• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Deskripsi Objek Penelitian

4.1.2 Deskripsi Polisi Lalu Lintas

Visi Polantas

Polantas yang mampu menjadi pelindung, pengayom pelayanan masyarakat yang selalu dekat dan bersama-sama dengan masyarakat serta sebagai

aparat penegak hukum yang professional dan proporsional yang selalu menjunjung tinggi supremasi hukum dan hak azasi manusia memelihara keamanan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas.

Misi Polantas

1. Memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan para pemakai jalan sehingga para pemakai jalan aman selama dalam perjalanan dan selamat sampai tujuan.

2. Memberikan bimbingan kepada masyarakat lalu lintas melalui upaya preventif yang dapat meningkatkan kesadaran dan ketaatan serta kepatuhan kepada ketentuan peraturan lalu lintas.

3. Menegakan peraturan lalu lintas secara profesional dan proporsional dengan menjunjung tinggi supremasi hukum dan ham.

4. Memelihara keamanan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas dengan memperhatikan norma-norma dan nilai hukum yang berlaku.

5. Meningkatkan upaya konsolidasi ke dalam sebagai upaya menyamakan misi polisi lalu lintas.

Deskripsi Tugas Kepala Satuan Lalu Lintas

1. Kasat Lantas Polres Metro Tangerang Kota adalah unsur pelaksanaan pada tingkat mapolres yang bertugas menyelenggarakan dan melaksanakan fungsi tehnis dalam seluruh wilayah hukum Polres Metro Tangerang Kota.

2. Dalam rangka pelaksanaan tugas tersebut di atas dengan memperhatikan pengarahan Kapolres Metro Tangerang Kota dan petunjuk tehnis bina fungsi Sat Lantas Polres Metro Tangerang Kota.

a. Menyelenggarakan fungsi lantas meliputi:

1) Gakum 2) Dikmas 3) Engineering

4) Reg ident pengemudi / ranmor

b. Membantu menyelenggarakan dan melaksanakan operasi kepolisian yang di tentukan.

c. Melaksanakan administrasi opsnal termasuk pulahta/informasi yang berkenaan dengan aspek pembinaan maupun pelaksanaan fungsinya 3. Sat Lantas Polres Metro Tangerang Kota dipimpin oleh kepala satuan

lalu lintas disingkat kasat lantas bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas dan kewajibannya kepada Kapolres Metro Tangerang Kota.

STRUKTUR ORGANISASI SAT LANTAS POLRES METRO TANGERANG KOTA

(Sumber: Sat Lantas KAUR BIN OPS, 2018)

4.1.3 Daftar Informan Penelitian

Pada penelitian ini, mengenai Manajemen Strategi Kepolisian dalam Peningkatan Kesadaran berLalu Lintas pada Kendaraan Bermotor di Polres Metro Tangerang Kota, dalam pemilihan informan penelitian ini peneliti menggunakan cara teknik pengambilan sumber data yang sering digunakan pada penelitian kualitatif adalah Puposive. Puposive adalah teknik pengambilan sumber data dengan pertimbangan tertentu.Pertimbangan tertentu ini, misalnya orang tersebut dianggap paling tahu atau paling menguasai obyek/situasi sosial yang

diteliti.Dengan demikian key person ini adalah tokoh formal dan tokoh informal di penelitian Manajemen Strategi Kepolisian dalam Peningkatan Kesadaran Berlalu-Lintas pada Kendaraan Bermotor di Polres Metro Tangerang Kota.

Informan penelitian ini antara lain yaitu pihak dari Kepala Satuan Lalu Lintas Kepolisian Metro Tangerang Kota, Polisi Sat Lalu Lintas Kepolisian Metro Tangerang Kota, Masyarakat, Pelaku Sim Palsu (Calo).

Tabel 4.4

Daftar Informan Penelitian

No. Informan Spesifikasi Informan Kategori Informan 1.

Polres Metro Kota Tangerang

Kepala Satuan Lalu Lintas Kepolisian Metro Tangerang Kota

Key Informant

Warga Pengemudi Kendaraan

bermotor yang melanggar

Key Informant

Pelaku pembuat SIM

Perantara Pembuat SIM tanpa mengikuti sistem (curang)

Key Informant

Polres Metro Kota Tangerang

Polisi Sat Lalu Lintas Kepolisian Metro Tangerang Kota

Secondary Informant

(Sumber: Peneliti, 2018)

Informan di atas merupakan informan utama (Key Informan) dalam penelitian ini.Adapun data-data lain yang merupakan sebagai informasi-informasi pelengkap dari informasi yang telah diberikan oleh informan utama.

4.2 Deskripsi Data

4.2.1 Deskripsi Data Penelitian

Deskripsi data merupakan penjelasan mengenai data yang didapat dari hasil penelitian. Data ini didapat dari hasil penelitian dengan menggunakan teknik analisa data kualitatif. Dalam penelitian ini, mengenai Peneliti menggunakan teori Analisis SWOT menurut Griffin (2004:228). Teori tersebut memberikan gambaran atas mekanisme Manajemen Strategi, yaitu Strength (Kekuatan), Weakness (Kelemahan), Opportunities (Peluang), Threats (Kendala). Kemudian data yang peneliti dapatkan lebih banyak berupa kata-kata dan tindakan yang peneliti peroleh melalui proses wawancara dan observasi. Kata-kata dan tindakan orang yang diwawancara merupakan sumber utama dalam penelitian. Sumber data ini kemudian oleh peneliti dicatat dengan menggunakan catatan tertulis atau melalui alat perekam yang peneliti gunakan dalam penelitian.

Adapun dokumentasi yang peneliti ambil saat melakukan pengamatan adalah catatan berupa catatan lapangan peneliti, seperti dokumen-dokumen yang peneliti dapatkan baik dari Kepala Satuan Lalu Lintas Kepolisian Metro Tangerang Kota, Polisi Sat Lalu Lintas Kepolisian Metro Tangerang Kota dan

Masyarakat di mana data tersebut merupakan data mentah yang harus diolah dan dianalisis kembali untuk mendapatkan data yang dibutuhkan. Selain itu bentuk data lainnya berupa foto-foto kegiatan yang berhubungan dengan Manajemen Strategi Kepolisian dalam Peningkatan Kesadaran ber Lalu Lintas pada Kendaraan Bermotor di Polres Metro Tangerang Kota.

Selanjutnya karena penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, maka dalam proses menganalisis datanya pun peneliti melakukan analisis secara bersamaan. Dalam proses analisisnya dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan model interaktif yang telah dikembangkan oleh Miles and Huberman, yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

Pembahasan dan analisis dalam penelitian ini merupakan suatu data dan fakta yang peneliti dapatkan langsung dari lapangan serta disesuaikan dengan teori yang peneliti gunakan yaitu menggunakan teori Analisis SWOT menurut Griffin (2004) Analisis SWOT dilakukan untuk menghasilkan faktor-faktor internal (Kekuatan/ Strengths dan Kelemahan/ Weaknesses) dan eksternal (Peluang/Opportunities dan Ancaman/Threats), maka berdasarkan hasil tersebut dapat digunakan untuk menentukan grand strategi. Adapun strategi-strategi tersebut adalah, yaitu:

1. Strategi (SO) dengan mengembangkan suatu strategi dalam memanfaatkan kekuatan (S) untuk mengambil manfaat dari peluang (O) yang ada;

2. Strategi (WO) yaitu pengembangan suatu strategi dalam memanfaatkan peluang (O) untuk mengatasi kelemahan (W) yang ada;

3. Strategi (ST) yaitu dengan mengembangkan suatu strategi dalam memanfaatkan kekuatan (S) untuk menghindari ancaman (T);

4. Strategi (WT) yaitu dengan mengembangkan suatu strategi dalam mengurangi kelemahan (W) dan menghindari ancaman (T).

Untuk dapat menentukan strategi yang tepat pada proses penegakan hukum dalam rangka meningkatkan keselamatan lalu lintas dan kepatuhan hukum masyarakat perlu mempertimbangkan faktor-faktor yang telah diuraikan pada bab terdahulu yang mencakup: Kekuatan (Strength), Kelemahan (Weakness), Peluang (Opportunities) dan Ancaman (Threats) yang dapat diformulasikan untuk menentukan alternatif strategi kepolisian dalam peningkatan kesadaran berlalu lintas pada pengemudi kendaraan bermotor di Polres Metro Tangerang Kota dalam bentuk gambaran sebagai berikut:

Gambar 4.2

Alternatif strategi kepolisian dalam peningkatan kesadaran berlalu lintas pada pengemudi kendaraan bermotor di Polres Metro Tangerang Kota

Deskripsi data penelitian merupakan penjelasan mengenai data yang telah didapatkan dari hasil observasi penelitian. Penelitian mengenai Strategi Pengembangan Destinasi Pariwisata Kawasan Pecinan di Kota Tangerang, peneliti menggunakan teori analisis SWOT. Teori tersebut memberikan gambaran yang berguna atas komponen- komponen penting yang harus dipertimbangkan oleh pimpinan untuk menjamin bahwa strategi dapat berjalan dengan kehidupan organisasi. Strategi yang efektif mencakup hubungan yang konsisten dari satu faktor yaitu strengths, weaknessess, opportunities, threats. Peneliti mengelompokan faktor-faktor yang berasal dari faktor ekstern dan faktor intern yang akan memberikan gambaran yang jelas tentang keberhasilan strategi tersebut.

Mengingat penelitian ini adalah penelitian kualitatif, maka data yang diperoleh bersifat deskriptif berbentuk kata dan kalimat dari hasil wawancara, observasi, serta data atau hasil dokumentasi lainnya. Dalam penelitian ini kata- kata dan tindakan orang yang diwawancara merupakan sumber utama dalam penelitian. Berdasarkan teknik analisa data kualitatif, data-data tersebut dianalisa selama penelitian berlangsung, dimana data-data tersebut merupakan data-data yang berkaitan dengan Strategi Pengembangan Destinasi Pariwisata Kawasan Pecinan di Kota Tangerang. Data-data yang telah didapatkan kemudian dianalisa sehingga dapat menghasilkan suatu pemahaman baru dari data yang didapatkan.

Data yang didapatkan harus dikonfirmasi ulang tidak hanya dari satu sumber data atau informan tetapi dari sumber lain yang memang masih memiliki informasi yang sesuai dengan fokus penelitian. Data yang sudah didapatkan kemudian diuji kembali dengan metode triangulasi. Kemudian data yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi lapangan, dan kajian pustaka tersebut, dilakukan ke dalam bentuk tertulis untuk mendapatkan polanya serta diberi kode- kode pada aspek- aspek tertentu berdasarkan jawaban-jawaban yang sama dan berkaitan dengan pembahasan permasalahan penelitian serta dilakukan kategorisasi.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif sehingga dalam menganalisis data dilakukan secara bersamaan selama proses pengumpulan data berlangsung.

Oleh karena itu proses analisis data dalam penelitian ini menggunakan model Miles dan Huberman yang terdiri dari reduksi data, penyajian data, dan penarikan

kesimpulan. Untuk mempermudah peneliti dalam melakukan kegiatan reduksi data, maka peneliti memberikan kode pada aspek-aspek tertentu. Kode-kode tersebut ditentukan berdasarkan jawaban-jawaban yang sama dan berkaitan dengan permasalahan penelitian. Adapun kode-kode tersebut yaitu :

a. Kode Q menunjukan daftar urutan pertanyaan

b. Kode A, B, C dan seterusnya menunjukan item pertanyaan c. I1, I2, I3, dan seterusnya menunjukan daftar informan

Untuk penyajian data (data display) dalam penelitian ini, peneliti melakukan penyajian data dalam bentuk teks narasi, tabel, dan gambar.

Selanjutnya menarik kesimpulan atau mencari makna-makna baru dari hasil yang sudah diperoleh.

4.2.2 Strategi Polisi Polres Metro Tangerang

Sesuai dengan tugas pokok Polri yang tercantum didalam Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia Pasal 13 yaitu memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat; menegakkan hukum; dan memberikan perlindungan pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat, dan tugas polri dalam pasal 14 ayat (1) huruf a dan b yaitu melaksanakan pengaturan, penjagaan, dan patroli terhadap kegiatan masyarakat dan pemerintah sesuai dengan kebutuhan; menyelenggarakan segala kegiatan dan menjamin keamanan, ketertiban, dan kelancaran lalu lintas dijalan, maka Polri dianggap wajib melakukan patroli untuk menanggulangi atau menindak para pelanggar peraturan lalu lintas.

Penulis melakukan wawancara kepada anggota Satlantas Polres Metro Tangerang Ibu Kompol Triyani selaku Wakasat Polres Metro Tangerang, penulis bertanya tentang bagaimana pelaksanaan patroli lalu lintas di Polres Metro Tangerang Kota dan beliau menjawab :

“kami rutin mengadakan patroli disetiap hari kerja (senin sampai jumat) dibeberapa tempat atau jalan yang rawan terjadi pelanggaran, kecelakaan dan macet. Daerah atau jalan yang rawan terjadi pelanggaran yaitu sepanjang jalan Daan Mogot , Kota Tangerang.”

Peneliti kemudian menanyakan bagaimana anggota Satlantas Polres Metro Tangerang, beliau kemudian lanjut menjawab I1-1:

“setiap akan kami melakukan patroli, selalu diadakan apel pagi untuk pengarahan dan pengawasan Pomjalur (hal-hal seputar patroli) yang dipimpin oleh Kasat/Kanit lalu-lintas Polres Metro Tangerang, barulah kemudian kami jalan dengan mengantongi surat perintah patroli yang diketahui oleh Kasat Lantas atas nama Kapolres. Biasanya kami jalan (patroli) sekitar pukul 09.00-12.00 WIB dan dilanjutkan lagi sekitar pukul 14.00-15.00 WIB”. Setiap minggu dilakukan analisa dan evaluasi kemudian dibuatlah laporan hasil ditiap bulannya”, ungkap Ibu Kompol Triyani.

Adapun beberapa bentuk patroli polisi yang sesuai dengan Standard Operating Procedures (SOP), yaitu:

1. Patroli Jalan Kaki Patroli jalan kaki dimulai dari markas dilakukan minimal

2 orang anggota Polri berjalan dan berada ditempat yang lenggang agar dapat bergerak dengan leluasa, mengadakan observasi serta pengawasan

dengan baik untuk melaporkan bila ada keadaan yang ganjil atau tidak seperti biasanya.

2. Patroli Dengan Kendaraan Sepeda (Patroli Sepeda) Patroli sepeda dilakukan untuk menempuh jarak (menjelajah) daerah yang lebih luas sama halnya dengan patroli jalan kaki, patroli sepeda juga mengadakan observasi serta pengewasan dengan baik untuk melaporkan dan memeriksa bila ada keadaan yang ganjil atau tidak seperti biasanya.

3. Patroli Dengan Kendaraan Sepeda Motor (Patroli Motor) Patroli sepeda motor dilakukan untuk membantu patroli jalan kaki dan patroli sepeda dimana mereka biasanya dengan segera memberikan bantuan bilamana patroli jalan kaki maupun patroli sepeda membutuhkan bantuan, patroli sepeda motor juga bisa lebih cepat memberikan pelayanan kepada masyarakat karena lebih efektif untuk kecepatan/ketepatan dalam melakukan tugas.

4. Patroli Dengan Kendaraan Mobil (Patroli Bermobil) Patroli bermobil dilakukan untuk membantu dan mengawasi patroli jalan kaki, patroli bersepeda, dan patroli motor pada titik kontrol dan persilangan tertentu untuk mengawasi dimana para petugas patroli lainnya berada termasuk rute perjalanannya, tukar menukar informasi/keterangan, penghubung dengan pos komando. Patroli bermobil melakukan patroli di sekitar pemukiman pejabat (VIP), mall, bank, pasar, dan tempat-tempat yang dianggap rawan kejahatan.

Peneliti lanjut bertanya, dari bentuk patroli yang sesuai SOP, bentuk patrol seperti apa yang dilakukan oleh Satlantas Polres Metro Tangerang, Kompol Triyani kembali menjawab I1-1 :

“Satlantas Polres Metro Tangerang hanya melakukan 2 bentuk patroli yaitu patroli motor dan patroli mobil, kalau patroli jalan kaki itu sering dilakukan oleh Satsabhara. Berikut adalah data mengenai pelanggaran lalu lintas yang terjadi di Kabupaten Majene dari bulan januari hingga bulan juni tahun 2017”

Tabel 4.1 Usia Pelaku Pelanggaran No Bulan Jumlah

GAR

Usia Pelanggar Ket.

0-16 17-27 28-50 51-70 71 keatas

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1. Jan 176 15 105 55 1 -

2. Feb 333 23 179 110 21 -

3. Mar 353 29 179 110 21 -

4. Apr 156 7 60 81 8 -

5. Mei 345 20 196 113 16 -

6. Jun 373 15 166 175 14 3

Jumlah 1.736 121 872 641 99 3

Sumber : Polres Metro Tangerang Kota

Usia pelaku pelanggaran mayoritas dari jenjang usia 17-27 tahun seperti yang digambarkan pada tabel I sebanyak 872 pelanggar kemudian di usia 28-50 tahun sebanyak 641 pelanggar, selebihnya dari usia 0-16 tahun,

51-70 tahun, dan diatas 71 tahun masing-masing sebanyak 121, 99, dan 3 pelanggar.

Tabel 4.2

Jenis Pelanggaran Kendaraan Bermotor

No Bula

n

Jumlah Jenis Pelanggaran Yang Dilakukan

Muata n

Lawan Arus

Marka Rambu

Surat -surat

Kelengkapa n

Sabuk keselamatan

Berlebihan Penumpan

g

helm

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

1 Jan 176 5 17 2 68 60 3 - 31

2 Feb 333 2 34 4 132 101 2 - 58

3 Mar 353 19 - 24 132 97 7 2 72

4 Apr 156 5 - 28 50 19 3 1 41

5 Mei 145 8 6 27 193 34 5 - 72

6 Jun 373 6 - 82 195 - 9 1 53

Jumlah 1736 46 57 167 779 301 29 4 327

Sumber : Polres Merto Tangerang Kota

Jenis pelanggaran yang banyak terjadi sepanjang bulan januari hingga juni 2016 didominasi oleh surat-surat kendaraan yang tidak bisa ditunjukkan oleh pelanggar pada saat dilakukan patroli, baik itu Surat Izin Mengemudi (SIM) maupun Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK) sebanyak 779 pelanggaran.

4.2.3 Faktor-Faktor Yang Menjadi Hambatan Dalam Melaksanakan Strategi Di Wilayah Tangerang

Beberapa faktor yang menghambat untuk melaksanakan Strategi Di wilayah Tangerang yaitu :

1. Kurangnya Personil

Salah satu faktor yang dianggap sebagai hambatan dalam menjalankan patroli ialah kurangnya personil dalam menjalankan tugas.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Wakasat Polres Metro Tangerang Kompol Triyani, Peneliti menanyakan keadaan atau jumlah personil Satlantas yang ada di Polres Metro Tangerang kemudian beliau menjawab I1-1:

“untuk ukuran wilayah hukum Polres Majene yang cukup luas ini, kami sangat kekurangan personil (Satlantas). Keadaan ini diperburuk lagi dengan dipindahtugaskannya beberapa personil kami ke satuan lain seperti ke Satsabhara dan Satreskrim”.

Tabel 4.3

Jumlah Personil Polisi Satlantas Polres Metro Tangerang Kota

No Polisi Jumlah

1 Perwira Polisi 5

2 Polisi Laki-laki 39

3 Polisi Wanita 5

Total 49

Sumber : Polres Metro Tangerang Kota

Menurut PBB rasio ideal polisi dan penduduk yakni 1 banding 400.

Besar kecilnya rasio polisi menentukan efektifitas pelayanan kepolisian kepada masyarakat. Sebaliknya semakin besar rasio polisi akan menyebabkan pengaduan masyarakat tidak tertangani dengan baik, penyidikan berlarut-larut, intensitas polisi rendah, atau kehadiran polisi di tempat kejadian perkara (quick response) tidak tepat waktu.

Dibandingkan dengan jumlah penduduk Kota Tangerang yaitu sebanyak 1,7 juta jiwa dengan jumlah personil Polres Metro Tangerang Kota yakni 280 maka perbandingan yang didapatkan dari jumlah tersebut adalah 87 polisi: 51.037 penduduk atau 1 : ±587. Angka tersebut dianggap masih kurang untuk ukuran perbandingan rasio personil polisi terhadap jumlah masyarakat sehingga mempengaruhi efektifitas dari pelaksanaan patrol itu sendiri. Semakin banyak jumlah personil yang berpatroli maka akan semakin luas pula wilayah yang dapat disisir oleh polisi.

2. Minimnya sarana dan prasarana

Berdasarkan data yang Peneliti peroleh dari Polres Metro Tangerang Kota, angka sarana yang dimiliki Satlantas masih sangat kurang jika dibandingkan dengan jumlah personil dan jumlah masyarakat yang harus diayomi. Ibu Wakasat Lantas mengatakan:

“untuk bisa menutupi permasalahan tersebut kita perlu memberdayakan fasilitas yang ada meski itu milik pribadi. Misalnya saja motor pribadi dari personil polantas, itu dapat digunakan untuk

menunjang keefektifan patroli yang dilakukan oleh Polres Metro Tangerang Kota. Sama halnya dengan prasarananya”.

4.2.4 Upaya Yang Dapat Dilakukan Untuk Mengurangi Angka Pelanggaran Lalu-Lintas Di Kota Tangerang

Ada beberapa upaya yang dilakukan oleh Polres Metro Tangerang Kota untuk mengurangi angka pelanggaran lalu lintas :

1. Sosilalisasi Undang-undang Lalu Lintas

Sosialisasi ini dianggap efektif untuk mengurangi angka pelanggaran lalu lintas. Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan sangatlah perlu disosialisasikan agar masyarakat sebagai objek undang-undang tersebut mempunyai pengetahuan tentang cara-cara berkendara yang baik sesuai dengan peraturan yang ada agar pengaturan lalu lintas dapat berjalan lancar.

Sosialisasi seperti ini kadang dilakukan disekolah-sekolah di Kota Tangerang maupun di masyarakat umum yang biasanya digelar di aula kantor kecamatan/kelurahan setempat.

Penulis juga sempat melakukan wawancara kepada masyarakat bernama Muhammad Nur Taufik Siddik, beliau berkata :

“sosialisasi (undang-undang lalu lintas) akan sangat diperlukan oleh masyarakat karena menurut saya masih banyak masyarakat yang belum mengetahui peraturan-peraturan lalu lintas yang ada dan apalagi jika ada peraturan yang baru, harusnya Satlantas rutin mengadakan sosialisasi ke tiap kecamatan yang ada di kabupaten

Majene ini. Wajar rasanya jika pelanggaran masih banyak terjadi didaerah-daerah pelosok karena itu tadi, masih kurangnya sosialisasi untuk masyarakat di pelosok-pelosok”.

2. Pengadaan Bhabinkamtibmas Oleh Satuan Pembinaan Masyarakat Satuan Pembinaan Masyarakat (Sat Binmas) adalah unsur pelaksana tugas pokok polres. Yang berada dibawah kapolres. Sat Binmas bertugas menyelenggarakan pembinaan masyarakat yang meliputi pembinaan teknis polisi masyarakat (polmas) dan kerja sama dengan instansi pemerintahan/

lembaga/ organisasi masyarakat, pembinaan bentuk-bentuk pengamanan swakarsa serta pembinaan keamanan dan ketertiban masyarakat dalam rangka memberdayakan upaya pencegahan masyarakat terhadap kejahatan serta meningkatkan hubungan sinergitas Polri-masyarakat. Pengadaan Bhabinkamtibmas dianggap sebagai salah satu solusi untuk penanganan pencegahan tidak pelanggaran lalu lintas. Lingkup tugas dari bhabinkamtibmas itu sendiri meliputi :

a. Melakukan pembinaan terhadap warga masyarakat yang menjadi tanggung jawabnya untuk dapat meningkatkan partisipasi masyarakat, kesadaran hukum dan ketaatan warga masyarakat terhadap hukum dan perundang-undangan yang berlaku.

b. Melakukan upaya kegiatan kerjasama yang baik dan harmonis dengan aparat desa, tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh pemuda, dan tokoh adat, dan para sesepuh yang ada didesa atau kelurahan.

c. Melakukan pendekatan dan pembangunan kepercayaan terhadap masyarakat.

d. Melakukan upaya pencegahan tumbuhnya penyakit masyarakat dan membantu penanganan rehabilitas yang terganggu.

e. Melakukan upaya peningkatan daya tangkal dan daya cegah masyarakat terhadap timbulnya gangguan kamtibmas.

f. Membimbing masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam rangka pembinaan kamtibmas secara swakarsa di desa/kelurahan.

g. Melakukan kerjasama dan kemitraan dengan potensi masyarakat dan kelompok atau forum kamtibmas dan dapat mencari solusi dalam penanganan permasalahan atau potensi gangguan dan ambang gangguan yang terjadi di masyarakat agar tidak berkembang menjadi gangguan nyata kamtibmas.

h. Menumbuhkan kesadaran dan ketaatan terhadap hukum perundang- undangan.

i. Memberikan bantuan dalam rangka penyelesaian perselisihan warga yang dapat mengganggu ketertiban umum.

j. Memberikan petunjuk dan melatih masyarakat dalam rangka pengamanan lingkungan.

k. Memberikan pelayanan terhadap kepentingan warga masyarakat untuk sementara waktu sebelum ditangani oleh pihak yang berwenang.

l. Menghimpun informasi dan pendapat dari masyarakat untuk memperoleh masukan atas berbagai isu atau kisaran suara yang tentang penyelenggaraan fungsi dan tugas pelayanan kepolisian serta permasalahan yang berkembang dalam masyarakat.

Menurut Kompol Triyan mengatakan I1-1 :

“program yang tengah dijalankan oleh Polres Metro Tangerang Kota dibawah koordinasi sat Binmas yang juga sebagai upaya preventif untuk pencegahan tindak pelanggaran maupun kejahatan ialah 1 desa 1 polisi. Program ini dinilai akan sangat bermanfaat terutama bagi masyarakat pedesaan karena dengan program siituasi masyarakat akan lebih kondusif. Minimnya tingkat pengaman yang dilakukan swadaya masyarakat memicu tingginya tingkat kriminalitas. Disini juga dibutuhkan peran penting masyarakat, kalau hanya polisi yang menjaga keamanan mungkin situasi kondusif akan sulit tercipta. Di Kota Tangerang sendiri belum bisa memenuhi 1 polisi disetiap desa karena kami masih kekurangan personil, kami baru sanggup memenuhi 1 polisi di setiap 3 desa, tuturnya”.

4.3 Pembahasan

Pembahasan dan analisa dalam penelitian ini merupakan data dan fakta yang peneliti dapatkan langsung dari lapangan serta disesuaikan dengan teori yang peneliti gunkaan yaitu analisis SWOT. Dimana dalam analisis SWOT dapat menentukan strategi apa yang sebaiknya dilakukan dalam menciptakan kesadaran pengendara motor terhadap berlalu – lintas di Kota Tangerang. Analisis SWOT membantu memilih strategi alternatif untuk mengembangkan Pariwisata di Kota Tangerang.

1. Strengths (Kekuatan)

Stengths merupakan kondisi kekuatan yang terdapat dalam organisasi, proyek, atau konsep bisnis yang ada. Kekuatan yang dianalisis merupakan faktor yang terdapat dalam tubuh organisasi yaitu hal–hal

positif yang menjadi kekuatan dalam mencapai tujuan. Strengths bersifat internal bukan hal-hal yang datang dari luar, strengths biasanya berisi Potensi, manfaat, anggaran, sumber daya manusia (SDM) atau alam (SDA), kemampuan teknologi, dll. Tujuan dari penilaian kekuatan ialah untuk melihat keunggulan dari suatu hal agar dapat mengurangi kelemahan dan menutupi ancaman agar dapat mencapai tujuan yang diinginkan.

Dalam menciptakan dan memelihara Keamanan, Keselamatan, Ketertiban serta Kelancaran Lalu lintas, telah dilakukan pengaturan yang disesuaikan dengan perkembangan situasi lalu lintas yang ada dengan mempertimbangkan perkembangan teknologi di bidang transportasi baik yang berhubungan dengan kendaraan, sumber daya manusia, sarana dan prasarana jalan serta dampak lingkungan lainnya dalam bentuk suatu aturan yang tegas dan jelas serta telah melalui proses sosialisai secara bertahap sehingga dapat dijadikan pedoman dalam berinteraksi di jalan raya.

Setiap pengguna jalan wajib memahami setiap aturan yang telah dibakukan secara formal baik dalam bentuk Undang-Undang, Perpu, Peraturan Pemerintah, Perda dan aturan lainnya sehingga terdapat satu persepsi dalam pola tindak dan pola pikir dalam berinteraksi di jalan raya. Perbedaan tingkat pengetahuan dan atau pemahaman terhadap aturan yang berlaku mengakibatkan suatu kesenjangan yang berpotensi

Dokumen terkait