• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kesulitan Dalam Masalah Verbal

Dalam dokumen analisis kesulitan siswa dalam memecahkan (Halaman 31-88)

BAB III PEMBAHASAN

A. Kesulitan Pemecahan Masalah Matematika Subjek

3. Kesulitan Dalam Masalah Verbal

masalah verbal

 Siswa sulit dalam

menerjemahkan maksud soal

 Siswa sulit dalam menggunakan data-data yang akan digunakan

 Siswa tidak tepat dalam menarik kesimpulan

Untuk mengetahui kesulitan siswa, peneliti memberikan tes yang sudah divalidasi kepada siswa. Peneliti tidak

26 Ibid, hlm…

27 Novita Karina Dewi dkk, “Analisis Kesulitan Menyelesaikan Soal Matematika Materi Operasi Hitung Bilangan Pecahan Siswa Kelas VII”, Jurnal PRIMATIKA, Vol. 9, Nomor 2, Desember 2020, hlm. 66.

15

memberikan materi terlebih dahulu sebelum memberikan tes, melainkan peneliti hanya sebatas memberikan tes untuk mengetahui kesulitan siswa. Tes yang dipergunakan berupa uraian yang berkaitan dengan materi dimensi tiga yang sebelumnya telah dipelajari oleh siswa kelas XII IPA MA NWDI Pringgasela.

3. Pemecahan masalah matematika

Pada hakikatnya masalah merupakan kendala yang dialami dalam menyelesaikan suatu persoalan akan tetapi harus di pecahkan untuk mendapatkan penyelesaian. Menurut Noviani, masalah merupakan suatu pekerjaan dimana seorang individu yang mengalaminya merasakan kebutuhan untuk menyelesaikan atau ingin menyelesaikannya, namun tidak memiliki cara untuk menyelesaikannya.28

Sedangkan pemecahan masalah didefinisikan sebagai suatu proses pencarian jalan keluar dari kesulitan atau rintangan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pemecahan masalah juga disebut sebagai proses penerimaan masalah sebagai tantangan untuk menyelesaikannya. Menurut Cooney, pemecahan masalah adalah suatu proses menerima masalah dan berusaha menyelesaikannya.

Menurut Soedjadi, melalui kegiatan pemecahan masalah diharapkan dapat memantapkan pemahaman matematika siswa.

Serta dikatakan pula bahwa kemampuan pemecahan masalah perlu menjadi perhatian utama dalam pembelajaran matematika.29

Secara umum tujuan akhir dari pembelajaran bukan hanya memahami dan menguasai apa yang dipelajari akan tetapi juga untuk menghasilkan peserta didik yang kreatif dan mempunyai keterampilan dalam memecahkan permasalahan yang terjadi selanjutnya. Oleh karena itu penting bagi siswa menguasai pemecahan masalah. Karena Pemecahan masalah merupakan suatu metode pembelajaran dimana siswa dilatih untuk menyelesaikan persoalan yang diberikan oleh guru. Dalam pembelajar

28 Nurhayati dkk, “Analisis Pemecahan Masalah Berdasarkan Teori Pemrosesan Informasi”, Jurnal Ilmiah Dikdaya, Vol. 10, Nomor 2, September 2020, hlm. 137.

29 Herry Agus Susanto, Pemahaman Pemecahan Masalah Berdasarkan Gaya Kognitif, (Yogyakarta: Deepublish, 2015), cet. ke-1. hlm.19.

a. Pengertian Gaya Kognitif

Setiap individu memiliki karakteristik yang berbeda- beda. Namun perbedaan ini bukan merupakan suatu tingkat kemampuan seseorang melainkan suatu bentuk kemampuan individu untuk tanggap terhadap stimulus yang ada di lingkungannya. Oleh karena itu gaya kognitif merupakan cara

30 Wahyu Hidayat dan Ratna Sariningsih, “Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis dan Adversity Quotient Siswa SMP Melalui Pembelajaran Open Ended”, JNPM, Vol. 2, Nomor 1, Maret 2018, hlm. 110.

17

seseorang dalam menerima, mengingat dan mengelola informasi untuk menanggapi suatu tugas atau lingkungan.

Diana Anggrayni dkk, mengatakan bahwa gaya kognitif merupakan cara seseorang yang khas dalam mengelola informasi, mengamati, berpikir, memecahkan masalah dan mengingat.31 Menurut Usodo dalam Dwi Anggraeni dkk, menyatakan bahwa gaya kognitif merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi individu dalam memecahkan masalah matematika.32 Sedangkan Menurut Messick, gaya kognitif merupakan sikap stabil, pilihan dalam menentukan strategi kebiasaan seseorang memahami cara-cara yang khas, berpikir, mengingat dan pemecahan masalah.33

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dalam penelitian ini peneliti menyimpulkan bahwa gaya kognitif merupakan cara seseorang yang khas dalam memproses, menyimpan, mengamati serta mengelola berbagai jenis informasi.

b. Jenis-jenis gaya kognitif

Berdasarkan psikologis, gaya kognitif dikategorikan ke dalam dua bagaian yaitu gaya kognitif field dependent (FD) dan gaya kognitif field independent (FI).

Nasution dalam Synthia Hotnida Haloho membagi jenis gaya kognitif lebih spesifik yang kaitannya dengan pembelajaran yaitu:

1) Field Dependent (FD) – Field Independent (FI)

Peserta didik yang field dependent sangat dipengaruhi oleh lingkungan atau bergantung pada lingkungan, sedangkan field independent tidak atau kurang dipengaruhi oleh lingkungan.

2) Implusif – Reflektif

Orang yang implusif mengambil keputusan cepat tanpa memikirkan secara mendalam, sebaliknya orang

31 Diana Anggrayni dkk, “Analisis Epistemic Cognition Siswa Dalam Pemecahan Masalah Matematika Ditinjau Dari Gaya Kognitif Materi Teori Peluang”, JPM, Vol. 05, Nomor 01, Maret 2021, hlm. 831.

32 Dwi Anggraeni dkk, “Analisis Pemahaman Konsep Matematis Siswa Berdasarkan Teori Van Hiele Ditinjau Dari Gaya Kognitif Field Independent dan Field Dependent”, JMPM, Vol. 3, Nomor 5, September 2021, hlm. 430.

33 Herry Agus Susanto, Pemahaman…, hlm. 35

18

yang reflektif mempertimbangkan segala alternatif sebelum mengambil keputusan dalam situasi yang tidak mempunyai penyelesaian yang mudah.34

3) Perseptif – Reseptif

Orang yang perseptif dalam mengumpulkan informasi mencoba mengadakan organisasi dalam hal-hal yang diterimanya, ia menyaring informasi yang masuk dan memperhatikan hubungan-hubungan diantaranya. Orang yang reseptif lebih memperhatikan detail atau perinci dan tidak berusaha untuk membulatkan informasi yang satu dengan yang lain.

4) Sistematis – Intuitif

Orang yang sistematis mencoba melihat struktur suatu masalah dan bekerja sistematis dengan data atau informasi untuk memecahkan suatu persoalan, sedangkan orang intuitif langsung mengemukakan jawaban tertentu menggunakan informasi sistematis.35

Dari berbagai jenis gaya kognitif di atas, gaya kognitif Field dependent (FD) dan field independent menjadi fokus dalam penelitian ini. Alasan peneliti memilih gaya kognitif tersebut karena gaya kognitif FD dan FI mencerminkan tentang analisis seseorang yang berinteraksi dengan lingkungan ataupun tugas. Hal ini sesuai dengan tujuan penelitian ini yang akan mendeskripsikan bagaimana kesulitan siswa dalam memecahkan masalah matematika.

Witkin mengatakan bahwa gaya kognitif field independent adalah tipe gaya kognitif yang dimiliki individu bersifat analitik. Maksudnya siswa yang memisahkan lingkungan dengan komponen-komponennya atau kurang dipengaruhi oleh lingkungan. Sebaliknya gaya kognitif field dependent adalah tipe gaya kognitif yang dimiliki individu yang cenderung berpikir global. Maksudnya individu yang

34 Synthia Hotnida Haloho, “Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Ditinjau Dari Gaya Kognitif Pada Model Pembelajaran Missouri Mathematics Project”, (Skripsi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, UNNES, 2016), hlm. 29.

35 Ibid, hlm. 30.

19

memfokuskan pada lingkungan secara keseluruhan atau individu yang mudah dipengaruhi oleh lingkungan.36

Witkin dalam Mukminah membedakan karakteristik individu yang memiliki gaya kognitif field dependent dan field independent sebagai berikut.37

Tabel 1.2

Karakteristik Individu Field Independent dan Field Dependent

No Field Dependent Field Independent 1. Cenderung

berpikir global.

Memiliki kemampuan dalam menganalisis untuk memisahkan objek dari lingkungannya.

2. Cenderung

menerima struktur yang sudah ada.

Memiliki kemampuan

mengorganisasikan objek-objek.

3. Memiliki

orientasi rasional.

Memiliki orientasi impersonal.

4. Cenderung

mengikuti tujuan yang sudah ada.

Cenderung mengidentifikasi tujuan sendiri.

5. Cenderung

memilih profesi yang menekankan keterampilan sosial.

Cenderung memilih profesi yang bersifat individual.

6. Cenderung

bekerja dengan motivasi

eksternal.

Cenderung analitik dan motivasinya bergantung pada motivasi internal.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dalam penelitian ini peneliti menyimpilkan bahwa karakteristik individu yang

36 Herry Agus Susanto, Pemahaman…, hlm. 37.

37 Mukminah, “Analisis Number Sense Siswa MTS Nurul Hakim Kelas VII Ditinjau Dari Gaya Kognitif Tipe Field Dependent dan Field Independent”, (Skripsi, FTK, Universitas Islam Negeri Mataram, Mataram 2019), hlm. 24.

20

memiliki gaya kognitif field dependent cenderung merespon stimulus menggunakan lingkungan sebagai dasar prsepsinya dan memandang suatu pola sebagai keseluruhan, memandang objek dan lingkungan sebagai satu kesatuan. Sebaliknya karakteristik individu yang memiliki gaya kognitif field independent cenderung merespon stimulus dengan prsepsinya sendiri, lebih analitis, dan menganalisis pola berdasarkan komponennya.

c. Pengukuran Gaya Kognitif

Untuk mengklasifikasikan gaya kognitif yang dimiliki peserta didik ke dalam gaya kognitif field independent dan field dependent digunakan tes standar gaya kognitif yaitu GEFT (Group Embedded Figure Test) yang dikembangkan oleh Witkin dan kawan-kawan. Tes GEFT terdiri dari 25 gambar rumit dan gambar sederhana yang terbagi menjadi tiga bagian yaitu bagian pertama terdiri dari 7 gambar, bagian dua dan tiga masing-masing terdiri dari 9 gambar. Waktu yang telah disiapkan untuk mengerjakan tes pada penelitian ini maksimal 20 menit. Adapun skor yang dihitung adalah hanya pada bagian dua dan tiga dengan setiap jawaban benar diberikan skor 1, sedangkan untuk jawaban yang salah diberi skor 0 sehingga skor berkisar antara 0 sampai 18.38

Untuk menggolongkan subjek ke dalam kelompok gaya kognitif FI dan FD dilihat berdasarkan skor yang diperoleh subjek tersebut. Skor antara 12-18 dikategorikan sebagai kelompok gaya kognitif FI, sedangkan skor antara 0-11 dikategorikan ke dalam kelompok gaya kognitif FD.39

21

antara dua titik, jarak antara titik dan garis, jarak antara dua garis, jarak antara garis dan bidang, dan jarak antara dua bidang.

a. Kedudukan Titik, Garis dan Bidang Dalam Ruang Dimensi Tiga

1) Kedudukan Titik Terhadap Garis dan Titik Terhadap Bidang

a) Kedudukan Titik Terhadap Garis

Kedudukan titik terhadap garis terbagi menjadi dua, yaitu:

(1) Titik Terletak Pada Garis

Suatu titik dikatakan terletak pada garis apabila titik tersebut dapat dilalui oleh garis.

Contoh:

𝑔

k Gambar 1.1

Titik 𝑔 Terletak Pada Garis k (2) Titik Terletak di Luar Garis

Suatu titik dikatakan terletak di luar garis apabila titik tersebut tidak dapat dilalui oleh garis.

Contoh:

Gambar 1.2

Titik Q Terletak Di Luar Garis k b) Kedudukan Titik Terhadap Bidang

Kedudukan titik terhadap bidang terbagi menjadi dua yaitu:

(1) Titik Terletak Pada Bidang

Suatu titik dikatakan terletak pada bidang apabila titik tersebut dilalui oleh bidang.

Contoh:

Gambar 1.3

Titik A Terletak Pada Bidang G

●A G

k

●Q

22

(2) Titik Terletak di Luar Bidang

Suatu titik dikatakan terletak di luar bidang apabila titik tersebut tidak dilalui oleh bidang Contoh:

Gambar 1.4

Titik B Terletak Di Luar Bidang G 2) Kedudukan Dua Garis dan Kedudukan Garis Terhadap

Bidang

a) Kedudukan Dua Garis

Kedudukan dua buah garis terbagi menjadi empat yaitu:

(1) Dua Garis Berpotongan

Dua buah garis dikatakan berpotongan apabila dua garis tersebut sebidang dan memiliki titik potong.

Contoh:

Gambar 1.5

Garis A Berpotongan Dengan Garis B (2) Dua Garis Berimpit

Dua garis dikatakan berimpit ketika dua garis tersebut terletak pada satu garis lurus sehingga hanya terlihat sebagai satu garis lurus.

Contoh:

Gambar 1.6

Garis A Berimpit Dengan Garis B G

B

A B

A, B

23 (3) Dua Garis Sejajar

Dua garis dikatakan sejajar apabila dua garis tersebut terletak pada satu bidang yang jarak antaranya sama sehingga tidak berpotongan.

Contoh:

Gambar 1.7

Garis k Sejajar Dengan Garis l (4) Dua Garis Bersilangan

Dua garis dikatakan bersilangan apabila dua garis tersebut tidak terletak pada satu bidang.

Contoh:

Gambar 1.8

Garis m Bersilangan Dengan Garis l b) Kedudukan Garis Terhadap Bidang

Kedudukan garis terhadap bidang terbagi menjadi tiga, yaitu:

(1) Garis Terletak Pada Bidang

Sebuah garis dikatakan terletak apada bidang apabila setiap titik pada garis tersebut juga terletak pada bidang.

Contoh:

Gambar 1.9

Garis l Terletak Pada Bidang k k

l

m

l

l k

24 (2) Garis Sejajar Bidang

Sebuah garis dikatakan sejajar bidang apabila garis dan bidang tidak mempunyai satupun titik persekutuan.

Contoh:

Gambar 1.10 Garis k Sejajar Bidang h (3) Garis Memotong Bidang

Sebuah garis dikatakan memotong (menenmbus) bidang dan bidang memiliki satu titik potong atau titik tembus.

Contoh:

Gambar 1.11

Garis k Memotong Bidang H Pada Titik A 3) Kedudukan Dua Bidang

Kedudukan dua bidang tebagi menjadi tiga, yaitu:

a) Dua Bidang Berimpit

Dua bidang dikatakan berimpit apabila setiap titik terletak pada kedua bidang.

Contoh:

Gambar 1.12

Bidang ABCD Berimpit Dengan Bidang CDAB.

b) Dua Bidang Sejajar

Dua bidang dikatakan sejajar apabila kedua bidang tersebut tidak memiliki satupun titik

k

h

●A k

H

D

A B

C G H

E F

25

persekutuan. Contohnya dapat dilihat pada gambar 1.12. yaitu bidang ADEH sejajar dengan bidang BCFG.

c) Dua Bidang Berpotongan

Dua bidang dapat dikatakan berpotongan apabila kedua bidang tersebut memiliki sebuah garis persekutuan. Contohnya dapat dilihat pada gambar 1.12. yaitu bidang ABCD berpotongan dengan bidang CDGH.

b. Jarak Dari Titik ke Garis dan dari Titik ke Bidang Dalam Dimensi Tiga

1) Jarak Antara Dua Titik

Jarak antara dua titik adalah panjang ruas garis yang menghubungkan kedua titik tersebut. Jadi agar dapat menentukan jarak titik A ke titik B di dalam suatu ruang yaitu dengan menghubungkan titik A dan titik B dengan ruas garis AB. Dimana panjang ruas garis AB adalah jarak titik A ke titik B.

Misal diketahui sebuah kubus ABCD.EFGH. Akan ditentukan jarak dari titik A ke titik F. Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar berikut:

Gambar. 1.13 Jarak Titik A Ke Titik F

Jarak titik A ke titik F adalah panjang garis AF.

Dengan memperhatikan segitiga ABF, maka dapat kita tentukan panjang garis AF. Diketahui bahwa segitiga ABF adalah segitiga siku-siku di B, sehingga berlaku Teorema Phytagoras:

A B

C G H

E F D

26 2) Jarak Titik ke Garis

Jarak antara titk A dan garis g dengan A tidak terletak pada garis g adalah panjang ruas garis yang ditarik dari titik A dan tegak lurus terhadap garis g.

Langkah-langkah untuk menentukan jarak titik A ke garis g (titik A tidak terletak pada garis g) yaitu sebagai berikut:

a) Membuat garis AP yang tegak lurus dengan garis g melalui titik A

b) Garis AP memotong garis g di titik A

c) Panjang ruas garis AP merupakan jarak titik A ke garis g

Misalkan diketahui sebuah kubus PQRS.TUVW, maka dapat kita tentukan jarak dari titik V ke garis QW.

Gambar 1.14

Jarak Titik V Ke Garis QW Perhatikan Gambar 1.14.

Jarak titik V ke garis QW adalah panjang garis VX, dengan X adalah titik pada garis QW sedemikian sehingga garis VX tegak lurus dengan garis QW. Dengan memperhatikan segitiga QVW, kita dapat menentukan panjang garis QW. Segitiga QVW adalah segitiga siku-siku di V, sehingga berlaku Teorema Phytagoras.

Selanjutnya kita dapat menentukan luas segitiga QVW dengan dua cara yaitu:

a) Menggunakan alas segitiga QVW yaitu QV dan tingginya yaitu VW, maka berlaku

S

P Q

R V W

T X U

27

b) Menggunakan alas segitiga QVW yaitu QW dan tingginya yaitu VX, maka berlaku

Karena QV,VW, dan QW telah diketahui, maka panjang VX dapat ditentukan dengan menyamadengankan (i) dan(ii).

3) Jarak Titik ke Bidang

Jika sebuah titik berada di luar bidang, maka ada jarak antara titik ke bidang itu. Untuk mencari jarak titik A ke bidang dapat dicari menggunakan langkah-langkah berikut:

a) Membuat garis g melalui titik A dan tegak lurus bidang b) Garis g menembus bidang di titik Q

c) Ruas garis AQ merupakan jarak titik A ke bidang yang diminta.

Misal diketahui sebuah balok ABCD.EFGH, maka dapat ditentukan jarak dari titik A ke bidang BDFH. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 1.15

Jarak Titik A Ke Bidang BDFH

Jarak titik A ke bidang BDFH adalah panjang garis AO, dengan O adalah titik pada bidang BDFH sedemikian sehingga AO tegak lurus dengan bidang ABD. Dengan memperhatikan segitiga ABD, maka kita dapat menentukan panjang garis BD. Segitiga ABD adalah segitiga siku-siku di A, sehingga berlaku Teorema Phytagoras.

A B

C D O

E F

G H

28

Selanjutnya dapat ditentukan luas segitiga ABD dengan dua cara, yaitu:

a) Menggunakan alas segitiga ABD yaitu AB dan tingginya yaitu AD, maka berlaku

b) Menggunakan alas segitiga ABD yaitu BD dan tingginya yaitu AO, maka berlaku

Karena panjang AB, AD dan BD telah diketahui, maka panjang AO dapat ditentukan dengan menyamadengankan (iii) dan (iv).

Pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, guna mendapatkan informasi dan data yang akurat. Menurut Sugiyono, tujuan utama dalam sebuah penelitian adalah untuk mendapatkan data.41 Adapun prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu:

a. Tes

Tes diartikan sebagai sejumlah pertanyaan yang membutuhkan jawaban atau sejumlah pertanyaan yang

41 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&N, (Bandung:

Alfabeta, 2013), cet. ke-19, hlm.224.

30

membutuhkan tanggapan. Dalam penelitian ini, tes yang digunakan untuk memperoleh data diantarnya yaitu:

1) Tes GEFT (Group Embedded Figure Test)

Tes GEFT ini digunakan untuk mengklasifikasikan siswa ke dalam tipe gaya kognitif field independent dan field dependent. Tes ini merupakan instrumen yang sudah valid dikembangkan oleh Witkin. Sehingga peneliti tidak perlu melakukan uji coba instrumen.

GEFT merupakan tes standar yang memiliki skala tetap memiliki skor antar 0 sampai dengan 18 dimana setiap jawaban yang benar bernilai 1 dan jawaban yang salah bernilai 0. Dalam instrumen ini terdapat 25 gambar rumit dan gambar sederhana yang terbagi menjadi tiga tahap.

Tahap pertama terdiri dari 7 gambar, sedangkan untuk tahap kedua dan ketiga masing-masing terdiri dari 9 gambar. Terdapat 8 gambar sederhana yang diberi nama A, B, C, D, E, F, G, dan H yang harus ditemukan pada ke-25 gambar dengan cara menebalkan gambar sederhana tersebut dalam gambar rumit.

Untuk menggolongkan subjek ke dalam kelompok gaya kognitif FI dan FD dilihat berdasarkan skor yang diperoleh subjek tersebut. Skor antara 12-18 dikategorikan sebagai kelompok gaya kognitif FI, sedangkan skor antara 0-11 dikategorikan ke dalam kelompok gaya kognitif FD.42

Dalam penelitian ini, tahap pertama diberikan waktu sekitar 4 menit, sedangkan untuk tahap kedua dan ketiga masing-masing diberikan waktu maksimal sekitar 8 menit.

2) Tes Pemecahan Masalah Matematika

Tes pemecahan masalah matematika digunakan sebagai alat untuk mengetahui kesulitan siswa dalam memecahkan masalah matematika yang diberikan dalam penelitian ini. Tes yang diberikan terdiri dari 1 soal berbentuk uraian atau essay yang di dalamnya

42 Mohammad Khotib dan Rasoul Mohammad Hosseinpur, “On The Validity Of The Group Embedded Figure Test (GEFT)”, Jurnal Of Language Teaching and Research, Vol. 2, Nomor 3, 2011, hlm. 641.

31

memungkinkan untuk menunjukan indikator yang dipergunakan dalam penelitian ini. Peneliti menggunakan tes berupa essay adalah untuk dapat memaksimalkan segala pengetahuan yang dimiliki siswa dalam menjawab soal yang diberikan. Namun sebelum tes diberikan terlebih dahulu telah divalidasi oleh 2 ahli matematika dengan menggunakan validasi isi. Tujuan dari validasi instrumen tes untuk mendapatkan data yang valid yaitu data yang sesuai dengan keadaan di lapangan.

Adapun kisi-kisi soal tes yang akan diberikan dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1.3

Kisi-Kisi Soal Tes Pemecahan Masalah Matematika Kompetensi Dasar Indikator Bentuk

Soal

Jumlah Soal 4.1Menyelesaikan

permasalahan yang berkaitan dengan

dimensi tiga

Memecahkan masalah kontekstual yang berkaitan dengan dimensi tiga

uraian 1

b. Wawancara

Wawancara merupakan pertemuan dua orang yang bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam.43

Wawancara yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara semi terstruktur. Wawancara semi terstruktur bertujuan untuk menemukan permasalahan secara

43 Sugiyono, Metode…, hlm. 231.

32

lebih terbuka. Pihak yang diwawancara dimintai pendapat dan ide-idenya. Dalam wawancara semi terstruktur peneliti mempersiapkan serangkaian pertanyaan sebelum memulai wawancara. Akan tetapi, ketika saat melakukan wawancara dimungkinkan terjadi penyesuaian dan variasi pertanyaan mengikuti kondisi di lapangan.44

Tujuan wawancara dalam penelitian ini untuk mendapatkan informasi yang lebih mendalam dari subjek terkait dengan kesulitan yang dialami ketika menyelesaikan soal tes yang diberikan.

33 b. Penyajian Data (Data Display)

Setelah melakukan reduksi data maka langkah selanjutnya adalah melakukan penyajian data. Penyajian data merupakan sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan simpulan dan pengambilan tindakan yang biasanya disajikan dalam bentuk narasi.46

Pada bagian ini peneliti akan menyajikan data temuan di lapangan yang disajikan dalam bentuk tabel dan juga berupa gambar kemudian dideskripsikan dalam bentuk uraian singkat.

Selain itu peneliti juga akan memaparkan data hasil wawancara yang dilakukan terhadap subjek penelitian terkait kesulitan yang dialami subjek dalam menyelesaikan soal yang telah diberikan sebelumnya.

c. Penarikan Simpulan dan Verifikasi

Setelah melalui langkah pertama dan kedua maka langkah terakhir dalam analisis data adalah penarikan simpulan dan verifikasi. Simpulan adalah intisari dari penelitian yang menggambarkan pendapat akhir yang berdasarkan pada uraian- uraian sebelumnya atau keputusan yang diperoleh berdasarkan metode berpikir induktif atau deduktif.47

Kesimpulan akhir kemungkinan tidak muncul sampai pengumpulan data berakhir. Penarikan kesimpulan berkaitan dengan besarnya kumpulan catatan lapangan. Apabila ada data baru akan mengubah kesimpulan sementara sehingga segera melakukan perbaikan data yang diperoleh. Hal ini akan terus dilakukan sampai seluruh data yang diperlukan dalam penelitian ini terkumpul.

7. Pengecekan Keabsahan Data

Pengecekan keabsahan data dalam penelitian dilakukan guna mendapatkan data yang benar-benar akurat. Kualitas data dalam suatu penelitian dapat diketahui dengan menguji validasi data.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan triangulasi teknik untuk mengecek keabsahan data penelitian. Triangulasi teknik

46 Ibid, hlm. 167.

47 Ibid, hlm. 171.

34

merupakan teknik pengumpulan data dengan cara yang berbeda- beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama.48 Triangulasi ini dilakukan dengan mengecek ulang hasil tes pemecahan masalah matematika siswa dan wawancara terhadap siswa. Kegiatan tersebut bertujuan untuk mengetahui kekonsistenan antara hasil tes pemecahan masalah matematika siswa dan wawancara.

H. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan dalam penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan hasil penelitian yang maksimal terkait dengan judul penelitian yang dituangkan dalam empat BAB yaitu:

1. BAB I Pendahuluan

Pada bagian ini berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, ruang lingkup dan setting penelitian, telaah pustaka, kerangka teori, metode penelitian, dan sistematika pembahasan.

2. BAB II Paparan data dan temuan

Pada bagian ini berisi tentang data-data dari hasil penelitian yang telah dilakukan di lokasi penelitian. Data tersebut berupa data hasil tes gaya kognitif siswa, data hasil tes pemecahan masalah matematika siswa dan hasil wawancara.

3. BAB III Pembahasan

Bagian ini mencakup analisis hasil data temuan di lapangan selama penelitian. Analisis data dilakukan berdasarkan metode dan kerangka teori yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya.

4. BAB IV Penutup

Pada bagian ini berisi kesimpulan akhir dari berbagai proses yang telah dilakukan pada saat penelitian. Selain itu bagian ini juga berisi saran atau masukan-masukan kepada para pembaca dan para peneliti yang akan melakukan penelitian sejenis agar dapat melengkapi kekurangan-kekurangan dalam penelitian ini.

48 Sugiyono, Metode…, hlm. 241.

Dalam dokumen analisis kesulitan siswa dalam memecahkan (Halaman 31-88)

Dokumen terkait