• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembahasan Hasil Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

C. Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala IGD mengatakan Saya selaku kepala IGD disini selalu mengingatkan kepada anak”

saya/perawat yang bertugas khususnya pada bagian IGD untuk selalu tetap bekerja sesuai dengan standar oprasional prosedur (SOP) yang

berlaku, dan setiap pagi sebelum menangani pasien,tidak bosan-bosannya saya selalu sarankan dan ingatkan kepada mereka (perawat) yang bertugas disini agar selalu berdoa’a sebelum menangani pasien, semoga kita selalu dilindungi dalam bekerja dan terhindar dari kesalahan-kesalahan dalam melayani pasien.

Sedangkan perawat pelaksana mengatakan kami menindaki pasien sesuai dengan instruksi dokter dan tentunya tidak lepas dari standar operasional prosedur yang ada.

Dan pasien mengatakan Penilaian saya terkait akurasi pelayanan sudah baik, karna sejak saya ditangani sampai sekarang tidak adaji masalah yang saya dapatkan, perawatnya sudah memberikan penanganan dan perawatan yang baik kepada saya.

Dan keluarga pasien mengatakan menurut saya akurasi pelayananya disini sudah cukup baik

tidak adaji masalah

Sedangkan berdasarkan teori mengatakan akurasi pelayanan adalah cara melayani, membantu, menyiapkan, menyelesaikan keperluan, kebutuhan seseorang atau sekelompok orang dalam artian melakukan pelayanan sesuai dengan SOP IGD, Affrista frisky ayunda (2021).

Berdasarkan teori diatas dan hasil wawancara dari semua informan mengenai akurasi pelayanan terdapat bahwa akurasi pelayanan dalam kategori berkualitas, dapat ditunjukkan dengan cara melayani dan menangani pasien yang tepat sesuai dengan keadaan dan indikasi penyakit

pasien dengan mengikuti SOP yang telah di tetapkan di IGD RSUD H.Padjonga Dg.Ngalle Kabupaten Takalar, rekam medik/petugas IGD baik dokter maupun perawat mampu memberikan pertolongan pertama, menetapkan diaknosis penyakit dan bebas dari kesalahn-kesalahan dalam bertindak.

2. Ketepatan waktu pelayanan

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala IGD mengenai ketepatan waktu penanganan mengatakan, kalau mengenai ketepatan waktu disini kami cepat melayani, langsung merespon ketika ada pasien yang membutuhkan pertolongan meski tidak memiliki identitas, misalnya orang tabrak lari, kasus yang seperti ini identitasnya kita kasi masuk dulu namanya Mister X atau Nona X, setelah itu kami berikan penanganan sambil kita tunggu cari tau dimana tempat kejadiannya lalu dilapor, karna kami punya grup lakalantas namanya, yang didalam grup tersebut ada polisi, dokter dan perawat, nah ketika ada kejadian seperti itu yang tidak memiliki identitas nah kita lapor di lakalantas nanti kita dibantu polisi cari tau mengenai pasien tersebut. Dan di IGD ada 2 dokter dan 7 perawat yang ditugaskan, setiap dokter mempunyai tanggung jawab pada waktu siff sesuai jadwal yang sudah di atur

Sedangkan hasil wawancara dengan perawat IGD mengatakan Kalau mengenai respone time disini kami bekerja sesuai aturan yang telah ditetapkan yaitu kami mengendepankan tindakan dulu ketika ada pasien yang membutuhkan penanganan kami tindaki secepat mungkin tanpa

menunggu lama. Jadi kita saling membagi ada yang tindaki pasiennya ada juga yang urus bagian administrasinya atau tanda registrasi pasien, apa bila ada pasien yang tidak mempunyai keluarga tetap kita tindaki dulu yaitu tindakan OTG atau tindakan kegawatan, setelah datang keluarganya baru kita jelaskan mengenai penyakit serta administrasinya. adapun ketika misalnya ada pasien yang datangnya bersamaan kita memakai sistem triase yaitu kita memprioritaskan yang lebih darurat dulu meski datangnya bersamaan tidak berdasarkan antrian.

Dan hasil wawancara dengan keluarga pasien mengatakan, kalau dari segi ketepatan waktu pelayanannya disini saya belum merasa puas, karna pada saat awal saya kesini saya tidak dilayani dulu dikarnakan BPJS anak saya sudah tidak aktif padahal saya sudah berada dirumah sakit ini dengan keadaan tubuh anak saya yang sudah lemah dan pucat, setidaknya tindaki dululah anak saya sambil saya mencari bantuan dari keluarga.

Sedangkan hasil waancara dengan pasien mengatakan Belum cukup puas, waktu tunggunya lumayan lama ketika belum mendapatkan penanganan/baru sampai di IGD dikarnakan perawatnya cuma sedikit kebanding pasien yang datang. Akan tetapi ketika sudah ditangani, perawat- perawat, dokter-dokternya cepat menindaki ketika ada keluhan yang saya sampaikan.

Dan berdasarkan teori Muwardi dalam arya vermasari dkk (2019) mengatakan salah satu indikator keberhasilan penanggulangan medik penderita gawat darurat adalah kecepatan memberikan pertolongan yang

memadai kepada penderita gawat darurat baik pada keadaan rutin sehari- hari atau sewaktu bencana. Keberhasilan waktu tanggap atau respone time sangat tergantung pada kecepatan penanganan yang diberikan oleh petugas IGD. Pelayanan gawat darurat dikatakan terlambat apabila pelayanan terhadap pasien gawat dan atau darurat dilayani oleh petugas IGD Rumah sakit > 5 menit. Waktu tunggu merupakan suatu hal yang sensitive dan bereiko menyebabkan turunnya mutu pelayanan, menurut standar mutu pelayanan apabila waktu tunggu semakin cepat maka kepuasan pasien semakin baik.

Berdasarkan teori dan hasil dan hasil wawancara dengan informan mengenai ketepatan waktu penanganan di IDG RSUD H.Padjonga Dg.Ngalle Kabupaten Takalar terdapat bahwa dalam indikator ketepatan waktu pelayanan belum termasuk dalam kategori berkualitas, mereka lebih mengendepankan yang namanya administrasi, seperti jaminan pasien dan kartu vaksin. Tidak mengendepankan terlebih dahulu yang namanya tindakan. Sedangkan ditegaskan dalam undang-undang Nomor 36 pasal 32 tahun 2009 tentang kesehatan mengatakan Failitas pelayanan kesehatan, baik pemerintah maupun swasta dilarang menolak dan atau meminta uang muka. Bekerja dengan adanya aturan yang mengatur hal tersebut, maka pelaksanaan tugas akan berjalan dengan baik. dan perawat seharusnya lebih mengendepankan tindakan atau penanganan pasien terlebih dahulu kebanding dengan administrasi karena segala-galanya keselamatanlah yang lebih lebih penting dari pada administrasi. Maka dari

itu kecepatan dan ketepatan waktu serta sistem triase yang diberikan rekam medis kepada pasien akan menentukan keselamatan bagi pasien yang mengalami gawat darurat. Karna keselamatanlah yang lebih penting kebanding administrasi sesuai dengan peraturan menteri kesehatan republik Indonesia (PMKRI).

3. Tanggung jawab

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala IGD mengatakan Petugas yang bertugas disini baik dokter maupun perawat yang melayani pasien setiap waktu memang sudah mempunyai wewenang dan tanggung jawab masing-masing agar tidak terjadinya suatu kekacauan karna semuanya memang sudah di atur sesuai dengan bidangnya masing- masing. Dan untuk menjamin keselamatan pasien, saya selaku kepala IGD selalu arahkan petugas yang bertugas disini terkhususnya diruangan ini IGD agar tetap selalu bekerja sesuai standar operasional prosedur yang ada dirumah sakit ini.

Sedangkan hasil wawancara dengan perawat pelaksana IGD mengatakan Kalau mengenai tanggung jawab disini kita selalu bekerja sesuai pada bidang kita masing-masing dalam melayani pasien, ada yang bertanggung jawab pada bagian administrasi, ada yang bertugas pada bagian pemeriksaan awal, serta ada yang bertugas pada bagian yang menindaki. Jadi kita bekerja sesuai pada bidang kita masing-masing berdasarkan kemampuan dan bekerja berdasarkan aturan yang berlaku.

Adapun hasil wawancara dengan pasien mengatakan Perawat- perawat disini dan dokter dokternya sudah memberikan pelayanan dengan baik kepada saya, bertanggung jawab ketika ada keluhan yang saya rasakan

Dan hasil wawancara dengan keluarga pasien mengatakan petugasnya disini sudah bertanggung jawabji setiap ada rasa sakit yang anak saya sampaikan keperawatnya, anak saya langsung ditangani, dan perawatnya selalu mengontrol dan menanyakan mengenai penyakitnya”

Sedangkan berdasarkan teori Yunita gobel (2018) mengatakan tanggung jawab yaitu kejelasan wewenang dan tanggung jawab dalam penyelenggaraan dan penyeleaian pelayanan dengan menindaklanjuti sesegera mungkin terhadap keluhan pasien. Dewi harmoni (2022) mengatakan Rumah sakit sebagai organisasi badan usaha dibidang kesehatan mempunyai peranan penting dalam mewujudkan derajat kesehatan masyarakat secara optimal. Oleh karna itu rumah sakit dituntut agar mengelola kegiatannya dengan mengutamakan pada tanggung jawab dibidang kesehatan, khususnya tenaga medis dan tenaga keperawatan dalam menjalankan tugas dan wewenangnya serta mempunyai keahlian atau kompetensi dalam hal penanganan gawat darurat baik itu dokter umum maupun dokter spesialis emergency dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dan berdasarkan UU No.44 Tahun 2009 tentang Rumah sakit, yang mentukan bahwa rumah sakit bertanggung jawab secara hukum terhadap semua kerugian yang ditimbulkan atas kelalaian

tenaga kesehatan dirumah sakit apabila terjadi kelalaian tenaga kesehatan yang menimbulkan kerugian terhadap pasien.

Berdasarkan teori dan hasil wawancara dengan informan mengenai tanggung jawab di IGD RSUD H.Padjonga Dg.Ngalle Kabupaten Takalar terdapat bahwa Pada indikator tanggung sudah termasuk dalam kategori berkualitas karna sudah ada jaminan keamanan dan keselamatan pasien, Ini dapat dilihat dari proses dalam melayani pasien, dimana pada saat pasien masuk ke ruangan Instalasi Gawat Darurat (IGD) dengan cepat perawat dan dokter langsung menanyakan mengenai keluhan, memeriksa identitas dan mencocokkan dengan rekam medik/perawat serta fasilitas sesuai index penyakit pasien, agar pasien terhindar dari resiko kesalahan dalam bertindak yang dapat mengancam keselamatan bagi pasien, dan setiap alur sudah ada penanggung jawabnya sesuai pada bidangnya masing, baik keamanan, administrasi, maupun yang menangani pasien, dan kelengkapan STR serta BTCLS perawat IGD RSUD H.Padjonga Dg.Ngalle sudah lengkap bahwasanya petugas telah dinyatakan mampu secara keilmuan dan memiliki tanggung jawab untuk melakukan tindakan terhadap pasien sesuai dengan pengetahuan dan kompetensi mereka.

4. Kemudahan dalam pelayanan

Hasil dari wawancara dengan kepala IGD mengatakan, berdasarkan pantauan saya, kemudahan dalam mendapatkan pelayana di IGD rumah sakit ini semuanya sudah sesuai alur yang sudah ditetapkan dan diterapkan oleh perawat di rumah sakit ini, dalam artian pelayanannya kita tidak

membedakan pasien umum dan pasien BPJS, semuanya diberikan pelayanan yang sama, yang membedakan hanya administrasinya ada yang membayar tunai (umum) dan ada yang ditanggung BPJS.

Perawat pelaksana IGD mengatakan kemudahan dalam mendapatkan pelayanan semuanya sudah sesuai alur, disini kita menjalankan tugas berdasarkan aturan, tidak ada perbedaan pasien umum maupun BPJS, pelayanannya tetap sama, baik dari segi fasilitas maupun penanganannya.

Sedangkan pasienn mengatakan Kemudahan dalam mendapat pelayanan saya rasa tidak ada kendala, semuanya berjalan dengan lancar.

Mulai dari pelayanan ketika baru masuk aksesnya yang tidak berbelit-belit hingga kepenanganan.

Dan keluarga pasien mengatakan kalau menurut saya kemudahan dalam mendapatkan pelayanan semuanya mudah, karna dengan adanya dokter dan perawat yang selalu standby selama 24 jam yang selalu berada diruangan ini dapat membantu dan memudahkan dalam mengatasi masalah yang menyangkut kesehatan anak saya. Dan adapun beberapa apotik yang sudah tersedia di area rumah sakit yang mudah untuk dijangkau tanpa menggunakan kendaraan.

Sedangkan berdasarkan teori Endang surtatiagar mengatakan pelayanan publik ini dapat dilakukan secara prima, tentu ada prinsip yang menjadi acuan salah satunya mengutamakan pelanggan yaitu dilakukan dengan memberikan suatu kemudahan dan kenyamanan kepada pelanggan

(Pasien), dalam artian memberikan prosedur pelayanan kepada pasien yang aksesnya mudah untuk dijangkau baik dari segi sarana maupun prasarana. Prosedur pelayanan seharusnya disusun demi kemudahan dan kenyamanan pelanggan (Pasien).

Berdasarkan teori dan hasil wawancara dengan informan mengenai kemudahan dalam pelayanan di IGD RSUD H.Padjonga Dg.Ngalle Kabupaten Takalar, pada indikator kemudahan dalam mendapatkan pelayanan sudah termasuk dalam kategori baik, dapat ditunjukkan dari prosedur pelayanan yang tidak berbelit-belit dan mudah dijangkau, seperti sarana pelayanan yang memadai, mudah dijangkau oleh masyarakat dan juga pasien sudah diberikan pelayanan maupun penanganan yang sama, baik dari segi alat medis, makanan sampai ke obat tanpa membeda- bedakan berdasarkan status pasien, baik pasien (Umum) maupun pasien (Bpjs).

5. Kelengkapan

Hasil wawancara dengan kepala IGD mengatakan sarana dan prasarana disini saya rasa sudah cukup lengkap menyangkut mengenai pemeriksaan awal, akan tetapi kalau menyangkut mengenai jumlah sarana seperti tempat tidur masih terbatas ketika banyak-banyaknya pasien yang membutuhkan penanganan. akan tetapi dengan keterbatasan itu kami berusaha untuk menjaga dan memelihara fasilitas tersebut. Karna untuk menambahnya kami membutuhkan dana yang banyak, sedangkan kami disini tidak memungut biaya jasa sarana. biasanya yang bikin lama pasien

berada di IGD itu ketika pasien dipindahkan keperawatan, karna di IGD itu penangannya paling lama Cuma 1 hari saja, setelah itu keluar hasil tes laboratorium penyakit yang diderita baru dipindahkan keperawata, pulang, atau dirujuk. Jadi saya rasa kalau menyangkut sarana dan prasarana di IGD ini sudah lengkap akan tetapi dari segi jumlahnya belum memadai.

Sedangkan hasil wawancara dengan perawat pelaksana mengatakan Persoalan sarana dan prasarana di IGD sudah lengkap untuk pemeriksaan awal, karna dari awal kami menerima pasien baru masuk kita melakukan pemeriksaan awal, cek laboratorium dan pemeriksaan radiologi. Dan itu sudah cukup untuk kelengkapan pemeriksaan penunjang pasien untuk menentukan tindakan selanjutnya yang akan diberikan kepada pasien.

Hanya saja kurangnya disini ketika ada pasien yang membutuhkan penanganan lebih lanjut seperti misalnya bedah plastik, kasus yang seperti itu peralatan medis, ruangan dan dokternya tidak tersedia di IGD rumah sakit ini.

Sedangkan pasien mengatakan, belum cukup puas dengan kelengkapan fasilitas pelayanan IGD Rumah Sakit Padjonga Daeng Ngalle Kab. Saran saya masih perlu penambahan bad dres, karna bad dres yang saya kenakan rusak, besinya tidak bisa berfungsi. Saya minta bad dresnya ditukar akan tetapi terbatas karna pasien-pasien sangat banyak.

Dan keluarga pasien mengataka kalau mengenai kelengkapan disini sudah lengkap akan tetapi dari segi jumlahnya saya rasa masih kurang kemanding jumlah pasien yang datang. Karna saya liat masih ada pasien

yang ditangani di atas kursi. Akan tetapi dari segi kelengkapan fasilitas pelayanan IGD Rumah Sakit Padjonga Daeng Ngalle Kab. Takalar sudah lengkap, mulai dari pelayanan awal pasien kami dilayani sesuai dengan aturan dan Fasilitas yang dimiliki IGD Rumah Sakit Padjonga Daeng Ngalle Kabupaten Takalar sudah cukup lengkap dan bisa digunakan sebagaimana mestinya akan tetapi masih perlu penambahan.

Kualitas pelayanan yang baik bukan hanya dilihat dalam hal pelayanannya saja, namun tercermin dari fasilitas yang baik dan lengkap serta aparatur pelayanan dan penunjang pelayanan yang lain, Suyeno dkk (2020).

Berdasarkan teori dan hasil wawancara di atas terdapat pada indikator kelengkapan mengenai sarana dan prasaran yang ada di IGD RSUD H.Padjonga Dg.Ngalle Kabupaten Takalar belum termasuk dalam kategori berkualitas, dapat ditunjukkan dengan masih terbatasnya sarana seperti tempat tidur yang seharusnya diberikan ke IGD sejumlah 15 akan tetapi yang tersedia cuma 10 yunit saja, dan selain itu alat, ruangan serta dokter spesialis bagi pasien yang membutuhkan pengobatan tindak lanjutan tidak tersedia di IGD RSUD H.Padjonga Dg.Ngalle Kabupaten Takalar, sehingga masih memerlukan perhatian penuh terhadap kelengkapan fasilitas yang ada demi kelancaran pengobatan pasien.

6. Kesopanan dan keramahan

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala IGD mengatakan Saya selalu menyampaikan dan mengingatkan kepada perawat yang bertugas di

IGD khususnya dibagian pelayanan agar selalu menarapkan 5 S (salam, senyum, sapa, santun dan sopan), baik sesama petugas maupun ke pasien, itu semua demi menghindari ketidaknyaman pasien selama dirawat.

Dan berdasarkan hasil wawancara dengan perawat pelaksana mengatakan untuk mendekatkan diri kepada pasien, kami biasanya menggunakan bahasa daerah dalam berkomunikasi dengan pasien. Kami percaya dengan semua itu, pasien maupun keluarganya yang mengantar maupun yang menjaga dapat merasa nyaman dengan pelayanan kami.

Walaupun misalnya ketika masih ada pasien maupun keluarga pasien yg masih kurang puas terkait kesopanan dan keramahan petugas disini, itu tergantung keluarga pasien itu sendiri yang susah untuk di atur, lantas kami juga hanya manusia biasa yang mempunyai batas kesabaran yang ketika sudah lelah dan kwalahan dalam bekerja dan teguran-teguran yang sudah berulang-ulang kali disampaikan kekeluarga pasien lantas teguran itu tidak di indahkan biasanya kami tidak menyadari mengelurkan suara tinggi.

Keluarga pasien mengatakan menurut saya kesopanan dan keramahan yang diberikan petugas IGD baik seperti mulai dari menyapa pasien yang baru masuk di IGD sampai penindakan pasien memberikan kesopanan dan keramahan ke pasien dan keluarga pasien. akan tetapi ketika lagi banyak-banyaknya pasien yang dia tangani lalu dipanggil terkait infus yang macet, kadan perawatnya sudah tidak menampakkan senyumnya.

Sedangkan pasien mengatakan menurut saya kesopanan dan keramahan yang diberikan petugas IGD kurang baik karena ada sebagian perawat yang pada saat dipanggil oleh keluarga pasien tidak mencerminkan kesopanan dan keramahan ke keluarga pasien malah memasang muka jutek.

Menurut keputusan menteri atau KEP/25/MEN.PAN/2004 mengatakan kesopanan dan keramahan petugas adalah sikap dan perilaku petugas dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat secara sopan dan ramah serta saling menghargai dan menghormati.

Berdasarkan teori diatas dan hasil wawancara dengan informan terdapat pada indikator kesopanan dan keramahan sudah dalam kategori berkualitas, dapat dilihat dari kesopanan dan Keramahan yang terjalin antara petugas dan pasien di IGD RSUD H.Padjonga Dg.Ngalle Kabupaten Takalar sudah terjalin dengan baik, para petugas IGD sudah memperlihatkan sikap kesopanan dan keramahannya dalam melayani pasien dan keluarga pasien serta sesama petugas.

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bagian sebelumnya, maka kualitas penerapan pelayanan emergency saverity index di Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD H.Padjonga Dg.Ngalle Kabupaten Takalar dapat disimpulkan sebagai berikut:

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas penerapan pelayanan emergency saverity index di IGD RSUD H.Padjonga Dg.Ngalle kabupaten Takalar diperoleh bahwa: Akurasi pelayanan termasuk dalam kategori berkualitas, dimana kemampuan tenaga medis selalu berpedoman dengan SOP yang telah ditetapkan di IGD RSUD Kabupaten Takalar, dan dilihat dari ketepatan waktu pelayanan belum termasuk dalam kategori berkualitas, karna belum sepenuhnya diterapkan dengan baik, para rekam medis lebih mengendepankan yang namanya administrasi bagi pasien yang masih dalam keadaan sadar.

Tanggung jawab sudah dalam kategori berkualitas, dapat dilihat dari proses dalam melayani pasien dan sudah ada jaminan keamanan dan keselamatan pasien. begitupun dengan kemudahan pelayanan dapat dilihat dari mudahnya pasien mendapatkan informasi dan tidak ada perbedaan pelayanan baik pasien (Umum) maupun (Bpjs).

Kelengkapan belum termasuk dalam kategori berkualitas, ruangan, alat serta dokter spesialis bagi pasien yang membutuhkan pengobatan tindak

lanjutantidak tersedia di IGD. Kemudian kesopanan dan keramahan sudah cukup baik, dapat dilihat dari cara melayani pasien dengan prinsip 5 S.

Saran

1. Perlunya meningkatkan komunikasi yang baik antara pemerintah setempat dengan dinas kesehatan agar prasarana dapat dilengkapi khususnya prasarana tindak lanjutan agar pasien bisa mendapatkan penanganan yang cepat dan berkualitas.

2. Diharapkan kedepannya kepala ruangan instalasi gawat darurat agar selalu mengontrol para pegawai yang bertugas di IGD, baik dokter, perawat, maupun tenaga administrasi agar jangan mempersulit pasien dalam memperoleh layanan. Kotak saran sebaiknya difungsikan.

3. Perlunya meningkatkan hubungan komunikasi yang baik antar sesama petugas, pasien maupun keluarga pasien agar pasien dapat merasa puas dengan pelayanan yang diberikan. Maka dari itu diharapkan kedepannya selaku pimpinan Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Umum H.Padjonga Dg.Ngalle Kabupaten Takalar agar dapat mengadakan/memberikan pelatihan kepada rekam medis tentang cara berkomunikasi dengan baik dalam memberikan pelayanan prima khususnya pada bagian pelayanan di instalasi gawat darurat (IGD).

DAFTAR PUSTAKA

Arya vermasari dkk. (2029). Analisis Implementasi Standar Pelayanan Minimal (SPM) di Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSU Mayjen Ha Thalib Kabupaten Kerinci. Jurnal Kesehatan Andales.

Affirsta frisky ayunda. (2021). Analisis Kualitas Pelayanan Ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Umum Daerah Duri Kabupaten Bengkalis.

Bahari,Z,K.(2019).Penerapan ESI (Emergency Severity Index) Terhadap Response Time Pasien Di Instalasi Gawat Darurat Rsu Pku Muhammadiyah Gombong. Skripsi Gombong. Stikes Muhammadiyah Gombong.

Departemen Kesehatan RI. (2009). Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit.

Dewi harmoni dkk. (2022). Tanggung Jawab Rumah Sakit Atas Kelalaian Tenaga Kesehatan Dalam Pelayanan Kegawatdaruratan Medik. Jurnal Ilmiah Multi Disiplin Indonesia (Vol 2 No 1).

Ervianingsih dkk. (2020). Kebijakan & Manajemen Pelayanan kesehatan.

Bandung: Widina Bhakti.

Erika Revida, dkk (2021). Manajemen Pelayanan Publik. Yayasan Kita Menulis.

Hinson JS, et al. (2018). Accuracy Of Emergency Departement Triage Using The Emergency Severity Index And Independent Predictors Of Undertriage And Over-Triage In Brazil:A Retrospective Cohort Analysis. Int J Emerg Med.

Hardiyansyah Dr. (2018). Kualitas Pelayanan Publik. Yogyakarta: Gava Media.

Irwan Hadi. (2017). Manajemen Keselamatan Pasien. Yogyakarta: Depublish.

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2009). Standar Instalasi Gawat Darurat (IGD)Rumah Sakit.

Kurniasari Regina. (2016). Hubungan antara level emergency severity index (ESI) dengan kepuasan pasien di instalasi gawat darurat dirumah sakit sido waras. Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia (Vol.4 No.2) Di akses pada tanggal 7 februari 2022.

Muhammad Zukri Malik. Dkk. (2001). Analisi penerapan model triase emergency severity index (ESI)di ruangan instalasi gawat darurat: literature

Dokumen terkait