• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dimensi-dimensi Variasi dalam Proses Pembelajaran

Dalam dokumen strategi pembelajaran (Halaman 141-148)

Sebagaimana kita ketahui bahwa aktivitas apa saja, walaupun merupakan aktivitas yang me- nyenangkan, jika dilakukan terus menerus tanpa perubahan dalam waktu yang lama, aktivitas tersebut akan membuat kita merasa bosan atau jenuh. Pada dasarnya semua orang tidak menghendaki adanya kebosanan dalam hidupnya. Sesuatu yang membosankan adalah sesuatu yang tidak menyenangkan. Merasakan makanan yang sama terus-menerus akan menimbulkan kebosanan, melihat film yang sama dua kali saja orang sudah tidak mau, juga karena bosan. Orang akan lebih suka bila hidup itu diisi dengan penuh variasi dalam arti yang positif.

Dalam proses pembelajaran, ada beberapa dimensi variasi yang harus diperhatikan, yaitu variasi gaya guru dalam membelajarkan, variasi dalam penggunaan media, dan variasi pola interaksi. Adapun penjelasannya berikut ini.

1. Variasi Gaya Pendidik dalam Membelajarkan Variasi gaya pendidik dalam membelajarkan banyak sekali. Bila dilakukan dengan baik, akan sangat berguna dalam usaha menarik dan mempertahankan minat serta semangat peserta didik dalam belajar.

Beberapa di antaranya yang termasuk variasi gaya pendidik dalam membelajarkan, yaitu penguatan variasi suara, pemberian waktu, kontak pandang, gerakan anggota badan dan mimik, dan pindah posisi. Adapun penjelasannya berikut ini.

a. Penguatan Variasi Suara

Tidak dapat dipungkiri bahwa suara pendidik memiliki peranan penting dalam melahirkan kualitas variasi. Karena itu, intonasi, nada, volume dan kecepatan suara pendidik perlu diatur dengan baik. Dalam hal ini termasuk pengubahan nada suara yang keras menjadi lemah, dari tinggi menjadi rendah, dari cepat berubah menjadi lambat, dari suara gembira menjadi sedih, atau pada saat memberikan tekanan pada kata-kata tertentu.

Penekanan dilakukan kepada beberapa peristiwa atau kata kunci dalam materi pelajaran yang tengah disampaikan agar peserta didik memahami aspek-aspek yang terpenting dari materi pelajaran yang diterimanya.

Umpamanya, pendidik menggunakan kalimat "sekali lagi bapak/ibu tekankan" atau "coba anda perhatikan"

dan sebagainya.

b. Pemberian Waktu

Setelah pendidik menyampaikan materi pelajaran, peserta didik perlu diberi waktu untuk menelaah kembali atau mengorganisasikan pertanyaan.

Caranya, setelah menjelaskan satu sub-bab materi pendidik berhenti sejenak sebelum melanjutkan pada sub-bab berikutnya. Ketika pendidik berhenti, peserta didik memiliki kesempatan menelaah atau mungkin menyusun pertanyaan dari pernyataan-pernyataan pendidik yang belum jelas.

c. Kontak Pandang

Untuk meningkatkan hubungan dengan peserta didik, selama menyampaikan materi pelajaran, tidak dibenarkan seorang pendidik hanya memandang ke arah tertentu saja. Pendidik hendaklah berbagi pandangan kepada seluruh peserta didik. Bagi pandangan ini penting agar peserta didik merasa diperhatikan dan tidak memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berbicara atau ribut. Kontak pandang dapat digunakan untuk menyampaikan informasi (seperti membesarkan mata tanda tercengang), atau dapat juga digunakan untuk mengetahui perhatian dan pemahaman peserta didik.

d. Gerakan Anggota Badan dan Mimik

Variasi dalam ekspresi wajah pendidik, gerakan kepala dan badan adalah aspek yang amat penting dalam berkomunikasi. Ekspresi wajah, misalnya tersenyum, mengerutkan dahi, cemberut, menaikkan alis, kelihatan

tertarik dengan memperhatikan, dan lain-lain. Gerakan- gerakan guru di dalam kelas dapat menjadi daya tarik tersendiri untuk merebut perhatian peserta didik.

Menurut Wina Sanjaya (2008), pendidik yang baik akan terampil mengekspresikan wajah sesuai pesan yang ingin disampaikan. Gerakan-gerakan pendidik dapat mem- bantu untuk kelancaran berkomunikasi, sehingga pesan yang disampaikan mudah dipahami dan diterima oleh peserta didik.

b. Pindah Posisi

Pindah posisi sangat penting dalam proses pembelajaran. Pindahan posisi bisa bermanfaat bagi pendidik itu sendiri agar tidak jenuh, juga agar perhatian peserta didik tidak monoton. Dengan bergerak, berarti pendidik tidak berada dalam satu posisi saja, melainkan ia berpindah-pindah. Perpindahan posisi pendidik hendaklah karena maksud-maksud tertentu dan dilakukan secara wajar dan tidak berlebihan.

Umpamanya karena sebelah kanan kelas terdapat peserta didik yang ribut, maka dengan perpindahan posisi pendidik ke sebelah kanan, peserta didik menjadi tidak ribut. Lakukan pindah posisi secara proporsional, jangan berlebihan, karena sesuatu yang dilakukan secara berlebihan tentunya tidak bagus.

2. Variasi dalam Penggunaan Media

Dalam aktivitas pembelajaran, media dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang dapat membawa informasi dan pengetahuan dalam interaksi yang

berlangsung antara pendidik dengan peserta didik.

Penggunaan media ini akan menghindari kejenuhan peserta didik terhadap pendidiknya atau terhadap materi pelajaran yang disampaikan oleh pendidik. Melalui media, ada alih pandang, dengar dan objek perhatian yang mungkin lebih menarik dibandingkan dengan pendidik yang hanya bercerita atau berceramah saja.

Bahkan melalui media memungkinkan konsentrasi dan perhatian peserta didik terhadap pelajaran akan lebih baik.

3. Variasi Pola Interaksi

Variasi dalam pola interaksi yang lazim dilakukan pendidik menurut Nana Sudjana (1989), yaitu:

a. Komunikasi sebagai aksi atau komunikasi satu arah.

Dalam komunikasi ini pendidik berperan sebagai pemberi aksi dan peserta didik sebagai penerima aksi.

Pendidik aktif dan peserta didik pasif. Ceramah pada dasarnya adalah komunikasi satu arah, atau komunikasi sebagai aksi.

b. Komunikasi sebagai interaksi atau komunikasi dua arah. Pada komunikasi ini pendidik dan peserta didik dapat berperan sama yaitu pemberi aksi dan penerima aksi. Di sini, sudah terlihat hubungan 2 arah, tetapi terbatas antara pendidik dan peserta didik secara individual. Keduanya dapat saling memberi dan menerima. Komunikasi ini lebih baik daripada yang pertama, sebab kegiatan pendidik dan kegiatan peserta didik relatif sama.

c. Komunikasi banyak arah atau komunikasi sebagai transaksi. Komunikasi ini tidak hanya melibatkan interaksi dinamis antara pendidik dengan peserta didik tetapi juga melibatkan interaksi yang dinamis antara peserta didik yang satu dengan peserta didik yang lainnya. Proses pembelajaran dengan pola komunikasi ini mengarah kepada proses pem- belajaran yang mengembangkan kegiatan peserta didik yang optimal, sehingga menumbuhkan peserta didik belajar aktif. Diskusi, simulasi merupakan strategi yang dapat mengembangkan komunikasi ini.

Dalam proses interaksi, pendidik bisa meng- gunakan metode maupun model pembelajaran secara bervariasi, tentunya harus disesuaikan dengan tujuan, materi pembelajaran serta situasi dan kondisi (sikon).

Susunan atau bentuk kelas dapat dirubah sesuai dengan kegiatan belajar tertentu. Dalam kegiatan diskusi, susunan meja melingkar lebih cocok daripada susunan klasik dengan meja-meja peserta didik berderet ke belakang dan meja pendidik terletak di depan kelas.

Belajar bebas (sendiri) dapat diatur di salah satu pojok yang disediakan untuk itu, bila mungkin, di ruang khusus dalam perpustakaan. Ruang kelas perlu ditata sedemikian rupa agar terlihat indah dan menyenangkan.

Dalam dokumen strategi pembelajaran (Halaman 141-148)

Dokumen terkait