D. Macam-macam Metode yang dapat Dipakai
4. Metode Demonstrasi
Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam proses pembelajaran, sangat diperlukan yang namanya metode. Guru diharapkan bisa memilih metode secara bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
Penggunaan variasi metode ditujukan agar pembelajaran tidak monoton.
5. Media
Media merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.
Media dibagi ke dalam tiga jenis, yaitu media visual, media audio, dan mediaa audio visual.
6. Sumber Belajar
Sumber belajar bisa diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai tempat dimana materi pelajaran terdapat. Menurut Asosiasi Teknologi Komunikasi Pendidikan, bahwa sumber belajar meliputi semua sumber (baik data, orang atau benda) yang dapat digunakan untuk memberi kemudahan belajar.
7. Evaluasi
Menurut Wand dan Brown (dalam Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, 2007), evaluasi merupakan proses untuk menentukan nilai dari suatu tindakan. Roestyah (1989) menjelaskan bahwa evaluasi merupakan kegiatan mengumpulkan data secara mendalam mengenai kemampuan peserta didik guna mengetahui hasil belajar peserta didik.
Evaluasi diperlukan untuk mengetahui apakah tujuan yang telah dirumuskan dapat dicapa atau tidak oleh peserta didik, apakah materi yang telah diberikan dapat dikuasai oleh peserta didik atau tidak, dan apakah
penggunaan metode dan media pembelajaran sudah tepat atau tidak.
menyenangkan dapat dilakukan dengan menata ruang yang apik dan menarik dan pengelolaan pembelajaran yang hidup dan bervariasi, yakni dengan meng- gunakan pola dan model pembelajaran, media dan sumber-sumber belajar yang relevan.
4. Menantang. Proses pembelajaran merupakan proses menantang peserta didik untuk mengembangkan kemampuan berpikir, yakni merangsang kerja otak secara maksimal. Kemampuan itu dapat ditumbuhkan dengan cara mengembangkan rasa ingi tahu peserta didik melalui keinginan mencoba-coba, berpikir eksplorasi.
5. Motivasi. Motivasi merupakan aspek yang sangat penting untuk membelajarkan peserta didik. Motivasi dapat diartikan sebagai dorongan yang me- mungkinkan peserta didik untuk bertindak dan melakukan sesuatu. Seorang guru harus dapat menunjukkan pentingnya pengalaman dan materi belajar bagi kehidupan peserta didik, dengan demikian peserta didik akan belajar bukan hanya sekedar untuk memperoleh nilai atau pujian akan tetapi di dorong oleh keinginan untuk memenuhi kebutuhannya (Mulyono, 2012).
BAGIAN 4
KONSEP STRATEGI PEMBELAJARAN
materi pembelajaran dan prosedur atau tahapan kegiatan belajar yang digunakan guru dalam rangka membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran. Wina Sanjaya (2013) mengartikan strategi pembelajaran sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Ada dua hal yang patut dicermati dari pengertian tersebut. Pertama, strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya/kekuatan dalam pembelajaran.
Ini berarti penyusunan suatu strategi baru sampai pada proses penyusunan rencana kerja sebelum sampai pada tindakan. Kedua, Strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Artinya, arah dari semua keputusan pe- nyusunan strategi adalah mencapaian tujuan. Dengan deikian, penyusunan langkah-langkah pembelajaran, pemanfaatan berbagai fasilitas dan sumber belajar semuanya diarahkan dalam upaya pencapaian tujuan.
Menurut Sudirja dan Siregar dalam Mulyono (2012), strategi pembelajaran adalah upaya menciptakan kondisi dengan sengaja agar tujuan pembelajaran dapat dipermudah pencapaiannya. Menurur Gagne dalam Mulyono (2012) bahwa strategi pembelajaran meliputi Sembilan aktivitas, yaitu (1) menarik perhatian peserta didik, (2) memberikan informasi tujuan pembelajaran pada peserta didik, (3) mengulangi pembelajaran yang bersifat prasyarat untuk memastikan peserta didik menguasainya, (4) memberikan stimulus, (5) member petunjuk cara mempelajari materi yang bersangkutan, (6)
menunjukkan kinerja peserta didik terkait dengan apa yang sudah disampaikan, (7) memberikan umpan balik terkait dengan kinerja atau tingkat pemahaman peserta didik, (8) memberikan penilaian, dan (9) memberikan kesimpulan.
Di samping beberapa pendapat dia atas, Gerlach dan Ely (2007) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah cara-cara yang dipilih guru untuk menyampaikan materi pembelajaran kepada peserta didik dalam lingkungan pembelajaran tertentu.
Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran adalah setiap kegiatan (cara atau jalan) yang dipilih atau direkayasa sedemikian rupa oleh pendidik yang dapat memberikan bantuan agar terjadi proses belajar pada diri peserta didik menuju tercapainya tujuan pembelajaran tertentu.
Dalam hal ini, guru harus mampu menerapkan strategi yang tepat agar tujuan pembelajaran bisa tercapai sesuai harapan. Prinsip umum penggunaan strategi pem- belajaran adalah bahwa tidak semua strategi pem- belajaran tepat digunakan untuk mencapai semua tujuan dan semua keadaan.
B. Manfaat Strategi dalam Proses Pembelajaran
Made Wena (2014) menjelaskan mengapa perlu penggunaan suatu strategi dalam proses pembelajaran.
Penggunaan strategi dalam proses pembelajaran sangat perlu karena untuk mempermudah proses pembelajaran sehingga dapat mencapai hasil yang optimal. Tanpa strategi yang jelas, proses pembelajaran tidak akan
terarah sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sulit tercapai secara optimal, dengan kata lain pembelajaran tidak dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Strategi pembelajaran sangat berguna, baik bagi guru maupun bagi peserta didik. Bagi guru, strategi dapat dijadikan sebagai pedoman dan acuan bertindak yang sistematis dalam pelaksanaan pembelajaran. Bagi peserta didik, penggunaan strategi pembelajaran dapat mempermudah proses belajar, karena setiap strategi pembelajara dirancang untuk mempermudah proses belajar peserta didik.
C. Klasifikasi Strategi Pembelajaran
Menurut Reigeluth (1983) dan Degeng (1989) yang dikutip ulang oleh Made Wena (2014) bahwa strategi pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi tiga klasifikasi, yaitu: (1) strategi pengorganisasian, (2) strategi penyampaian, dan (3) strategi pengelolaan.
Strategi pengorganisasian merupakan cara untuk menata isi suatu bidang studi, dan kegiatan ini berhubungan dengan tindakan pemilihan isi/materi, penataan isi, pembuatan diagram, format dan sejenisnya.
Strategi penyampaian adalah cara untuk menyampaikan pembelajaran pada peserta didik dan/atau untuk menerima serta merespons masukan dari peserta didik.
Strategi pengelolaan adalah cara untuk menata interaksi antara peserta didik dan variabel strategi pembelajaran lainnya (variabel strategi pengorganisasian dan strategi penyampaian). Strategi pengelolaan
pembelajaran berhubungan dengan pemilihan tentang strategi pengorganisasian dan strategi penyampaian yang digunakan selama proses pembelajaran ber- langsung. Strategi pengelolaan pembelajaran ber- hubungan dengan penjadwalan, pembuatan catatan kemajuan belajar, dan motivasi.
D. Pertimbangan Pemilihan Strategi Pembelajaran Sebelum menentukan strategi yang digunakan, Wina Sanjaya (2013) memaparkan beberapa per- timbangan yang harus diperhatikan oleh guru.
Pertimbangan pertimbangan tersebut, berikut ini:
1. Pertimbangan yang berhubungan dengan tujuan yang ingin dicapai.
a. Apakah tujuan pembelajaran yang ingin dicapai berkenaan dengan aspek kognitif, afektif atau psikomotor?
b. Bagaimana kompleksitas tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, apakah tingkat tinggi atau rendah?
c. Apakah untuk mencapai tujuan itu memerlukan keterampilan akademis?
2. Pertimbangan yang berhubungan dengan bahan atau materi pembelajaran.
a. Apakah materi pembelajaran itu berupa fakta, konsep, hukum atau teori tertentu?
b. Apakah untuk mempelajari materi pembelajaran itu memerlukan prasyarat tertentu atau tidak?
c. Apakah tersedia buku-buku sumber untuk mempelajari buku-buku itu?
3. Pertimbangan dari sudut peserta didik.
a. Apakah strategi pembelajaran sesuai dengan tingkat kematangan peserta didik?
b. Apakah strategi pembelajaran itu sesuai dengan minat, bakat, dan kondisi peserta didik?
c. Apakah strategi pembelajaran itu sesuai dengan gaya belajar peserta didik?
4. Pertimbngan-pertimbangan lainnya.
a. Apakah untuk mencapai tujuan cukup dengan satu strategi saja?
b. Apakah strategi yang kita tetapkan dianggap satu- satunya strategi yang dapat digunakan?
c. Apakah strategi itu meimiliki nilai efektivitas dan efisiensi?
BAGIAN 5
STRATEGI MEWUJUDKAN KOMUNIKASI EFEKTIF A. Arti Komunikasi Efektif
Komunikasi menurut Theodore Herbert dalam Abdul Majid (2013) adalah proses yang di dalamnya menunjukkan arti pengetahuan dipindahkan dari seseorang kepada orang lain, biasanya dengan maksud mencapai beberapa tujuan khusus. Komunikasi bisa juga diartikan sebagai suatu proses penyampaian pesan/informasi dari satu pihak kepada pihak lain agar terjadi saling mempengaruhi di antaranya (M. Sobry Sutikno, 2006). Pengirim pesan dapat berupa seorang individu, kelompok, atau organisasi. Begitu juga halnya dengan si penerima pesan dapat berupa seorang anggota organisasi, seorang kepala bagian, pimpinan, kelompok orang dalam organisasi, atau organisasi secara keseluruhan (Arni Muhammad, 2014)
Adapun istilah efektif ialah mencapai sasaran sesuai yang diinginkan. Dengan demikian, komunikasi
efektif dapat diartikan sebagai penerimaan pesan oleh komunikan sesuai dengan yang dikirim oleh komunikator, kemudian komunikan memberikan respon yang positif sesuai dengan yang diharapkan.
Kadar Nurjaman dan Khaerul umam (2012) menjelaskan bahwa kemampuan seseorang dalam mengirimkan pesan atau informasi dengan baik, kemampuan menjadi pendengar yang baik, kemampuan atau ketrampilan menggunakan berbagai media atau alat audio visual merupakan bagian penting dalam me- laksanakan komunikasi yang efektif.
B. Tujuan Komunikasi
Ada beberapa tujuan komunikasi, yaitu:
1. Agar apa yang ingin disampaikan dapat dimengerti oleh orang lain;
2. Agar mengetahui dan paham terhadap keinginan orang lain;
3. Agar gagasan kita bisa diterima oleh orang lain;
4. Menggerakkan orang lain untuk melakukan sesuatu.
C. Unsur-unsur Komunikasi
Di dalam berkomunikasi, termasuk komunikasi dalam proses pembelajaran akan melibatkan berbagai unsur, yaitu:
1. Unsur pertama dan paling utama adalah adanya seorang komunikator (pembawa pesan) yang mempunyai sejumlah kebutuhan berupa ide-ide, sasaran-sasaran, atau gagasan yang dapat membantu berbagai pemecahan masalah;
2. Kedua, komunikan (penerima pesan) disebut juga reseptor, yaitu orang yang menerima berita atau lambang-lambang pesan;
3. Ketiga, adanya tujuan yang ingin dicapai;
4. Keempat, adanya sesuatu gagasan atau pesan yang perlu disampaikan;
5. Kelima, tersedia saluran yang dapat menghubungkan sumber informasi dengan penerima informasi, sehingga terjadi hubungan timbal balik antara komunikator dan komunikan;
6. Keenam, adanya umpan balik hasil komunikasi atau respon dari penerima pesan;
7. Ketuju, adanya noise: gangguan tak terencana yang terjadi dalam proses komunikasi sebagai akibat diterimanya pesan lain oleh komunikan yang berbeda dengan pesan yang disampaikan oleh komunikator kepadanya.
D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi dalam Berkomunikasi
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kelancaran dalam proses berkomunikasi. Faktor-faktor tersebut menurut Onong Uchjana Effendy (2006) di antaranya adalah faktor pengetahuan, faktor pe- ngalaman, intelegensi dan faktor biologis.
Faktor pengetahuan. Semakin luas pengetahuan yang dimiliki seseorang, semakin banyak per- bendaharaan kata yang dapat memberikan dorongan bagi seseorang untuk berbicara lancar.
Faktor pengalaman. Semakin banyak pengalaman yang dimiliki seseorang, menyebabkan seseorang terbiasa menghadapi sesuatu. Orang yang sering menghadapi massa. Sering berbicara dimuka umum akan lancar berbicara dalam keadaan apapun dan dengan siapa pun.
Faktor inteligensi. Orang yang intelegensinya rendah, biasanya kurang lancar dalam berbicara karena kurang memiliki kekayaan perbendaharaan kata dan bahasa yang baik. Cara berbicaranya terputus-putus bahkan antara kita yang satu dan lainnya tidak memiliki relevansi.
Faktor biologis. Kelumpuhan organ berbicara dapat menimbulkan kelainan-kelainan, seperti: (1) Sulit mengatakan kata desis karena ada kelainan pada rahang, bibir, gigi; (2) Berbicara tidak jelas, yang disebabkan oleh bibir (sumbing), rahang, lidah tidak aktif; (3) Berbicara ragu-ragu, gagap yang disebabkan tidak biasa berbicara dengan orang banyak, sifat pemalu.
E. Komunikasi dalam Proses Pembelajaran
Setiap hari jutaan anak dan ribuan orang dewasa berkomunikasi dalam hubungan antara peserta didik dan guru. Namun, tidak diketahui apakah komunikasi yang mereka lakukan berpengaruh terhadap proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran sering dijumpai kegagalan-kegagalan, hal ini karena lemahnya sistem komunikasi. Untuk itu, guru perlu me- ngembangkan pola komunikasi efektif dalam proses pembelajaran. Komunikasi dalam proses pembelajaran
yang penulis maksudkan di sini adalah hubungan atau interaksi antara guru dengan peserta didik yang berlangsung pada saat proses pembelajaran, atau dengan istilah lain yaitu hubungan aktif antara guru dengan peserta didik dalam pelaksanaan proses pembelajaran.
Ada tiga pola komunikasi yang dapat digunakan untuk mengembangkan interaksi dinamis antara guru dengan peserta didik menurut Nana Sudjana, (1989), yaitu:
1. Komunikasi sebagai aksi atau komunikasi satu arah Dalam komunikasi ini guru berperan sebagai pemberi aksi dan peserta didik sebagai penerima aksi.
Guru aktif dan peserta didik pasif. Ceramah pada dasarnya adalah komunikasi satu arah, atau komunikasi sebagai aksi.
2. Komunikasi sebagai interaksi atau komunikasi dua arah
Pada komunikasi ini guru dan peserta didik dapat berperan sama yaitu pemberi aksi dan penerima aksi. Di sini, sudah terlihat hubungan 2 arah, tetapi terbatas antara guru dan peserta didik secara individual.
Antara peserta didik dan peserta didik tidak ada hubungan. Peserta didik tidak dapat berdiskusi dengan teman atau bertanya sesama temannya. Keduanya dapat saling memberi dan menerima. Komunikasi ini lebih baik daripada yang pertama, sebab kegiatan guru dan kegiatan peserta didik relatif sama.
Dalam proses pembelajaran diharapkan agar guru mempu membangun komunikasi efektif. Berkaitan dengan ini, M. Sobry Sutikno (2013) menjelaskan beberapa strategi yang dapat dilakukan oleh guru dalam upaya untuk mewujudkan komunikasi efektif dalam proses pembelajaran, berikut ini:
1. Ketahui tujuan. Tujuan berkomunikasi akan sangat menentukan cara kita menyampaikan informasi.
Kejelasan tujuan dalam berkomunikasi harus diketahui sebelum kita berkomunikasi. Semakin jelas tujuan berkomunikasi maka akan semakin terarah pula isi pesan yang hendak kita sampaikan kepada audience.
2. Ketahui mitra bicara. Kita harus sadar dengan siapa kita akan bicara. Salah satu caranya adalah berbicara
sesuai tingkat usia. Mengkomunikasikan materi pelajaran dengan peserta didik TK tentu beda dengan ketika kita menghadapi peserta didik SMU ataupun mahasiswa di tingkat perguruan tinggi.
3. Respek. Dalam hal ini, komunikasi harus diawali dengan rasa saling menghargai. Adanya peng- hargaan dari si penyampai pesan biasanya akan menimbulkan kesan serupa dari si penerima pesan.
Guru akan sukses berkomunikasi dengan peserta didik bila ia melakukannya komunikasi dengan penuh penghargaan. Bila ini dilakukan maka peserta didik pun akan melakukan hal yang sama ketika berkomunikasi dengan guru.
4. Empati. Empati merupakan kemampuan untuk menempatkan diri pada situasi dan kondisi yang dihadapi orang lain. Syarat utama dari sikap empati adalah kemampuan untuk mendengar dan mengerti orang lain, sebelum didengar dan dimengerti oleh orang lain. Guru yang baik tidak akan menuntut peserta didiknya untuk mengerti keinginannya, tetapi ia akan berusaha untuk mengerti tentang peserta didiknya terlebih dulu.
5. Audibel. Audibel berarti "dapat didengarkan" atau bisa dimengerti dengan baik. Informasi atau pesan harus disampaikan dengan cara atau sikap yang bisa diterima oleh si penerima pesan. Suara harus bisa didengar, raut wajah yang cerah, bahasa tubuh yang baik, kata-kata yang sopan santun, termasuk ke dalam komunikasi yang audibel.
6. Jelas maknanya. Informasi atau pesan yang disampaikan harus jelas maknanya dan tidak menimbulkan banyak pemahaman, selain harus terbuka dan transparan. Ketika berkomunikasi dengan peserta didik, guru harus berusaha agar pesan yang disampaikan bisa jelas maknanya.
Upayakan untuk menghindari kata-kata yang memiliki arti ganda atau multi penapsiran.
7. Rendah Hati. Sikap rendah hati memberi kemungkinan pada terciptanya kehidupan yang penuh kekuatan. Kesombongan dan keangkuhan, merasa paling hebat, dan merasa paling unggul hanya akan membuat manusia kalah dalam segala hal. Lawan dari rendah hati adalah tinggi hati yang biasa dikenal dengan istilah sombong. Rahasia sukses dalam berkomunikasi di antaranya adalah menghindari sikap sombong.
pengertian yang dikemukakan oleh Mc. Donald ini mengandung tiga elemen/ciri pokok dalam motivasi, yakni motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi, ditandai dengan adanya feeling, dan dirangsang karena adanya tujuan. Keller (1983) mendefenisikan motivasi sebagai intensitas dan arah suatu perilaku serta berkaitan dengan pilihan yang dibuat seseorang untuk mengerjakan atau mengkhindari suatu tugas serta menunjukkan tingkat usaha yang dilakukannya.
Jadi istilah motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang ada di dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri peserta didik yang menimbulkan, menjamin kelangsungan dan memberikan arah kegiatan belajar, sehingga diharapkan tujuan dapat tercapai. Motivasi sangat diperlukan di dalam kegiatan belajar, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar.
Terdapat tiga komponen utama dalam motivasi yaitu: (1) adanya kebutuhan, (2) dorongan, dan (3) tujuan. Kebutuhan terjadi jika seseorang merasa ada ketidakseimbangan antara apa yang ia miliki dan yang ia harapkan. Dorongan merupakan kekuatan mental untuk melakukan kegiatan dalam rangka memenuhi harapan.
Dorongan merupakan kekuatan mental yang berorientasi pada pemenuhan harapan atau pencapaian tujuan.
Dorongan yang berorientasi pada tujuan tersebut merupakan inti motivasi.
B. Jenis Motivasi
Secara garis besar ada dua jenis motivasi, yaitu (1) motivasi Intrinsik (motivasi dari dalam) dan (2) motivasi ektrinsik (motivasi dari luar), yang saling berkaitan satu dengan lainnya.
Motivasi Intrinsik. Jenis motivasi ini timbul dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan dorongan orang lain. Motivasi ini sering disebut "motivasi murni", atau motivasi yang sebenarnya, yang timbul dari dalam diri peserta didik, misalnya keinginan untuk mendapatkan keterampilan tertentu, mengembangkan sikap untuk berhasil, dan sebagainya. Menurut Ibrahim dkk. (2007), motivasi belajar merupakan unsur yang penting dalam proses pembelajaran. Ada atau tidaknya motivasi belajar dalam diri peserta didik akan menentukan apakah peserta didik akan terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran atau bersikap pasif dan tidak perduli. Tentu saja kedua kondisi yang berbeda ini akan menghasilkan hasil belajar yang berbeda pula.
supaya proses belajar efektif diperlukan tingkat motivasi yang cukup kuat. Motivasi menunjukkan suatu keadaan bertenaga dalam diri peserta didik yang mengarahkan perilaku peserta didik untuk mencapai suatu tujuan, dengan kekuatan yang sebanding dengan kekuatan motivasi peserta didik. Intensitas motivasi yang terlalu rendah, memadai atau terlalu kuat akan mempengaruhi intensitas usaha. Apabila terlalu rendah maka usaha menjadi minimal, peserta didik bersikap apatis, tidak acuh dan tidak bertanggung jawab. Perhatian dan konsentrasinya mudah terganggu oleh faktor dari luar.
Pada tingkat yang memadai perilaku peserta didik akan ditandai dengan arah kegaiatan yang jelas dan fleksibilitas cara yang digunakan untuk mencapai tujuan kondisi ini akan membantu belajar yang maksimal.
Sedangkan motivasi yang terlalu kuat menghasilkan pula ketegangan (rangsangan, stress) dalam diri peserta didik yang tinggi yang terkadang justru menghambat usaha dalam belajar.
Motivasi Ekstrinsik. Motivasi ini berasal dari luar diri individu/peserta didik. Jika peserta didik tidak memiliki motivasi dari dalam, maka sangat dibutuhkan motivasi dari luar. Dalam hal ini kehadiran guru sangat dibutuhkan. Menurut Ibrahim dkk. (2007), dalam proses pembelajaran, guru perlu mencari strategi yang tepat untuk dapat membantu peserta didik dalam belajar.
C. Fungsi Motivasi
Dalam proses pembelajaran di kelas, tidak setiap peserta didik mempunyai motivasi yang sama terhadap sesuatu bahan pelajaran. Untuk bahan pelajaran tertentu boleh jadi seorang peserta didik menyenangi, tetapi untuk bahan yang lain boleh jadi peserta didik tersebut tidak menyenanginya. Ini merupakan masalah bagi guru dalam setiap kali mengadakan pertemuan. Guru selalu dihadapkan pada masalah motivasi (Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, 2002). Dalam hal ini guru bertanggung jawab melaksanakan sistem pembelajaran agar berhasil dengan baik. Keberhasilan ini bergantung pada upaya guru membangkitkan motivasi belajar
Berdasarkan hasil penelitian tentang upaya mendorong motivasi belajar peserta didik, khususnya di sekolah yang menganut pandangan demokrasi pendidika dan yang mengacu pada pengembangan self motivation. Kenneth H. Hoover dalam Hamzah B. Uno dan Nurdin Muhammad (2015), mengemukakan prinsip- prinsip motivasi belajar, sebagai berikut:
1. Pujian lebih efektif daripada hukuman.
2. Para peserta didik mempunyai kebutuhan psikologis (yang bersifat dasar) yang perlu mendapat pemuasan.
3. Motivasi yang bersumber dari dalam diri individu lebih efektif daripada motivasi yang berasal dari luar.
4. Tingkah laku (perbuatan) yang serasi (sesuai dengan keinginan) perlu dilakukan penguatan (re- inforcement).
5. Motivasi mudah menjala kepada orang lain.
6. Pemahaman yang jelas terhadap tujuan-tujuan akan merangsang motivasi belajar.
7. Tugas-tugas yang dibebankan oleh diri sendiri akan menimbulkan minat yang lebih besar untuk melaksanakannya daripada tugas-tugas yang dipaksakan dari luar.
8. Ganjaran yang berasal dari luar kadang-kadang diperlukan dan cukup efektif untuk merangsang minat belajar.
9. Teknik dan prosedur pembelajaran yang berviasi adalah efektif untuk memelihara minat peserta didik.
10. Minat khusus yang dimliliki oleh peserta didik bermanfaat dalam belajar dan pembelajaran.
11. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk me- rangsang minat belajar bagi peserta didik yang lamban, ternyata tidak bermakan bagi peserta didik yang tergolong pandai.
12. Kecemasan dan frustasi yang lemah kadang-kadang dapat membantu peserta didik belajar menjadi lebih baik
13. Kecemasan yang serius akan menyebabkan kesulitan belajar, dan engganggu perbuatan belajar peserta didik, karena perhatiannya akan terarah pada hal lain.
14. Tugas-tugas yang terlampau sulit dikerjakan dapat menyebabkan frustasi pada peserta didik, bahkan dapat mengakibatkan demoralisasi dalam belajar, yakni perbuatan yang tidak wajar.
15. Masing-masing peserta didik memiliki kadar emosi yang berbeda satu dengan yang lainnya.
16. Pengaruh kelompok umumnya lebih efektif dalam motivasi belajar dibandingan dengan paksaan orang dewasa.
17. Motivasi yang kuat erat kaitannya dengan kreativitas Mulyasa (2008) memaparkan beberapa prinsip yang dapat diterapkan untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik, di antaranya:
1. Peserta didik akan belajar lebih giat apabila kompetensi dasar yang dipelajari menarik dan berguna bagi dirinya.
2. Kompetensi dasar harus disusun dengan jelas dan diinformasikan kepada peserta didik sehingga mereka mengetahui dengan jelas.
3. Peserta didik harus selalu diberitahu tentang hasil belajar dan pembentukan kompetensi pada dirinya.