• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Hasil Penelitian

Penelitian ini menggunakan hewan uji berupa tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur wistar dengan berat badan 200-300gr. Hewan uji dibagi kedalam 4 kelompok, kelompok kontrol hanya diberi pakan biasa dan aquades, kelompok perlakuan diberi pakan tinggi lemak dan ekstrak bunga telang (Clitoria ternatea) dengan dosis yang berbeda, yaitu 200mg/KgBB, 400mg/KgBB, dan 600mg/KgBB. Perhitungan sampel didasarkan pada rumus ferderer untuk 4 kelompok dan didapatkan hasil sebanyak 6 ekor perkelompok, sehingga total sampel pada penelitian ini yaitu 24 ekor tikus.

Berdasarkan karakteristik hewan uji, secara umum tikus berada dalam kondisi yang sehat selama penelitian ini berlangsung, yaitu sebelum dan sesudah pemberian perlakuan. Sebanyak 24 ekor hewan uji dapat mengikuti penelitian ini sampai akhir tanpa adanya drop out. Berikut karakteristik hewan uji penelitian:

Tabel 3 Karakteristik Hewan Uji

Komponen Kelompo

k K

Kelompo k P1

Kelompo k P2

Kelompo k P3 Jenis Tikus Rattus norvegicus putih galur wistar

Jenis Kelamin Jantan

Kondisi Umum Warna bulu putih, sehat, dan aktif Rata-rata Berat

Badan Awal 238gr 235gr 244gr 242gr

Rata-rata Berat

Badan Akhir 240gr 325gr 334gr 333gr

Tikus diberi makan diet tinggi lemak, tinggi kolesterol setiap hari.

Pakan yang diberikan berupa kuning telur bebek. Makanan ini secara eksogen meningkatkan kadar kolesterol. Makanan tinggi lemak, tinggi kolesterol diberikan selama 14 hari sebelum memulai terapi pemberian ekstrak bunga telang (Clitoria ternatea). Parameter yang digunakan untuk mengkonfirmasi tikus mengalami obesitas yaitu berat badan melalui perhitungan indeks Lee.

4.1.1 Hasil Pengukuran Berat Badan

Berat badan tikus diukur menggunakan timbangan digital sedangkan panjang nasoanal diukur menggunakan meteran. Penimbangan berat badan dilakukan sebelum dan setelah induksi diet tinggi lemak.

Untuk mengonfirmasi apakah diet tinggi lemak mampu meningkatkan kadar kolesterol total dan obesitas. Menentukan tikus mengalami obesitas atau tidak yaitu dengan menggunakan perhitungan nilai indeks Lee, dan didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 4 Berat badan tikus

Parameter Kelompok

Rata-rata Sebelum diet

tinggi lemak

Setelah diet tinggi lemak

Berat Badan (gr) Kontrol 238gr 240gr

P1 235gr 325gr

P2 244gr 334gr

P3 242gr 333gr

Panjang Naso-anal (mm) Kontrol 214mm 215mm

P1 216mm 221mm

P2 217mm 220mm

P3 216mm 217mm

Indeks lee Kontrol 0.28 0.28

P1 0.28 0.31

P2 0.28 0.31

P3 0.28 0.32

Berdasarkan data yang diperoleh, sebelum dilakukannya diet tinggi lemak nilai indeks Lee pada kelompok perlakuan 0.28. Nilai ini lebih kecil dari <0.3 atau belum termasuk dalam kondisi obesitas. Setelah mengonsumsi diet tinggi lemak berupa kuning telur bebek selama 14 hari, berat badan dan panjang nasoanal tikus kembali dihitung untuk menentukan nilai indeks Lee. Pada kelompok perlakuan 1 nilai indeks Lee berubah menjadi 0.31, kelompok perlakuan 2 0.31, dan kelompok perlakuan 3 0.32. Berdasarkan data ini dapat disimpulkan bahwa hewan uji pada kelompok perlakuan berada dalam kondisi obesitas sebelum dilakukan pengujian pemberian ekstrak bunga telang (Clitoria ternatea) terhadap perbaikan fungsi testis

4.1.2 Hasil Pengukuran Kadar Kolesterol Total

Pengukuran kadar kolesterol total dilakukan untuk mengonfirmasi bahwa hewan uji tikus memiliki kadar kolesterol yang tinggi. Pengukuran dilakukan dengan mengumpulkan serum dari semua tikus setelah 14 hari menjalani diet tinggi lemak dan tinggi kolesterol, yang disajikan pada tabel berikut:

Tabel 5 Kadar Kolesterol Total Tikus

No Kelompok Pengulangan

Kadar Kolesterol total setelah

diet tinggi lemak (mg/dl)

Kadar kolesterol total setelah

pemberian ekstrak bunga telang

(mg/dl) 1

Kontrol

1 40.1 40.2

2 2 39.2 39.6

3 3 40.2 40.8

4 4 38.4 38.7

5 5 39.1 39.9

6 6 38.1 38.4

Rata-rata 39.18 39.6

7

Perlakuan I

1 70.1 59.9

8 2 68.9 59.5

9 3 71.2 60.1

10 4 70.5 57.2

11 5 69.7 58.2

12 6 70.2 58.6

Rata-rata 70.1 58.91

13

Perlakuan II

1 70.6 46.5

14 2 69.1 44.6

15 3 71.5 47.4

16 4 71.9 47.1

17 5 70.2 45.7

18 6 70.8 48.1

Rata-rata 70.68 46.56

19

Perlakuan III

1 70.2 40.4

20 2 71.2 41.4

21 3 69.6 42.7

22 4 72.2 41.9

23 5 69.3 39.5

24 6 70.4 39.1

Rata-rata 70.48 40.83

Pada tikus putih galur wistar (Rattus norvegicus) kadar kolesterol darah normal adalah 10-54 mg/dl (Smith & Mangkoewidjojo 1998).

Dikatakan tinggi ketika kadar kolesterol lebih dari 54mg/dl. Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa tikus yang diinduksi diet pakan tinggi lemak memiliki kadar kolesterol diatas 54mg/dl pada kelompok perlakuan.

Setelah perlakuan berupa terapi ekstrak bunga telang (Clitoria ternatea) selama 14 hari, peneliti memeriksa kembali kadar kolesterol setiap hewan uji. Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa terdapat penurunan kadar kolesterol pada tiap kelompok. Pada kelompok kontrol kadar kolesterol rata-rata 39.18mg/dl, setelah 14 hari menjadi 39.6mg/dl. Kadar kolesterol total pada kelompok kontrol termasuk dalam kategori normal karena tidak menjalani diet tinggi lemak. Pada kelompok perlakuan 1, yaitu pemberian ekekstrak bunga telang (Clitoria ternatea) dengan dosis 200mg/KgBB mengalami penurunan dari kadar awal 70.1mg/dl menjadi 58.91mg/dl. Kadar kolesterol pada kelompok perlakuan 1 mengalami penurunan tapi masih termasuk dalam kategori tinggi.

Kelompok perlakuan 2, yaitu pemberian ekstrak bunga telang (Clitoria ternatea) dengan dosis 400mg/KgBB juga mengalami penurunan dari kadar awal 70.68mg/dl menjadi 46.56mg/dl dan terakhir kelompok perlakuan 3, dengan dosis 600mg/dl mengalami penurunan paling banyak yaitu dari kadar awal 70.48mg/dl menjadi 40.83mg/dl. Hasilnya menunjukkan bahwa kelompok yang diberikan ekstrak bunga telang (Clitoria ternatea) dengan dosis 400mg/KgBB dan 600mg/KgBB tidak lagi mengalami kadar kolesterol tinggi karena kadar kolesterolnya lebih rendah dari 54mg/dl.

4.1.3 Hasil Uji Fitokimia

Peneliti juga melakukan skiring uji fitokimia terhadap ekstrak bunga telang (Clitoria ternatea) untuk melihat kandungan senyawa metabolit sekunder dalam ekstrak tersebut, yang dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki fungsi testis pada tikus putih (Rattus norvegicus) galur wistar yang mengalami obesitas. Berikut hasil skrining yang didapatkan:

Tabel 6 Uji Fitokimia

Metabolit Sekunder Pengujian Warna Hasil

Flavonoid Wilstater Merah +

Saponin Forth Biru dan berbuih +

Tannin FeCl3 Hijau kehitaman +

Alkaloid Wagner Merah -

Triterpenoid Lieberman –

Burchard Merah +

Keterangan: (+) = Mengandung golongan senyawa yang diuji (-) = Tidak mengandung senyawa yang diuji

Pengujian fitokimia dilakukan untuk memeriksa kandungan senyawa metabolit sekunder yang terkandung dalam ekstrak bunga telang (Clitoria ternatea). Uji fitokimia meliputi meliputi uji flavonoid, saponin, tannin, alkaloid, dan steroid/triterpenoid. Pertama dilakukan uji flavonoid.

Ekstrak bunga telang (Clitoria ternatea) sebanyak 1gram dimasukkan kedalam tabung reaksi kemudian ditambahkan HCl pekat lalu dipanaskan dengan waktu 15 menit di atas penangas air. Apabila terbentuk warna merah atau kuning berarti positif flavonoid (flavon, kalkon dan auron).

Pada mengujian flavonoid terbentuk ekstrak berwarna merah yang maknanya positif mengandung flavonoid.

Kedua, yaitu uji saponin, ekstrak bunga telang (Clitoria ternatea) sebanyak 1gram dimasukkan kedalam tabung reaksi, ditambahkan 10ml air panas, kemudian didinginkan dan dikocok dengan kuat selama 10 detik. Hasil positif mengandung saponin apabila terbentuk buih setinggi 1- 10cm tidak kurang dari 10 menit dan apabila ditambahkan 1 tetes HCl 2 N,

buih tersebut tidak hilang. Pada penelitian ini, peneliti menemukan terdapat buih pada ekstrak, yang maknanya positif mengandung saponin.

Ketiga uji tannin, sebanyak 1gram ekstrak bunga telang (Clitoria ternatea) dimasukkan kedalam tabung reaksi ditambahkan 10mL air panas kemudian dididihkan selama 5 menit kemudian filtratnya ditambahkan FeCl3 3-4 tetes, jika berwarna hijau biru (hijau-hitam) berarti positif adanya tannin katekol sedangkan jika berwarna biru hitamberarti positif adanya tannin. Pada hasil pengujian tannin, muncul cairan berwarna biru kehitaman yang maknanya mengandung tannin.

Keempat uji alkaloid, ekstrak ekstrak bunga telang (Clitoria ternatea) sebanyak 2gram dimasukkan kedalam tabung reaksi ditetesi dengan 5mL HCl 2 N dipanaskan kemudian didinginkan lalu dibagi dalam 3 tabung reaksi, masing-masing 1 mL. Tiap tabung ditambahkan dengan masing-masing pereaksi. Pada penambahan pereaksi Mayer, positif mengandung alkaloid jika membentuk endapan putih atau kuning. Pada penelitian ini hasil uji alkaloid yaitu merah yang maknanya tidak mengandung alkaloid.

Kelima uji steroid, Sebanyak ekstrak bunga telang (Clitoria ternatea) dimasukkan dalam tabung reaksi, lalu ditambahkan dengan 2mL etil asetat dan dikocok. Lapisan etil asetat diambil lalu ditetesi pada plat tetes dibiarkan sampai kering. Setelah kering, ditambahkan 2 tetes asam asetatanhidrat dan 1 tetes asam sulfat pekat. Apabila terbentuk warna merah atau kuning berarti positif terpenoid. Apabila terbentuk warna hijau berarti positif steroid. Pada uji steroid/triterpenoid warna yang keluar yaitu warna merah, yang maknanya positif triterpenoid.

Berdasarkan hasil uji fitokimia yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa ekstrak bunga telang (Clitoria ternatea) mengandung metabolit sekunder berupa flavonoid, saponin, tannin, dan triterpenoid. Hasil ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan Purwanto dan rekan

(2022). Hasil dari pengujian penelitian tersebut menemukan bahwa ekstrak bunga telang memuat senyawa flavonoid, saponin, dan tannin.

4.1.4 Hasil Pengamatan Histopatologi Testis

Pengamatan histopatologi dilakukan dengan menggunakan mikroskop cahaya dengan pembesaran 400x. Tujuan dari pengamatan ini adalah untuk melihat struktur dan morfologi dari sel-sel yang ada pada masing masing spesimen jaringan testis pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan yang diberi ekstrak bunga telang (Clitoria ternatea) dengan dosis 200mg/KgBB, 400mg/KgBB, dan 600mg/KgBB. Pemberian ekstrak bunga telang (Clitoria ternatea) dilakukan setiap hari pada pagi hari. Berikut tampilan gambaran histologis jaringan testos masing-masing kelompok perlakuan:

Tabel 7 Gambaran Histopatologi Jaringan Testis

No Kelompok Gambaran Histopatologi Jaringan Testis

1 Kontrol

2 Perlakuan 1 (200mg/Kg

BB)

3

Perlakuan 2 (400mg/Kg

BB)

4 Perlakuan 3 (600mg/Kg

BB)

Hasil pengamatan histopatologi menunjukkan penampakan sel yang berbeda. Kelompok kontrol yang diberi pakan pellet standar dan aquades memiliki gambaran histologi testis yang normal dan masuk dalam kategori skor 10 yaitu epitel tubulus normal, spermatogenesis lengkap, dan sel spermatozoa ≥10. Histopatologi testis pada kelompok kontrol berada dalam bentuk normal karena tidak diberi diet tinggi lemak sehingga dijadikan acuan untuk mendeskripsikan kelompok lainnya serta menjadi pembanding dengan kelompok perlakuan yang diberi diet tinggi lemak dan ekstrak bunga telang (Clitoria ternatea).

Pada kelompok perlakuan 1 yang diberi diet tinggi lemak dan ekstrak bunga telang (Clitoria ternatea) dengan dosis 200mg/KgBB terlihat perbedaan bentuk struktur testis, karena organ sudah terpapar oleh konsumsi diet tinggi lemak dan obesitas. Pada gambaran histologi kelompok perlakuan 1 yang diberi ekstrak bunga telang (Clitoria ternatea) dengan dosis 200mg/KgBB terlihat terlihat susunan sel spermatogenik lebih longgar dibandingkan dengan kelompok kontrol, sehingga masuk dalam kategori skor 3 (Sel spermatogenik hanya terdiri atas sel spermatogonium).

Kelompok perlakuan 2 yang diberi ekstrak bunga telang (Clitoria ternatea) dengan dosis 400mg/KgBB terlihat perbaikan struktur histologi testis namun masih sel spermatozoa < 10 sehingga masuk dalam kategori skor 8.

Kelompok perlakuan 3 yang diberi diet tinggi lemak serta ekstrak bunga telang (Clitoria ternatea) dengan dosis 600mg/KgBB terlihat struktur histologis testis yang mendekati kelompok kontrol, sehingga masuk dalam kategori skor 10.

4.2 Hasil Analisis Data

Dokumen terkait