selama 2 (dua) tahun serta Pelatihan Kerja selama 3 (tiga) bulan.

d) Mampu bertanggungjawab

Berlandaskan fakta persidangan dan berita acara dari pemeriksaan yang menyatakan bahwa pelaku anak dalam menyampaikan keterangan yang sebenar-benarnya, pelaku anak melakukan tindaak pidana dalam keadaan sehat rohani dan jasmani serta sadar tentang dampak dari tindakan tersebut. Sesuai dengan keterangan yang disampaikan pelaku anak maka pelaku anak dianggap sebagai terdakwa dan dianggap mampu mempertanggungjawabkan perbuatannya.

e) Ancaman saksi pidana

Ancaman pidana yang dijatuhkan kepada pelaku anak ialah pidana dengan pembinaan dalam Lembaga Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial (LPKS) dalam hal ini ditempatkan di Balai Rehabilitasi Sosial. Anak memerlukan Perlindungan Khusus (BRSAMPK) “Toddopuli” Makassar selama 2 (dua) tahun serta Pelatihan Kerja selama 3 (tiga) bulan dan membebankan kepada pelaku anak membayar biaya perkara sejumlah Rp. 5000,00 (lima ribu rupiah).

2. Amar Putusan

Berdasarkan Putusan No 91/Pid.Sus-Anak/2022/PN.Mks.

(57)

Diperoleh putusan Hakim dimana dalam putusan Hakim memutuskan bahwa:

a. Menyatakan Pelaku Anak terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana tanpa hak dan melawan hukum menjadi perantara dalam jual beli Narkotika Golongan I.

b. Menjatuhkan pidana kepada Pelaku Anak oleh karena itu dengan Pembinaan dalam Lembaga Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial (LPKS) dalam hal ini ditempatkan di Balai Rehabilitasi Sosial Anak memerlukan Perlindungan Khusus (BRSAMPK) “Toddopuli”

Makassar selama 2 (dua) tahun serta Pelatihan Kerja selama 3 (tiga) bulan.

c. Menetapkan masa penangkapan dan penahanan yang telah dijalani Pelaku Anak dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan.

d. Menetapkan Anak Pelaku tetap ditahan.

e. Menetapkan barang bukti berupa:

1) 1 (satu) sachet plastic Narkotika Jenis Shabu yang dibungkus menggunakan tissue dengan berat awal 0,4721 gram dan berakhir 0,3464 gram; dimusnahkan

2) 1 (satu) buah Handphone merk Vivo warna biru tua 3) 1 (satu) buah Handphone merk Vivo warna biru muda

f. Membebankan kepada Pelaku Anak membayar biaya perkara sebesar Rp. 5000,00 (lima ribu rupiah).

(58)

B. Dasar Pertimbangan Hakim Terhadap Pengedar Narkotika Terhadap Anak Dibawah umur dalam putusan Pengadilan Negeri Makassar No.91/Pid.Sus-Anak/2022/PN.Mks

Pertimbangan Hakim dalam menjatuhkan pidana kepada pelaku anak tidak lepas dari Undang-Undang Sistem Peradilan Pidana Anak.

Pelaku anak akan dihadapkan dengan proses persidangan, pemeriksaan saksi terdakwa sesuai dengan aturan ketentuan Undang-Undang yang ada. Adapun Undang-Undang yang mengatur tentang Sistem Peradilan Pidana Anak yaitu Undang-Undang No 11 tahun 2012. Narkotika saat ini menjadi permasalahan besar di Makassar yang merasuk sampai ke sendi- sendi kehidupan berbangsa dan bernegara. Anak yang melakukan tindak pidana tentu dikenakan hukum.

Adapun Pasal yang mengatur tentang anak yang mengedarkan narkotika yaitu Pasal 114 ayat (1) yang berbunyi:

“setiap orang tanpa hak atau melawan hukum menawarkan untuk dijual, menjual, membeli, menerima, menjadi perantara dalam jual beli, menukar, atau menyerahkan Narkotika Golongan I, dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat lima tahun dan paling lama dua puluh tahun dan pidana denda paling sedikit Rp. 1.000.000.000,00 miliar dan paling banyak Rp10.000.000.000,00 miliar.”

Pasal 112 ayat (2) berbunyi:

(59)

menyediakan Narkotika Golongan I bukan tanaman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) beratnya melebihi lima gram, pelaku dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat lima tahun dan paling lama dua puluh tahun dan pidana denda maksimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditambah 1/3 (sepertiga).”

Terkait dengan anak yang melakukan tindak pidana pengedaran narkotika ancaman hukuman atau putusan pidana yang dijatuhkan ke anak berbeda. Anak tidak seharusnya diberikan hukuman atau dijatuhkan sanksi pidana akan tetapi anak diberikan pelatihan atau pembinaan kerja dimana pidana penjara merupakan keputusan terakhir yang dijatuhkan.

Dalam Sistem Peradilan Pidana Anak Pasal 79 ayat 2 menjelaskan bahwa, “Pidana pembatasan kebebasan yang dijatuhkan terhadap anak paling lama ½ (satu per dua) dari maksimum pidana penjara yang diancamkan terhadap orang dewasa. Anak juga tidak dapat dijatuhkan hukuman mati yang dijatuhkan terhadap anak“. Di dalam Pasal 81 ayat 6 juga dijelaskan bahwa ”jika tindak pidana yang dilakukan anak merupakan tindak pidana yang diancam dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup, pidana yang dijatuhkan adalah pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun”.

Bahwa pengedar narkotika yang dimaksud menurut ketentuan Undang-Undang Republik Indonesia No 35 tahun 2009 tentang Narkotika Bab.I ketentuan umum Pasal ayat 6 bahwa, peredaran narkotika adalah

(60)

setiap kegiatan atau serangkaian kegiatan yang dilakukan secara tanpa hak atau melawan hukum yang ditetapkan sebagai tindak pidana narkotika dan prekusor narkotika. Ancaman hukuman bagi pengedar narkotika di Indonesia paling singkat 4 (empat) tahun dan maksimal hukuman mati.30

Didalam Undang-Undang No 11 Tahun 2012 Pasal (3) tentang Sistem Peradilan Pidana Anak mengatur tentang Hak Anak Dalam Proses Peradilan Pidana, yakni:

a. Diperlakukan secara manusiawi dengan memperhatikan kebutuhan sesuai dengan umurnya;

b. Dipisahkan dari orang dewasa;

c. Memperoleh bantuan hukum dan bantuan lain secara efektif;

d. Melakukan kegiatan rekreasional;

e. Bebas dari penyiksaan, penghukuman atau perlakuan lain yang kejam, tidak manusiawi, serta merendahkan derajat dan martabatnya;

f. Tidak dijatuhi pidana mati atau pidana seumur hidup;

g. Tidak ditangkap, ditahan, atau dipenjara, kecuali sebagai upaya terakhir dan dalam waktu yang paling singkat;

h. Memperoleh keadilan di muka pengadilan Anak yang objektif, tidak memihak, dan dalam sidang yang tertutup untuk umum;

i. Tidak dipublikasikan identitasnya;

j. Memperoleh pendampingan orang tua/wali dan orang yang dipercaya

30M. Nasir Djamil. 2013. Anak bukan untuk dihukum: Catatan Pembahasan UU

(61)

oleh Anak;

k. Memperoleh advokasi sosial;

l. Memperoleh kehidupan pribadi;

m. Memperoleh aksebilitas, terutama bagi anak cacat;

n. Memperoleh pendidikan;

Referensi

Dokumen terkait

Dalam hal ini menunjuk pada pemidanaan yang tegas dari penegak hukum, khususnya hakim dalam menjatuhkan sanksi pidana terhadap pelaku tindak pidana anak di bawah

akhir, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul “ ANALISIS YURIDIS TERHADAP TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ANAK (STUDI PUTUSAN. NOMOR 132/PID. IM)” Skripsi ini

Pada bab ini menjelaskan tentang mekanisme perlindungan hukum dan hak asasi terhadap anak dibawah umur yang menjadi pelaku tindak pidana narkotika berdasarkan

Ketentuan hukum terhadap anak yang menjadi pelaku tindak pidana narkotika dapat dilihat dalam Undang-undang No.11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak,

Penerapan pidana terhadap anak di bawah umur sebagai pelaku tindak pidana pencurian, menurut Undang-undang No 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, sanksi

Miftahu Chairina (105045101492) Skripsi Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah yang berjudul “ Pemerkosan Terhadap Anak di Bawah Umur Dalam Pandangan Hukum Pidana Islam

Simpulan Penerapan sanksi pidana terhadap pelaku tindak pidana perkosaan terhadap anak yang diatur dalam Pasal 81 Undang-undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak telah di

Ketiga, Hubungan seksual dengan korban anak dibawah umur yang tercantum di KUHP Pidana.6 Kejahatan seksual pada korban dibawah umur tidak hanya diatur di KUHP, tetapi diatur dalam