• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II DESKRIPSI TEORI

2.2 Penelitian Terdahulu

Sebagai acuan dan bahan masukan bagi peneliti dalam melakukan penelitian, maka peneliti menelusuri beberapa jurnal penelitian yang kurang lebih membahas topik yang relevan dengan peneliti yaitu tentang strategi kepolisian dalam meningkatkan kesadaran pengemudi dalam berlalulintas. Penelitian

terdahulu ini dapat berfungsi sebagai data pendukung yang relevan dengan fokus peneitian peneliti. Jurnal penelitian tersebut antara lain sebagai berikut:

1. Jurnal penelitian yang ditulis oleh Faisol Rachmat dan Pudji Astuti, tahun 2014 yang berjudul “Strategi Penanganan Pelanggaran Lalu Lintas Di Wilayah Jembatan Suramadu Surabaya Oleh Polsek Nambangan” dari Fakultas ilmu Sosial, Jurusan Hukum, Universitas Negeri Surabaya ini menjelaskan dalam penelitiannya bahwa perkembangan teknologi di bidang transportasi cukup cepat, terutama kendaraan bermotor, namun seiring berkembangnya alat tarnsportasi kendaraan bermotor ini tidak di temani dengan kesadaran hukum oleh masyarakat, sehingga terjadi pelanggaran khususnya di sekitar Jembatan Suramadu Surabaya. Dari hal inilah dibutuhkan strategi penanganan pelanggaran Lalu Lintas oleh Polsek Nambangan Surabaya, sehingga mengurangi terjadinya pelanggaran dan kecelakaan Lalu Lintas. Permasalahan pokok pada penelitian ini adalah strategi penanganan pelanggaran Lalu Lintas oleh Polsek Nambangan Surabaya. Penelitian yang digunakan penelitian deskriptif kualitatif. Yaitu menggambarkan dan mendeskripsikan bagaimana strategi penanganan pelanggaran Lalu Lintas oleh Polsek Nambangan Surabaya. Tempat penelitian yang di gunakan di sekitar Jembatan Suramadu Surabaya, jenis data ada dua yaitu: data primer, dan data sekunder, teknik pengumpulan data meliputi wawancara, dan dokumen. Hasil penelitian, diketahui bahwa strategi penanganan

pelanggaran Lalu Lintas oleh Polsek Nambangan Surabaya cukup maksimal. Strategi penanganan yang dilakukan oleh Polsek Nambangan ada 2 macam yaitu: secara preventif, dan secara represif, dengan strategi ini maka terjadi penurunan angka kecelakaan di area Jembatan Suramadu Surabaya pada tahun 2014 dibandingkan pada tahun 2013. Disarankan hendaknya polsek Nambangan Surabaya rajin untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dan ikut serta berpartisipasi dalam mengurangi kecelakaan Lalu Lintas di sekitar Jembatan Suramadu Surabaya. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan peneliti lakukan adalah dari metode penelitian yang akan digunakan yaitu deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data menggunakan wawancara dan dokumen. Sedangkan yang membedakan dari penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan peneliti lakukan adalah variable penelitian yang digunakan.

2. Jurnal penelitian yang ditulis oleh Drs. Bima Anggarasena, tahun 2010 yang berjudul “Strategi Penegakan Hukum Dalam Rangka Meningkatkan Keselamatan Lalu Lintas Dan Mewujudkan Masyarakat Patuh Hukum”. Program Magister Ilmu Hokum Program Pascasarjana Universitas Diponegoro. Dalam penelitian ini dijelaskan bahwa Data kecelakaan dan pelanggaran lalu lintas yang dihimpun oleh Ditlantas Babinkum Polri serta dari pengamatan kita sehari-hari memberikan gambaran bahwa tingkat keselamatan lalu lintas dan tingkat

kepatuhan masyarakat terhadap hukum / perundang-undangan lalu lintas sangat memprihatinkan, hal ini apabila tidak dilakukan langkah-langkah strategis guna meningkatkan tingkat keselamatan dan peningkatan kepatuhan hukum masyarakat maka akan menimbulkan kerugian bukan saja korban jiwa dan harta serta kejiwaan namun juga akan menimbulkan kerugian dibidang ekonomi.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana kondisi keselamatan lalu lintas dan tingkat kepatuhan hukum masyarakat saat ini, untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kondisi keselamatan lalu lintas dan tingkat kepatuhan hukum masyarakat dan untuk mengetahui bagaimana konsepsi strategis penegakan hukum yang mampu meningkatkan keselamatan lalu lintas dan kepatuhan hukum masyarakat.Penelitian ini bersifat deskriptif dan dilihat dari tujuannya termasuk penelitian hukum empiris. Lokasi penelitian ini dilakukan di beberapa Satlantas kota Indonesia, dan masyarakat pengguna jalan atau pengendara. Jenis data yang digunakan meliputi data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data melalui wawancara dan penelitian kepustakaan baik buku-buku, peraturan perundang- undangan, makalah-makalah, hasil penelitian terdahulu, dokumen- dokumen, dan sebagainya. Analisis data menggunakan analisis kualitatif. Berdasarkan penelitian ini, diperoleh hasil bahwa kecelakaan lalu lintas di Indonesia dapat digambarkan dari data dalam

kurun waktu 10 tahun terakhir menunjukkan bahwa kecelakaan lalu lintas yang terjadi di Indonesia telah merenggut korban jiwa rata-rata 10.000 per tahun. Penyebab kecelakaan yang terjadi didominasi oleh faktor manusia, kendaraan, faktor jalan, dan faktor lingkungan.

Maka untuk tujuan menciptakan masyarakat patuh hukum guna mewujudkan Kamseltibcar Lantas dibutuhkan suatu strategi yaitu salah satunya adalah melaksanakan manajemen dan rekayasa lalu lintas yang disesuaikan dengan pendanaan yang ada dan menciptakan penegakan hukum yang lebih berorientasi pada upaya merubah situasi lalu lintas dalam mewujudkan situasi keamanan ketertiban dan kelancaran lalu lintas baik dari aspek pengemudi, kendaraan, jalan dan lingkungan. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan peneliti lakukan adalah dari metode penelitian yang akan digunakan yaitu deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data menggunakan wawancara dan dokumen.

Sedangkan yang membedakan dari penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan peneliti lakukan adalah variable penelitian yang digunakan.

2.3 Kerangka Berpikir

Adapun kerangka berpikir dalam Manajemen Strategi Kepolisian Dalam Peningkatan Kesadaran Berlalu-lintas Pada Pengemudi Kendaraan Bermotor Di Polres Metro Tangerang Kota adalah sebagai berikut :

Gambar 2.1

Kerangka Berpikir

Input:

1. Masih ada masyarakat yang melakukan pelanggaran di wilayah Kota tangerang

2. Adanya sanksi yang tidak tegas di berikan kepada pelanggar lalu-lintas dari petugas

3. Kurangnya pengawasan dalam penegakan kesadaran berlalu- lintas pada pengemudi kendaraan bermotor di Kota tangerang

3.

Output:

Diperoleh Gambaran Umum dan pilihan strategi yang tepat dalam peningkatan kesadaran berlalu-lintas pada pengemudi kendaraan bermotor di POLRES METRO TANGERANG KOTA

Feedback:

Meningkatan kesadaran berlalu-lintas pada pengemudi kendaraan bermotor dan mengurangi jumlah kecelakaan lalu lintas di Kota Tangerang.

Proses Analisis SWOT : 1. Strengths 2. Weaknesses 3. Opportunities 4. Threats

a. Preventif adalah tindakan pencegahan yang dilakukan oleh pihak kepolisian sebelum pelanggaran terjadi, agar suatu tindakan pelanggaran dapat di cegah. Untuk itu Polantas yang bertugas di sekitar area Kota Tangerang berinisiatif untuk melakukan strategi penanganan pelanggaran, dengan cara memberikan himbauan kepada masyarakat, memasang spanduk dan banner di setiap simpul–simpul jalan, dan melakukan Pendidikan Masyarakat (Dikmas), atau pendidikan Lalu Lintas. Sehingga masyarakat lebih tertib dalam berlalu lintas, dan diharapkan masyarakat dapat mematuhi peraturan yang berlaku sesuai dengan Undang – undang Nomer 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Pasal 256 ayat (1), (2), dan (3), yang berbunyi: (1). Masyarakat berhak untuk berperan serta dalam penyelenggaraan lalu lintas dan Angkutan Jalan. (2). Peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa: (a).

Pemantauan dan penjagaan keamanan, keselamatan, ketertiban, dan Kelancaran Lalu Lintas dan Angkutan Jalan; (b). Masukan kepada instansi pembina dan penyelenggara Lalu Lintas dan angkutan Jalan di tingkat pusat dan daerah dalam penyempurnaan peraturan, pedoman, dan standar teknis di bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan; (c). Pendapat dan pertimbangan kepada instansi pembina dan penyelenggara Lalu Lintas dan Angkutan Jalan di tingkat pusat dan daerah terhadap kegiatan penyelenggaraan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang menimbulkan dampak lingkungan; dan (d). Dukungan terhadap penyelenggaraan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. (1) Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah mempertimbangkan dan menindaklanjuti masukan, pendapat, dan/atau dukungan yang disampaikan oleh masyarakat sebagaimana yang dimaksud pada ayat (2). Dengan strategi penanganan pelanggaran secara preventif dilakukan sebagai upaya pencegahan atau penyadaran terhadap pelaku agar tidak melakukan hal-hal yang lebih buruk lagi, sehingga diharapkan adanya kesadaran hukum di dalam masyarakat supaya tidak melanggar rambu- rambu Lalu Lintas dan meminimalisir terjadinya pelanggaran.

b. Represif adalah penindakan setelah terjadinya pelanggaran dan penyidikan di atur dalam Pasal 260 ayat 1 yaitu: (1). Memberhentikan, melarang, atau menunda pengoperasian dan menyita sementara kendaraan bermotor yang patut diduga melanggar peraturan berlalu lintas atau merupakan alat dan/atau hasil kejahatan; (2). Melakukan pemeriksaan atas kebenaran keterangan berkaitan dengan Penyidikan tindak pidana di bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan; (3). Meminta keterangan dari Pengemudi, pemilik Kendaraan Bermotor, dan/atau Perusahaan Angkutan Umum; (4).

Melakukan penyitaan terhadap Surat Izin Mengemudi, Kendaraan Bermotor, muatan, Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor, Surat Tanda Coba Kendaraan Bermotor, dan/atau tanda lulus uji sebagai barang bukti;

(5). Melakukan penindakan terhadap tindak pidana pelanggaran atau kejahatan Lalu Lintas menurut ketentuan peraturan perundang-undangan;

(6). Membuat dan menandatangani berita acara pemeriksaan; (7).

Menghentikan penyidikan jika tidak terdapat cukup bukti; (8). Melakukan penahanan yang berkaitan dengan tindak pidana kejahatan Lalu Lintas;

dan/atau. (9). Melakukan tindakan lain menurut hukum secara bertanggung jawab.pelanggaran. Pelaksanaan penindakan. Dengan cara represif di harapkan dapat memberikan efek jera kepada pelaku pengendara kendaraan bermotor yang melanggar rambu–rambu Lalu Lintas sehingga tidak akan mengulangi pelanggaran lagi di kemudian hari.

2.4 Asumsi Dasar

Setelah peneliti menjelaskan permasalahan penelitian pada bab sebelumnya, maka selanjutnya peneliti perlu memberikan asumsi yang kuat tentang kedudukan permalahannya. Asumsi yang merupakan dugaan dapat diterima sebagai dasar atau landasan berpikir karena dianggap benar. Asumsi juga dapat diartikan menduga, memperkirakan, memperhitungkan, atau meramalkan.

Maka pada penelitian mengenai Manejemen Strategi Kepolisian Dalam Peningkatan Kesadaran Berlalu Lintas Pada Pengemudi Kendaraan Bermotor Di Polres Metro Tangerang Kota, peneliti memiliki asumsi bahwa pelaksanaan strategi Kepolisian dalam meningkatkan kesadaran berlalu lintas pada pengemudi kendaraan bermotor masih belum optimal. Hal ini terlihat dari munculnya permasalahan-permasalahan seperti yang telah dijelaskan peneliti pada bab sebelumnya.

50 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian

Penelitian merupakan usaha untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan, usaha yang digunakan untuk mengetahui metode ilmiah (Hadi, 1984:4). Metode penelitian berguna sebagai pedoman bagi peneliti untuk mempermudah proses penelitian mulai dari tahapan perumusan masalah, pencarian data yang relevan dengan masalah, sehingga proses analisis data sehingga dapat menemukan jawaban atas permasalahan yang sedang dikaji.

Sudjana dan Ibrahim dalam Satori & Komariah (2010: 21) menjelaskan:

“Penelitian adalah sebagai suatu kegiatan yang dilakukan secara sistematik untuk mengumpulkan, mengolah dan menyimpulkan data dengan menggunakan metode dan teknik tertentu dalam rangka mencari jawaban atas permasalahan yang dihadapi.”

Dalam penelitian ini, pendekatan penelitian yang hendak peneliti gunakan adalah pendekatan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif melakukan penelitian pada latar alamiah atau pada konteks suatu keutuhan. Dalam penelitian kualitatif, peneliti sendiri atau dengan bantuan orang lain merupakan alat pengumpul data utama (Moleong, 2009:9).

Richie dalam Moleong (2013:6) menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah upaya untuk menyajikan dunia sosial, dan perpektifnya di dalam dunia, dari segi konsep, perilaku, persepsi, dan persoalan tentang manusia yang diteliti.Penelitian kualitatif adalah suatu pendekatan penelitian yang megungkap situasi sosial tertentu dengan mendeskripsikan kenyataan secara benar, dibentuk

oleh kata-kata berdasarkan teknik pengumpulan dan analisa data yang relevan yang diperoleh dari situasi yang alamiah. Sedangkan, metode yang dipergunakan adalah metode penelitian deskriptif. Metode penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan mendeskripsikan atau menjelaskan sesuatu hal seperti apa adanya (Irawan, 2006:4).

Dalam penelitian ini, peneliti akan mendeskripsikan bagaimana strategi kepolisian dalam peningkatan perilaku kesadaran berlalulintas pada pengemudi kendaraan bermotor di Polres Metro Tangerang Kota.

3.2 Ruang Lingkup Penelitian

Dalam penelitian ini yang dijadikan sebagai objek penelitian penulis adalah penerapan strategi Kepolisian Resort Metro Tangerang Kota dalam meningkatkan kesadaran masyarakat dalam berkendara dan sejauhmana strategi yang telah dilakukan tersebut berpengaruh dalam perubahan perilaku masyarakat.

Sesuai dengan objek yang di teliti maka penulis melakukan penelitian pada Polres Metro Tangerang Kota.

3.3 Lokasi Penelitian

Lokasi/tempat dilakukannya penelitian ini adalah di Kota Tangerang. Kota Tangerang adalah sebuah kota yang terletak di Tatar Pasundan Provinsi Banten, Indonesiadengan luas sekitar 1.500 km², dihuni oleh lebih dari 2 juta penduduk.

Kota ini terletak tepat di sebelah barat ibu kota negara Indonesia, Jakarta. Kota Tangerang berbatasan dengan Kabupaten Tangerang di sebelah utara dan barat,

Kota Tangerang Selatan di sebelah selatan, serta Daerah Khusus Ibukota Jakarta di sebelah timur.

Tangerang merupakan kota terbesar di Provinsi Banten serta ketiga terbesar di kawasan Jabodetabek setelah Jakarta dan Bekasi di provinsi Jawa Barat. Kota Tangerang terdiri atas 13 kecamatan, yang dibagi lagi atas sejumlah 104 kelurahan.

Dahulu Tangerang merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Tangerang, kemudian ditingkatkan statusnya menjadi kota administratif, dan akhirnya ditetapkan sebagai kotamadya pada tanggal 28 Februari 1993. Sebutan kotamadya diganti dengan kota pada tahun 2001. Pada tahun 2001, saat penyebutannya diganti dari Kotamadya menjadi Kota, dibentuk 7 kecamatan baru dan beberapa kelurahan baru yang merupakan pemekaran dari kecamatan induknya.

Kecamatan-kecamatan baru tersebut, yakni Kecamatan Benda, Kecamatan Cibodas, Kecamatan Karang Tengah, Kecamatan Larangan, Kecamatan Neglasari, Kecamatan Periuk, Kecamatan Pinang dan adapun kelurahan baru yang dibentuk tetapi masih menjadi bagian dari kecamatan induknya, yakni Kecamatan Batuceper, Kecamatan Ciledug, Kecamatan Cipondoh, Kecamatan Jatiuwung, Kecamatan Karawaci, Kecamatan Tangerang.

Penelitian ini dilakukan atas dasar pengalaman yang dialami oleh peneliti selama bertempat tinggal di Kota Tangerang. Peneliti melihat bahwa dari aspek pergerakan penduduk, kecenderungan bertambahnya penduduk perkotaan yang tinggi dan urbanisasi menyebabkan makin banyaknya jumlah pergerakan baik di dalam kota maupun ke luar kota dan penggunaaan kendaraan bermotor. Penduduk akan melakukan pergerakan (transportasi) menuju daerah-daerah seperti

pemukiman, daerah industri, kawasan pendidikan, dan kawasan bisnis (central business district) dengan menggunakan kendaraan pribadi di kawasan lalu lintas.

Hal ini memicu terjadi pelanggaran yang di kawasan lalu lintas kota karena masih banyak masyarakat yang belum sadar akan pentingnya keselamatan berlalu lintas dan banyak pelanggaran yang terjadi saat berlalu lintas seperti tidak lengkapnya kelengkapan mengemudi mengakibatkan kecelakaan di jalan lalu lintas yang merugikan banyak pihak terutama masyarakat umum dan pejalan kaki yang menjadi korban atas kecelakaan tersebut.

3.4 Fenomena Penelitian

Kerlinger dalam Sugiyono (2012:61) menyatakan bahwa variabel adalah konstruk (constructs) atau sifat yang akan dipelajari. Berdasarkan pengertian tersebut, maka dapat dirumuskan bahwa variabel penelitian atau fenomena yang diamati dalam penelitian ini adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.

3.4.1 Definisi Konsep

Definisi konseptual memberikan penjelasan tentang konsep dari variabel yang akan diteliti menurut pendapat peneliti berdasarkan kerangka teori yang digunakan. Variabel atau fenomena yang dimaksud dalam penelitian ini adalah mengenai Strategi Kepolisian Dalam Peningkatan Kesadaran Berlalu Lintas Pada Pengemudi Kendaraan Bermotor di Polres Metro Tangerang Kota.

Strategi didefinisikan sebagai suatu proses penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai.

Strategi diformulasikan dengan baik akan membantu penyusunan dan pengalokasian sumber daya yang dimiliki perusahaan menjadi suatu bentuk yang unik dan dapat bertahan. Strategi yang baik disusun berdasarkan kemampuan internal dan kelemahan perusahaan, antisipasi perubahan dalam lingkungan, serta kesatuan pergerakan yang dilakukan oleh mata-mata musuh.

3.4.2 Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan penjabaran konsep atau variabel penelitian dalam bentuk rincian (indikator penelitian). Definisi operasional dimaksudkan untuk menghindari kesalahan pemahaman dan perbedaan penafsiran yang berkaitan dengan istilah-istilah dalam judul penelitian.

nyata terhadap kelompok sasaran sesuai dengan tujuan kebijakan, meliputi perubahan atau perbaikan, peningkatan, dan dampak positif terhadap implementor dan masyarakat yang terlibat di dalamnya.

Agar strategi perusahaan atau organisasi disusun secara efektif, maka diperlukan adanya dapat informasi tentang kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang berkaitan dengan kondisi dan situasi perusahaan atau organisasi tersebut.

Salah satu metode untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman perusahaan atau organisasi adalah analisis SWOT. Menurut Graffin

(2004:228), analisis SWOT adalah evaluasi atas kekuatan (strengths) dan kelemahan (weakness) internal suatu organisasi yang dilakukan secara berhati- hati, dan juga evaluasi atas peluang (opportunities) dan ancaman (threats) dari lingkungan. Dalam analisis SWOT, strategi terbaik untuk mencapai misi suatu organisasi adalah dengan (1) mengeksploitasi peluang dan kekuatan suatu organisasi, dan pada saat yang sama (2) menetralisasikan ancamannya, dan (3) menghindari atau memperbaiki kelemahannya

Griffin (2004: 268) memberi definisi faktor-faktor lingkungan sebagai berikut:

1. Strength (kekuatan) adalah suatu keunggulan sumber daya yang belum tergali dengan optimal sehingga memberikan kemungkinan organisasi untuk lebih meningkatkan kinerjanya. Kekuatan merupakan sumber daya, keunggulan relatif terhadap pesaing dan kebutuhan pasar yang ingin dilayani oleh organisasi, kekuatan adalah kompetisi khusus yang memberikan keunggulan komparatif dari pasar.

2. Weakness (kelemahan) adalah keterbatasan dan kekurangan sumber daya, ketrampilan yang dibutuhkan organisasi sehingga menghambat kinerja efektif dari organisasi dalam pengembangan usahanya.

3. Opportunities (peluang) adalah unsur-unsur lingkungan luar (politik, ekonomi, sosial dan IPTEK) positif yang memberikan kesempatan dan mendukung keberadaan organisasi. Peluang merupakan situasi penting yang menguntungkan. Identifikasi segmen pasar yang terabaikan, perubahan teknologi serta membaiknya hubungan dengan investor dapat memberikan peluang untuk pengembangan usaha.

4. Threats (ancaman) adalah unsur-unsur lingkungan luar (politik, ekonomi, sosial dan IPTEK) negatif yang menghambat kegiatan pelayanan transportasi.

Ancaman merupakan situasi yang paling tidak menguntungkan dan merupakan pengganggu utama dalam pengembangan pelayanan, masuknya pesaing baru dan lambatnya kegiatan pelayanan merupakan ancaman bagi peningkatan kualitas pelayanan.

3.5 Instrumen Penelitian

Nilai kepercayaan suatu penelitian terletak pada hasil penelitian yang diperoleh secara valid dan realibel dan ini sangat tergantung pada kualitas dating yang diperoleh dari sumber data yang tepat melalui pengungkapan (instrumen)

yang berkualitas. Instrumen dalam penelitian kualitatif adalah yang melakukan penelitian itu sendiri, yaitu peneliti. Peneliti dalam penelitian kualitatif merupakan orang yang membuka kunci, menelaah, dan mengeksplorasi seluruh ruang secara cermat, tertib dan leluasa, dan bahkan ada yang menyebutnya sebagai key instrument (Satori dan Komariah, 2010:61).

Konsep human instrument dipahami sebagai alat yang dapat mengungkap fakta-fakta lapangan dan tidak ada alat yang paling elastis dan tepat untuk mengungkap data kualitatif kecuali peneliti itu sendiri. Lincoln dan Guba dalam Satori dan Komariah (2010:62) menjelaskan bahwa manusia sebagai instrument pengumpulan data memberikan keuntungan, dimana ia dapat bersifat fleksibel dan adaptif, serta dapat menggunakan keseluruhan alat indera yang dimilikinya untuk memahami sesuatu.

Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, melainkan situasi sosial atau dinamakan juga “social situation” yang terdiri atas tiga elemen, yaitu: tempat (place), pelaku (actors), dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis. Sampel dalam penelitian kualitatif bukan dinamakan dengan responden, tetapi sebagai narasumber atau partisipan, informan (Sugiono, 2008:49- 50).

Dalam penelitian ini, peneliti merupakan instrumen kunci yaitu alat pengumpul data utama baik dalam mengindentifikasikan sumber data maupun mengeksplorasi data yang belum terdefinisikan secara jelas terkait dengan kajian yang hendak diteliti yaitu strategi kepolisian dalam peningkatan perilaku kesadaran berlalulintas pada pengemudi kendaraan bermotor di Polres Metro Tangerang Kota.

Tabel 3.1

Kisi – Kisi Pedoman Wawancara

No Variabel Pertanyaan Informan

1. Sumber Daya Manusia

1. SDM yang tersedia untuk melaksanakan kebijakan.

2. SDM yang tersedia saat ini dapat dikatakan cukup.

3. Pendidikan dan pelatihan secara khusus

Kasatlantas Polres Kota Tangerang 2. Sarana dan

Prasarana

1. Sarana dan prasarana untuk melaksanakan kebijakan 2. Sarana dan Prasarana yang ada

Kasatlantas Polres Kota Tangerang 3. Sosialisai

Kebijakan

1. Kebijakan yang ada telah disosialisakan

2. Jadwal sosialisasi 3. Mekanisme sosialisasi

Kasatlantas Polres Kota Tangerang dan

masyarakat pelanggar lalu lintas 4. Kejelasan

Mekanisme

1. Standar dalam pelaksanaan penertiban pelanggaran

2. Sasaran kebijakan mengetahui tentang mekanisme

Kasatlantas Polres Kota Tangerang dan Pelsku pelanggaran

5. Kepastian 1. Jadwal tetap dalam pelaksaan penertiban pelanggaran

2. Kepastian sanksi yang diberikan

Kasatlantas Polres Kota Tangerang 6. Efektifitas dan

efisiensi

1. Pelaksanaan kebijakan sudah bisa dikatakan efektif dan efisiensi

2. Anggaran yang dikeluarkan sudah sesuai dengan hasil yang diharapkan

Kasatlantas Polres Kota Tangerang

7. Kesesuaian pelaksanan dengan tujuan

1. Pelaksanaan kebijakan sudah sesuai dengan standar yang telah ditetapkan

Kasatlantas Polres Kota Tangerang 8. Ketetapan

sasaran yang dituju

1. Kebijakan sudah ditetapkan sesuai dengan sasaran

Kasatlantas Polres Kota Tangerang dan pelaku pelanggaran 9. Penyimpangan

yang Terjadi

1. Penghambat pelaksanaan kebijakan

2. Sikap pelaksana dalam menyelesaikan hambatan- hambatan tersebut

Kasatlantas Polres Kota Tangerang dan Pelaku pelanggaran

10. Perubahan terhadap kelompok sasaran yang dituju

1. Perubahan yang diharapkan terhadap kelompok sasaran kebijakan ( masyarakat)

2. Perubahan yang diharapkan sudah mulai terlitas

Kasatlantas Polres Kota Tangerang

3.5.1 Teknik Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Data primer adalah data yang didapat dari sumber pertama baik dari individu atau perseorangan atau informasi yang langsung dikumpulkan sendiri yang langsung berkaitan dengan penelitian seperti hasil dari wawancara. Sumber data primer adalah sumber data asli melalui wawancara.

2. Data sekunder adalah data primer yang diolah lebih lanjut dan disajikan oleh pihak pengumpul data primer misal dalam bentuk tabel dan diagram atau informasi yang telah dikumpulkan untuk beberapa tujuan, bukan semata-mata untuk tujuan penelitian ini saja. Sumber data sekunder mencakup informasi dan laporan yang telah ada di Dirlantas Metro Jaya Resort Metro Tangerang Kota.

Dokumen terkait