• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

4.3 Pembahasan

Menurut Kompol Triyan mengatakan I1-1 :

“program yang tengah dijalankan oleh Polres Metro Tangerang Kota dibawah koordinasi sat Binmas yang juga sebagai upaya preventif untuk pencegahan tindak pelanggaran maupun kejahatan ialah 1 desa 1 polisi. Program ini dinilai akan sangat bermanfaat terutama bagi masyarakat pedesaan karena dengan program siituasi masyarakat akan lebih kondusif. Minimnya tingkat pengaman yang dilakukan swadaya masyarakat memicu tingginya tingkat kriminalitas. Disini juga dibutuhkan peran penting masyarakat, kalau hanya polisi yang menjaga keamanan mungkin situasi kondusif akan sulit tercipta. Di Kota Tangerang sendiri belum bisa memenuhi 1 polisi disetiap desa karena kami masih kekurangan personil, kami baru sanggup memenuhi 1 polisi di setiap 3 desa, tuturnya”.

positif yang menjadi kekuatan dalam mencapai tujuan. Strengths bersifat internal bukan hal-hal yang datang dari luar, strengths biasanya berisi Potensi, manfaat, anggaran, sumber daya manusia (SDM) atau alam (SDA), kemampuan teknologi, dll. Tujuan dari penilaian kekuatan ialah untuk melihat keunggulan dari suatu hal agar dapat mengurangi kelemahan dan menutupi ancaman agar dapat mencapai tujuan yang diinginkan.

Dalam menciptakan dan memelihara Keamanan, Keselamatan, Ketertiban serta Kelancaran Lalu lintas, telah dilakukan pengaturan yang disesuaikan dengan perkembangan situasi lalu lintas yang ada dengan mempertimbangkan perkembangan teknologi di bidang transportasi baik yang berhubungan dengan kendaraan, sumber daya manusia, sarana dan prasarana jalan serta dampak lingkungan lainnya dalam bentuk suatu aturan yang tegas dan jelas serta telah melalui proses sosialisai secara bertahap sehingga dapat dijadikan pedoman dalam berinteraksi di jalan raya.

Setiap pengguna jalan wajib memahami setiap aturan yang telah dibakukan secara formal baik dalam bentuk Undang-Undang, Perpu, Peraturan Pemerintah, Perda dan aturan lainnya sehingga terdapat satu persepsi dalam pola tindak dan pola pikir dalam berinteraksi di jalan raya. Perbedaan tingkat pengetahuan dan atau pemahaman terhadap aturan yang berlaku mengakibatkan suatu kesenjangan yang berpotensi

memunculkan permasalahan dalam berlalu lintas, baik antar pengguna jalan itu sendiri maupun antara pengguna jalan dengan aparat yang bertugas untuk melaksanakan penegakkan hukum di jalan raya.

Selain pemahaman terhadap pengetahuan tentang peraturan perundang- undangan yang berlaku, pengetahuan tentang karakteristik kendaraan merupakan suatu hal yang tidak dapat diabaikan, setiap kendaraan memiliki karakteristik yang berbeda dalam penanganannya, pengetahuan terhadap karakteristik kendaraan sangat berpengaruh terhadap operasional kendaraan di jalan raya yang secara otomatis akan berpengaruh pula terhadap situasi lalu lintas jalan raya, pengetahuan tentang karakteristik kendaraan bisa didapat dengan mempelajari buku manual kendaraan tersebut serta dengan mempelajari karakter kendaraan secara langsung (fisik).

1.1 Sumber Daya Manusia (SDM)

Aspek Sumber Daya Manusia (SDM) dalam hal ini adalah pelaksana/implementor yang melaksanakan strategi manajemen kepolisian dalam meningkatkan kesadaran berlalu lintas pada kendaraan bermotor, berkaitan dengan jumlah sumber daya manusia yang ada saat ini belum sesuai dengan kebutuhan dan bekerja sesuai dengan kompetensinya atau belum, berikut keterangan yang disampaikanoleh bapak Kompol Triyani selaku Wakasat Lalu Lintas di Polres Kota Tangerang I1-1 pada saat wawancara:

“SDM disini menurut saya belum cukup ya karena sebenernya begini kesadaran dalam berlalu lintas itu tidak di ukur SDM dari kepolisian, tapi dari kesadaran masyarakat Cuma masyarakat kita itu kan sepertinya memang harus diawasi. Nah polisi itu tugasnya mengawasi... gitu...memang. nah masyarakat tuh kalo diawasi baru tertib gitu jadi kalo kesadaran murni yang 100 persen tertib itu belum bisa, ya minimal 70 lah gitu. 30% itu masih ada. Masih ada yang perlu.. anu..apa itu... pengawasan. Dia jadi tidak sadar sendiri, tidak ada yang mencuri curi lawan arah jadi ga akan cukup SDM yang kami sediakan kalau masyarakat juga masih susah di atur.”

Hal yang sama juga disampaikan oleh Bapak Aiptu Tony Efendi selaku Polisi Lalu Lintas POLRESTA Kota Tangerang I1-3 sebagai berikut:

“Sumber daya sudah mencukupi tetapi masih perlu dievaluasi karena mengawasi sebegitu banyak nya masyarakat itu gak mudah jadi kadang kita masih perlu bantuan ke pusat.”

Dari hasil wawancara di atas bisa dapat diketahui bahwa Sumber Daya Manusia di Polres Tangerang belum cukup karena keterbatasan penegak mengakibatkan banyak yang lalai. Sumber daya manusia di Polres Metro Tangerang belum bisa di katakan cukup, karna dalam kesadaran berlalu-lintas harus adanya kerja sama antara aparat dengan masyarakat karna pada dasarnya fungsi dari aparat bertugas sebagai pengawas . Apabila masyarakat yang di awasi belum mampu menyadari kesalahannya maka sumberdaya manusia yang adapun tidak dapat melaksanakan strategi manajemen kepolisian dengan baik.

1.2 Sarana dan Prasarana

Aspek sarana dan prasarana penunjang merupakan aspek yang dibutuhkan dalam strategi manajemen lalu lintas yang baik dan Jalan yang dioperasional harus dilengkapi dengan prasarana jalan sebagaimana dalam Undang-Undang Nomor 22 tahun 2009 menyatakan bahwa “Setiap Jalan yang digunakan untuk Lalu Lintas umum wajib dilengkapi dengan perlengkapan jalan berupa Rambu-rambu, Marka jalan, Alat pemberi isyarat lalu lintas, Alat penerangan jalan, Alat pengendali dan pengamanan pengguna jalan, Alat pengawasan dan pengamanan Jalan berada di Jalan dan di luar badan Jalan. dan fasilitas pendukung yang layak didalamnya apakah sudah tersedia atau belum. Fasilitas dalam pelaksanaan kebijakam berupa segala sesuatu yang dibutuhkan dalam proses pelaksanaan kebijakan lalu lintas. Berikut adalah data hasil wawancara peneliti bersama I1-1:

“Untuk saat ini sarana dan prasana ada akan tetapi masih belum mencukupi karna kurangnya perawatan kendaraan untuk oprasi lagipula memang sebenarnya agak sulit juga mengawasi tanpa sarana yang kurang memadai ya.”

Hal yang sama juga dikatakan oleh bapak Aiptu Tony Efendi selaku Polisi Lalu Lintas Polres Metro Kota Tangerang I1-3 sebagai berikut:

“Menurut saya sih belum memadai ya soalnya saya agak kesulitan sih pake sarana yang ada banyak banget nih kendaraan buat pengawasan lalu lintas di jalan yang rusak karena kurangnya anggaran buat perawatan rutin terus rambu rambu yang dipasang juga banyak yang

rusak karena cuaca dan banyak juga tuh anak-anak rese yang coret coret.”

Berdasrkan hasil dari wawancara di atas dapat diketahui bahwa sarana dan prasarana yang ada belum cukup optimal dalam pelaksanaanya yang membuat kesulitan ketika ada operasi razia dan banyak kelengkapan kebijakan pun dirusak masyarakat itu sendiri. Dalam hal ini sarana yang ada tidak hanya sebatas pada rambu-rambu yang tersedia saja, namun kendaraan operasional yang tersedia ternyata mengalami beberapa kerusakan karenan diketahui bahwa minimnya anggaran guna perawatan bagi armada yang dimiliki. Selain itu kesadaran masyarakat mengenaik pemeliharaan fasilitas rambu-rambu yang ada membuat fasilitas yang ada tidak lagi berfungsi secara optimal, hal ini dapat terlihat dari adanya beberapa rambu-rambu tang dirusak oleh masyarakat.

1.3 Sosialisasi

Aspek sosialisasi merupakan proses penyampaian informasi kepada sasaran kebijakan mengenai Strategi manajemen Kepolisian dalam kesadaran berlalu lintas, berikut adalah wawancara dengan I1-1:

“Sudah sering kami lakukan ya sosialisasinya dalam berbagai bentuk contoh nya seperti sosialisasi ke sekolah, di event tertentu, ada juga reklame, di iklan , di radio, dan ini kan sebenernya kebijakannya sudah lama sekali dan memang pasti masyarakat juga tau tanpa sosialisasi lanjutan terus menerus gituRazia itu ada jadwalnya, ada yang namanya itu operasi. Operasi kepolisian itu ada namanya operasi rutin. Operasi rutin itu ya tiap hari. Kemudian ada operasi

kepolisian terpusat. Terpusat itu pusat yang ini, kaya operasi ini kan terpusat. Nah operasi kan macem-macem. Operasi kemanusiaan itu ada yang preventif saja, ada yang preentif saja, ada yang represif gitu.

Jadi skala yang mana mau dipake. Jadi namanya operasi bukan razia, operasi kepolisian namanya. Ada yang preventif ada yang represif itu gitu, lihat kebutuhannya aja. Ini operasi kemanusiaan mau lebaran nih. Coba kalian kalo, ada kan yang namanya operasi zebra, operasi patuh, operasi simpatik, nah gitu, berarti operasi simpatik itu bukan sekedar operasi simpatik, dia juga ada penindakan. Tetapi ada yang dikedepankan umpama masalah peneguran gitu, peneguran/sosialiasi lagi pake brosur, pake pamflet, pake siaran radio, mau pake medsos, mau pake apa, itu banyak alat.”

Hal yang sama juga dikatakan oleh bapak Aiptu Tony Efendi selaku Polisi Lalu Lintas Polres Kota Tangerang I1-3 sebagai berikut:

“Wah ya itu sering kami lakukan di jalanan ketika kami tilang pun kami beritahu bagaimana kebijakannya sampai sanksinya malahan kami menjelaskan ke masyarakat bagaimana cara mereka ke pengadilan untuk menyelesaikan sanksi lanjutan.”

Melihat dari hasil wawancara yang dilakukan, diketahui bahwa para aparat telah melakukan berbagai upaya guna mensosialisasikan setiap operasi-operasi yang sedang dilakukan. selain menginformasikan secara langsung saat para aparat bertemu langsung dengan masyarakat di jalan, proses sosialisasi juga dilakukan melalui beberapa metode seperti melalui pmaflet, brosur-brosur, maupun melalui sosial media miliki kepolisian.

2. Weakness (Kelemahan)

Kelemahan merupakan kondisi kekurangan yang terdapat di dalam organisasi. Kelemahan yang dianalisis merupakan faktor yang terdapat dalam tubuh organisasi. Kelemahan faktor korelatif yang dapat mempengaruhi stabilitas keamanan, keselamatan, ketertiban dan

kelancaran lalu lintas di jalan raya merupakan interaksi serta kombinasi dua atau lebih faktor yang saling mempengaruhi situasi lalu lintas meliputi faktor manusia, faktor kendaraan, faktor jalan, dan faktor lingkungan dan masalah-masalah yang terjadi dalam proses strategi manajemen lalu lintas berikut keterangan yang disampaikan oleh bapak Kompol Triyani selaku Wakasat Lalu Lintas di Polres Kota Tangerang I1-1

pada saat wawancara:

“Oh ada, ada SOP kan ada struktur organisasi itu kan ada ininya, ada sopnya, kemudian ada standar, ada ren-giatnya. Nah itu namanya ren- giat kita ya, rencana kegiatan. Standar operasionalnya, namanya standar operasional kepolisian itu, kan SOP itu maksudnya kan. Jadi ada, itu SOP nya kan ada tingkatan tingkatannya. Oh ini sosialiasi dulu, lewat spanduk kemudian lewat siaran radio, lewat koran, baru nanti teguran, baru nanti penindakan gitu tapi masih aja gitu masyarakat ga mengerti.”

Melihat dari hasil wawancara tersebut diketahui meskipun aparat telah bekerja sesuai dengan SOP yang dimiliki namun pada kenyataannya masyarakat masih belum mampu untuk memahami bentuk teguran serta sanksi yang diberlakukan atas setiap pelanggaran yang dilakukan.

3. Opportunities (Kesempatan)

Opportunities merupakan kondisi peluang berkembang dimasa yang akan datang. Kondisi yang terjadi merupakan peluang dari luar organisasi itu sendiri. Terkait hal tersebut, I1-2 menyampaikan pendapatnya sebagai berikut:

“Kalau berbicara kesempatan, mungkin masyarakat yang berprofesi jadi calo ya yang punya kesempatan mendapatkan keuntungan. Jadi karena prosedur pembuatan sim kendaraan bermotor cukup panjang, banyak masyarakat yang akhirnya mencari oknum-oknum yang bisa membantu mempercepat pembuatan sim.”

Hal tersebut pun dibenarkan oleh I2-1 yang berprofesi sebagai calo. Berikut pernyataannya:

“Pembuatan SIM ini memang menjadi kesempatan kita. Karena prosesnya panjang, seringnya tidak bisa selesai dalam 1 hari, dan kadang harus berulang kali tes jadi kita bantu jika ada yang ingin selesai cepat. Lumayan hasilnya. Walaupun capek karena menggantikan orang untuk mengurus SIMnya tapi ya tidak apa-apa.”

Dalam proses pembuatan SIM ternyata diketahui membuka kesempatan bagi masyarakan untuk menjadi calo dalam proses pembuatannya. Hal ini terjadi melihat dari SOP pembuatan SIM yang membutuhkan waktu cukup lama sehingga penawaran-penawaran pembuatan SIM dengan cepat jauh lebih menggiurkan bagi masyarakat yang sangat membutuhkannya.

4. Threats (Ancaman)

Threats merupakan kondisi yang mengancam dari luar. Ancaman ini dapat mengganggu organisasi itu sendiri. Kondisi yang terjadi merupakan ancaman dari luar organisasi itu sendiri. Mengenai ancaman pada proses peningkatan kesadaran masyarakat dalam berlalu lintas.

Berikut pernyataan yang disampaikan oleh I1-2:

“Terkait ancaman dari luar sebetulnya sudah jelas sekali ya, adanya calo itu menjadi penghambat kita untuk mengajak masyarakat untuk tertib. Dalam hal pembuatan SIM saja tidak bisa tertib bagaimana

nanti dijalan. Kan jadi tidak terjamin ya kualitas berkendara masyarakat seperti apa kalau semakin banyak calo yang membantu pembuatan SIM.”

Hal serupa disampaikan oleh I1-1, berikut pernyataannya:

“Iya memang benar adanya calo ini cukup mengkhawatirkan karena membuat masyarakat tidak tertib dan kita sulit untuk meningkatkan kesadaran masyarakat untuk tertib berlalu lintas.”

Namun pendapat berbeda disampaikan oleh I2-2 selaku masyarakat yang justru merasa terbantu dengan adanya calo. Berikut pernyataannya:

“Saya pribadi selaku pekerja sangat terbantu dengan adanya calo.

Untuk urus perpanjang SIM itu kan butuh waktu, tidak bisa 5 menit selesai. Jadi mau tidak mau saya harus ijin dari kantor dan kadang membuat pekerjaan saya tertunda.”

Melihat dari pendapat yang telah dikemukakan diketahui ancaman terbesar berasal dari keberadaan calo dalam proses pembuatan SIM. Namun disisi lain terdapat beberapa masyarakat yang merasa terbantu dengan keberadaan calo-calo tersebut. Melihat fenomena ini perlu lagi dikaji mengapa masyarakat masih saja memiliki ketertarikan terhadap keberadaan calo-calo tersebut.

A. Internal 1. Kekuatan

a) Komitmen Pimpinan Polri untuk melakukan perubahan pelaksanaan fungsi Lantas ke arah yang lebih baik melalui pembinaan SDM dan peningkatan kualitas pelayanan.

b) Penambahan dan peningkatan personil lalu lintas secara kuantitatif dan kualitatif dalam mengimbangi tantangan tugas yang dilakukan secara bertahap.

c) Peningkatan kualitas penegakan hukum dibidang lalu lintas dengan perbaikan pola penindakan.

d) Motivasi anggota dalam pelaksanaan tugas di bidang lalu lintas cukup tinggi.

e) Penambahan sarana dan prasarana baik mobilitas maupun peralatan pendukung lainnya dalam rangka upaya penegakan hukum dan peningkatan disiplin pemakai jalan

f) Adanya keinginan pihak Polri untuk memperbaiki sistem penindakan dengan tilang yang lebih sederhana dan efektif.

2. Kelemahan

a) Kualitas intelektual dan profesional individu anggota Polantas belum ideal untuk mendukung reformasi Polri.

b) Kualitas Sumber Daya Polantas yang belum sepenuhnya dapat memberikan keteladanan kepada pengguna jalan.

c) Masih adanya personil Polantas yang melakukan praktek pungutan liar maupun pungutan di luar ketentuan yang dapat menurunkan citra Polantas.

d) Perlakuan petugas terhadap pelanggar lalu lintas masih terkesan pilih kasih, atau sengaja membiarkan pelanggaran yang terjadi.

e) Sikap arogansi/sok kuasa yang masih sering ditampilkan oleh petugas di lapangan.

f) Sistem pendataan di bidang lalu lintas yang kurang baik sehingga menyulitkan pihak Polri dalam rangka mengambil kebijakan yang akurat.

g) Perolehan Surat Ijin Mengemudi (SIM) yang diterbitkan oleh Polri belum memberi jaminan akan kualitas pemegang SIM.

h) Terbatasnya dukungan anggaran untuk peningkatan kualitas pelayanan kepada masyarakat.

i) Sarana dan prasarana penunjang pelaksanaan tugas belum memadai, terutama pada daerah-daerah yang tingkat kerawanan lalu lintasnya tinggi.

B. Eksternal 1. Peluang

a) Adanya kesepakatan bersama antar kementerian terkait dan Polri untuk mengupayakan peningkatan keselamatan dijalan.

b) Dukungan partisipasi masyarakat yang bersifat positif dalam pengawasan konstruktif terhadap kinerja Polisi lalu lintas yang makin meningkat.

c) Partisipasi masyarakat untuk ikut serta melakukan giat Kampanye tertib lalu lintas dan giat lain dalam rangka peningkatan keselamatan lalu lintas dan kepatuhan hukum.

d) Keinginan masyarakat yang menghendaki agar Polantas lebih professional dalam mewujudkan keamanan, ketertiban, pelanggaran lalu lintas.

e) Penambahan sarana dan prasarana lalu lintas yang dilakukan oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.

f) Adanya peraturan-peraturan daerah yang menginginkan terwujudnya kondisi lalu lintas daerah menjadi lebih baik.

g) Adanya political will dari beberapa daerah tertentu yang membuat kebijakan untuk peningkatan pelayanan angkutan publik.

2. Kendala

a) Ketidaktertiban berlalu lintas sebagai fenomena sehari-hari telah dipandang sebagai suatu budaya sehingga kondisi yang ada dianggap sebagai suatu yang wajar.

b) Sarana dan prasarana jalan belum mencerminkan dan belum memperhatikan aspek keselamatan.

c) Manajemen angkutan umum baik tingkat pusat maupun daerah masih mencerminkan manajemen yang kurang sehat (lebih mengutamakan sistem setoran daripada mengutamakan aspek keselamatan).

d) Ketidaktertiban penataan lalu lintas sebagai dampak dari kebijakan pemerintah dalam pemberian ijin membangun pada tempat-tempat yang intensitas lalu lintasnya tinggi justru menimbulkan permasalahan baru dibidang lalu lintas.

e) Perhatian pemerintah dan komponen masyarakat terhadap keselamatan lalu lintas dan kepatuhan hukum masyarakat belum menjadi keprihatinan bersama bahkan dianggap sebagai suatu accident.

f) Tidak adanya kejelasan kebijakan pemerintah dalam membatasi pertumbuhan jumlah kendaraan maupun manajemen pengoperasian kendaraan bermotor.

g) Langkah sosialisasi terhadap aturan-aturan hukum tidak secara efektif dilaksanakan dan tidak adanya kejelasan tanggung jawab instansi tertentu.

h) Belum diakuinya peralatan milik Polri sebagai alat bantu penegakan hukum (Speed Gun / alat pemantau kecepatan) oleh aparat CJS.

i) Lemahnya koordinasi antar aparat penegak hukum dan instansi terkait yang bertanggung jawab dalam mewujudkan keselamatan lalu lintas dan kepatuhan hukum masyarakat.

j) Belum adanya sekolah-sekolah mengemudi yang memenuhi standar pendidikan keterampilan mengemudi.

Tabel 4.5 MATRIX SWOT Faktor Internal

Faktor Eksternal

Strengths (S) Weaknesses(W) a. Banyaknya

sumberdaya yang tersedia.

b. Sering nya dilakukan pelatihan sehingga

sumberdaya yang ada sangat professional.

c. Disediakan sarana dan prasarana yang memadai.

d. Seringnya dilakukan sosialisasi dalam bentuk iklam, baliho, siaran radio maupun koran.

a. Kurangnya

perawatan terhadap sarana dan prasarana sehingga terdapat berapa sarana dan prasarana yang rusak.

b. Ketidak takutan masyarakat terhadap sanksi yang

diberikan membuat masih tingginya tingkat kesalahan yang dilakukan masyarakat.

c. Masyarakat seolah acuh terdahap sosialisasi yang dilakukan.

Opportunieties (O) Strategi SO Strategi WO a. Semakin sadar

masyarakat akan

keselamatan angka

kecelakaan pun akan

berkurang.

b. Semakin patuh masyarakat Berlalu-Lintas mengurangi kecametan c. Apabila

masyarakat mengikuti pembuatan Peraturan SIM yang ada akan mengurangi

a. Melakukan sosialisasi antar kampung polantas bekerjasama dengan babinsa agar masyarakat lebih dekat dengan pihak Kepolisian.

b. Meningkatkan pengawasan agar tidak ada lagi polisi yang menerima suap saat sedang melakukan tilang c. Meningkatkan

teknologi berbasis elektronik misal pembuatan SIM

a. Membuat slogan atau pamphlet yang lebih kreatif agar masyarakat lebih tertarik untuk melihat dan membaca.

b. Menguatkan kelembagaan Kepolisian Sat lantas untuk lebih meningkatkan kesadaran

masyarakat dalam berkendara.

c. Mendorong angka kemacetan dengan mengurangi perkendara yang masih dibawah

calo atau peluang sim palsu.

online sehingga para pekerja bias lebih mudah membuat SIM tanpa bantuan calo SIM.

umur.

d. Meningkatkan pengawasan

orangtua untuk tidak mengijinkan anak – anak untuk

membawa

kendaraan sendiri.

Threats ( Ancaman )

Strategi ST Strategi WT

a. Adanya calo membuat para perkendara semakin tidak tertib.

b. Kurangnya respect masyarakat terhadap polisi mengakibatkan sulitnya terjalin komunikasi yang baik antara pihak Kepolisian dan Masyarakat.

c. Banyaknya Polisi yang mau di suap membuat masyarakat menggampangk an saat

melakukan kesalahan.

a. Pihak kepolisian harus extra pengawasan terhadap para pembuat SIM sehingga tidak ada lagi calo yang berkeliaran.

b. Pihak kepolisian harus lebih merangkul

masyarakat sesuai dengan slogan Kepolisian yaitu Polisi sebagai pelindung, pelayan dan pengayom masyarakat.

c. Diadakannya sosialisasi rutin ke sekolah sekolah SMP dan SMA untuk

menghindari para pelajar membawa kendaraan sendiri.

a. Meningkatkan keharmonisan Kepolisian dengan Masyarakat agar terjalin komunikasi yang baik.

b. Mengoptimalkan pembinaan dan pelatihan terhadap Polisi dat lantas metro tanggerang kota.

c. Memaksimalkan sarana dan prasarana pendukung.

A. Internal 1. Kekuatan

a) Komitmen Pimpinan Polri untuk melakukan perubahan pelaksanaan fungsi Lantas ke arah yang lebih baik melalui pembinaan SDM dan peningkatan kualitas pelayanan.

b) Penambahan dan peningkatan personil lalu lintas secara kuantitatif dan kualitatif dalam mengimbangi tantangan tugas yang dilakukan secara bertahap.

c) Peningkatan kualitas penegakan hukum dibidang lalu lintas dengan perbaikan pola penindakan.

d) Motivasi anggota dalam pelaksanaan tugas di bidang lalu lintas cukup tinggi.

e) Penambahan sarana dan prasarana baik mobilitas maupun peralatan pendukung lainnya dalam rangka upaya penegakan hukum dan peningkatan disiplin pemakai jalan

f) Adanya keinginan pihak Polri untuk memperbaiki sistem penindakan dengan tilang yang lebih sederhana dan efektif.

2. Kelemahan

a) Kualitas Sumber Daya Polantas yang belum sepenuhnya dapat memberikan keteladanan kepada pengguna jalan.

b) Masih adanya personil Polantas yang melakukan praktek pungutan liar maupun pungutan di luar ketentuan yang dapat menurunkan citra Polantas.

c) Perlakuan petugas terhadap pelanggar lalu lintas masih terkesan pilih kasih, atau sengaja membiarkan pelanggaran yang terjadi.

d) Masih banyaknya Calo SIM menyebabkan kurangnya jaminan akan kualitas pemegang SIM.

e) Sarana dan prasarana penunjang pelaksanaan tugas belum memadai, terutama pada daerah-daerah yang tingkat kerawanan lalu lintasnya tinggi.

B. Eksternal 1. Peluang

a) Dukungan partisipasi masyarakat yang bersifat positif dalam pengawasan konstruktif terhadap kinerja Polisi lalu lintas yang makin meningkat.

b) Partisipasi masyarakat untuk ikut serta melakukan giat Kampanye tertib lalu lintas dan giat lain dalam rangka peningkatan keselamatan lalu lintas dan kepatuhan hukum.

c) Keinginan masyarakat yang menghendaki agar Polantas lebih professional dalam mewujudkan keamanan, ketertiban, pelanggaran lalu lintas.

d) Penambahan sarana dan prasarana lalu lintas yang dilakukan oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.

Dokumen terkait