• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dinamika Kehidupan Sosial Ekonomi Perempuan Mencari Nafkah

Dalam dokumen hasil penelitian (Halaman 99-103)

Mustadjar (2011:85), untuk memperbaiki tatanan sosial. Tujuan sosiologi yaitu mewujudkan dinamika kehidupan sosial yang harmonis dengan berbagai pranata yang berkaitan dengan individu, keluarga dan lingkungan sosial. Demikian di kemukakan oleh Susilo pada tahun duaribi delapan, menyampaikan hal tersebut dalam ujian terbuka disertasinya yang berjudul "Dinamika Struktur Sosial dalam Ekosistem Pesisir: Kapasitas ruang dan titik kritis struktur sosial masyarakat nelayan di Dusun Karanggongso, Kabupaten Tranggalek, Jawa Timur", di gedung pascasarjana UB, Rabu bulan desember tanggal delapan tahun dua ribu delapan.

Menurutnya, pembangunan masyarakat pesisir yang dimulai sejak tahun 1970-an secara kronologis dapat diuraikan menjadi tiga tahapan. Pertama, pendekatan product oriented, untuk meningkatkan produksi secara nasional. Kedua, setelah tahun 1980- an pemerintah mulai menyebarluaskan alat tangkap purse seine, yang diikuti dengan pengembangan kelembagaan ekonomi masyarakat yaitu Koperasi Unit Desa dan Tempat Pelelangan Ikan, ketiga kondisi permintaan udang dunia yang terus meningkat telah mendorong pemerintah dan masyarakat untuk mengembangkan

budidaya udang secara intensif. Keempat, awal tahun 1990-an pemerintah menggunakan pendekatan agribisnis yang menggantikan pendekatan sebelumnya yang dinilai parsial. Kelima, ketika krisis ekonomi tahun 1998 terjadi, pemerintah memberikan respon dengan menggunakan pendekatan peningkatan ekspor dan digantikan dengan pendekatan holistik empat dimensi (ekologi, ekonomi, sosial politik, dan kelembagaan hukum). Terakhir, pemerintah menggulirkan program revitalisasi perikanan dengan prioritas tiga komoditi utama (udang, tuna, dan rumput laut). Dalam bidang teknologi, hingga sekarang tidak cukup ramah terhadap perempuan. Anggapan bahwa teknologi merupakan tugas laki-laki saat ini menjadi trend dunia, teknologi masih male dominated, padahal dalam kemampuan perempuan tidak kalah, tetapi apakah masyarakat memberi peluang, kesempatan kepada perempuan, selain kaum perempuan diposisikan dipinggir ―dikelas dua‖, karenanya harus ada perjuangan keras melawan ideologi patriarki yang mengungkung perempuan.

Pengaruh teknologi terhadap pikiran dan prilaku manusia. Ia menyatakan pola keyakinan dan prilaku manusia, terutama dibentuk oleh cara mencari nafkah dan mendapatkan kesejahteraanya, yang selanjutnya adalah fungsi teknologi.

Hubungan tak terelakkan antara teknologi dan ekonomi di satu pihak dan perubahan sosial di lain pihak, terlihat dalam analisis Veblen mengenai evolusi sosial. Dalam fase awal, evolusi meliputih perubahan dari masyarakat neolitikun ke masyarakat

―Barbarisme biadab‖ masyarakat neolitikun ditandai oleh kekecilannya, perdamaian, hubungan kerjasama dan keindustrian. Untuk sebagian besar kekayaan memnajdi

milik komunal dimiliki bersama oleh anggota kelompok. Laki-laki dan wanita dianggap sederajat (Veblen dalam Lauer,1989).

Pengertian Gender. Gender adalah konsep yang mengacu pada peran dan tanggungjawab perempuan dan laki-laki akibat dari pengaruh sosial budaya di masyarakat, yang dapat berubah dan dipertukarkan. Perbedaan yang mendasar antara gender dan jenis kelamin adalah karakteristik biologis-anatomis (khususnya system reproduksi dan hormonal), diikuti dengan karakteristik fisiologis tubuh, yang menentukan seseorang adalah laki-laki atau perempuan. Misalnya: karakteristik fisiologi tubuh perempuan antara lain dapat mengalami haid, hamil, melahirkan dan menyusui. Sedangkan karakteristik fisiologi tubuh laki-laki antara lain dapat menghasilkan sperma. Sebaliknya, gender mengacu kepada perbedaan peran dan tanggung jawab social bagi perempuan dan laki-laki yang dibentuk oleh budaya.

Budayalah yang membentuk karakteristik social bagi perempuan dan laki-laki.

Perbedaan peran dan tanggung jawab tersebut dikaitkan dengan kemampuan biologis suatu jenis kelamin, misalnya perempuan lebih dominan dalam pekerjaan rumah tangga, sekretaris, guru TK, bidan, perawat usia lanjut karena dianggap lebih telaten atas asumsi atau persepsi bahwa perempuan lebih cocok untuk pekerjaan tersebut, (Kristiani, 2013).

Dengan membangun rumah dan pemukiman di sekitar pulau, akses terhadap kebutuhan pendidikan dan kesehatan bagi anak-anak suku ini diharapkan lebih terjamin. Meskipun begitu, kepala keluarga biasanya tetap menghabiskan sebagian

besar waktunya di laut lepas, mengingat laut adalah ladang mata pencaharian mereka.

Ibu rumah tangga suku bugis di Bajoe selain mengurus rumah tangga juga membantu suami dengan cara mengolah hasil tangkapan ikan atau menenun. Saat melintasi perkampungan yang sederhana ini nampak hamparan ikan hasil tangkapan yang dijemur di sekitar rumah.Beberapa Suku Bugis di Bajoe bahkan sudah mengenal teknik budidaya produk laut tertentu, misalnya lobster, ikan kerapu, udang, dan lain sebagainya. Mereka menyebut tempat budidaya sebagai tambak terapung yang biasanya terletak tak jauh dari pemukiman. Sebagian kecil masyarakat suku bugis di Lonrae bahkan sudah membuat rumah permanen dengan menggunakan semen dan berjendela kaca. Anak-anak Suku Bugis di Lonrae juga sudah banyak yang bersekolah, bahkan ada yang sampai perguruan tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa kesadaran mereka tentang pentingnya pendidikan sudah mulai terbangun.

Secara formal, dalam UUD 1945, hak laki-laki dan perempuan tidak dibedakan, tetapi dalam kenyataannya sangat berbeda. Bagi masyarakat tradisional, patriarki di pandang sebagai hal yang tidak perlu dipermasalahkan, karena hal tersebut selalu dikaitkan dengan kodrat dan kekuasaaan adikodrat yang tidak terbantahkan. Perempuan bertugas pokok membesarkan anak, laki-laki bertugas mencari nafkah. Perbedaan tersebut di pandang sebagai hal yang alamiah. Itu sebabnya ketimpangan yang melahirkan subordinasi perempuan pun dipandang sebagai hal yang alamiah pula. Hal tersebut bukan saja terjadi dalam keluarga, tetapi telah melebar ke dalam kehidupan masyarakat.

Dengan demikian perlu difahami tentang kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang heterogen yang menjadi sebab akibat adanya motivasi perempuan mencari nafkah dalam hal ini apakah disebabakan oleh kondisi ataukah disebabkan oleh keinginan yang muncul dari individu itu sendiri ataukah berasal dari suatu komunitas tertentu yang beranggapan bahwa mencari nafkah bagi kaum perempuan adalah suatu kewajiban meskipun tidak terlepas dari kodratinya sebagai seorang ibu yang harus mengurus rumah tangga. Olehnya itu ada beberapa hasil survai peneliti bahwa kehidupan sosial ekonomi masyarakat Bugis di Lonrae yang bermukim di pesisir pantai Lonrae di Bone, pada umumnya bermata pencaharian dari hasil tangkapan ikan di laut meskipun demikian sebahagian masyarakatnya berperofesi sebagai pegawai negeri sipil yang bertugas di pemerintahan dan juga sebagai pedagang, pengusaha dan berbagai usaha lainnya. Keunikan masyarakatnya khususnya kaum perempuan mereka mgumpulkan ikan, hasil dari tangkapan suaminya kemudian di jual kepada para pengecer (penjual ikan) atau terhadap masyarakat baik kepada Para pendatang maupun kepada masyarakat yang berdomisilih di daerah Bajoe dan bahkan di kabupaten-kabupaten lain yang berada di sekitar kabupaten Bone misalnya kabupaten Sinjai dan lain-lain sebagainya.

Dalam dokumen hasil penelitian (Halaman 99-103)