ANALISIS KESULITAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF
Oleh Haeruman NIM: 180103001
PROGRAM STUDI TADRIS MATEMATIKA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM
MATARAM 2022.
ii
ANALISIS KESULITAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF
Skripsi
diajukan kepada Universitas Islam Negeri Mataram untuk melengkapi persyaratan mencapai gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh Haeruman NIM: 180103001
PROGRAM STUDI TADRIS MATEMATIKA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM
MATARAM 2022.
iii
iv
v
vii
viii MOTTO
“Musuh yang paling berbahaya di atas dunia ini adalah rasa takut dan bimbang. Teman yang paling setia hanyalah keberanian dan keyakinan
yang tangguh”
(Andrew jackson)
ix
PERSEMBAHAN
Skripsi ini ku persembahkan untuk ayah dan ibuku atas curahan kasih sayang, do’a, semangat dan pengorbanan yang tiada tara demi melihat
anaknya menjadi seorang serjana.
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan kehadirat allah SWT. Karena berkat rahmat, hidayah dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Kesulitan Siswa Dalam Memecahkan Masalah Matematika Ditinjau Dari Gaya Kognitif”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk dapat mencapai gelar serjana (S.Pd).
Shalawat dan salam tidak lupa tetap tercurahkan kepada baginda Nabi Besar Muhamad saw, juga keluarga, sahabat, dan para pengikutnya. Amin.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak dapat terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak. Karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak terimakasih kepada.
1. Bapak Mauliddin, M.Si., selaku Dosen Pembimbimg 1 atas bimbingan, saran dan motivasi yang telah diberikan.
2. Bapak Sofyan Mahfudy, M.Pd., selaku pembimbing II atas bimbingan, saran, dan motivasi yang telah diberikan.
3. Bapak Dr. Alkusaeri, M.Pd dan Ibu Dr. Nurhardiani, ST, M.Pd., selaku penguji I dan II atas saran-saran yang diberikan.
4. Bapak Dr. Alkusaeri, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Tadris Matematika, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Mataram.
5. Bapak Dr. Jumarim, M.H.I., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Mataram.
6. Prof. Dr. H. Masnun, M.Ag. selaku Rektor UIN Mataram yang telah memberi tempat bagi penulis untuk menuntut ilmu dan memberi bimbingan dan peringatan untuk tidak berlama-lama di kampus tanpa pernah selesai.
7. Orang tua atas doa, bimbingan, saran dan kasih sayang yang telah diberikan.
8. Sanak saudara dan sahabat-sahabat atas doa, bimbingan, saran dan kasih sayang yang telah diberikan.
Semoga amal kebaikan dari berbagai pihak tersebut mendapatkan pahala yang berlipat ganda dari allah swt.
xi
Mataram, 2022 Penulis,
Haeruman NIM:180103001
xii DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ... i
HALAMAN JUDUL ... ii
HALAMAN LOGO ... iii
LEMBAR PERSETUJUAN ... iv
NOTA DINAS PEMBIMBING ... v
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... vi
LEMBAR PENGESAHAN ... vii
MOTTO ... viii
PERSEMBAHAN ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
ABSTRAK ... xviii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian ... 5
1. Tujuan Penelitian ... 5
2. Manfaat Penelitian ... 5
a. Manfaat Teoritis ... 5
b. Manfaat Praktis ... 5
D. Ruang Lingkup dan Setting penelitian ... 6
1. Ruang Lingkup Penelitian ... 6
2. Setting Penelitian ... 6
E. Telaah Pustaka ... 6
F. Kerangka Teori ... 9
1. Hakikat Matematika ... 9
2. Kesulitan Belajar Matematika ... 12
3. Pemecahan Masalah Matematika ... 15
4. Gaya Kognitif ... 16
a. Pengertian Gaya Kognitif ... 16
b. Jenis-Jenis Gaya Kognitif ... 17
xiii
c. Pengukuran Gaya Kognitif ... 20
5. Materi DimensiTiga ... 20
G. Metode Penelitian ... 28
1. Pendekatan Penelitian ... 28
2. Kehadiran Peneliti ... 28
3. Lokasi Penelitian ... 29
4. Sumber Data Penelitian ... 29
5. Prosedur Pengumpulan Data ... 29
a. Tes ... 29
b. Wawancara ... 31
6. Teknik analisis data ... 32
a. Reduksi Data (Data Reduction) ... 32
b. Penyajian Data (Data Display) ... 33
c. Penarikan Simpulan dan Verifikasi ... 33
7. Pengecekan Keabsahan Data ... 33
H. Sistematika Pembahasan ... 34
1. BAB I Pendahuluan ... 34
2. BAB II Paparan Data dan Temuan ... 34
3. BAB III Pembahasan ... 34
4. BAB IV Penutup ... 34
BAB II PAPARAN DATA DAN TEMUAN ... 35
A. Deskripsi Kegiatan Penelitian ... 35
B. Paparan Data dan Analisis Data ... 35
1. Data Hasil Tes GEFT ... 35
2. Data Hasil Tes Pemecahan Masalah Dan Wawancara . 38 a. Data Hasil Tes dan Wawancara Subjek Field Dependent ... 38
b. Data Hasil Tes dan Wawancara Subjek Field Independent ... 51
BAB III PEMBAHASAN ... 65
A. Kesulitan Pemecahan Masalah Matematika Subjek Field Dependent ... 65
1. Kesulitan Konsep ... 65
2. Kesulitan Prinsip ... 67
3. Kesulitan Dalam Masalah Verbal ... 67
xiv
B. Kesulitan Pemecahan Masalah Matematika Subjek
Field Independent ... 68
1. Kesulitan Konsep ... 68
2. Kesulitan Prinsip ... 69
3. Kesulitan Dalam Masalah Verbal ... 69
BAB IV PENUTUP ... 71
A. Kesimpulan ... 71
1. Siswa Field Dependent ... 71
2. Siswa Field Independent ... 71
B. Saran ... 71 DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xv
DAFTAR TABEL Tabel 1.1
Tabel 1.2 Tabel 1.3 Tabel 2.1 Tabel 2.2 Tabel 2.3 Tabel 2.4
Indikator Kesulitan Belajar, 14.
Karakteristik Individu Field Dependent dan Field Independent, 19.
Kisi-Kisi Soal Tes Pemecahan Masalah Matematika, 31.
Kegiatan Pengumpulan Data, 35.
Data Hasil Tes GEFT Siswa Kelas XII IPA, 37.
Jumlah Siswa Field Dependent dan Field Independent, 38.
Subjek Penelitian, 38.
xvi
DAFTAR GAMBAR Gamba 1.1
Gambar 1.2 Gambar 1.3 Gambar 1.4 Gambar 1.5 Gambar 1.6 Gambar 1.7 Gambar 1.8 Gambar 1.9 Gambar 1.10 Gambar 1.11 Gambar 1.12 Gambar 1.13 Gambar 1.14 Gambar 1.15 Gambar 2.1 Gambar 2.2 Gambar 2.3 Gambar 2.4
Titik 𝑔 Terletak Pada Garis k, 21.
Titik Q Terletak Di Luar Garis k, 21.
Titik A Terletak Pada Bidang G, 21.
Titik B Terletak Di Luar Bidang G, 22.
Garis A Berpotongan Dengan Garis B, 22.
Garis A Berimpit Dengan Garis B, 22.
Garis k Sejajar Dengan Garis l, 23.
Garis m Bersilangan Dengan Garis l, 23.
Garis l Terletak Pada Bidang k, 23.
Garis k Sejajar Bidang h, 24.
Garis k Memotong Bidang H Pada Titik A, 24.
Bidang ABCD Berimpit Dengan Bidang CDAB, 24.
Jarak Titik A Ke Titik F, 25.
Jarak Titik V Ke Garis QW, 26.
Jarak Titik A Ke Bidang BDFH, 27.
Jawaban Hasil Tes Pemecahan Masalah Subjek DN, 38.
Jawaban Hasil Tes Pemecahan Masalah Subjek HN, 45.
Jawaban Hasil Tes Pemecahan Masalah Subjek MJ,52.
Jawaban Hasil Tes Pemecahan Masalah Subjek SRA, 58.
xvii
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1
Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6 Lampiran 7 Lampiran 8 Lampiran 9 Lampiran 10
Kartu Konsul
Instrumen Tes GEFT
Lembar Validasi Instrumen Tes dan Wawancara Kisi-Kisi Tes Pemecahan Masalah
Soal Tes Pemecahan Masalah Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Pedoman Wawancara
Hasil Tes Pemecahan Masalah Subjek Transkip Wawancara Subjek
Surat Izin Penelitian
xviii ABSTRAK
ANALISIS KESULITAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF
Oleh:
Haeruman 180103001
Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan kesulitan siswa dalam memecahkan masalah matematika ditinjau dari gaya kognitif pada materi dimensi tiga. Metode yang digunakan adalah kualitatif deskriptif.
Penelitian ini dilakukan pada kelas XII IPA MA NWDI Pringgasela, adapun subjek penelitian ini yaitu 2 orang siswa field dependent (FD) dan 2 orang siswa field independent (FI) yang ditentukan berdasarkan tes GEFT. Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode tes (tes GEFT dan tes pemecahan masalah matematika pada materi dimensi tiga) serta wawancara.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa siswa field dependent yaitu subjek DN masih mengalami kesulitan konsep yaitu sulit dalam menentukan rumus/teorema sesuai syarat, kesulitan prinsip yaitu sulit dalam perhitungan serta sulit menyelesaikan perhitungan dari soal, dan kesulitan dalam masalah verbal yaitu sulit dalam menggunakan data yang akan digunakan serta sulit dalam menarik kesimpulan dari hasil yang ia peroleh.Untuk subjek HN, masih mengalami kesulitan konsep yaitu sulit dalam menggambarkan bentuk/ilutrasi dari soal dan sulit dalam menentukan rumus/teorema, kesulitan prinsip yaitu sulit dalam perhitungan serta sulit menyelesaikan perhitungan dari soal, dan kesulitan dalam masalah verbal yaitu sulit dalam menggunakan data yang akan digunankan untuk menyelesaikan soal serta sulit dalam menarik kesimpulan dari jawaban yang ia peroleh. Sedangkan siswa field independent yaitu subjek MJ sudah tidak mengalami kesulitan konsep, kesulitan Prinsip dan kesulitan dalam masalah verbal. Untuk subjek SRA, masih mengalami kesulitan prinsip yaitu masih mengalami kesulitan ketika melakukan perhitungan.
Kata Kunci: Kesulitan Pemecahan Masalah Matematika, Materi Dimensi Tiga, Gaya Kognitif Field Dependent (FD), Field Independent (FI)
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan upaya untuk menumbuhkan kreatifitas dan kemampuan manusia. Pendidikan berperan penting bagi kehidupan sebagai sarana untuk merubah pola pikir masyarakat agar mempunyai inovasi berpikir sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup setiap individu. Pendidikan dianggap sebagai investasi jangka panjang yang memiliki nilai strategis bagi kelangsungan peradaban hidup di dunia. Salah satunya dapat diwujudkan melalui pendidikan matematika.1
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib dipelajari di bangku sekolah, mulai dari jenjang SD hingga perguruan tinggi. Hal ini karena matematika mempunyai peran penting dalam kehidupan manusia. Dengan belajar matematika dapat membuat manusia lebih fleksibel secara mental dan dapat mempermudah dalam menyesuaikan diri di berbagai situasi dan permasalahan. Setiap manusia dalam kehidupan tidak pernah lepas dari matematika, mulai dari hal yang sederhana hingga kepada hal yang kompleks. Namun dalam praktik pembelajaran di sekolah masih banyak siswa yang menganggap matematika sebagai mata pelajaran yang sulit. Sehingga banyak dari siswa yang tidak suka belajar matematika.2 Akibat dari ketidaksukaan belajar matematika dapat menjadi salah satu penyebab siswa mengalami kesulitan dalam pemecahan masalah matematika, padahal kemampuan dalam pemecahan masalah sangat diperlukan di dalam kehidupan.
1 Julia Intan Permatasari dkk, “Analisis Kesulitan Siswa Dalam Proses Pemecahan Masalah Soal Cerita Bilangan Pecahan Kelas V SD Negeri Karangtempel Semarang”, Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Vol. 00, Nomor 0, 2020, hlm. 261.
2 Silfi Zainatu Sholihah dan Ekasatya Aldila Afriansyah, “Analisis Kesulitan Siswa Dalam Proses Pemecahan Masalah Geometri Berdasarkan Tahapan Berpikir Van Hiele”, Mosharafa, Vol. 6, Nomor 2, Mei 2017, hlm. 288.
2
Pemecahan masalah merupakan modal awal siswa untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Pemecahan masalah matematika sering disebut sebagai proses kognitif dalam menyelesaikan suatu permasalahan saat tidak ada metode yang pasti untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.3 Seseorang yang memiliki keterampilan pemecahan masalah tentu dapat membantu membuat keputusan lebih analitis dan membantu siswa untuk dapat berpikir kritis. Untuk menyelesaikan suatu permasalahan terdapat empat langkah yang perlu diketahui, diantaranya memahami masalah, merencanakan masalah, menyelesaikan dan pengecekan kembali terhadap langkah-langkah yang telah di selesaikan. Jadi langkah pertama sampai dengan langkah berikutnya saling berkaitan, sehingga permasalahan dapat diselesaikan.4 Meskipun telah memiliki landasan tentang pemecahan masalah, namun pada kenyataanya masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam proses menyelesaikan pemecahan masalah yang diberikan oleh guru.
Berdasarkan pengamatan peneliti selama kegiatan peraktik pengalaman lapangan (PPL 2) di MA NWDI Pringgasela yang dilaksanakan dari tanggal 06 September - 17 Oktober. Peneliti menemukan permasalahan dimana banyak dari siswa yang tidak mampu menyelesaikan permasalahan yang diberikan oleh guru, terutama pada permasalahan yang sifatnya pemecahan masalah.
Salah satu materi pembelajaran matematika yang sering dianggap sulit oleh siswa adalah materi dimensi tiga. Dimensi tiga merupakan salah satu materi dalam pembelajaran matematika yang diajarkan pada setiap jenjang pendidikan, mulai dari pendidikan dasar hingga perguruan tinggi.5 Hasil penelitian oleh Siti Nur Aliah dan Martin Bernard menunjukan bahwa kesulitan yang dialami siswa
3 Muhamad Irfan, “Analisis Kesalahan Siswa Dalam Pemecahan Masalah Matematika Berdasarkan Kecemasan Belajar Matematika”, Kreano, Vol. 8, Nomor 2, Desember 2017, hlm. 144.
4 Shinta Mariam dkk, “Analisis Kemapuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Madrasah Aliyah Pada Materi Pola Bilangan”, Journal On Education, Vol. 01, Nomor 02, Februari 2019, hlm. 157.
5 Ardi Gustiadi dkk, “Analisis Kemampuan Penalaran Matematis Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Materi Dimensi Tiga”, BSIS, Vol. 4, Nomor 1, Oktober 2021, hlm.
339.
3
dalam menyelesaikan pemecahan masalah masih tergolong tinggi, kesulitan terbesarnya terjadi pada tahap melakukan prosedur matematika.6 Sejalan dengan hasil penelitian Lina Marlina dkk, yang menunjukan bahwa 70% siswa masih mengalami kesulitan fakta, 90%
mengalami kesulitan prinsip, 65% mengalami kesulitan dalam menghitung dan 75% mengalami kesulitan dalam konsep.7
Berdasarkan demikian tentu sebagai guru diharapkan untuk dapat mengetahui dan memahami setiap situasi dan kondisi siswa saat proses pembelajaran berlangsung. Guru juga harus mampu memahami gaya belajar masing-masing siswa, sehingga guru dituntut untuk dapat menyesuaikan cara mengajarnya dengan kebutuhan siswa. Dalam penelitian ini hal yang perlu diperhatikan oleh guru adalah mengenai gaya kognitif siswa. Hasil penelitian Himmatul Ulya menunjukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara gaya kognitif siswa dengan kemampuan pemecahan masalah siswa.8 Gaya kognitif diartikan sebagai sikap, pilihan atau strategi untuk menentukan cara seseorang yang khas dalam menerima, mengingat, berpikir dan memecahkan suatu permasalahan. Gaya kognitif juga disebut sebagai jembatan kecerdasan dan kepribadian seseorang. Perbedaannya berkaitan dengan cara seseorang mengingat, berpikir, merasakan, memecahkan masalah dan membuat keputusan dalam mengolah informasi.9
Gaya kognitif dikategorikan ke dalam dua bagian yaitu gaya kognitif field independent (FI) dan Gaya kognitif field dependent (FD). Dimana gaya kognitif field independent (FI) adalah gaya kognitif yang dimiliki oleh peserta didik yang cenderung dalam
6 Siti Nur Aliah dan Martin Bernard, “Analisis Kesulitan Siswa Dalam Menyelesaaikan Soal Pemecahan Masalah Pada Materi Segitiga dan Segiempat”, Suska Journal Of Mathematics Education, Vol 6, Nomor 2, 2020, hlm. 117.
7 Lina Marlina dkk, “Analisis Kesulitan Belajar Matematika Materi Pokok Geometri Dimensi Tiga Pada Siswa Kelas XI SMKN 1 Tirtajaya”, SESIOMADIKA , 2017, hlm. 464.
8 Himmatul Ulya, “Hubungan Gaya Kognitif Dengan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa”, Jurnal Konseling Gusjigang, Vol. 1, Nomor 2, 2015, hlm.
10.
9 Andi Saparuddin Nur dan Markus Palobo, “Profil Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Ditinjau Dari Gaya Kognitif dan Gender”, Kreano, Vol. 9, Nomor 2, Desember 2018, hlm. 141.
4
merumuskan permasalahan lebih analitik, yang berarti bahwa permasalahan dibuat ke dalam bagian-bagian kecil kemudian menemukan hubungan antar bagian-bagian yang ada. Peserta didik yang memiliki gaya kognitif field independent lebih cenderung menggunakan faktor internal dalam memproses informasi, sehingga sulit dipengaruhi oleh faktor eksternal atau lingkungan sekitar.
Sedangkan gaya kognitif field dependent (FD) adalah gaya kognitif peserta didik yang mudah dipengaruhi oleh keadaan sekitar atau lingkungannya.10 Meskipun ada pengelompokan gaya kognitif bukan berarti mengidentifikasikan bahwa gaya kognitif satu lebih baik dari gaya kognitif yang lain, karena setiap gaya kognitif memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing, sehingga hal ini menjadi tugas seorang guru untuk membimbing siswa sesuai karakteristik yang dimilikinya.11
Hasil penelitian Rohmah Ellyana dkk menunjukan bahwa siswa yang memiliki gaya kognitif field dependent tidak mampu menerapkan prosedur yang sesuai dengan benar dan cenderung mengalami kesulitan dalam memahami masalah, menerjemahkan masalah, dan mengalami kesulitan dalam menentukan strategi.
Sedangkan siswa dengan gaya kognitif field independent mampu menerapkan prosedur dengan benar dan tidak mengalami kesulitan dalam memahami masalah, menerjemahkan masalah, dan menentukan strategi.12 Penelitian ini menunjukan bahwa kemungkinan besar perbedaan gaya kognitif akan menyebabkan adanya perbedaan jenis kesulitan yang dialami siswa.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti akan melakukan penelitian dengan judul “Analisis Kesulitan Siswa Dalam Memecahkan Masalah Matematika Ditinjau Dari Gaya Kognitif”
10 Zakiyatul Ilmiyah dkk, “Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah dan Disposisi Matematis Ditinjau Dari Gaya Kognitif Peserta Didik Kelas VIII SMP Islam Pakis”, Jp3, Vol. 16, Nomor 25, Agustus 2021, hlm. 79-80.
11 Lutfi Ika Nuri Setiani dkk, “Analisis Kesalahan Siswa Dalam Menyelesaikan Masalah Trigonometri Berdasarkan Teori Newman Ditinjau dari Gaya Kognitif Siswa”, JPM, Vol. 8, Nomor 2, 2020, hlm. 91-92.
12 Rohmah Ellyana dkk, “Analisis Kesulitan Siswa Dalam Menyelesaikan Masalah Matematika Ditinjau Dari Gaya Kognitif Siswa SMP”, JMPM, Vol. 4, Nomor 1, Januari 2022, hlm. 36.
5 B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana kesulitan siswa dalam memecahkan masalah matematika ditinjau dari gaya kognitif pada materi dimensi tiga ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan kesulitan siswa dalam memecahkan masalah matematika ditinjau dari gaya kognitif pada materi dimensi tiga.
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat peneliti kemukakan dalam penelitian ini ada dua diantaranya sebagai berikut:
a. Manfaat Teoritis
1) Diharapkan penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengembangan khazanah keilmuan serta dapat menjadi tambahan refrensi dan tambahan pustaka pada perpustakaan kampus UIN Mataram.
2) Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pembanding dan refrensi bagi penelitian-penelitian berikutnya mengenai kesulitan siswa dalam memecahkan masalah matematika ditinjau dari gaya kognitif.
b. Manfaat Praktis
1) Manfaat Bagi Peneliti
Diharapkan penelitian ini mampu memberikan gambaran bagi peneliti sebagai calon guru supaya ketika sudah menjadi seorang guru peneliti lebih inovatif dalam menerapkan pembelajaran sehingga dapan melahirkan peserta didik yang produktif, kreatif, inovatif dan afektif.
2) Manfaat Bagi Guru
Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi dan gambaran detail kepada guru-guru tentang kesulitan yang dialami siswa dalam memecahkan masalah matematika. Sehingga guru bisa menindaklanjuti langkah yang perlu diambil untuk mengatasi permasalahan tersebut
6
supaya pembelajaran-pembelajaran selanjutnya menjadi lebih baik.
3) Manfaat Bagi Sekolah
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi sekolah dalam meningkatkan kualitas pembelajaran khususnya pada pembelajaran matematika.
D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian 1. Ruang Lingkup Penelitian
Agar penelitian ini lebih terarah dan menghindari perbedaan masalah variabel tinjauan, maka peneliti perlu melakukan pembatasan masalah. Ruang lingkup penelitian ini meliputi kesulitan siswa dalam memecahkan masalah matematika ditinjau dari gaya kognitif pada materi dimensi tiga. Fokus penelitian ini adalah bagaimana kesulitan siswa dalam memecahkan masalah matematika ditinjau dari gaya kognitif. Gaya kognitif yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu gaya kognitif field independent (FI) dan gaya kognitif field dependent (FD).
2. Setting Penelitian
Penelitian ini berlokasi di MA NWDI Pringgasela. Penelitian ini dilakukan pada kelas XII IPA berjumlah 17 siswa yang telah atau sedang mempelajari materi dimensi tiga. Lokasi ini dipilih karena MA NWDI Pringgasela memiliki data dan informasi yang dibutuhkan untuk penelitian ini, serta sudah terjalin komunikasi yang baik antara peneliti dengan guru matematika yang ada di lokasi penelitian. Sehingga dapat memudahkan peneliti untuk mendapatkan data-data yang peneliti butuhkan dalam penelitian ini.
E. Telaah Pustaka
Pada umumnya banyak sekali permasalahan dalam dunia pendidikan dan sudah dikaji dalam bentuk penelitian. Namun tentunya dalam setiap penelitian memilki titik fokus yang berbeda. Keterkaitan antara penelitian merupakan hal yang lumrah terjadi, keterkaitan tersebut menunjukan tindaklanjut dari penelitian-penelitian sebelumnya atau keterkaitan antara penelitian menunjukan adanya relevansi yang terjadi dalam sebuah penelitian. Namun adanya relevansi dengan penelitian lain bukan berarti mengidentivikasikan
7
bahwa penelitian itu persis sama dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Karena setiap peneliti memiliki fokus tersendiri dalam penelitiannya, begitu juga pada penelitian ini.
Beberapa penelitian sebelumnya yang relevan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Penelitian yang telah dilakukan oleh Restu Lusiana, dengan tujuan penelitannya menyelidiki kesalahan yang dibuat mahasiswa dalam memecahkan masalah pada materi himpunan ditinjau dari gaya kognitif. Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif, dengan strategi penelitian yaitu deskriptif kualitatif. Hasil yang diperoleh adalah mahasiswa dengan gaya kognitif Field Independent (FI) cenderung melakukan kesalahan dalam mengorganisasikan data dan kesalahan dalam menarik kesimpulan, sedangkan mahasiswa dengan gaya kognitif Field Dependent (FD) cenderung melakukan kesalahan prosedural dalam menggunakan prosedur pekerjaan, kesalahan dalam mengorganisasikan data, kesalahan dalam memanipulasi secara sistematis dan kesalahan dalam penarikan kesimpulan.13
Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Restu Lusiana dengan penelitian ini terletak pada tinjauan penelitian. Namun pada penelitian Restu Lusiana melakukan penelitian tentang kesalahan pada mahasiswa materi himpunan, sedangkan dalam penelitian ini tentang kesulitan siswa yang dilakukan pada siswa kelas XII IPA MA NWDI Pringgasela pada materi dimensi tiga.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Marlina dkk, dengan tujuan penelitiannya untuk menganalisis kesulitan yang dialami siswa dalam menyelesaikan soal cerita yang berkaitan dengan kemampuan representasi matematika ditinjau dari gaya kognitif field dependent dan field independent. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Hasil yang diperoleh adalah kemampuan representasi siswa dengan gaya kognitif field independent memenuhi semua indikator yaitu representasi visual, representasi persamaan, dan representasi verbal. Sedangkan siswa
13 Restu Lusiana, “Analisis Kesalahan Mahasiswa Dalam Memecahkan Masalah Pada Materi Himpunan Ditinjau Dari Gaya Kognitif”, JPPM, Vol. 10, Nomor 1, 2017, hlm. 24.
8
yang memiliki gaya kognitif field dependent memiliki kemampuan representasi matematika hanya memenuhi 2 indikator yaitu representasi visual dan representasi persamaan.14
Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Marlina dkk, dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti adalah sama-sama membahas tentang kesulitan belajar siswa yang ditinjau dari gaya kognitif. Namun perbedaanya terletak pada materi penelitian.
Penelitian Marlina dkk membahas tentang kesulitan siswa dalam merepresentasikan soal cerita pada materi program linier, sedangkan penelitian peneliti membahas tentang kesulitan siswa dalam memecahkan masalah matematika yang akan dilakukan pada kelas XII IPA MA NWDI Pringgasela pada materi dimensi tiga.
3. Penelitian yang telah dilakukan oleh Sitti Rahmah Tahir dkk, dengan tujuan penelitiannya yaitu mendeskripsikan kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal matematika dan penyebab kesalahan siswa pada materi bilangan bulat berdasarkan gaya kognitif. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif.
Dengan hasil penelitiannya menunjukan bahwa siswa yang memiliki gaya kognitif field dependent dan field independent cenderung melakukan kesalahan fakta dan operasi. Adapun penyebab siswa melakukan kesalahan fakta yaitu kurang teliti dalam menentukan hal yang diketahui dalam soal, sedangkan kesalahan dalam operasi yaitu siswa kurang teliti dalam mengerjakan soal.15
Persamaan penelitian Sitti Rahmah Tahir dkk, dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti adalah terletak pada tinjauan penelitian. Perbedaanya terletak pada materi penelitian.
Pada penelitian Siti Rahmah Tahir dkk, membahas tentang kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal matematika materi
14 Marlina dkk, “Analisis Kesulitan Siswa Dalam Merepresentasikan Soal Cerita Pada Materi Program Linier Ditinjau Dari Gaya Kognitif Field Dependent dan Field Independent”, JMPM, Vol. 3, Nomor 3, Mei 2021, hlm. 265.
15 Sitti Rahmah Tahir dkk, “Analisis Kesalahan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Matematika Materi Bilangan Bulat Berdasarkan Gaya Kognitif Pada Kelas VII SMP Negeri Marioriwawo Kabupaten Soppeng”, JRIP, Vol. 1, Nomor 2, Agustus 2021, hlm.
82.
9
bilangan bulat, sedangkan penelitian peneliti membahas tentang kesulitan siswa dalam memecahkan masalah matematika pada materi dimensi tiga.
4. Penelitian yang telah dilakukan oleh Nissa Risma Mulyanti dkk, dengan tujuan penelitiannya adalah untuk mengidentifikasi jenis kesulitan yang dialami siswa dan untuk mengetahui tingkat kemampuan pemecahan masalah matematika siswa SMP Cimahi.
Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Dengan hasil penelitiannya menunjukan bahwa tingkat kemampuan pemecahan masalah siswa disalah satu SMP di kota Cimahi masih tergolong rendah.16
Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Nissa Risma Mulyanti dkk, dengan penelitian ini adalah sama-sama membahas kesulitan siswa dalam pemecahan masalah matematika. Namun pada penelitian Nissa Risma Muliyanti dkk, dilakukan pada siswa SMP materi teorema phytagoras, sedangkan dalam penelitian yang akan dilakukan peneliti pada materi dimensi tiga ditinjau dari gaya kognitif.
F. Kerangka Teori
1. Hakikat Matematika
Istilah mathematics (Inggris), mathematic (Jerman), mathematique (Perancis), matematico (Itali), matematiceski (Rusia), atau mathematic/wiskunde (Belanda) berasal dari perkataan latin mathematica yang mulanya diambil dari perkataan yunani, matehematike, yang berarti “relating to learning”.
Perkataan itu memiliki akar kata mathema yang artinya pengetahuan atau ilmu. Perkataan mathematike memiliki hubungan yang sangat erat dengan sebuah kata lain yang serupa yaitu mathanein yang artinya belajar atau berfikir.
Jadi, berdasarkan etimologis matematika berarti ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan bernalar. Hal ini bukan berarti bahwa ilmu lain tidak diperoleh melalui bernalar, akan tetapi dalam matematika lebih menekankan dalam aktivitas dalam rasio
16 Nissa Risma Mulyanti dkk, “Analisis Kesulitan Siswa Dalam Pemecahan Masalah Matematika Siswa SMP Pada Materi Teorema Phytagoras”, JPMI, Vol. 7, Nomor 3, Mei 2018, hlm. 415.
10
(penalaran), sedangkan ilmu lain lebih menekankan kepada hasil observasi atau eksperimen di samping penalaran.17
Matematika tumbuh dan berkembang karena proses berfikir, oleh karena itu logika adalah dasar untuk terbentuknya matematika. Logika itu sendiri adalah masa bayi dari matematika, sebaliknya matematika adalah masa dewasa dari logika. Pada permulaannya cabang-cabang matematika yang ditemukan adalah aritmetika atau berhitung, aljabar dan geometri. Selanjutnya ditemukan kalkulus yang berfungsi sebagai tonggak penopang terbentuknya cabang matematika baru yang lebih kompleks, antara lain statistika, topologi, aljabar (linear, abstrak, himpunan), geometri (sistem geometri, geometri linear), analisis vektor dan lain-lain.18
Salah satu karakteristik matematika adalah memiliki objek abstrak. Menurut Soedjadi dalam Rezki Hidayanti membagi objek dasar matematika menjadi empat yaitu:19
a. Fakta
Fakta dalam matematika adalah berupa konvensi atau kesepakatan yang diungkap dengan simbol tertentu. Misalnya simbol bilangan “4” yang secara umum sudah dipahami sebagi bilangan empat. sebaliknya jika seseorang mengatakan “tiga”
maka dengan sendirinya orang akan menyimbolkan dengan
“3”. Adapun di dalam geometri terdapat simbol-simbol tertentu yang merupakan konvensi misalnya simbol “//” yang bermakna sejajar dan lain sebagainya.
b. Konsep
Konsep merupakan ide abstrak yang digunakan untuk mengklasifikasikan kumpulan objek. Apakah objek tertentu merupakan konsep atau bukan. “Segiempat” merupakan suatu konsep yang abstrak. Dengan konsep itu sekumpulan objek dapat digolongkan sebagai segiempat dan bukan segiempat.
17 Sitti Hamsiah Mustamin, Psikologi Pembelajaran Matematika, (Makasar:
Alauddin University Press 2013), cet. ke-1, hlm. 2.
18 Ibid, hlm. 4.
19 Rezki Hidayanti, “Analisis Kesulitan Siswa Dalam Memecahkan Masalah Sistem Persamaan Linier Dua Variabel (SPLDP) Ditinjau Dari Kesadaran Metakognisi”, (Skripsi, FMIPA, Universitas Negeri Makasar, Makasar, 2019), hlm. 9.
11 c. Operasi
Operasi merupakan suatu pengerjaan hitung aljabar dan pengerjaan matematika yang lain. Contohnya “penjumlahan,
“pengurangan”, “perkalian”, “pembagian” dan unsur-unsur yang dioperasikan juga abstrak. Operasi juga sering kali disebut sebagai skil apabila menekankan pada aspek keterampilannya. Jadi, skil merupakan kemampuan penguasaan prosedur, cara kerja atau aturan yang digunakan dalam menyelesaikan soal matematika secara tepat.
d. Prinsip
Prinsip merupakan objek matematika yang rumit prinsip dapat terdiri dari fakta, beberapa konsep yang dikaitkan dengan suatu relasi ataupun operasi. Secara sederhana prinsip merupakan hubungan antara berbagai objek dasar matematika.
Prinsip dapat berupa
“teorema”, “aksioma”, “sifat”, dan sebagainya.20 Adapun tujuan pembelajaran matematika yaitu:
1) Melatih cara dan bernalar dalam menarik kesimpulan misalnya melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan kesamaan, perbedaan, konsisten dan inkonsistensi.
2) Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membantu prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba.
3) Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah
4) Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau menyampaikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, catatan, grafik, peta, diagram, dalam menjelaskan gagasan.21
Berdasarkan tujuan di atas, jelas bahwa belajar matematika bukan hanya sekedar dapat menyelesaikan soal melalui berbagai operasi hitung, tetapi lebih dari itu, seperti yang telah disebutkan di atas.
20 Ibid, hlm. 11.
21 Sitti Hamsiah Mustamin, Psikologi…, hlm. 8.
12 2. Kesulitan Belajar Matematika
Secara harfiah kesulitan belajar diterjemahkan dari bahasa inggris yaitu Learning Disability yang maknanya ketidakmampuan dalam belajar. Kata Disability diartikan sebagai kesulitan untuk memberikan kesan optimis bahwa sebenarnya anak masih mampu untuk belajar. Kesulitan belajar juga disebut sebagai kondisi dalam belajar yang biasanya ditandai dengan adanya hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar.22
Menurut Abdurrahman kesulitan belajar merupakan ketidaktepatan dalam pembelajaran yang biasanya disebabkan oleh kemungkinan adanya disfungsi otak, kesulitan dalam tugas-tugas akademik, prestasi belajar rendah jauh dibawah kepastian intelegensi dan adanya sebab lain seperti tuna grahita, gangguan emosional, hambatan sensoris, ketidaktepatan pembelajaran atau karena kemiskinan budaya.23
Selain itu, menurut Suarto kesulitan belajar didefinisikan sebagai kegagalan dalam mencapai tujuan belajar yang ditandai dengan prestasi belajar rendah. Siswa yang mengalami kesulitan belajar adalah siswa yang tidak mampu mencapai tingkat penguasaan yang dibutuhkan sebagai syarat untuk dapat belajar ditingkat berikutnya.24
Berdasarkan definisi kesulitan belajar di atas, peneliti menyimpulkan bahwa kesulitan belajar matematika merupakan suatu hambatan yang dialami seseorang dalam mencapai tujuan belajar atau suatu kondisi yang dialami seseorang ditandai dengan adanya hambatan-hambatan dalam proses belajar yang dapat mempengaruhi hasil belajar.
Cooney dalam Edy Yusmin mengatakan bahwa ada tiga kesulitan yang dialami siswa dalam menyelesaikan masalah atau soal matematika, yaitu:
22 Hadi Cahyono, Faktor-Faktor Kesulitan Belajar Siswa Min Janti”, JDPP, Vol.
7, Nomor 1, Januari 2019, hlm. 2.
23 Ika Maryani dkk, Model Intervensi Gangguan Kesulitan Belajar, (Yogyakarta:
K-Media, 2018), hlm. 21.
24 Ibid, hlm. 22.
13 a. Kesulitan Konsep
Pemahaman konsep akan memberikan kehidupan pada teorema atau rumus sehingga konsep dan teorema dapat diterapkan pada situasi lain. Adapun wujud dari kesulitan konsep diantaranya:
1) Ketidakmampuan dalam mengingat nama secara teknis 2) Ketidakmampuan untuk menjelaskan arti dari istilah yang
mewakili konsep tertentu
3) Ketidakmampuan mengingat satu atau lebih kondisi yang diperlukan bagi suatu objek untuk dinyatakan dengan istilah yang mewakilinya
4) Ketidakmampuan untuk mengingat suatu kondisi yang cukup bagi suatu objek untuk dinyatakan dengan istilah yang mewakili konsep tersebut.
5) Ketidakmampuan mengelompokkan objek sebagai contoh- contoh suatu konsep dari objek yang bukan contohnya.
6) Ketidakmampuan menyimpulkan informasi dari suatu konsep yang diberikan.25
b. Kesulitan Prinsip
Ide atau gagasan yang menghubungkan dua atau lebih suatu konsep disebut prinsip. Jika dalam memahami konsep mengalami kesulitan, maka kemungkinan besar dalam memahami prinsip juga akan mengalami kesulitan, karena menghubungkan dua konsep atau lebih. Adapun wujud dari kesulitan prinsip yaitu:.
1) Tidak mampu dalam melakukan kegiatan penemuan sesuatu, tidak cermat ketika melakukan perhitungan atau operasi aljabar.
2) Ketidakmampuan untuk mengabstraksikan suatu pola karena tidak dapat menentukan faktor yang relevan.
3) ketidakmampuan mengungkapkan makna prinsip dan menerapkan prinsip.
25 Edy Yusmin, “Kesulitan Belajar Siswa Pada Pelajaran Matematika ( Rangkuman Dengan Pendekatan Meta-Ethnography) ”, Jurnal Visi Ilmu Pendidikan, Vol.
9, Nomor 1, 2017, hlm. 2123.
14 c. Kesulitan Dalam Masalah Verbal
Kesulitan dalam masalah verbal adalah kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal yang berhubungan dengan masalah verbal atau soal cerita.26
Berdasarkan paparan teori di atas, maka dalam penelitian ini peneliti menganalisis kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal berdasarkan indikator kesulitan menurut Cooney yang telah dimodifikasi oleh Novita Karina Dewi dkk. Dapat dilihat pada tabel 1.1 berikut:27
Tabel 1.1
Indikator Kesulitan Belajar No Jenis
Kesulitan
Indikator 1. Kesulitan
konsep
Siswa sulit dalam
menerjemahkan bentuk/ilustrasi dari soal
Siswa sulit dalam menggunakan rumus/teorema sesuai kondisi syarat berlakunya rumus/teorema 2. Kesulitan
prinsip
Siswa tidak cermat dalam perhitungan atau operasi aljabar
Siswa tidak menyelesaikan perhitungan
3. Kesulitan dalam masalah verbal
Siswa sulit dalam
menerjemahkan maksud soal
Siswa sulit dalam menggunakan data-data yang akan digunakan
Siswa tidak tepat dalam menarik kesimpulan
Untuk mengetahui kesulitan siswa, peneliti memberikan tes yang sudah divalidasi kepada siswa. Peneliti tidak
26 Ibid, hlm…
27 Novita Karina Dewi dkk, “Analisis Kesulitan Menyelesaikan Soal Matematika Materi Operasi Hitung Bilangan Pecahan Siswa Kelas VII”, Jurnal PRIMATIKA, Vol. 9, Nomor 2, Desember 2020, hlm. 66.
15
memberikan materi terlebih dahulu sebelum memberikan tes, melainkan peneliti hanya sebatas memberikan tes untuk mengetahui kesulitan siswa. Tes yang dipergunakan berupa uraian yang berkaitan dengan materi dimensi tiga yang sebelumnya telah dipelajari oleh siswa kelas XII IPA MA NWDI Pringgasela.
3. Pemecahan masalah matematika
Pada hakikatnya masalah merupakan kendala yang dialami dalam menyelesaikan suatu persoalan akan tetapi harus di pecahkan untuk mendapatkan penyelesaian. Menurut Noviani, masalah merupakan suatu pekerjaan dimana seorang individu yang mengalaminya merasakan kebutuhan untuk menyelesaikan atau ingin menyelesaikannya, namun tidak memiliki cara untuk menyelesaikannya.28
Sedangkan pemecahan masalah didefinisikan sebagai suatu proses pencarian jalan keluar dari kesulitan atau rintangan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pemecahan masalah juga disebut sebagai proses penerimaan masalah sebagai tantangan untuk menyelesaikannya. Menurut Cooney, pemecahan masalah adalah suatu proses menerima masalah dan berusaha menyelesaikannya.
Menurut Soedjadi, melalui kegiatan pemecahan masalah diharapkan dapat memantapkan pemahaman matematika siswa.
Serta dikatakan pula bahwa kemampuan pemecahan masalah perlu menjadi perhatian utama dalam pembelajaran matematika.29
Secara umum tujuan akhir dari pembelajaran bukan hanya memahami dan menguasai apa yang dipelajari akan tetapi juga untuk menghasilkan peserta didik yang kreatif dan mempunyai keterampilan dalam memecahkan permasalahan yang terjadi selanjutnya. Oleh karena itu penting bagi siswa menguasai pemecahan masalah. Karena Pemecahan masalah merupakan suatu metode pembelajaran dimana siswa dilatih untuk menyelesaikan persoalan yang diberikan oleh guru. Dalam pembelajar
28 Nurhayati dkk, “Analisis Pemecahan Masalah Berdasarkan Teori Pemrosesan Informasi”, Jurnal Ilmiah Dikdaya, Vol. 10, Nomor 2, September 2020, hlm. 137.
29 Herry Agus Susanto, Pemahaman Pemecahan Masalah Berdasarkan Gaya Kognitif, (Yogyakarta: Deepublish, 2015), cet. ke-1. hlm.19.
16
matematika, pemecahan masalah disebut sebagai inti dalam pembelajaran yang merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki dalam proses pembelajaran.30
Pentingnya pemecahan masalah matematika dalam kehidupan yang semakin kompleks mendorong para pendidik untuk bekerja keras dalam membantu anak-anak muda berbakat untuk menjadi pemecah masalah yang handal. Untuk mengembangkan kemampuan komunikasi matematis dalam pemecahan masalah seseorang, tentunya latihan berpikir secara matematis tidaklah cukup, melainkan perlu diimbangi dengan rasa percaya diri melalui proses pemecahan masalah. Sehingga memiliki kesiapan yang matang dalam menghadapi tantangan pada kehidupan yang nyata.
Dengan mengajarkan siswa untuk menyelesaikan masalah memungkinkan siswa untuk dapat berpikir lebih analitis dalam kehidupan sehari-hari. Jika siswa diajarkan tentang cara menyelesaikan suatu permasalahan maka siswa itu akan mampu mengumpulkan informasi yang relevan, menganalisis informasi, dan menyadari betapa pentingnya meneliti kembali hasil yang diperoleh.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan pemecahan masalah matematika adalah sekumpulan atau suatu rangkaian kegiatan untuk menyelesaikan permasalahan matematika dimana tidak ada algoritma atau prosedur rutin yang digunakan secara langsung untuk menyelesaikannya.
4. Gaya Kognitif
a. Pengertian Gaya Kognitif
Setiap individu memiliki karakteristik yang berbeda- beda. Namun perbedaan ini bukan merupakan suatu tingkat kemampuan seseorang melainkan suatu bentuk kemampuan individu untuk tanggap terhadap stimulus yang ada di lingkungannya. Oleh karena itu gaya kognitif merupakan cara
30 Wahyu Hidayat dan Ratna Sariningsih, “Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis dan Adversity Quotient Siswa SMP Melalui Pembelajaran Open Ended”, JNPM, Vol. 2, Nomor 1, Maret 2018, hlm. 110.
17
seseorang dalam menerima, mengingat dan mengelola informasi untuk menanggapi suatu tugas atau lingkungan.
Diana Anggrayni dkk, mengatakan bahwa gaya kognitif merupakan cara seseorang yang khas dalam mengelola informasi, mengamati, berpikir, memecahkan masalah dan mengingat.31 Menurut Usodo dalam Dwi Anggraeni dkk, menyatakan bahwa gaya kognitif merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi individu dalam memecahkan masalah matematika.32 Sedangkan Menurut Messick, gaya kognitif merupakan sikap stabil, pilihan dalam menentukan strategi kebiasaan seseorang memahami cara-cara yang khas, berpikir, mengingat dan pemecahan masalah.33
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dalam penelitian ini peneliti menyimpulkan bahwa gaya kognitif merupakan cara seseorang yang khas dalam memproses, menyimpan, mengamati serta mengelola berbagai jenis informasi.
b. Jenis-jenis gaya kognitif
Berdasarkan psikologis, gaya kognitif dikategorikan ke dalam dua bagaian yaitu gaya kognitif field dependent (FD) dan gaya kognitif field independent (FI).
Nasution dalam Synthia Hotnida Haloho membagi jenis gaya kognitif lebih spesifik yang kaitannya dengan pembelajaran yaitu:
1) Field Dependent (FD) – Field Independent (FI)
Peserta didik yang field dependent sangat dipengaruhi oleh lingkungan atau bergantung pada lingkungan, sedangkan field independent tidak atau kurang dipengaruhi oleh lingkungan.
2) Implusif – Reflektif
Orang yang implusif mengambil keputusan cepat tanpa memikirkan secara mendalam, sebaliknya orang
31 Diana Anggrayni dkk, “Analisis Epistemic Cognition Siswa Dalam Pemecahan Masalah Matematika Ditinjau Dari Gaya Kognitif Materi Teori Peluang”, JPM, Vol. 05, Nomor 01, Maret 2021, hlm. 831.
32 Dwi Anggraeni dkk, “Analisis Pemahaman Konsep Matematis Siswa Berdasarkan Teori Van Hiele Ditinjau Dari Gaya Kognitif Field Independent dan Field Dependent”, JMPM, Vol. 3, Nomor 5, September 2021, hlm. 430.
33 Herry Agus Susanto, Pemahaman…, hlm. 35
18
yang reflektif mempertimbangkan segala alternatif sebelum mengambil keputusan dalam situasi yang tidak mempunyai penyelesaian yang mudah.34
3) Perseptif – Reseptif
Orang yang perseptif dalam mengumpulkan informasi mencoba mengadakan organisasi dalam hal-hal yang diterimanya, ia menyaring informasi yang masuk dan memperhatikan hubungan-hubungan diantaranya. Orang yang reseptif lebih memperhatikan detail atau perinci dan tidak berusaha untuk membulatkan informasi yang satu dengan yang lain.
4) Sistematis – Intuitif
Orang yang sistematis mencoba melihat struktur suatu masalah dan bekerja sistematis dengan data atau informasi untuk memecahkan suatu persoalan, sedangkan orang intuitif langsung mengemukakan jawaban tertentu menggunakan informasi sistematis.35
Dari berbagai jenis gaya kognitif di atas, gaya kognitif Field dependent (FD) dan field independent menjadi fokus dalam penelitian ini. Alasan peneliti memilih gaya kognitif tersebut karena gaya kognitif FD dan FI mencerminkan tentang analisis seseorang yang berinteraksi dengan lingkungan ataupun tugas. Hal ini sesuai dengan tujuan penelitian ini yang akan mendeskripsikan bagaimana kesulitan siswa dalam memecahkan masalah matematika.
Witkin mengatakan bahwa gaya kognitif field independent adalah tipe gaya kognitif yang dimiliki individu bersifat analitik. Maksudnya siswa yang memisahkan lingkungan dengan komponen-komponennya atau kurang dipengaruhi oleh lingkungan. Sebaliknya gaya kognitif field dependent adalah tipe gaya kognitif yang dimiliki individu yang cenderung berpikir global. Maksudnya individu yang
34 Synthia Hotnida Haloho, “Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Ditinjau Dari Gaya Kognitif Pada Model Pembelajaran Missouri Mathematics Project”, (Skripsi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, UNNES, 2016), hlm. 29.
35 Ibid, hlm. 30.
19
memfokuskan pada lingkungan secara keseluruhan atau individu yang mudah dipengaruhi oleh lingkungan.36
Witkin dalam Mukminah membedakan karakteristik individu yang memiliki gaya kognitif field dependent dan field independent sebagai berikut.37
Tabel 1.2
Karakteristik Individu Field Independent dan Field Dependent
No Field Dependent Field Independent 1. Cenderung
berpikir global.
Memiliki kemampuan dalam menganalisis untuk memisahkan objek dari lingkungannya.
2. Cenderung
menerima struktur yang sudah ada.
Memiliki kemampuan
mengorganisasikan objek-objek.
3. Memiliki
orientasi rasional.
Memiliki orientasi impersonal.
4. Cenderung
mengikuti tujuan yang sudah ada.
Cenderung mengidentifikasi tujuan sendiri.
5. Cenderung
memilih profesi yang menekankan keterampilan sosial.
Cenderung memilih profesi yang bersifat individual.
6. Cenderung
bekerja dengan motivasi
eksternal.
Cenderung analitik dan motivasinya bergantung pada motivasi internal.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dalam penelitian ini peneliti menyimpilkan bahwa karakteristik individu yang
36 Herry Agus Susanto, Pemahaman…, hlm. 37.
37 Mukminah, “Analisis Number Sense Siswa MTS Nurul Hakim Kelas VII Ditinjau Dari Gaya Kognitif Tipe Field Dependent dan Field Independent”, (Skripsi, FTK, Universitas Islam Negeri Mataram, Mataram 2019), hlm. 24.
20
memiliki gaya kognitif field dependent cenderung merespon stimulus menggunakan lingkungan sebagai dasar prsepsinya dan memandang suatu pola sebagai keseluruhan, memandang objek dan lingkungan sebagai satu kesatuan. Sebaliknya karakteristik individu yang memiliki gaya kognitif field independent cenderung merespon stimulus dengan prsepsinya sendiri, lebih analitis, dan menganalisis pola berdasarkan komponennya.
c. Pengukuran Gaya Kognitif
Untuk mengklasifikasikan gaya kognitif yang dimiliki peserta didik ke dalam gaya kognitif field independent dan field dependent digunakan tes standar gaya kognitif yaitu GEFT (Group Embedded Figure Test) yang dikembangkan oleh Witkin dan kawan-kawan. Tes GEFT terdiri dari 25 gambar rumit dan gambar sederhana yang terbagi menjadi tiga bagian yaitu bagian pertama terdiri dari 7 gambar, bagian dua dan tiga masing-masing terdiri dari 9 gambar. Waktu yang telah disiapkan untuk mengerjakan tes pada penelitian ini maksimal 20 menit. Adapun skor yang dihitung adalah hanya pada bagian dua dan tiga dengan setiap jawaban benar diberikan skor 1, sedangkan untuk jawaban yang salah diberi skor 0 sehingga skor berkisar antara 0 sampai 18.38
Untuk menggolongkan subjek ke dalam kelompok gaya kognitif FI dan FD dilihat berdasarkan skor yang diperoleh subjek tersebut. Skor antara 12-18 dikategorikan sebagai kelompok gaya kognitif FI, sedangkan skor antara 0-11 dikategorikan ke dalam kelompok gaya kognitif FD.39
5. Materi Dimensi Tiga
Penelitian ini akan mengkaji materi dimensi tiga yaitu terkait dengan materi jarak dalam ruang dimensi tiga yang meliputi: jarak
38 Risnawati, “Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Ditinjau Dari Gaya Kognitif Siswa”, (Skripsi, FTK, Universitas Islam Negeri Mataram, Mataram, 2018), hlm. 37.
39 Mohammad Khotib dan Rasoul Mohammad Hosseinpur, “On The Validity Of The Group Embedded Figure Test (GEFT)”, Jurnal Of Language Teaching and Research, Vol. 2, Nomor 3, 2011, hlm.641.
21
antara dua titik, jarak antara titik dan garis, jarak antara dua garis, jarak antara garis dan bidang, dan jarak antara dua bidang.
a. Kedudukan Titik, Garis dan Bidang Dalam Ruang Dimensi Tiga
1) Kedudukan Titik Terhadap Garis dan Titik Terhadap Bidang
a) Kedudukan Titik Terhadap Garis
Kedudukan titik terhadap garis terbagi menjadi dua, yaitu:
(1) Titik Terletak Pada Garis
Suatu titik dikatakan terletak pada garis apabila titik tersebut dapat dilalui oleh garis.
Contoh:
𝑔
● k Gambar 1.1
Titik 𝑔 Terletak Pada Garis k (2) Titik Terletak di Luar Garis
Suatu titik dikatakan terletak di luar garis apabila titik tersebut tidak dapat dilalui oleh garis.
Contoh:
Gambar 1.2
Titik Q Terletak Di Luar Garis k b) Kedudukan Titik Terhadap Bidang
Kedudukan titik terhadap bidang terbagi menjadi dua yaitu:
(1) Titik Terletak Pada Bidang
Suatu titik dikatakan terletak pada bidang apabila titik tersebut dilalui oleh bidang.
Contoh:
Gambar 1.3
Titik A Terletak Pada Bidang G
●A G
k
●Q
22
(2) Titik Terletak di Luar Bidang
Suatu titik dikatakan terletak di luar bidang apabila titik tersebut tidak dilalui oleh bidang Contoh:
Gambar 1.4
Titik B Terletak Di Luar Bidang G 2) Kedudukan Dua Garis dan Kedudukan Garis Terhadap
Bidang
a) Kedudukan Dua Garis
Kedudukan dua buah garis terbagi menjadi empat yaitu:
(1) Dua Garis Berpotongan
Dua buah garis dikatakan berpotongan apabila dua garis tersebut sebidang dan memiliki titik potong.
Contoh:
Gambar 1.5
Garis A Berpotongan Dengan Garis B (2) Dua Garis Berimpit
Dua garis dikatakan berimpit ketika dua garis tersebut terletak pada satu garis lurus sehingga hanya terlihat sebagai satu garis lurus.
Contoh:
Gambar 1.6
Garis A Berimpit Dengan Garis B G
●B
A B
A, B
23 (3) Dua Garis Sejajar
Dua garis dikatakan sejajar apabila dua garis tersebut terletak pada satu bidang yang jarak antaranya sama sehingga tidak berpotongan.
Contoh:
Gambar 1.7
Garis k Sejajar Dengan Garis l (4) Dua Garis Bersilangan
Dua garis dikatakan bersilangan apabila dua garis tersebut tidak terletak pada satu bidang.
Contoh:
Gambar 1.8
Garis m Bersilangan Dengan Garis l b) Kedudukan Garis Terhadap Bidang
Kedudukan garis terhadap bidang terbagi menjadi tiga, yaitu:
(1) Garis Terletak Pada Bidang
Sebuah garis dikatakan terletak apada bidang apabila setiap titik pada garis tersebut juga terletak pada bidang.
Contoh:
Gambar 1.9
Garis l Terletak Pada Bidang k k
l
m
l
l k
24 (2) Garis Sejajar Bidang
Sebuah garis dikatakan sejajar bidang apabila garis dan bidang tidak mempunyai satupun titik persekutuan.
Contoh:
Gambar 1.10 Garis k Sejajar Bidang h (3) Garis Memotong Bidang
Sebuah garis dikatakan memotong (menenmbus) bidang dan bidang memiliki satu titik potong atau titik tembus.
Contoh:
Gambar 1.11
Garis k Memotong Bidang H Pada Titik A 3) Kedudukan Dua Bidang
Kedudukan dua bidang tebagi menjadi tiga, yaitu:
a) Dua Bidang Berimpit
Dua bidang dikatakan berimpit apabila setiap titik terletak pada kedua bidang.
Contoh:
Gambar 1.12
Bidang ABCD Berimpit Dengan Bidang CDAB.
b) Dua Bidang Sejajar
Dua bidang dikatakan sejajar apabila kedua bidang tersebut tidak memiliki satupun titik
k
h
●A k
H
D
A B
C G H
E F
25
persekutuan. Contohnya dapat dilihat pada gambar 1.12. yaitu bidang ADEH sejajar dengan bidang BCFG.
c) Dua Bidang Berpotongan
Dua bidang dapat dikatakan berpotongan apabila kedua bidang tersebut memiliki sebuah garis persekutuan. Contohnya dapat dilihat pada gambar 1.12. yaitu bidang ABCD berpotongan dengan bidang CDGH.
b. Jarak Dari Titik ke Garis dan dari Titik ke Bidang Dalam Dimensi Tiga
1) Jarak Antara Dua Titik
Jarak antara dua titik adalah panjang ruas garis yang menghubungkan kedua titik tersebut. Jadi agar dapat menentukan jarak titik A ke titik B di dalam suatu ruang yaitu dengan menghubungkan titik A dan titik B dengan ruas garis AB. Dimana panjang ruas garis AB adalah jarak titik A ke titik B.
Misal diketahui sebuah kubus ABCD.EFGH. Akan ditentukan jarak dari titik A ke titik F. Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar berikut:
Gambar. 1.13 Jarak Titik A Ke Titik F
Jarak titik A ke titik F adalah panjang garis AF.
Dengan memperhatikan segitiga ABF, maka dapat kita tentukan panjang garis AF. Diketahui bahwa segitiga ABF adalah segitiga siku-siku di B, sehingga berlaku Teorema Phytagoras:
√
A B
C G H
E F D
26 2) Jarak Titik ke Garis
Jarak antara titk A dan garis g dengan A tidak terletak pada garis g adalah panjang ruas garis yang ditarik dari titik A dan tegak lurus terhadap garis g.
Langkah-langkah untuk menentukan jarak titik A ke garis g (titik A tidak terletak pada garis g) yaitu sebagai berikut:
a) Membuat garis AP yang tegak lurus dengan garis g melalui titik A
b) Garis AP memotong garis g di titik A
c) Panjang ruas garis AP merupakan jarak titik A ke garis g
Misalkan diketahui sebuah kubus PQRS.TUVW, maka dapat kita tentukan jarak dari titik V ke garis QW.
Gambar 1.14
Jarak Titik V Ke Garis QW Perhatikan Gambar 1.14.
Jarak titik V ke garis QW adalah panjang garis VX, dengan X adalah titik pada garis QW sedemikian sehingga garis VX tegak lurus dengan garis QW. Dengan memperhatikan segitiga QVW, kita dapat menentukan panjang garis QW. Segitiga QVW adalah segitiga siku-siku di V, sehingga berlaku Teorema Phytagoras.
√
Selanjutnya kita dapat menentukan luas segitiga QVW dengan dua cara yaitu:
a) Menggunakan alas segitiga QVW yaitu QV dan tingginya yaitu VW, maka berlaku
S
P Q
R V W
T X U
27
b) Menggunakan alas segitiga QVW yaitu QW dan tingginya yaitu VX, maka berlaku
Karena QV,VW, dan QW telah diketahui, maka panjang VX dapat ditentukan dengan menyamadengankan (i) dan(ii).
3) Jarak Titik ke Bidang
Jika sebuah titik berada di luar bidang, maka ada jarak antara titik ke bidang itu. Untuk mencari jarak titik A ke bidang dapat dicari menggunakan langkah-langkah berikut:
a) Membuat garis g melalui titik A dan tegak lurus bidang b) Garis g menembus bidang di titik Q
c) Ruas garis AQ merupakan jarak titik A ke bidang yang diminta.
Misal diketahui sebuah balok ABCD.EFGH, maka dapat ditentukan jarak dari titik A ke bidang BDFH. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 1.15
Jarak Titik A Ke Bidang BDFH
Jarak titik A ke bidang BDFH adalah panjang garis AO, dengan O adalah titik pada bidang BDFH sedemikian sehingga AO tegak lurus dengan bidang ABD. Dengan memperhatikan segitiga ABD, maka kita dapat menentukan panjang garis BD. Segitiga ABD adalah segitiga siku-siku di A, sehingga berlaku Teorema Phytagoras.
√
A B
C D O
E F
G H
28
Selanjutnya dapat ditentukan luas segitiga ABD dengan dua cara, yaitu:
a) Menggunakan alas segitiga ABD yaitu AB dan tingginya yaitu AD, maka berlaku
b) Menggunakan alas segitiga ABD yaitu BD dan tingginya yaitu AO, maka berlaku
Karena panjang AB, AD dan BD telah diketahui, maka panjang AO dapat ditentukan dengan menyamadengankan (iii) dan (iv).
G. Metode Penelitian
1. Pendekatan penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif jenis deskriptif. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif karena data yang dihasilkan adalah berupa deskripsi kata-kata tertulis tentang kesulitan siswa dalam pemecahan masalah matematika ditinjau dari gaya kognitif. Hal ini sesuai dengan pendapat menurut Moleong dalam Sandu Siyoto dan M. Ali Sodik yang mengatakan bahwa sumber data penelitian kualitatif adalah tampilan berupa kata-kata lisan atau tulisan yang dicermati oleh peneliti dan benda-benda yang diamati sampai detailnya agar dapat ditangkap makna yang tersirat dalam benda atau dokumennya.40 2. Kehadiran peneliti
Kehadiran peneliti sangat berperan penting dalam sebuah penelitian, karena peneliti merupakan instrumen utama dalam penelitian ini. Peneliti mencari dan mengumpulkan data langsung dari sumber data. Sebagai instrumen utama peneliti akan berinteraksi langsung dengan subjek penelitian. Kemampuan peneliti mencari informasi secara mendalam akan sangat bermanfaat guna mendapatkan data yang dibutuhkan.
40 Sandu Siyoto dan M. Ali Sodik, Dasar Metodologi Penelitian, (Yogyakarta:
Literasi Media Publishing, 2015), cet. ke-1, hlm. 28.
29 3. Lokasi penelitian
Penelitian ini berlokasi di MA NWDI Pringgasela, yang lokasinya terletak di Jln. Pendidikan No.42/C. Pringgasela Kabupaten Lombok Timur kode pos 83660. Adapun alasan peneliti memilih sekolah tersebut karena masalah penelitian yang peneliti angkat dalam penelitian ini sangat relevan dengan masalah yang dialami siswa di madrasah tersebut.
4. Sumber data
Data penelitian ini adalah mengenai kesulitan siswa dalam memecahkan masalah matematika ditinjau dari gaya kognitif pada materi dimensi tiga. Data dalam penelitian ini bersumber dari hasil tes pemecahan masalah matematika secara tertulis dan hasil wawancara yang dilakukan peneliti terhadap subjek penelitian.
Subjek utama penelitian ini adalah siswa kelas XII IPA MA NWDI Pringgasela yaitu 2 orang siswa yang memiliki gaya kognitif field independent dan 2 orang siswa yang memiliki gaya kognitif field dependent yang mengacu pada hasil tes GEFT.
Pemilihan subjek dalam penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh data sebanyak mungkin dari berbagai sumber. Kriteria subjek penelitian yaitu berdasarkan hasil tes GEFT yang diberikan kepada siswa. Siswa dengan gaya kognitif field dependent dengan skor tes GEFT mendekati 0 dan siswa dengan gaya kognitif field independent dengan skor mendekati 18.
5. Prosedur Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, guna mendapatkan informasi dan data yang akurat. Menurut Sugiyono, tujuan utama dalam sebuah penelitian adalah untuk mendapatkan data.41 Adapun prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu:
a. Tes
Tes diartikan sebagai sejumlah pertanyaan yang membutuhkan jawaban atau sejumlah pertanyaan yang
41 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&N, (Bandung:
Alfabeta, 2013), cet. ke-19, hlm.224.
30
membutuhkan tanggap