BAB II LANDASAN TEORI
2.1. T INJAUAN P USTAKA
2.1.4. Efisiensi Pasar Modal
3. Informasi dihasilkan secara acak dan tiap-tiap pengumuman informasi bersifat independen satu dengan yang lain, sehingga investor tidak dapat memprediksi kapan emiten akan mengumumkan informasi baru.
4. Investor bereaksi dengan cepat dan sepenuhnya pada informasi baru, sehingga harga sekuritas berubah untuk mencapai keseimbangan baru.
2.1.4.1. Bentuk Efisiensi Pasar Modal
Kunci untuk menilai efisiensi pasar adalah untuk menentukan seberapa baik informasi direfleksikan pada harga saham. Di pasar efisien sempurna, harga sekuritas dengan cepat mencerminkan semua informasi yang relevan yang tersedia, dan investor tidak dapat menggunakan informasi yang tersedia untuk mendapatkan keuntungan berlebih karena sudah disita dalam harga.
Pasar modal dikatakan efisien jika harga-harga saham dapat mencerminkan semua informasi yang tersedia. Efisiensi pasar modal dibagi menjadi tiga kategori berdasarkan relevansi informasi yang dapat dipertimbangkan yaitu sifat dari kandungan informasi yang tersedia (Fama, 1970).
Tiga kategori efisiensi pasar tersebut adalah:
1. Efisiensi bentuk lemah (weak form efficiency)
Efisiensi bentuk lemah dalam pasar modal mengartikan bahwa harga saham mencerminkan informasi-informasi di masa lalu. Informasi di masa lalu yang dimaksud merupakan informasi yang telah terjadi. Pasar efisien bentuk lemah berkaitan dengan teori langkah acak (random walk theory) yang
menyatakan bahwa jika pasar efisiensi dalam bentuk lemah, maka informasi yang ada di masa lalu tidak dapat digunakan untuk memprediksi harga saham sekarang, artinya untuk menentukan harga sekuritas dalam bentuk lemah, informasi di masa lalu seharusnya sudah tercermin pada harga sekuritas yang berlaku (current price) dan harga sekuritas dimasa mendatang tidak dapat ditentukan. Dalam menguji efisiensi bentuk lemah, perubahan harga di masa mendatang seharusnya tidak berhubungan dengan perubahan harga sekuritas di masa lalu, atau suatu pasar dikatakan efisiensi bentuk lemah jika harga sekarang sudah mencerminkan seluruh data masa lalu. Oleh karena itu dalam bentuk lemah, data masa lalu tidak dapat digunakan untuk memprediksi harga di masa mendatang. Penelitian tentang efisiensi pasar modal bentuk lemah menyatakan bahwa sebagian besar pasar sudah efisien dalam bentuk lemah.
2. Efisiensi bentuk setengah kuat (semi strong form efficiency)
Pasar modal dikatakan dalam bentuk setengah kuat jika harga saham mencerminkan seluruh informasi yang tersedia kepada publik, termasuk di dalamnya informasi pada laporan keuangan perusahaan emiten. Menurut Jogiyanto (2012) informasi yang dipublikasi dapat berupa:
a. Informasi yang dipublikasi dan hanya mempengaruhi harga sekuritas dari perusahaan yang mempublikasi informasi tersebut. Informasi ini umumnya berhubungan dengan peristiwa yang terjadi di perusahaan emiten (corporate event). Misalnya pengumuman laba, dividen, merger & akuisisi, pergantian kepemimpinan, peluncuran produk baru.
b. Informasi yang dipublikasi dan mempengaruhi harga-harga sekuritas sejumlah perusahaan. Informasi tersebut dapat berupa regulasi atau peraturan pemerintah yang hanya berdampak pada harga-harga sekuritas perusahaan- perusahaan yang terkena regulasi tersebut. Misalnya peraturan pemerintah untuk meningkatkan cadangan wajib (reserve requirements) yang harus dipenuhi oleh bank-bank di negara tersebut.
c. Informasi yang dipublikasi dan mempengaruhi seluruh harga-harga sekuritas perusahaan yang terdaftar di pasar saham. Informasi tersebut dapat berupa peraturan pemerintah yang dapat mempengaruhi seluruh perusahaan emiten.
Misalnya peraturan akuntansi yang mengharuskan perusahaan mencantumkan laporan arus kas.
Pengujian setengah kuat adalah pengujian atas kecepatan harga sekuritas melakukan penyesuaian (speed of adjustment) terhadap informasi baru di pasar modal. Dimana bentuk setengah-kuat terjadi jika investor tidak bisa memperoleh return di atas normal secara konsisten setelah pengumuman informasi tersebut.
Penelitian terhadap pasar efisien setengah kuat dilakukan dengan melihat dampak dari suatu pengumuman terhadap harga saham (Jones, 2014). Apabila adanya suatu peristiwa telah menimbulkan suatu reaksi dan tidak terjadi abnormal return maka pasar modal dapat dikatakan efisien, namun apabila reaksi tersebut menimbulkan abnormal return maka pasar modal dikatakan tidak efisien.
3. Efisiensi bentuk Kuat (strong form efficiency)
Pasar modal dimana harga saham mencerminkan informasi di masa lalu, informasi publik dan informasi privat perusahaan didefinisikan sebagai pasar
modal efisiensi bentuk kuat. Di pasar ini investor tidak dapat membuat keuntungan yang tinggi karena informasi yang ada telah mencangkup keseluruhan informasi yang dibutuhkan sehingga sulit untuk memperoleh abnormal return.
Satu cara untuk menguji efisiensi bentuk kuat, untuk dapat menguji kinerja dari perusahaan dibutuhkan akses untuk mendapatkan informasi non publik atau tertutup. Investor secara konsisten bisa mendapatkan return diatas rata-rata dengan menggunakan informasi dari individu yang bekerja di perusahaan tersebut atau dapat juga dikatakan investor memiliki akses monopoli informasi (Jones, 2014).
2.1.4.2. Event Study
Event study sering digunakan sebagai metode dalam penelitian empiris dalam efisiensi bentuk semi kuat, yang artinya return saham perusahaan diteliti untuk menentukan dampak peristiwa tertentu pada harga saham (Jones, 2014).
Event study adalah studi yang digunakan untuk mempelajari reaksi pasar terhadap suatu peristiwa (event) yang informasinya dipublikasikan sebagai suatu pengumuman (Jogiyanto, 2013).
Studi peristiwa (event study) merupakan studi yang mempelajari reaksi pasar terhadap suatu peristiwa (event) yang informasinya dipublikasikan sebagai suatu pengumuman dan bertujuan untuk mengukur hubungan antara suatu peristiwa dengan tingkat pengembalian (return) dari suatu surat berharga (Meidawati & Harimawan, 2004). Event study dilakukan untuk menguji efisiensi
pasar, khususnya, seberapa cepat informasi itu dimasukkan dalam harga saham (Gruber, Brown, Elton, & Goetzmann, 2010).
Event study merupakan suatu metodologi penelitian untuk mengukur dampak dari suatu kejadian yang spesifik terhadap nilai perusahaan dengan menggunakan data-data yang ada di pasar keuangan (MacKinlay, 1997). Event study sering digunakan para ekonom untuk mengukur serta meneliti dampak dari suatu peristiwa ekonomi terhadap nilai perusahaan. Dengan penelitian event study para peniliti akan mendapatkan fakta bahwa secara rasional, dampak dari suatu peristiwa akan tercermin langsung dalam harga sekuritas. Jadi ukuran dampak peristiwa ekonomi dapat dibangun dengan menggunakan harga sekuritas yang tercermin selama periode waktu yang relatif singkat, sebaliknya pengukuran produktivitas langsung terkait mungkin akan membutuhkan lebih banyak, bulanan bahkan tahunan untuk diteliti.
Pengujian kandungan informasi dan pengujian efisiensi pasar setengah kuat merupakan pengujian yang berbeda. Menurut Jogiyanto (2013) menyatakan bahwa pengujian kandungan informasi bertujuan untuk melihat reaksi dari suatu pengumuman. Jika pengumuman mengandung informasi, maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu peristiwa itu terjadi. Reaksi ini dapat diukur dengan menggunakan abnormal return, jika pengumuman yang dipublikasi memiliki kandungan informasi maka akan menghasilkan abnormal return, sedangkan pengumuman yang tidak memberikan informasi maka tidak akan memberikan abnormal return kepada pasar. Sedangkan pengujian efisiensi pasar setengah kuat dilakukan setelah pengujian kandungan informasi dari suatu peristiwa. Pengujian
efisiensi pasar bentuk setengah kuat menggunakan data yang sedang didistribusikan. Jika informasi ini didistribusikan dengan cepat dan menyebar sehingga semua orang mendapatkannya pada saat bersamaan, maka tidak ada orang yang akan merugikan orang lain secara tidaknormal dengan mendapatkan return tidak normal (abnormal return).
Berdasarkan jurnal Mackinlay (1997) dengan judul âEvent Studies in Economics and Financeâ menjelaskan prosedur dalam event theory. Tugas awal untuk melakukan studi event theory ini adalah dengan menentukan peristiwa yang diminati dan mengidentifikasi periode selama mana harga sekuritas perusahaan yang terlibat dalam peristiwa akan diteliti (the event-window).
Setelah mengidentifikasi peristiwa, selanjutnya peneliti melakukan seleksi kriteria pada perusahaan yang akan diteliti dalam studi event theory ini. Kriteria yang digunakan dapat berupa pembatasan seperti keanggotaan dalam industri spesifik atau indeks-indeks yang berada dalam bursa efek suatu negara. Pada tahap ini sangat berguna untuk meringkas beberapa karakteristik sampel (seperti kapitalisasi pasar perusahaan, industri tertentu, distribusi peristiwa melalui waktu) dan dibutuhkan catatan setiap potensi bias yang mungkin akan terjadi diperkenalkan melalui pemilihan sampel.
Penilaian dampak peristiwa membutuhkan ukuran abnormal return. Abnormal return adalah ex post return aktual dari sekuritas selama peristiwa event window dikurangi normal return dari perusahaan selama event window. Normal return dapat didefinisikan sebagai return yang diharapkan tanpa mengkondisikan adanya peristiwa yang dapat merubah return.
Langkah ketiga adalah dengan mendifinisikan estimation window, yaitu dengan menggunakan periode sebelum event window untuk estimation window. Dengan estimasi parameter untuk menilai kinerja normal, abnormal return dapat dihitung. Berikutnya dibuatlah kerangka pengujian untuk menguji abnormal return.
Setelah hasil pengujian didapatkan, hal selanjutnya yang akan dilakukan adalah menyajikan hasil empiris dengan mengikuti rumusan desain ekonometrik.
Idealnya hasil empiris akan menambah wawasan mengenai sumber dan penyebab sebuah efek (atau kekurangan sebuah efek) dari peristiwa yang diteliti. Tambahan analisis dapat dimasukkan untuk membedakan antara penjelasan yang bersaing.
Untuk menutup studi event theory dibutuhkan komentar sebagai pelengkap studi.
2.1.4.3.Abnormal Return
Abnormal return merupakan selisih antara tingkat keuntungan aktual dengan tingkat keuntungan ekspektasi. Menurut Jogiyanto (2012), abnormal return atau excess return adalah kelebihan return yang sesungguhnya terjadi terhadap return normal. Jika return aktual lebih besar dari return ekspektasi maka selisih return akan positif, sebaliknya jika return aktual lebih kecil dari return ekspektasi maka selisih retun akan negatif.
Abnormal return merupakan kelebihan return dari return normal.
Sehingga, dapat disimpulkan bahwa abnormal return dapat terjadi karena dipicu oleh adanya peristiwa tertentu dapat yang membuat harga saham berubah,
misalnya hari libur nasional, merger dan akuisisi, peristiwa politik, kejadian- kejadian luar biasa, stock split, suspend, dan lain-lain.
Abnormal return dapat dirumuskan sebagai berikut:
Abnormal Return = ARi,t = Ri,t - E (Ri,t) Dimana:
ARi,t = abnormal return saham i pada hari ke t Ri,t = actual return untuk saham i pada hari ke t E ( Ri,t ) = expected return untuk saham i pada hari ke t
Actual return adalah return yang terjadi pada waktu ke-t yang merupakan selisih harga sekarang relatif terhadap harga sebelumnya atau dapat dirumuskan sebagai berikut:
Sedangkan expected return merupakan return yang harus diestimasikan.
Brown dan Warner dalam Jogiyanto (2012) membagi tiga cara perhitungan expected return sebagai berikut:
a. Mean-adjusted Model
Model ini menganggap return ekspektasi bernilai konstan yang sama dengan rata-rata return realisasi sebelumnya selama periode estimasi (estimation period), model ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
đ đđą, đ = đđđŁ=đđđđą, đŁ đ Dimana:
E (Ri,t) = return ekspektasi sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t
Ri,j = return realisasi sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-j T = lamanya periode estimasi, yaitu dari t1 sampai dengan t2
b. Market Model
Dalam model ini return ekspektasi dihitung dalam dua tahap. Pertama, membentuk model ekspektasi dengan menggunakan data realisasi selama periode estimasi, lalu menggunakan model ekspektasi ini untuk mengestimasi return ekspektasi di periode jendela (event window). Model ekspektasi dapat dibentuk menggunakan teknik regresi OLS (Ordinary Least Square) dengan persamaan:
Ri,j =αi + ÎČi âą Rmj + Δi,j Dimana:
Ri,j = return realisasi sekuritas ke-i pada periode estimasi ke-j α = intercept untuk sekuritas ke-i
ÎČ = koefisien slope yang merupakan Beta dari sekuritas ke-1 Rmj = IHSG pada periode estimasi ke-j
Δi,j = kesalahan residu sekuritas ke-i pada periode estimasi ke-j
c. Market-Adjusted Model
Model yang mengganggap bahwa penduga yang terbaik untuk mengestimasi return suatu sekuritas adalah return indeks pasar pada saat tersebut.
Dengan menggunakan model ini, maka tidak perlu menggunakan periode estimasi, karena return sekuritas yang diestimasi adalah sama dengan return indeks pasar. Rumusannya yaitu sebagai berikut:
E(Ri,t) = Rm,i,t Dimana:
E (Ri,t) = expected return sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t Rm,i,t = return pasar dari sekuritas ke-i pada periode estimasi ke-t
2.1.4.4.Aktivitas Volume Perdagangan (Trading Volume Activity)
Aktivitas volume perdagangan merupakan instrumen yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat kegiatan jual beli saham di bursa efek. Untuk melakukan penghitungan aktivitas volume perdagangan saham dapat dilakukan dengan membandingkan jumlah saham yang diperdagangkan dalam suatu periode tertentu dengan keseluruhan jumlah saham beredar perusahaam tersebut dalam kurun waktu yang sama (Luhur, 2010).
Menurut Meidawati dan Harimawan (2004), Trading Volume Activity digunakan untuk melihat apakah suatu peristiwa berpengaruh terhadap pengambilan keputusan investor untuk melakukan perdagangan (pembelian atau penjualan saham) yang berbeda dari perdagangan normal, sehingga akan mendapatkan keuntungan tidak normal (abnormal return).