• Tidak ada hasil yang ditemukan

Deskripsi fokus penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

E. Deskripsi fokus penelitian

2) Ketepatan Waktu

Ketepatan waktu pelayanan atau yang sering dikatakan respone timenya adalah bagaimana kecepatan perawat di IGD RSUD H.Padjonga Dg.Ngalle Kabupate Takalar dalam melayani dan menangani pasien yang dihitung sejak pasien datang sampai pasien mendapatkan tindakan awal akibat masalah kesehatan yang di alami.

3) Tanggung Jawab

Tanggung jawab yaitu kejelasan wewenang dan tanggung jawab para rekam medik IGD RSUD H.Padonga Dg.Ngalle Kabupaten Takalar dalam menindak lanjuti sesegera mungkin terhadap keluhan pasien sesuai pada bidangnya masing-masing.

4) Kemudahan dalam pelayanan

Kemudahan dalam mendapatkan pelayanan IGD RSUD H.Padjonga Dg.Ngalle Kabupaten Takalar yaitu adalah akses yang tidak berbelit-belit dengan alur pelayanan yang jelas, tidak membeda-bedakan pelayanan berdasarkan status pasien. misalnya pasien yang masuk jalur UMUM dengan pasien yang masuk jalur BPJS.

5) Kelengkapan

Kelengkapan yaitu menyangkut sarana dan prasarana yang ada di IGD RSUD H.Padjonga Dg.Ngalle Kabupaten Takalar, lengkap dan memadai yang dapat menunjang pemeriksan dan penanganan pasien terhadap penyakitnya. Seperti apa-apa saja kelengkapan fasilitas pelayanan IGD yang

dibutuhkan dan menunjang pemeriksaan awal, mulai dari peralatan medisnya, ruangannya sampai ke tenaga medisnya.

6) Kesopanan dan Keramahan petugas

Kesopanan dan keramahan petugas dengan memberikan pelayanan kepada masyarakat atau pasien secara sopan dan ramah serta saling menghargai dan menghormati, baik kepada pasien, keluarga pasien maupun sesama petugas.

40 A. Waktu dan Lokasi Penelitian

Waktu penelitian yang dibutuhkan pada penelitian ini kurang lebih selama 2 (Dua) bulan, mulai dari 14 April-14 Juni 2022 dan berlokasi di IGD Rumah Sakit Umum Daerah H.Padjonga Dg.Ngalle Kabupaten Takalar. Penelitian ini dilakukan karena permasalahan tentang kurang diterapkannya pelayanan sistem emergency saverity index ketika ada pasien yang emergency di IGD Rumah Sakit H Padjonga Dg.Ngalle Kabupaten Takalar.

B. Jenis dan Tipe Penelitian

1. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif, yaitu jenis penelitian yang berupa mendeskripsikan suatu fenomena/peristiwa yang nyata.

2. Tipe penelitian ini menggunakan termonologi adalah penelitian yang digunakan untuk memahami atau menggambarkan suatu gejala penomena yang terjadi di lapangan mengenai penerapan pelayanan emergency saverity index di IGD RSUD H. Padjonga Dg. Ngalle Kabupaten Takalar

C. Sumber Data

Sumber data pada penelitian ini merupakan subjek di mana data diperoleh untuk memudahkan penggolongan sumber data berdasarkan kebutuhan, maka akan dibagi sebagai berikut:

1. Data Primer

Data primer adalah data yang didapatkan langsung dari informan penelitian, dalam hal ini peneliti mendapatkan data atau informasi langsung dengan menggunakan instrument-instrumen yang telah diterapkan.

Pengumpulan data primer dilakukan dengan melalui observasi, wawancara dan dokumentasi dengan informan penelitian yaitu kepala IGD, Perawat pelaksana dan pasien/keluarganya.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari obyek penelitian, yang terdiri atas struktur organisasi, data kearsipan, dokumen, laporan-laporan serta buku-buku lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini.

D. Informan Penelitian

Teknik penarikan sampel yakni pemilihan informan penelitian secara sengaja oleh peneliti, berdasarkan dibawah ini, informan penelitian dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 2.1. Keadaan Informan Penelitian RSUD H.Padjonga Dg.Ngalle Kabupaten Takalar

NO Nama Infortman Inisial Jabatan Jumlah

1 Dr. Irmastuti, MARSH WS Kepala IGD 1

2 Indrias, S.Kep, Ns I Perawat Pelaksana 1

3 Dg.bella DB Pasien IGD 1

5 Kaharuddin K Keluarga pasien 1

Total Informan 4

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan salah satu unsure penting dalam melakukan suatu penelitian. Teknik yang digunakan dalam menghimpun data yang digunakan dalam menghimpun data yang digunakan dalam penelitian penelitian ini adalah:

a. Observasi

Observasi adalah cara pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan langsung di lapangan mengenai gejala atau fenomena yang diteliti. Pengamatan/observasi adalah suatu proses kompleks yang terdiri dari berbagai proses biologis dan psikologis atau alat pengumpulan data yang dilakukan dengan mengamati dan mencatat secara sistematis gejala- gejala yang diamati dari pengamatan guna memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang masalah

3. Wawancara

Teknik ini digunakan untuk memperoleh sebuah informasi dengan cara bertanya langsung kepada informan. Tipe semi structured yang digunakan yaitu mulanya menanyakan serangkaian pertanyaan yang sudah terstruktur, lalu kemudian satu-persatu diperdalam untuk mengecek pertanyaan lebih lanjut.

4. Dokumentasi

Sedangkan Teknik pengumpulan data yang berupa dokumentasi adalah sumber data dari dokumen-dokumen sebagai laporan tertulis dan peristiwa-peristiwa yang isinya terdiri dari penjelasan-penjelasan dan

pemikiran-pemikiran, peristiwa yang di tulis dengan kesadaran dan kesenjangan untuk menyiapkan dan meneruskan keterangan-keterangan peristiwa. Dokumentasi ini akan digunakan untuk memperoleh data mengenai gambaran umum di IGD RSUD H.Padjonga Dg.Ngalle Kabupaten Takalar.

F. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari wawancara, catatan lapangan, dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori-kategori, menguraikannya ke dalam satuan-satuan, memilih nama-nama yang penting dalam membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami. Penelitian ini menggunakan teknik analisis data dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Reduksi data adalah proses merangkum, memilih hal-hal yang pokok dan fokus pada hal-hal yang penting. Data yang sudah di reduksi akan memberikan gambara yang lebih jelas dan memudahkan bagi peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila dibutuhkan. Reduksi data dilakukan secara terus menerus selama proses penelitian. Kemudian data yang diperoleh dari hasil wawancara lapangan dapat dianalisis melalui tahapan penajaman informasi.

2. Penyajian data adalah penyusunan sekumpulan informasi yang kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan penarikan tindakan.

Penyajian data dilakukan dengan cara mendeskripsikan temuan dalam

wawancara dengan informasi dan menghadirkan dokumen sebagai data pendukung.

3. Penarikan kesimpulan dan melakukan verifikasi yang dilakukan secara terus menerus selama penelitian berlangsung, yaitu sejak pertama memasuki lokasi penelitian dan selama pengumpulan data penelitian berusaha untuk menganalisis dan mencari pola, tema, serta hubungan persamaan. Akan tetapi dengan bertambahnya data melalui verifikasi secara terus menerus, maka akan memperoleh kesimpulan yang bersifat membumi “grounded” dengan kata lainnya setiap kesimpulan senantiasa terus dilakukan verifikasi selama penelitian berlangsung (Sugiyono, 2010).

G. Teknik Pengabsahan Data

Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu:

a. Triangulasi Sumber

Tringulasi sumber dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh dari beberapa sumber. Dalam hal ini penelitian melakukan pengumpulan data dan pengujian data yang telah diperoleh melalui hasil pengamatan, wawancara dan dokumen-dokumen yang ada. Peneliti kemudian membandingkan hasil wawancara dengan dokumen yang ada.

b. Triangulasi Teknik

Triangulasi teknis dilakukan dengan cara mengecek data dari sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Dalam hal ini data diperoleh dengan wawancara, kemudian diperiksa dengan observasi dan dokumen.

Jika ketiga teknik pengujian kredibilitas data menghasilkan data yang berbeda, maka peneliti akan melakukan penelitian lebih lanjut ke sumber data yang relevan atau orang lain untuk memastikan data mana yang dianggap benar atau mungkin semuanya benar karena sudut pandang yang berbeda.

c. Triangulasi Waktu

Triangulasi waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Data yang di kumpulkan dengan teknik wawancara dipagi hari pada saat narasumber masih segar, belum banyak masalah akan memberikan data yang lebih valid sehingga lebih kredibel. Untuk itu dalam rangka pengujian kredibilitas data dapat dilakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara,observasi atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda. Bila hasil uji menghasilkan data yang berbeda maka dilakukan secara berurutan sehingga sampai ditemukan kepastian datanya. Triangulasi dapat juga dilakukan dengan cara mengecek hasil penelitian dari tim peneliti lain yang diberi tugas melakukan pengumpulan data (Sugiyono 2012).

46 A. Deskripsi Objek Penelitian

1. Gambaran Umum IGD RSUD H Padjonga Dg.Ngalle Kabupaten Takalar Sejarah RSUD H Padjonga Dg.Ngalle Kabupaten Takalar H Padjonga Dg.Ngalle lahir ditakalar, Sulawesi selatan adalah seorang pahlawan nasional dan juga seorang karaeng (Kepala pemerintah distrik) pada tahun 1934. Ia turut berjuang dalam membangkitkan semangat rakyat Sulawesi selatan dalam melawan belanda dan sekutu pada saat itu, semasa seperjuangannya, Daeng Ngalle mendirikan laskar gerakan muda bajoang sebagai tempat untuk para pemuda bersenjata dan organisasi itu berada langsung dibawa perintahnya.

Padjonga daeng ngalle Selama menjadi ketua di laskar gerakan muda bajoang, belanda selalu dikalah artiannya tidak pernah memberi celah pada belanda, sewaktu melawan belanda, padjonga daeng ngalle menjadikan daerah polongbangkeng sebagai pusat pergerakan.

Berkat jasa-jasanya, padjonga daeng ngalle ditetapkan sebagai pahlawan nasional oleh presiden susilo bambang yudhoyono, padjonga daeng ngalle juga diabadikan menjadi patung dikabupaten takalar, patung itu terletak tepatnya di RSUD kabupaten takalar, maka dari itu pemerintah menetapkan rumah sakit itu bernamakan RSUD H Padjonga Dg.Ngalle karna atas berkat jasa-jasanya, keberaniannya serta tanah kelahirannya yang berada di kabupaten takalar.

IGD Rumah Sakit Umum Daerah H. Padjonga Dg.Ngalle Kabupaten Takalar adalah Rumah Sakit umum tipe C yang terletak di pusat kota takalar milik pemerintah Kabupaten Takalar. Di dirikan pada tahun 1981.

2. Letak Geografis

IGD RSUD Takalar terletak kurang lebih 40 km dari Ibu kota provinsi Sulawesi selatan, Makassar dan berbatasan dengan Kabupaten Gowa dan kabupaten je’neponto. Rumah sakit umum daerah (RSUD) Kabupaten Takalar adalah merupakan bagian integral dari pembangunan yang dilaksanakan pemerintah Kabupaten Takalar tentunya dituntut kemampuannya dalam hal memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas bagi masyarakat, bukan saja yang berdomisili di Kabupaten Takalar, tetapi juga memberikan pelayanan bagi masyarakat yang berdomisili di daerah lain.

Batas-batas wilayah IGD RSUD H Padjonga Dg.Ngalle:

Utara : Kabupaten gowa

Selatan : Kecamatan polongbangkeng selatan Timur : Kabupaten je’neponto

Barat : Kecamatan galesong

3. Visi dan Misi Rumah Sakit Umum Daerah H.Padjongan Dg.Ngalle Kabupaten Takalar

Visi yang berkembang di Rumah sakit umum daerah H.Padjonga Dg.Ngalle Kabupaten Takalar yakni terwujudnya RSUD H.Padjonga Dg.Ngalle Kabupaten Takalar agar dapat menjadi Rumah Sakit dengan pelayanan kesehatan terbaik dikelasnya tahun 2022.

Sementara Rumah sakit umum daerah H.Padjongan Dg.Ngalle Kabupaten Takalar mengemban Misi yang memberikan pelayanan yang berkualitas dan terjangkau dan didukung dengan meningkatnya kualitas SDM yang maju, unggul, sejahtera dan bermartabak serta meningkatnya saranan dan prasarana sesuai standar Rumah sakit.

Selain Visi dan Misi RSUD H.Pajonga Dg.Ngalle Kabupaten Takalar juga memegang Motto yakni kepercayaan anda adalah semangat kerja kami.

4. Sumber Daya Manusia

IGD Rumah Sakit Umum H.Padjonga Dg.Ngalle sekarang ini telah memiliki SDM yang memadai untuk memberikan pelayanan kepada pasien dan telah ada standarisasi pelayanan kesehatan yang meningkatkan kinerja Rumah Sakit. Adapun sumber daya manusia yang dimiliki IGD RSUD H.padjonga Dg.Ngalle Kabupaten Takalar yaitu pada tabel berikut:

Tabel 2.2 Jumlah sumber daya manusia IGD RSUD H. Padjonga Dg.Ngalle Kabupaten Takalar

NO SUMBER DAYA MANUSIA PNS SUKARELA

1 Kepala IGD 1 0

2 Dokter Umum IGD 4 3

3 Perawat Pelaksana IGD 6 22

4 Tenaga Administrasi 2 1

Jumlah 13 26

Sumber: IGD RSUD H.Padjonga Dg.Ngalle 2022.

5. Sarana dan Prasarana

IGD RSUD H.Padjonga Dg.Ngalle Kabupaten Takalar menyadari bahwa faktor lain yang tak kalah pentingnya dalam meningkatkan pelayanan agar dapat memenuhi kebutuhan adalah meningkatkan sarana dan prasarana sehingga sumber daya manusia yang ada di IGD RSUD H.Padjonga Dg.Ngalle kabupaten Takalar dapat bekerja secara optimal. Adapun sarana dan prasarana yang dimiliki IGD RSUD H.Padjonga Dg.Ngalle Kabupaten Takalar pada tabel sebagai berikut:

Tabel 2.3 Sarana dan Prasaran IGD RSUD H. Padjonga Dg.Ngalle

Sarana Prasarana

Tensi meter Pengatur suhu tubuh Gedung IGD

Cairan infus Alat monitor Kamar isolasi

Abocat Obat-obatan Ruang observasi anak

Tiang infus Gunting

Selang infus Plester

Spoit/sunti Brangkar

Tabung ogsigen Kursi roda

ECG Ambulance

Sumber: IGD RSUD H. Padjonga Dg.Ngalle

B. Kualitas Penerapan Pelayanan Emergency Saverity Index

Di IGD RSUD H Padjonga Dg.Ngalle Kabupaten Takalar sebagai salah satu instansi pemerintah yang berperan dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan

kepada masyarakat yang dituntut untuk meningkatkan kualitas kinerja atau mutu pelayanannya dalam memenuhi kebutuhan, keinginan dan harapan sehingga memberikan kepuasan kepada masyarakat. bukan hanya yang berdomisili ditakalar saja akan tetapi diluar takalar pun tetap dilayani.

Untuk memberikan sebuah layanan yang baik maka semua elemen pendukung di IGD harus berupaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan jika IGD di RSUD Takalar tidak ingin ditinggalkan oleh masyarakat karna pada hakekatnya kepuasan terkait dengan peningkatan serta pelayanan yang berkualitas, makin baik pelayanan yang diberikan kepada pasien maka makin tinggi pula tingkat kepuasan pasien. Maka dari itu diperlukan beberapa indikator penerapan pelayanan yang berkualitas bagi pasien yaitu:

1. Akurasi pelayanan

Akurasi pelayanan merupakan suatu tindakan atau upaya dalam memenuhui kebutuhan masyarakat baik berupa tindakan penyembuhan, pencegahan, pengobatan dan pemulihan kondisi tubuh. Pelayanan merupakan pemberian layanan atau melayani keperluan pasien atau masyarakat sesuai dengan standar oprasional prosedur yang telah ditetapkan.

Undang-undang republik Indonesia nomor 25 tahun 2009 tentang pelayanan publik mengatakan bahwa negara berkewajiban melayani setiap warga negara dan penduduk untuk memenuhi hak dan kebutuhan dasarnya dalam kerangka pelayanan publik yang merupakan amanat undang-undang dasar negara republik Indonesia tahun 1945.

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala instalasi gawat darurat (IGD) Rumah sakit H.Padjonga Dg.Ngalle mengenai akurasi pelayanan mengatakan bahwa:

”Saya selaku kepala IGD disini selalu mengingatkan kepada anak”

saya/perawat yang bertugas khususnya pada bagian IGD untuk selalu tetap bekerja sesuai dengan standar oprasional prosedur (SOP) yang berlaku, dan setiap pagi sebelum menangani pasien,tidak bosan- bosannya saya selalu sarankan dan ingatkan kepada mereka (perawat) yang bertugas disini agar selalu berdoa’a sebelum menangani pasien, semoga kita selalu dilindungi dalam bekerja dan terhindar dari kesalahan-kesalahan dalam melayani pasien”. (Wawancara DI, 12 Mei 2022)

Berdasarkan hasil wawancara di atas maka dapat disimpulkan bahwa akurasi pelayanan menunjukkan bahwa dalam penangan pasien harus bekerja sesuai dengan SOP yang berlaku dan tetap ingat selalu kepada Allah setiap menangani pasien, semua itu dilakukan agar pasien terhindar dari kesalahan dalam bertindak. Dan hal ini tentu berpengaruh pada kualitas pelayanan yang diterima oleh pasien, dimana proses penanganan dan pelayanan pasien harus berpedoman pada SOP IGD Rumah Sakit Umum Daerah H.Padjonga Dg.Ngalle Kabupaten Takalar. Karna dengan adanya SOP, diharapkan kualitas pekerjaan akan semakin membaik. Penerapan standar ini dapat berfungsi sebagai pedoman untuk mengantisipasi berbagai macam situasi tak terduga yang akan dihadapi oleh para rekam medis sekaligus acuan untuk melaksanakan pekerjaan. Dengan SOP seluruh aktivitas para rekam medis menjadi teratur dan tertib, para rekam medis tahu apa tugasnya, apa yang tidak boleh dilakukan dana pa yang harus dilakukan, dan Pihak rumah sakit dapat mengantisipasi hal tak terduga dalam

menjalankan sebuah amanah termasuk hambatan yang sedang atau akan di alami para rekam medis. Dan salah satu fungsi SOP yaitu untuk mengatur agar tidak ada lagi yang bekerja diluar sistem/aturan. Jadi, bisa disimpulkan bahwa Standar Operasional Prosedur (SOP) adalah suatu panduan atau prosedur kerja sistematis yang bertujuan untuk menciptakan standardisasi guna memudahkan para pegawai dalam menyelesaikan pekerjaan dan meminimalisir dari kesalahan. Begitupun dengan berdo’a sebelum menangani pasien merupakan hal yang penting agar pekerjaan yang dikerjakan mendapat perlindungan dari Allah SWT. Oleh karna itu, jangan sampai lupa untuk mengharapkan dan berdo’a untuk kelancaran dan keberkahan dalam setiap pekerjaan yang dikerjakan. Semua itu sejalan dengan hasil observasi saya mulai dari menindaki pasien yang sesuai dengan alur yang telah ditetapkan berdasarkan SOP IGD seperti petugas IGD nenerima pasien yang datang ke IGD RSUD H.Padjonga Dg.Ngalle Kabupaten Takalar baik pasien rujukan maupun tanpa rujukan dan melakukan triase/memilih pasien berdasarkan tingkat kegawat daruratan pasien, setelah itu dokter jaga melakukan pemeriksaan fisik kepada pasien dan membuat pengantar pemeriksaan laboratorium dan radiologi, setelah bagian laboratorium melakuan pengambilan sampel dan pemeriksaan ronsen dibagian radiologi lalu menyerahkan hasil pemeriksaan ke dokter jaga IGD, setelah itu dokter jaga IGD menjelaskan hasil laboratorium dan radiologi kepada pasien dan keluarga pasien termasuk terapi dan rencana tindakan medis selanjutnya, kemudian keluarga pasien melengkapi status raat inap

dan pasien di transfer ke ruang perawatan. dan begitupun dengan berdo’a sebelum menindaki pasien tak bosan-bosannya petugas selalu mengucapkan basmalah.

Berdasarkan hasil wawancara dengan perawat pelaksana IGD mengenai akurasi pelayanan mengatakan bahwa:

“Kami menindaki pasien sesuai dengan instruksi dokter dan tentunya tidak lepas dari standar operasional prosedur yang ada” (Wawancara I, 12 Mei 2022).

Berdasarkan hasil wawancara di atas dan sejalan dengan observasi saya, maka dapat disimpulakn bahwa akurasi pelayanan sudah sesuai dengan ketentuan yang berlaku, ketentuan yang berlaku yang dimaksud adalah perawat tidak akan berani menindaki pasien tanpa adanya arahan dari dokter. Dalam artiannya perawat menindaki pasien berdasarkan instruksi dokter, karena dokterlah yang menentukan diagnosa awal setiap pasien. Para dokter tanpa bantuan perawat, sebaliknya perawat bekerja harus berdasarkan instruksi dokter karena perawat tidak berwenang untuk menindak secara mandiri kecuali dalam bidang tertentu yang sifatnya umum dan termasuk asuhan perawat, seperti memasangkan infus, memberi obat anti sakit dan tidak lepas dari Standar Operasional Prosedur karna dengan berpatokan pada SOP seluruh aktivitas para rekam medis menjadi teratur dan tertib, para rekam medis tahu apa tugasnya, apa yang tidak boleh dilakukan dan apa yang harus dilakukan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan pasien mengenai akurasi pelayanan yang diberikan mengatakan bahwa:

”Penilaian saya terkait akurasi pelayanan sudah baik, karna sejak saya ditangani sampai sekarang tidak adaji masalah yang saya dapatkan, perawatnya sudah memberikan penanganan dan perawatan yang baik kepada saya” (Wawancara DB, 12 Mei 2022).

Berdasarkan hasil wawancara diatas dan sejalan dengan hasil pengamatan saya dapat disimpulakn bahwa dalam akurasi pelayanan sudah diterapkan sesuai dengan SOP yang berlaku, mulai dari pasien datang dan dilakukan pemeriksaan sampai dengan pasien mendapatkan perawatan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan keluarga pasien mengenai akurasi pelayanan yang diberikan mengatakan bahwa:

“Menurut saya akurasi pelayananya disini sudah cukup baik tidak adaji masalah” (Wawancara K, 09 Mei 2022).

Berdasarkan hasil wawancara di atas dan sejalan dengan hasil pengamatan saya dapat disimpulkan bahwa akurasi pelayanan sudah diterapkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku, yaitu berpedoman dengan SOP semua itu agar terhindar dari kesalahan bertindak dalam menangani dan melayani pasien.

2. Ketepatan Waktu

Ketepatan waktu atau yang sering dikatakan respone time adalah kecepatan penanganan pasien, dihitung sejak pasien datang sampai pasien mendapat tindakan awal akibat masalah kesehatan yang di alami.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia ( PMKRI) Nomor 44 pasal 1 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit mengatakan gawat darurat adalah keadaan klinis pasien yang membutuhkan tindakan medis segera guna penyelamatan nyawa dan pencegahan kecatatan lebih lanjut.

Menurut Kepmenkes tahun 2009 mengenai standar pelayanan minimal Rumah Sakit, waktu tanggap pelayanan dokter di instalasi gawat darurat memiliki dimensi mutu keselamatan dan efektifitas pelayanan. Kecepatan pelayanan dokter di IGD adalah kecepatan pasien dilayani sejak pasien datang sampai mendapat pelayanan dokter (dalam hitungan menit). Dimana waktu tanggap adalah kecepatan dan ketepatan pelayanan yang diterima oleh pasien disuatu rumah sakit yang dapat memberikan keyakinan kepada pasien agar dapat selalu menggunakan jasa layanan di rumah sakit tersebut.

Waktu tanggap tersebut memiliki standar maksimal 5 menit di tiap kasusus.

Waktu tanggap pelayanan perlu diperhitungkan agar terselenggaranya pelayanan yang cepat, responsif dan mampu menyelamatkan pasien gawat darurat.

kecepatan dan ketepatan pertolongan yang diberikan pada pasien yang datang ke IGD memerlukan standar sesuai dengan kompetensi dan kemampuannya sehingga dapat menjamin suatu penanganan gawat darurat dengan response time yang cepat dan penanganan yang tepat.

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala Instalasi gawat darurat (IGD) mengenai ketepatan waktu pelayanan mengatakan bahwa:

“Kalau mengenai ketepatan waktu disini kami cepat melayani, langsung merespon ketika ada pasien yang membutuhkan pertolongan meski tidak memiliki identitas, misalnya orang tabrak lari, kasus yang seperti ini identitasnya kita kasi masuk dulu namanya Mister X atau Nona X, setelah itu kami berikan penanganan sambil kita tunggu cari tau dimana tempat kejadiannya lalu dilapor, karna kami punya grup lakalantas namanya, yang didalam grup tersebut ada polisi, dokter dan perawat, nah ketika ada kejadian seperti itu yang tidak memiliki identitas nah kita lapor di lakalantas nanti kita dibantu polisi cari tau mengenai pasien tersebut. Dan di IGD ada 2 dokter dan 7 perawat

Dokumen terkait