• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kerangka Pikir (Kerangka Konseptual)

Dalam dokumen hasil penelitian (Halaman 165-171)

Teori ini menekankan pada aktivitas perempuan di desa yang bekerja di luar rumah perempuan desa yang bekerja di luar rumah hal tersebut dianggap sebagai perempuan biasa dalam kehidupan sosial mereka namun tak dapat dipungkiri bahwa apabila perempuan desa sudah menikah maka sebagai perempuan desa tersebut mempunyai pekerjaan berganda yakni sebagai pekerja domestik dan juga sebagai istri yang bekerja membantu suami mencari nafkah.

Berdasarkan pengamatan peneliti bahwa istri nelayan terlibat dalam pekerjaan sebagai penjual ikan hal ini disebabkan oleh beberapa faktor penyabab selain karena sebagian adalah desakan ekonomi juga karena disebabakan oleh faktor kebiasaan yang turun-temurun yang dilakukan oleh orang tua mereka di masa lalu yang merupakan kegiatan wajib di lingkungan keluarga mereka, dan juga disebabkan karena faktor kebutuhan pemenuhan ekonomi rumah tangga, faktor keinginan berkreasi yang dalam tataran kodrati sebagai perempuan atau sebagai ibu rumah tangga, mempu melakukan kegiatan-kegiatan yang kreatif yang dalam perspektif‖

keluarga‖ yakni sebagai keluarga yang berprestasi dalam hal pemenuhan kebutuhan ekonomi keluarga.Istri nelayan tersebut melakukan aktivitasnya sebagai penjual ikan adalah merupakan motivasi yang berasal dari diri individu itu sendiri dalam hal membantu suami untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga mereka atau faktor kesenangan untuk melakukan kegiatan tersebut yang pada dasarnya adalah membatu suami meringankan beban suami sebagai kepala rumah tangga dalam hal menambah pennghasilan dalam kehidupan rumah tangga perempuan sebagai istri nelayan..

Teori Maslow (dalam Rauf,Luthan,2008:4), mengatakan bahwa seorang dalam perkembangan hidupnya mempunyai lima tingkatan kebutuhan yang ingin dipenuhi yaitu: (1) kebutuhan fisik, kebutuhan dasar seperti makan, minum, tidur, dan seks, (2) kebutuhan akan aman baik fisik maupun emosi, (3) kebutuhan sosial yaitu:

menjadi bahagia dan dibutuhkan oleh masyarakat, (4) kebutuhan akan mendapatkan status kekuatan baik dari diri sendiri maupun dari orang lain, dan, (5) kebutuhan akan kemandirian(zelf actualization)

Kusnadi (2009:104), bahwa ―peranan ekonomi perempuan pesisir yang cukup kuat dan mendominasi, baik pada tataran rumah tangga maupun tataran masyarakat.

Pada tataran rumah tangga, perempuan pesisir menjadi ―salah satu tiang ekonomi‖

rumah tangga, sejejer dengan suami-suami mereka.

Menurut Rauf (2008:5), bahwa dalam kaitannya dengan peran ganda wanita pada tiga kota di sulawesi selatan sebagai unit analisis maka kajian dalam buku ini berorientasi sekitar: (1) kota yang merupakan pusat kegiatan ekonomi, informasi dan tarnsportasi memberikan peluang kepada wanita untuk memasuki pasar kerja. Akan tetapi dalam kenyataannya tingkat partisipasi angkatan kerja wanita pada masyarakat tanpak masih rendah. Jika demikian penting untuk dipelajari faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat partisipasi angkatan kerja wanita pada masyarakat tampak masih rendah. Jika demikian, penting untuk dipelajari, faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat partisipasi angkatan kerja wanita pada masyarakat perkotaan di Sulawesi selatan, (2) Apabila mengurus rumah tangga adalah tugas utama bagi angkatan kerja wanita, maka setelah kegiatan selesai, waktunya masih dapat dipergunakan untuk berbagi kegiatan lain. seperti; kegiatan pasar, kegiatan sosial,kegiatan pembangunan diri dan waktu luang. Meskipun demikian tidak semua wanita memanfaatkan alokasi waktu pada berbagai kegiatan ini. Karena itu perlu ditelaah fakto-faktor yang mempengaruhi penggunaan alokasi waktu pada berbagai kegiatan tersebut.

Menurut Ritzer (2008:125), Pada dasarnya peran dan fungsi istri memiliki hubungan yang erat dengan keharmonisan keluarga, bahwa ―kombinasi pola orientasi

nilai diperoleh pada tingkat yang sangat penting, harus menjadi fungsi dari struktur peran fundamental dan nilai dominan sistem sosial.‖ 4 berdasarkan dari kutipan pendapat Parsons bahwa peran seorang istri yang membantu meningkatkan kebutuhan hidup ekonomi keluarga, sebagai salah satu upaya untuk menambah penghasilan rumah tangga dalam keluarganya. Di samping itu secara fundamental dapat dikatakan istri juga berfungsi sebagai ibu yang mengatur kebutuhan anak-anaknya, dan sebagai istri dapat melayani kebutuhan suami yang menjadi salah satu bentuk terciptanya keharmonisan rumah tangga.

Menurut Nurkhoiron, (2010:107), peran perempuan dalam menyokong ekonomi keluarga sebenarnya relatif besar. Namun anggapan bahwa pencari nafkah utama adalah laki-laki, sementara perempuan adalah mengurus rumah tangga menjadikan perempuan seakan lebih tidak berdaya. Dalam posisinya disisi lain keterbatasan modal juga menjadi salah satu faktor terkendalanya perempuan untuk ikut menggerakkan perekonomian keluarga. Dalam kehidupan keluarga nelayan, peran perempuan disektor publik sebenarnya tidak bisa dianggap remeh. Meskipun sebagian besar tenga laki-laki tercurah lebih banyak dalam proses penangkapan ikan di laut. Sebenarnya curahan waktu perempuanlah yang banyak menyita waktu, ditambah lagi dengan pekerjaan domestiknya di rumah tangga. Meskipun dari segi peran dan curahan waktu lebih banyak perempuan dalam pengelolaan konsumsi keluarga, hasil dari perikanan, namun saat pengambilan keputusan usaha produksi, pengelolaan modal serta konsumsi untuk keluarga, lebih banyak diambil pihak laki- laki. Inilah ketimpangan yang terjadi dalam kehidupan perempuan nelayan.

Antara laki-laki dan perempuan dengan istilah lain adalah kesetaraan gender merupakan salah satu hak asasi yang melakat pada manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa untuk hidup secara terhormat, dan memiliki kebebasan menentukan pilihan hidupnya, tidak hanya diperuntukan bagi para laki-laki, perempuan pun mempunyai hak yang sama pada hakikatnya. Sehinggah sampai saat ini, perempuan seringkali dianggap lemah dan hanya menjadi sosok pelengkap.

Terlebih lagi adanya pola berpikir bahwa peran perempuan hanya sebatas mengurus rumah tangga bekerja di dapur, sumur, mengurus keluarga dan anak, sehingga pada akhirnya hal di luar itu menjadi tidak penting.

Sesungguhnya Peran domestik, adalah sesuatu hal yang menggambarkan tentang pekerjaan perempuan sebagai ibu rumah tangga memiliki tanggung jawab penuh dalam mengerjakan pekerjaan dalam rumah tangga seperti; menyapu rumah, mencuci piring, menyetrika, ataupun kegiatan yang sejenis termasuk mengasuh anak dan lain-lain sebagainya. Sedangkan peran suami adalah sosok seorang laki-laki sebagai Ayah dalam rumah tangga yang bertugas sebagai pencari nafkah utama dan bertanggung jawab penuh mengenai pemenuhan kebutuhan ekonomi rumah tangga dalam keluarga, untuk menjaga keharmonisan keluarga. Meskipun peran domestik bukan hanya terkondisikan sebagai pekerjaan perempuan tetapi kaum laki-lakipun dapat melaksanakan pekerjaan tersebut, atas kesadaran dari diri sendiri, bukan karena faktor melawan tradisi, budaya, dan agama tetapi oleh karena ketika faktor kondisi perempuan bekerja di sektor publik, demi menjaga keseimbangan dan keharmonisan dalam rumah tangga, maka sebagai suami dan sebaga laki-lakipun dapat berperan untuk mengerjakan pekerjaan domestik.

Menambah penghasilan dalam rumah tangga dalam hal ini istri nelayan bekerja sabagai penjual ikan, dengan tujuan membantu suami untuk terpenuhinya kebutuhan ekonomi dalam rumah tangga, pengaruh keterpaksaan ini dilatarbelakangi banyaknya jumlah anggota keluarga dalam rumah tangga sehingga istri nelayan ini bekerja untuk memenuhi kebutuhan ekonomi dalam rumah tangga, faktor kebiasaan ini di landasi oleh pekerjaan yang turun-temurun yang terjadi di keluarga nelayan tersebut, sehingga keterlibatan istri nelayan berprofesi sebagai penjual ikan, merupakan sesuatu yang wajib ia kerjakan. Peran suami dan istri hal ini, di latar belakangi oleh fungsi dan paranannya dalam rumah tangga yang berorientasi untukl pemenuhan kebutuhan ekonomi keluarga, sebagai solusi keseimbangan peran antara suami dan istri dalam rumah tangga merupakan bentuk kerja sama dan persamaan fungsi dan peran, sehingga tugas dan tanggung jawabnya juga dapat dikategorikan sebagai bentuk penghapusan diskriminasi dalam rumah tangga di lingkungan keluarga nelayan.

Gambar 2.1 Kerangka Pikir

Keterlibatan Perempuan Sebagai Penjual Ikan

menambah penghasilan keterpaksaan

kebiasaan

Dalam dokumen hasil penelitian (Halaman 165-171)