BAB III KERANGKA PENELITIAN
3.4 Definisi Operasional
Tabel 6. Definisi Operasional
No. Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
1 Usia Lama hidup responden yang dihitung berdasarkan waktu lahir dan waktu pengambilan data dalam satuan tahun penuh
Wawancara dan Observasi data
rekam medis
Kuesioner Identitas Diri Responden
1. Usia < 45 tahun 2. Usia ≥ 45 tahun
(RISKESDAS, 2013)
Ordinal
2 Jenis Kelamin
Jenis kelamin berdasarkan penampilan fisik pada saat penelitian
Wawancara dan observasi
Kuesioner Identitas Diri Responden
1. Laki-laki 2. Perempuan
Nominal 3 Tingkat
Pendidikan
Jenjang pendidikan formal terkakhir yang diikuti responden sampai tamat
Wawancara Kuesioner Identitas Diri Responden
1. Pendidikan Rendah 2. Pendidikan Tinggi (RISKESDAS, 2013)
Ordinal
4 Status Pekerjaan
Kegiatan atau aktifitas secara rutin yang utama dilakukan oleh responden dalam 1 minggu dan menghasilkan secara
ekonomi dalam 40 jam
Wawancara Kuesioner Identitas Diri Responden
1. Tidak bekerja 2. Bekerja
(RISKESDAS, 2013)
Nominal
5 Riwayat Keturunan Penyakit Hipertensi
Informasi penyakit hipertensi yang diturunkan oleh orang tua kandung responden
Observasi data rekam medis
Kuesioner Identitas Diri Responden
1. Ada 2. Tidak ada (Anggara, 2013)
Ordinal
6 Jenis Hipertensi
Kategori yang diberikan untuk penyakit hipertensi
Observasi data rekam medis
Kuesioner Identitas Diri Responden
1. Primer 2. Sekunder (Diana, 2015)
Nominal
3.4 DEFINISI OPERASIONAL
Tabel 6. Definisi Operasional
No. Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
7 Tekanan Darah
Ukuran tekanan darah yang dihasilkan saat jantung bekerja memompa darah pada dinding arteri untuk mengalirkan darah ke seluruh tubuh (sistolik) dan saat jantung tidak memompa darah (diastolik)
Pemeriksaan oleh perawat
Sphygmomanometer 1. Prahipertensi apabila TDS <140 mmHg atau TDD <90 mmHg 2. Hipertensi apabila TDS ≥140 mmHg atau TDD ≥ 90 mmHg (JNC 7, 2003)
Ordinal
8 Status Gizi
Suatu keadaan gizi responden yang ditentukan melalui pengukuran antropometri gizi yaitu IMT (Indeks Massa Tubuh) yang dihitung berdasarkan rumus berat badan (dalam kilogram) dibagi kuadrat tinggi badan (dalam meter) dan hasilnya dibandingkan dengan Kategori Ambang Batas IMT berdasarkan RISKESDAS, 2013
Pengukuran dan Observasi
- Berat badan menggunakan timbangan injak digital dengan ketelitian 0,1Kg - Tinggi badan menggunakan microtoise dengan ketelitian 0,1cm
1. Tidak Obesitas apabila IMT
< 27 Kg/m2
2. Obesitas apabila IMT ≥ 27,0 Kg/m2
(RISKESDAS, 2013)
Ordinal
3.4 DEFINISI OPERASIONAL
Tabel 6. Definisi Operasional
No. Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
9 Asupan bahan makanan sumber purin
Jumlah total asupan bahan makanan sumber purin yang dikonsumsi sehari dihitung dalam satuan mg/hr
Wawancara Formulir FFQ Semikuantitatif
1. Normal apabila <1000 mg/hr
2. Tinggi apabila total asupan ≥ 1000 mg/hr (Bulan, 2008)
Ordinal
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 JENIS dan DESAIN PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan desain cross sectional yang dilakukan melalui pendekatan kuantitatif serta bertujuan untuk menganalisis hubungan status gizi (IMT) dan asupan bahan makanan sumber purin terhadap tekanan darah pada pasien hipertensi.
4.2 TEMPAT dan WAKTU PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Mitra Kemayoran bagian Poli Jantung pasien rawat jalan pada bulan Maret hingga Mei 2017.
4.3 SUBJEK PENELITIAN 4.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien hipertensi rawat jalan di Poli Jantung Rumah Sakit Mitra Kemayoran baik laki-laki maupun perempuan.
Berdasarkan data rekam medis tahun 2015-2016, secara keseluruhan pasien rawat jalan yang terdiagnosis hipertensi berkisar
±125 orang setiap bulannya dengan prevalensi hipertensi sebesar 14,5%.
4.3.2 Sampel
Pada penelitian ini sampel yang diambil adalah pasien yang masuk ke Rumah Sakit Mitra Kemayoran dengan kriteria sebagai berikut:
a. Kriteria Inklusi adalah kriteria dimana subjek peneliti dapat mewakili dalam sampel peneliti yang memenuhi syarat sebagai sampel atau persyaratan umum yang harus dipenuhi oleh subjek agar dapat diikutkan dalam penelitian.
Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah :
1) Pasien tersebut merupakan pasien rawat jalan Poli Jantung yang menderita hipertensi
2) Tidak ada gangguan fisik
3) Tidak mengalami gangguan dimensia
4) Bersedia menjadi subjek penelitian dan diwawancarai
b. Kriteria Eksklusi adalah kriteria dimana subjek penelitian tidak dapat mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai penelitian.
Kriteria ekslusi pada penelitian ini pasien yang menolak atau tidak mau berpatisipasi dalam penelitian dan mengalami gangguan dimensia.
4.3.3 Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah metode purposive sampling yang merupakan teknik pengambilan sampel yang dilakukan atas dasar pertimbangan peneliti semata yang menganggap bahwa unsur-unsur yang dikehendaki telah ada dalam anggota sampel yang diteliti (Rachmat, 2012). Pada penelitian ini sampel yang diambil adalah semua pasien hipertensi rawat jalan di Poli Jantung Rumah Sakit Mitra Kemayoran yang memenuhi kritreria inklusi.
Berdasarkan dari hasil observasi peneliti dalam 2 bulan, yakni bulan Januari dan Februari 2017 di Poli Jantung Rumah Sakit Mitra Kemayoran didapati rata-rata sebanyak ±30 pasien yang terdiagnosis hipertensi atau sebesar 3,5% (Sumber : rekam medis Rumah Sakit Mitra Kemayoran tahun 2015 -2016). Besarnya sampel dihitung berdasarkan rumus penentuan besar sampel:
= -
=
= 51,9 sampel (dibulatkan menjadi 52 sampel) Keterangan:
n : besar minimal sampel
: tingkat kepercayaan penelitian (95%=1,96) P : proporsi kasus (prevalensi)
d : presisi/ simpangan maksimum terhadap prevalen 1 : nilai maksimum probabilitas
4.4 INSTRUMEN PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan alat ukur untuk mengukur variabel penelitian sebagai berikut:
1) alat ukur standar seperti timbangan injak, microtoise, sphymomagnometer.
2) alat ukur berupa indeks yakni indeks massa tubuh.
3) bebrapa instrumen untuk mengumpulkan data, yaitu formulir kuesioner identitas diri responden, formulir kuesioner data antropometri, formulir kuesioner data tekanan darah, formulir FFQ semikuantitatif, program komputer untuk menganalisis data.
4.5 PROSEDUR PENGUMPULAN DATA
Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian. Penelitian ini melibatkan ahli gizi Rumah Sakit Mitra Kemayoran berjumlah 3 orang dengan latar belakang DIII Gizi. Pengumpulan data ini menggambarkan bagaimana data didapatkan secara detil dan terperinci dengan langkah pengumpulan data sebagai beikut:
a. Data karakteristik responden diperoleh dengan cara wawancara dan observasi dengan bantuan menggunakan formulir kuesioner identitas diri responden.
b. Data pengukuran status gizi diperoleh dengan cara pengukuran langsung (berat badan dan tinggi badan). Berat badan menggunakan timbangan injak digital dengan ketelitian 0,1 Kg sedangkan tinggi badan diukur dengan menggunakan microtoise dengan ketelitian 0,1 cm dan dicatat dalam formulir kuesioner data antropometri.
c. Data pengukuran asupan bahan makanan sumber purin diperoleh dengan cara wawancara dan observasi dengan bantuan menggunakan formulir kuesioner FFQ semikuantitatif responden.
d. Data pengukuran tekanan darah diperoleh dengan cara pengukuran langsung menggunakan Sphygmomanometer dan stetoskop yang dilakukan oleh perawat sebanyak dua kali kemudian dicatat dalam
formulir kuesioner data tekanan darah dengan selang waktu 5 menit setelah pengukuran tekanan darah yang pertama.
e. Data umum lokasi penelitian diperoleh dari buku profil lokasi penelitian.
4.6 ANALISIS DATA
a. Analisis Data Univariat
Analisis data univariat yang sudah diolah, kemudian disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, disertai dengan presentasi dan penjelasannya, meliputi variabel :
1) Data karakteristik pasien meliputi usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status pekerjaan, riwayat keturunan penyakit hipertensi, dan jenis hipertensi.
2) Data pengukuran hasil status gizi (IMT) pasien.
3) Data pengukuran hasil asupan bahan makanan sumber purin pasien.
4) Data pengukuran hasil tekanan darah pasien.
b. Analisis Data Bivariat
Analisis bivariat ini digunakan untuk menganalisis dua variabel yang saling berhubungan antara variabel bebas dan variabel terikat serta untuk membuktikan hasil hipotesis dari variabel peneltian, maka digunakan uji analisis chi square. Analisis data akan dilakukan dengan program komputer. Data bivariat yang diolah meliputi :
a. Hubungan antara status gizi (IMT) terhadap tekanan darah pada pasien hipertensi rawat jalan di Rumah Sakit Mitra Kemayoran tahun 2017.
b. Hubungan antara asupan bahan makanan sumber purin terhadap tekanan darah pada pasien hipertensi rawat jalan di Rumah Sakit Mitra Kemayoran tahun 2017.
4.7 ETIKA PENELITIAN
Dalam penelitian yang dilakukan, peneliti memegang empat prinsip kaidah etika penelitian yaitu menghormati harkat dan martabat manusia, menghormati privasi dan kerahasiaan subjek penelitian, keadilan dan kerugian yang ditimbulkan. Untuk menghindari dampak yang merugikan untuk responden dan masyarakat, peneliti memberikan informed consent. Informed consent merupakan pernyataan responden untuk berpartisipasi dalam
penelitian terebut atau tidak. Hal ini dilakukan setelah responden membaca dan memahami informasi mengenai penelitian yang berada di dalam Informed consent. Responden yang bersedia akan diberikan sebuah sovenir sebagai ucapan terima kasih peneliti dan apabila ada responden yang tidak bersedia maka peneliti tidak akan memaksa responden untuk dijadiakan responden penelitian.
BAB V
HASIL, PEMBAHASAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN
5.1 HASIL
5.1.1 Gambaran Umum RS Mitra Kemayoran
Rumah Sakit Mitra Kemayoran berdiri pada tanggal 8 Januari 1998 dan berlokasi di Jalan HBR Motik (Landas Pacu Timur), Kemayoran, Jakarta Pusat. Rumah sakit yang berada dalam payung Mitra Keluarga ini mempunyai tekad untuk memberikan pelayanan terbaik.
Rumah Sakit Mitra Keluarga-Grup terdiri dari 12 RS yang meliputi Rumah Sakit Mitra Keluarga Bekasi, Rumah Sakit Mitra Kemayoran, Rumah Sakit Mitra Keluarga Surabaya, RS Mitra Keluarga Kelapa Gading, RS Mitra Keluarga Bekasi Timur, RS Mitra Keluarga Depok, Rumah Sakit Mitra Keluarga Tegal, RS Mitra Keluarga Waru, RS Mitra Keluarga Cikarang, RS Mitra Keluarga Cibubur, Rumah Sakit Mitra Keluarga Kenjeran dan RS MItra Keluarga Kalideres.
RS Mitra Kemayoran berhasil mendapatkan sertifikasi ISO 9001 : 2008, dengan akreditasi KARS predikat PARIPURNA dan pada tanggal 19 Desember 2006, mendapatkan piagam penghargaan dari Gubernur Provinsi DKI Jakarta sebagai perusahaan dengan predikat BAIK dalam ketaatan terhadap ketentuan pembuangan limbah cair selama tahun 2005.
Salah satu pelayanan unggulan dari RS Mitra Kemayoran adalah fasilitas Pelayanan Jantung dan Pembuluh darah yang dilengkapi dengan klinik dokter spesialis jantung dewasa, jantung anak, bedah vaskuler dan bedah thorax serta pemeriksaan penunjang meliputi USG jantung (echocardiografi), CT Cardiac/jantung, dan USG doppler.
5.1.2 Analisis Univariat a. Usia
Distribusi frekuensi usia responden dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu kelompok usia < 45 tahun dan kelompok usia ≥ 45 tahun
sehingga distribusi frekuensi usia dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 7. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia di Poli Jantung RS Mitra Kemayoran Jakarta Pusat
Usia n %
Usia <45 tahun 2 3,8 Usia ≥45 tahun 50 96,2
Total 52 100
Berdasarkan tabel 7 di atas, menunjukkan bahwa sebagian besar responden berusia ≥45 tahun sebanyak 50 orang (96,2%) dibandingkan dengan responden yang berusia <45 tahun hanya sebanyak 2 orang (3,8%).
b. Jenis Kelamin
Distribusi frekuensi jenis kelamin dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :
Tabel 8. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin di Poli Jantung RS Mitra Kemayoran Jakarta Pusat
Jenis Kelamin n %
Laki-laki 24 46,2
Perempuan 28 53,8
Total 52 100
Berdasarkan tabel 8 di atas, menunjukkan bahwa responden terbanyak dengan jenis kelamin perempuan sebanyak 28 orang (56%) daripada responden yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 22 orang (44%).
c. Tingkat Pendidikan
Pada penelitian ini, variabel tingkat pendidikan responden dilakukan untuk mengethaui jenjang pendidikan formal terkakhir yang diikuti responden sampai tamat, yang dilihat mulai dari tingkat pendidikan tamat SD sampai dengan tamat PT dan untuk mengetahui distribusi frekuensi dari tingkat pendidikan responden, secara rinci dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 9. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan Responden di Poli Jantung RS Mitra Kemayoran Jakarta Pusat
Pendidikan n %
Tamat SD 5 9,6
Tamat SMP/MTS 2 3,8
Tamat SMA/MA 28 53,8
Tamat D1/D2/D3 2 3,8
Tamat PT 15 28,8
Total 52 100
Berdasarkan tabel 9, dapat dilihat bahwa sebagian besar pendidikan responden adalah tamat SMA/MA sebanyak 28 orang (53,8%), tamat PT sebanyak 15 orang (28,8%), tamat SD sebanyak 5 orang (9,6%) serta tamat SMP/MTS dan tamat D1/D2/D3 masing- masing sebanyak 2 orang (3,8%).
Tingkat pendidikan responden kemudian dibuat menjadi dua kategori yakni kategori pendidikan rendah dan kategori pendidikan tinggi. Kategori pendidikan rendah terdiri dari pendidikan tamat SD dan tamat SMP/MTS sedangkan kategori pendidikan tinggi terdiri dari pendidikan tamat SMA/MA, tamat D1/D2/D3, dan tamat Perguruan Tinggi (PT). Secara rinci dapat dilihat dalam tabel distribusi sebagai berikut :
Tabel 10. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Poli Jantung RS Mitra Kemayoran Jakarta Pusat
Tingkat Pendidikan n % Pendidikan Rendah 35 67,3
Pendidikan Tinggi 17 32,7
Total 52 100
Dapat dilihat pada tabel 10, bahwa sebagian besar tingkat pendidikan responden adalah pendidikan rendah sebanyak 35 orang (67,3%) sedangkan responden yang memiliki pendidikan tinggi sebanyak 17 orang (32,7%).
d. Status Pekerjaan
Pada penelitian ini status pekerjaan dibagi menjadi dua kategori yaitu bekerja dan tidak bekerja. Status bekerja dilihat dari kegiatan atau aktifitas secara rutin yang utama dilakukan oleh responden dalam satu
minggu serta menghasilkan secara ekonomi dalam 40 jam. Sedangkan, responden yang mempunyai status tidak bekerja adalah responden yang tidak melakukan aktifitas rutin dan tidak dapat menghasilkan secara ekonomi. Secara rinci dapat dijelaskan melalui tabel sebagai berikut :
Tabel 11. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Status Pekerjaan di Poli Jantung RS Mitra Kemayoran Jakarta Pusat
Status Pekerjaan n % Tidak Bekerja 27 51,9
Bekerja 25 48,1
Total 52 100
Berdasarkan tabel 11 tersebut, menunjukkan bahwa sebagian besar responden statusnya tidak bekerja sebanyak 27 orang (51,9%) dan 25 orang (48,1%) lainnya statusnya bekerja.
e. Riwayat Keturunan Penyakit Hipertensi
Berikut adalah data tabel distribusi frekuensi mengenai riwayat keturunan penyakit hipertensi responden penelitian :
Tabel 12. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Riwayat Keturunan Penyakit Hipertensi di Poli Jantung RS Mitra Kemayoran Jakarta Pusat
Riwayat Penyakit Hipertensi n %
Ada 31 59,6
Tidak Ada 21 40,4
Total 52 100
Berdasarkan tabel 12, bahwa sebagian besar responden yang ada riwayat penyakit keturunan hipertensi sebanyak 31 orang (59,6%) dan yang tidak memiliki riwayat keturunan penyakit hipertensi ada 21 orang (40,4%).
f. Jenis Hipertensi
Berikut adalah data tabel mengenai jenis hipertensi yang dimiliki responden penelitian :
Tabel 13. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Hipertensi di Poli Jantung RS Mitra Kemayoran Jakarta Pusat
Jenis Hipertensi n %
Hipertensi Primer 25 48,1 Hipertensi Sekunder 27 51,9
Total 52 100
Berdasarkan tabel 13, bahwa sebagian besar responden memiliki jenis hipertensi sekunder sebanyak 27 orang (51,9%) dan jenis hipertensi primer ada sebanyak 25 orang (48,1%).
g. Tekanan Darah
Cara pengukuran tekanan darah pada penelitian ini dilakukan oleh perawat menggunakan Sphygmomanometer. Berikut adalah hasil pengukuran tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik yang telah dilakukan :
Tabel 14. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tekanan Darah Sistolik dan Tekanan Darah Diastolik di Poli Jantung RS Mitra Kemayoran Jakarta Pusat
Hasil Ukur Tekanan Darah
Tekanan Darah Sistolik
Tekanan Darah Diastolik
n % n %
Normal 0 0 0 0
Prahipertensi 16 30,8 8 15,4
Hipertensi derajat 1 24 46,2 16 30,8
Hipertensi derajat 2 12 23,1 28 53,8
Total 52 100 52 100
Berdasarkan tabel 14, menunjukkan bahwa tekanan darah sistolik tertinggi pada hipertensi derajat 1 sebanyak 24 orang (46,2%) sedangkan tekanan darah diastolik tertinggi pada hipertensi derajat 2 sebanyak 28 orang (53,8%).
h. Status Gizi (IMT)
Status gizi berdasarkan IMT untuk Indonesia menurut RISKESDAS (2013) digolongkan menjadi 4 kategori yaitu kurus, normal, berat badan lebih dan obesitas. Penjelasan status gizi responden secara rinci dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :
Tabel 15. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Status Gizi di Poli Jantung RS Mitra Kemayoran Jakarta Pusat
Status Gizi n %
Kurus 0 0
Normal 17 32,7
Berat Badan Lebih 19 36,5
Obesitas 16 30,8
Total 52 100
Setelah dilakukan penelitian, didapati hasil yaitu tidak ada responden yang mempunyai status gizi kurus. Berdasarkan tabel 15,
menunjukkan bahwa sebagian besar responden mempunyai status gizi BB Lebih sebanyak 19 orang (36,5%). Sedangkan, responden dengan status gizi normal sebanyak 17 orang (32,7%) dan responden dengan status gizi obesitas sebanyak 16 orang (30,8%).
i. Asupan Bahan Makanan Sumber Purin
Asupan bahan makanan sumber purin responden dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 16. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Asupan Bahan Makanan Sumber Purin di Poli Jantung RS Mitra Kemayoran Jakarta Pusat
Asupan Bahan Makanan
Sumber Purin n %
Rendah 26 50
Normal 14 26,9
Tinggi 12 23,1
Total 52 100
Berdasarkan tabel 16, dapat dilihat bahwa sebagian besar responden mempunyai asupan bahan makanan sumber purin rendah sebanyak 26 orang (50%), normal sebanyak 14 orang (26,9%) dan tinggi sebanyak 12 orang (23,1%).
5.1.3 Analisis Bivariat
Analisis Bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel terikat (tekanan darah) dengan variabel bebas (status gizi dan asupan bahan makanan sumber purin). Kemudian, untuk membuktikan hipotesis penelitian ini menggunakan uji statistik Chi-square.
a. Hubungan Antara Status Gizi dengan Tekanan Darah
Hubungan antara status gizi dengan tekanan darah responden dijelaskan pada tabel distribusi frekuensi di bawah ini :
Tabel 17. Distribusi Hubungan Status Gizi dengan Tekanan Darah di Poli Jantung RS Mitra Kemayoran Jakarta Pusat
Status Gizi
Tekanan Darah
Total p Value Prahipertensi Hipertensi
n % n % n %
Tidak
obesitas 4 23,5 13 76,5 17 100
0,354
Obesitas 14 40 21 60 35 100
Berdasarkan tabel 17 di atas, dapat dilihat bahwa responden dengan status gizi tidak obesitas mempunyai tekanan darah prahipertensi sebesar 23,5% lebih rendah dibandingkan dengan tekanan darah hipertensi sebesar 76,5%. Sedangkan, responden dengan status gizi obesitas mempunyai tekanan darah prahipertensi sebesar 40% lebih rendah dibandingkan dengan tekanan darah hipertensi sebesar 60%.
Hasil uji chi square yang diperoleh menunjukkan bahwa nilai p > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan signifikan antara status gizi (IMT) dengan tekanan darah pada pasien hipertesi rawat jalan poli jantung RS Mitra Kemayoran.
b. Hubungan Antara Asupan Bahan Makanan Sumber Purin dengan Tekanan Darah
Untuk mengetahui hubungan antara asupan bahan makanan sumber purin dengan tekanan darah responden dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 18. Distribusi Hubungan Asupan Bahan Makanan Sumber Purin dengan Tekanan Darah di Poli Jantung RS Mitra Kemayoran Jakarta Pusat Asupan Bahan
Makanan Sumber Purin
Tekanan Darah
Total p Value Prahipertensi Hipertensi
n % n % n %
Normal 11 27,5 29 72,5 40 100
0,082
Tinggi 7 58,3 5 41,7 12 100
Berdasarkan tabel 18 di atas, dapat dilihat bahwa responden dengan asupan bahan makanan sumber purin yang normal mempunyai tekanan darah prahipertensi sebesar 27,5% lebih rendah dibandingkan dengan tekanan darah hipertensi sebesar 72,5%. Sedangkan, responden dengan asupan bahan makanan sumber purin yang tinggi mempunyai tekanan darah prahipertensi sebesar 58,3% lebih tinggi dibandingkan dengan tekanan darah hipertensi sebesar 41,7%. Hasil uji chi square yang diperoleh menunjukkan bahwa nilai p>0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan signifikan antara asupan bahan makanan sumber purin dengan tekanan darah pada pasien hipertesi rawat jalan poli jantung RS Mitra Kemayoran.
5.2 PEMBAHASAN
5.2.1 Hubungan Antara Status Gizi (IMT) dengan Tekanan Darah
Pada penelitian ini, menunjukkan bahwa ada perbedaan proporsi antara variabel tekanan darah hipertensi dengan status gizi yang tidak obesitas (76,5%) dan obesitas (60%). Namun, hasil uji statistik menyatakan tidak terdapat hubungan signifikan antara status gizi (IMT) dengan tekanan darah dengan nilai p> 0,05. Hal ini sejalan dengan penelitian dari Apriany, dkk (2012) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara IMT dengan tekanan darah. Adanya kemungkinan yang membuat tidak terdapat hubungan antara status gizi (IMT) dengan tekanan darah pada penelitian ini dapat disebabkan oleh faktor lain, yakni faktor karakteristik responden, konsumsi obat antihipertensi, pola hidup sehat, dan asupan makanan sehari-hari yang merupakan variabel tidak diteliti dalam penelitian ini.
Hubungan antara IMT dengan hipertensi telah dibuktikan oleh Anggara dan Prayitno (2013) yang menunjukan bahwa ada hubungan yang bermakna antara IMT dengan hipertensi (p < 0,05). Selain itu, uji statistik indeks massa tubuh dengan tekanan darah sistolik dan diastolik di Poliklinik Hipertensi dan Nefrologi BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado (Greyti, 2014) juga menyebutkan bahwa ada hubungan indeks massa tubuh dengan tekanan darah, terlihat dari nilai dari korelasi Spearman yang menunjukkan bahwa arah korelasi positif dengan kekuatan hubungan lemah.
Seperti yang dijelaskan oleh Ramayulis (2010), hubungan hipertensi dengan berat badan lebih sangat kuat. Makin besar massa tubuh, makin banyak darah yang dibutuhkan untuk menyampaikan oksigen dan makanan ke jaringan tubuh. Artinya volume darah yang beredar di pembuluh darah bertambah sehingga memberi tekanan yang lebih besar pada dinding pembuluh darah arteri.
Faktor lainnya, kebiasaan sering mengkonsumsi lemak jenuh seperti konsumsi gorengan, santan yang pekat, daging sapi, otak, jeroan
erat kaitannya dengan peningkatan berat badan yang terbukti mempunyai faktor resiko berhubungan dengan kejadian hipertensi. (Sheps, 2005) 5.2.2 Hubungan Antara Asupan Bahan Makanan Sumber Purin dengan
Tekanan Darah
Pada penelitian ini, menunjukkan bahwa ada perbedaan proporsi antara variabel tekanan darah hipertensi dengan asupan bahan makanan sumber purin yang normal (72,5%) dan tinggi (41,7%). Namun, hasil uji statistik menyatakan tidak terdapat hubungan signifikan antara asupan bahan makanan sumber purin dengan tekanan darah dengan nilai p> 0,05.
Adanya kemungkinan tidak ada hubungan tersebut disebabkan oleh salah satu faktor variabel antara (hiperuresemia) yang dapat mempengaruhi tekanan darah secara langsung seperti yang telah dijelaskan dalam kerangka teori. Selain itu, faktor resiko seperti karakteristik responden yang tidak dihubungkan dengan tekanan darah juga menjadi salah satu kemungkinan yang mempengaruhi hasil penelitian ini.
Kemungkinan lainnya disebabkan oleh sebagian besar responden mempunyai asupan bahan makanan sumber purin <1000 mg/hr sebanyak 40 orang. Konsumsi purin pada responden <1000 mg/hr kemungkinan disebabkan karena mereka menyadari orang dengan tekanan darah tinggi tidak boleh terlalu banyak mengkonsumsi makanan daging jerohan, seperti babat, usus, hati, dsb.
Menurut asumsi peneliti, responden sudah banyak terpapar mengenai pengetahuan diet makanan untuk orang hipertensi sehingga dapat membantu seorang penderita hipertensi untuk menjaga pola makan agar hipertensi yang diderita tidak semakin parah karena responden pada penelitian ini lebih banyak ditemukan pada kelompok usia ≥ 45 tahun.
Dengan bertambahnya usia maka tingkat pengetahuan akan berkembang sesuai dengan pengetahuan yang didapat menurut Wawan (2010) dan Mubarak (2007) juga menjelaskan bahwa pada dasarnya pengetahuan akan terus bertambah sesuai dengan proses pengalaman manusia yang dialami, sumber informasi baru didapatkan merupakan pengganti pengetahuan