• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.5. T EKNIK A NALISIS D ATA

Adapun tahap-tahap pengujian hipotesis pertama dan keempat adalah:

1. Menghitung tingkat keuntungan saham sesungguhnya (actual return) harian masing-masing saham selama periode pengamatan dengan rumus:

Dimana:

Rit = Actualreturn saham i pada waktu t Pi,t = Harga saham i pada waktu t

Pi,t-1 = Harga saham i pada waktu t-1

2. Menghitung tingkat keuntungan pasar (market return) harian selama periode pengamatan, dengan rumus:

Dimana:

Rmt =Return pasar pada periode t LQ-45t = Indeks LQ-45 pada waktu t LQ-45t-1 = Indeks LQ-45 pada waktu t-1

3. Menghitung tingkat keuntungan yang diharapkan (expected return) harian selama periode pengamatan, dengan menggunakan market adjusted-model yang menganggap bahwa penduga yang terbaik untuk mengestimasi return suatu sekuritas adalah return indeks pasar pada saat tersebut, dengan rumus sebagai berikut:

E (Ri,t) = R m,i,t

Dimana:

E (Ri,t) =Expected return sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t Rm,i,t = Return pasar dari sekuritas ke-i pada periode estimasi ke-t 4. Menghitung abnormal return (tingkat keuntungan tidak normal), yaitu merupakan selisih antara actual return dengan expected return harian masing- masing saham dengan menggunakan metode market adjusted-model selama periode pengamatan, dengan rumus:

ARit = Rit – E (Rit)

5. Melakukan uji statistik terhadap abnormal return, yaitu dengan menggunakan Uji t untuk sampel tunggal (one sample t test). Dalam penelitian ini tingkat

signifikan ditetapkan sebesar 5% yang berarti tingkat kesalahan dari penelitian ini adalah sebesar 5%.

a. Jika t-hitung < t-tabel, H0 diterima atau dapat dikatakan tidak terdapatnya abnormal return disekitar periode peristiwa.

b. Jika t-hitung > t-tabel maka H0 ditolak atau dapat dikatakan terdapatnya abnormal return disekitar periode peristiwa.

Pengujian hipotesis kedua dan kelima:

1. Menghitung rata-rata abnormal return (AARt) seluruh sampel perusahaan untuk hari ke-t selama periode pengamatan dengan rumus:

Dimana: n = Jumlah perusahaan yang diteliti

2. Membuat perbandingan secara statistik AARt sebelum peristiwa dengan AARt setelah peristiwa dengan menggunakan Uji t untuk observasi yang berpasangan (paired sample t test). Dalam penelitian ini tingkat signifikan ditetapkan sebesar 5% yang berarti tingkat kesalahan dari penelitian ini adalah sebesar 5%.

a. Jika probabilitas α < 0,05 maka Ho ditolak atau dapat dikatakan terdapat perbedaan rata-rata abnormal return saham secara signifikan.

b. Jika probabilitas α > 0,05 maka Ho diterima atau dapat dikatakan tidak terdapat perbedaan rata-rata abnormal return saham secara signifikan.

Pengujian hipotesis ketiga dan keenam:

1. Menghitung volume perdagangan masing-masing saham selama periode pengamatan, dengan rumus sebagai berikut:

TVA = 𝚺 𝐬𝐚𝐡𝐚𝐦 𝐢 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐝𝐢𝐩𝐞𝐫𝐝𝐚𝐠𝐚𝐧𝐠𝐤𝐚𝐧 𝐰𝐚𝐤𝐭𝐮 𝐭 𝚺 𝐬𝐚𝐡𝐚𝐦 𝐢 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐛𝐞𝐫𝐞𝐝𝐚𝐫 𝐬𝐚𝐚𝐭 𝐭

2. Menghitung rata-rata volume perdagangan untuk semua saham yang dijadikan sampel dengan rumus sebagai berikut:

Dimana: n = Jumlah perusahaan yang diteliti

3. Membuat perbandingan secara statistik rata-rata TVA sebelum peristiwa dengan rata-rata TVA setelah peristiwa dengan menggunakan Uji t untuk observasi yang berpasangan. Dalam penelitian ini tingkat signifikan ditetapkan sebesar 5% yang berarti tingkat kesalahan penelitian ini adalah sebesar 5% yang akan dibandingkan dengan probabilitas value.

a. Jika probabilitas α < 0,05 maka Ho ditolak yang artinya terdapat perbedaan rata-rata volume perdagangan saham secara signifikan.

b. Jika probabilitas α > 0,05 maka Ho diterima yang artinya tidak terdapat perbedaan rata-rata volume perdagangan saham secara signifikan.

BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

4.1.Gambaran Umum Objek Penelitian

Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan yang tergabung dalam indeks LQ-45 yang terdaftar dan aktif diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI). Sampel perusahaan LQ-45 yang digunakan dibagi menjadi dua berdasarkan periode pengamatan. Sampel perusahaan LQ-45 yang digunakan pada periode peristiwa pemilihan umum presiden 2014 menggunakan sampel perusahaan yang termasuk dalam indeks LQ-45 periode Febuari 2014-Juli 2014, sedangkan untuk peristiwa pengumuman kabinet kerja 2014 menggunakan sampel perusahaan yang termasuk dalam indeks LQ- 45 periode Agustus 2014-Januari 2015. Rinciannya dapat dilihat di lampiran 1 dan 2.

Berdasarkan kriteria di atas, diperoleh jumlah sampel tetap untuk peristiwa pemilihan umum presiden 2014 dan peristiwa pengumuman kabinet kerja 2014 masing-masing sebanyak 45 perusahaan. Setelah dilakukan perhitungan statistik dengan menggunakan bantuan program komputer SPSS 21, hasilnya akan diuraikan sebagaimana di bawah.

4.2. Statistik Deskriptif 4.2.1. Abnormal Return

Pengujian ini diawali dengan menghitung rata-rata abnormal return (AAR) untuk ke 45 perusahaan, kemudian hasil AAR ini dipilih menjadi 2 kelompok, yaitu AAR sebelum peristiwa dan AAR setelah peristiwa. Data inilah yang kemudian diuji signifikansinya dengan bantuan program SPSS 21.

Berdasarkan lampiran 9, maka diketahui rata-rata (mean) dan standar deviasi dari masing-masing variabel abnormal return dengan N sebanyak 45, sebagaimana tabel 4.2.1 berikut.

Tabel 4.2.1. Statistik Deskriptif Variabel Abnormal Return

Peristiwa Variabel Kondisi Mean Standar Deviasi Pemilu presiden Abnormal Sebelum 0.0025568 0.01254760

Return Sesudah 0.0002214 0.01032185

Pengumuman kabinet Abnormal Sebelum -0.0001158 0.00864208 kerja 2014 Return Sesudah -0.0010626 0.00921787

Sumber: Data diolah

Tabel 4.2.1. di atas memperlihatkan rata-rata (mean) dan standar deviasi dari variabel abnormal return, sebagai berikut:

a. Rata-rata abnormal return sebelum pemilu presiden sebesar 0.0025568 dengan standar deviasi sebesar 0.01254760.

b. Rata-rata abnormal return sesudah pemilu presiden sebesar 0.0002214 dengan standar deviasi sebesar 0.01032185.

c. Rata-rata abnormal return sebelum pengumuman kabinet kerja 2014 sebesar -0.0001158 dengan standar deviasi sebesar 0.00864208.

d. Rata-rata abnormal return sesudah pengumuman kabinet kerja 2014 sebesar -0.0010626 dengan standar deviasi sebesar 0.00921787.

Dari statistik deskriptif tersebut, dapat dilihat dalam grafik seperti gambar 4.2.1. & 4.2.2. dibawah ini.

Sumber: Data diolah

Gambar 4.2.1. Rata-Rata Abnormal Return antara Kondisi Sebelum dan Sesudah Pemilu Presiden

Gambar di atas memperlihatkan terjadinya penurunan abnormal return dari kondisi sebelum ke kondisi sesudah pemilu presiden, yaitu semula 0.0025568 menjadi 0.0002214. Di sisi lain, standar deviasi memperlihatkan penurunan, di mana kondisi sebelum pemilu presiden sebesar 0.0125476 menjadi sebesar 0.01032185 pada kondisi sesudah.

Sumber: Data diolah

Gambar 4.2.2. Rata-Rata Abnormal Return antara Kondisi Sebelum dan Sesudah Pengumuman Kabinet Kerja 2014

Gambar di atas memperlihatkan terjadinya penurunan abnormal return dari kondisi sebelum ke kondisi sesudah pengumuman kabinet kerja, yaitu semula -0.0001158 menjadi -0.0010626. Di sisi lain, standar deviasi memperlihatkan peningkatan, di mana kondisi sebelum pengumuman kabinet kerja sebesar 0.00864208 menjadi sebesar 0.00921787 pada kondisi sesudah.

4.2.2. Volume Perdagangan Saham (TVA)

Pengujian ini diawali dengan menghitung TVA untuk masing-masing perusahaan yang dijadikan sampel. Perhitungan TVA dilakukan dengan membandingkan jumlah saham perusahaan yang diperdagangkan dalam suatu periode tertentu dengan keseluruhan jumlah saham yang beredar pada perusahaan tersebut pada waktu yang sama. Dari hasil perhitungan tersebut kemudian

dilakukan uji beda rata-rata TVA dengan terlebih dahulu membagi rata-rata TVA tersebut kedalam periode sebelum peristiwa dan periode setelah peristiwa.

Berdasarkan lampiran 10, maka diketahui rata-rata (mean) dan standar deviasi dari masing-masing variabel volume perdagangan saham (TVA) dengan N sebanyak 45, sebagaimana tabel 4.2.2. berikut.

Tabel 4.2.2. Statistik Deskriptif Variabel Volume Perdagangan Saham (TVA) Peristiwa Variabel Kondisi Mean Standar Deviasi Pemilu Presiden Volume Sebelum 0.0025855 0.00383601

Perdagangan Sesudah 0.0033994 0.00416495

Pengumuman

Kabinet Volume Sebelum 0.0015805 0.00185790

Kerja 2014 Perdagangan Sesudah 0.0013715 0.00131153 Sumber: Data diolah

Tabel 4.2.2. di atas memperlihatkan rata-rata (mean) dan standar deviasi dari variabel abnormal return, sebagai berikut:

1. Rata-rata volume perdagangan saham sebelum pemilu presiden sebesar 0.0025855 dengan standar deviasi sebesar 0.00383601.

2. Rata-rata volume perdagangan sahamsesudah pemilu presiden sebesar 0.0033994 dengan standar deviasi sebesar 0.00416495.

3. Rata-rata volume perdagangan saham sebelum pengumuman kabinet kerja 2014 sebesar 0.0015805 dengan standar deviasi sebesar 0.00185790.

4. Rata-rata volume perdagangan sahamsesudah pengumuman kabinet kerja 2014 sebesar 0.0013715 dengan standar deviasi sebesar 0.00131153.

Dari statistik deskriptif tersebut, dapat dilihat dalam grafik seperti gambar 4.2.3. & 4.2.4. dibawah ini.

Sumber: Data diolah

Gambar 4.2.3. Rata-rata Volume Perdagangan Saham antara Kondisi Sebelum dan Sesudah Pemilu Presiden

Grafik di atas memperlihatkan terjadinya peningkatan volume perdagangan saham dari kondisi sebelum ke kondisi sesudah pemilu presiden, yaitu semula sebesar 0.0025855 menjadi 0.0033994. Di sisi lain, standar deviasi memperlihatkan penurunan, di mana kondisi sebelum pemilu presiden sebesar 0.00383601 menjadi sebesar 0.00416495 pada kondisi sesudah.

Sumber: Data diolah

Gambar 4.2.4. Rata-rata Volume Perdagangan Saham antara Kondisi Sebelum dan Sesudah Pengumuman Kabinet Kerja 2014

Grafik di atas memperlihatkan terjadinya peningkatan volume perdagangan saham dari kondisi sebelum ke kondisi sesudah pengumuman kabinet kerja 2014, yaitu semula sebesar 0.0015805 menjadi 0.0013715. Di sisi lain, standar deviasi memperlihatkan penurunan, di mana kondisi sebelum pengumuman kabinet kerja sebesar 0.00185790 menjadi sebesar 0.00131153 pada kondisi sesudah.

4.3. Uji Hipotesis

4.3.1. Pengujian Hipotesis 1

Pengujian statistik terhadap nilai abnormal return bertujuan untuk melihat signifikansi abnormal return yang terjadi selama event window. Signifikansi yang dimaksud adalah bahwa abnormal return tersebut secara statistik signifikan tidak sama dengan nol, positif untuk kabar baik dan negatif untuk kabar buruk

(Jogiyanto, 2013). Analisis abnormal return ini dilakukan melalui uji one-sample T test untuk sampel tunggal. Adapun hasil pengujiannya dapat dilihat pada tabel 4.3.1.

Tabel 4.3.1. Hasil Perhitungan AR

AR t

Sig. (2- tailed)

Art_5 0.001036 .460 .647 Art_4 0.009889 4.340 .000 Art_3 0.003896 1.128 .266 Art_2 0.004718 .899 .373 Art_1 -0.00675 -2.800 .008 Art1 -0.00242 -.506 .616 Art2 -0.00184 -.621 .538 Art3 -0.00115 -.520 .606 Art4 -0.00025 -.081 .936 Art5 0.006762 2.403 .021

signifikan pada tingkat 5%

t-tabel= 2.015 Sumber: Data yang diolah

Hasil perhitungan abnormal return saham secara harian selama periode penelitian menunjukkan bahwa terdapatnya abnormal return positif pada empat hari sebelum peristiwa dengan t-hitung sebesar 4.340 yang signifikan pada tingkat 0,00%. Namun, pasar kemudian memberikan reaksi negatif pada sehari sebelum peristiwa dengan t-hitung sebesar -2.800 yang signifikan pada tingkat 0,08%. Lalu pasar kembali bereaksi positif pada perdagangan hari kelima setelah peristiwa dengan t-hitung sebesar 2.403 yang signifikan pada tingkat 2,1%, sehingga dapat dikatakan penelitian ini berhasil menunjukkan bahwa peristiwa pemilu presiden ini memiliki kandungan informasi yang menghasilkan abnormal return bagi investor, sehingga hipotesis Ha diterima dan H0 ditolak.

4.3.2. Pengujian Hipotesis II

Hipotesis yang akan diuji adalah apakah terdapat perbedaan rata-rata abnormal return sebelum dan setelah peristiwa pemilihan umum presiden 2014.

Pengujian melihat sebelum peristiwa dengan rentan waktu 5 hari dan setelah peristiwa dengan rentan waktu 5 hari. Hasil perhitungan uji perbedaan rata-rata abnormal return sebelum dan setelah terjadinya peristiwa pemilihan umum presiden tersebut menggunakan uji sampel berpasangan (paired sample T test).

Adapun hasil pengujiannya dapat dilihat pada tabel 4.3.2.

Tabel 4.3.2. Hasil Hipotesis II Terhadap Tingkat Keuntungan Saham (abnormal return) pada Periode Pengamatan 5 Hari Sebelum Peristiwa dan 5

Hari sesudah Peristiwa Pemilu Presiden 2014 Rata-rata

AR 5 hari sebelum

Rata-rata AR 5 hari sesudah

Perbedaan

Nilai t-hitung

Nilai Probabilitas

Keterangan 0.0025568 0.0002214 0.00233536 1.464 0.150 Tidak

signifikan

Signifikan pada α = 5%

Sumber: Data yang diolah

Berdasarkan hasil uji t berpasangan seperti yang tampak pada tabel 4.3.2.

diatas menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata- rata abnormal return (AR) 5 hari sebelum dan 5 hari sesudah peristiwa pemilu presiden 2014. Hal tersebut ditunjukkan dengan variabel return saham mempunyai nilai probabilitas sebesar 0.150 yang berarti lebih besar dari α 0.05, sehingga H0 diterima dan Ha ditolak.

4.3.3. Pengujian Hipotesis III

Hipotesis ini membahas apakah terrdapat perbedaan rata-rata aktivitas volume perdagangan sebelum maupun sesudah peristiwa pemilihan umum presiden 2014. Pengujian hipotesis ini menggunakan uji sampel berpasangan (paired samples T test). Adapun hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.3.3. dan 4.3.3.1.

Tabel 4.3.3. Hasil Perhitungan ATVA

Waktu ATVA

t-5 0.00145

t-4 0.001795

t-3 0.002223

t-2 0.003696

t-1 0.003763

t1 0.006397

t2 0.002222

t3 0.001921

t4 0.00287

t5 0.003586

Sumber: Data yang diolah

Berdasarkan data pada tabel 4.3.3., dapat dilihat bahwa pergerakan nilai rata-rata TVA selama periode peristiwa cukup fluktuatif. Pada periode sebelum peristiwa, pergerakan TVA cenderung meningkat, hal itu dapat dilihat dari nilai TVA pada periode t-5 yang terus meningkat hingga periode t-1. Periode setelah peristiwa cenderung fluktuatif, dilihat dari penurunan pada t+1 hingga t+3, akan tetapi terjadi peningkatan kembali pada t+4 dan t+5.

Tabel 4.3.3.1. Hasil Uji Hipotesis III Terhadap Volume Perdagangan Saham (TVA) pada Periode Pengamatan 5 Hari Sebelum dan 5 Hari Sesudah

Peristiwa Pemilu Presiden Rata-rata

TVA 5 hari sebelum

Rata-rata TVA 5 hari sesudah

Perbedaan

Nilai t-hitung

Nilai Probabilitas

Keterangan 0.0025855 0.0033994 -0.00081392 -3.248 0.002 Signifikan

Signifikan pada α = 5%

Sumber: Data yang diolah

Berdasarkan hasil uji t berpasangan seperti yang tampak pada tabel 4.3.3.1.

menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan antara rata-rata volume perdagangan saham (ATVA) 5 hari sebelum dan 5 hari sesudah peristiwa pemilu presiden 2014. Hal tersebut ditunjukkan dengan variabel volume perdagangan saham mempunyai nilai probabilitas sebesar 0.002 yang berarti lebih kecil dari α 0.005, sehingga Ha diterima dan H0 ditolak.

4.3.4. Pengujian Hipotesis IV

Pengujian statistik terhadap nilai abnormal return bertujuan untuk melihat signifikansi abnormal return yang terjadi selama event window. Signifikansi yang dimaksud adalah bahwa abnormal return tersebut secara statistik signifikan tidak sama dengan nol, positif untuk kabar baik dan negatif untuk kabar buruk (Jogiyanto, 2013). Analisis abnormal return ini dilakukan melalui uji one-sample T test untuk sampel tunggal. Adapun hasil pengujiannya dapat dilihat pada tabel 4.3.4.

Tabel 4.3.4. Hasil Perhitungan AR

AR t

Sig. (2- tailed) Art_3 0.000759 .336 .738 Art_2 -0.00072 -.366 .716 Art_1 -0.00039 -.191 .850

Art1 0.00182 .795 .431

Art2 -0.00376 -1.784 .081 Art3 -0.00125 -.443 .660

signifikan pada tingkat 5%

t-tabel= 2.015 Sumber: Data yang diolah

Hasil perhitungan abnormal return saham secara harian selama periode penelitian menunjukkan bahwa penelitian ini tidak berhasil menemukan abnormal return signifikan selama periode peristiwa pengumuman kabinet kerja, sehingga dapat dikatakan peristiwa ini tidak memiliki kandungan informasi yang dapat menghasilkan abnormal return kepada investor, sehingga H0 diterima dan Ha ditolak.

4.3.5. Pengujian Hipotesis V

Hipotesis lima tidak perlu dilakukan analisis dikarenakan hipotesis empat yang disyaratkan gagal diterima, mengingat referensi pada rerangka pemikiran pengumuman kabinet kerja pada halaman 43 yang mengharuskan diterima hipotesis empat (terdapat abnormal return signifikan pada periode peristiwa), sehingga analisis terhadap hipotesis lima ini tidak dilakukan.

4.3.6. Pengujian Hipotesis VI

Hipotesis ini membahas apakah terrdapat perbedaan rata-rata aktivitas volume perdagangan sebelum maupun sesudah peristiwa pengumuman kabinet kerja 2014. Pengujian hipotesis ini menggunakan uji sampel berpasangan (paired samples T test). Adapun hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.3.6 dan 4.3.6.1.

Tabel 4.3.6. Hasil Perhitungan ATVA

Waktu ATVA

t-3 0.001746

t-2 0.001659

t-1 0.001336

t1 0.001203

t2 0.001109

t3 0.001803

Sumber: Data yang diolah

Berdasarkan data pada Tabel 4.3.6., dapat dilihat bahwa pergerakan nilai ATVA selama periode peristiwa cenderung mengalami penurunan. Penurunan terjadi mulai dari periode t-3 hingga periode t+2, pada t+3 ATVA mengalami peningkatan hingga mencapai titik tertingginya yaitu 0.001803.

Tabel 4.3.6.1. Hasil Uji Hipotesis VI Terhadap Volume Perdagangan Saham (TVA) pada Periode Pengamatan 3 Hari Sebelum dan 3 Hari Sesudah

Peristiwa Pengumuman Kabinet Kerja 2014 Rata-rata

TVA Rata-rata

TVA Perbedaan Nilai Nilai

3 hari 3 hari t-hitung Probabilitas Keterangan

sebelum sesudah

0.0015805 0.0013715 0.00020890 1.578 0.122 Tidak

signifikan

Signifikan pada α = 5%

Sumber: Data yang diolah

Berdasarkan hasil uji t berpasangan seperti yang tampak pada tabel 4.3.6.1.

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan antara rata-rata volume perdagangan saham (ATVA) 3 hari sebelum dan 3 hari sesudah peristiwa pengumuman kabinet kerja 2014. Hal tersebut ditunjukkan dengan variabel volume perdagangan saham mempunyai nilai probabilitas sebesar 0.122 yang berarti lebih besar dari α 0.005, sehingga H0 diterima dan Ha ditolak.

4.4.Pembahasan Hasil Pengujian Hipotesis 4.4.1. Pembahasan Peristiwa Pemilu Presiden

Penelitian dengan menggunakan event study pada peristiwa pemilu presiden, menunjukkan bahwa peristiwa ini memiliki kandungan informasi (information content) yang menyebabkan pelaku pasar bereaksi terhadap peristiwa tersebut, hal ini dilihat dari ditemukannya abnormal return pada periode peristiwa, yaitu pada t-4, t-1, dan t+5.

Reaksi pasar melalui abnormal return yang diterima oleh investor disekitar hari-hari peristiwa pemilu presiden 2014, memperlihatkan kecepatan pasar dalam menyerap informasi yang diterima. Pasar dikatakan efisien bentuk setengah kuat secara infomasi jika investor bereaksi dengan cepat (quickly) untuk menyerap abnormal return untuk menuju ke harga keseimbangan yang baru (Jogiyanto, 2013). Kecepatan reaksi pasar modal terhadap pemilu presiden cukup cepat, karena reaksi yang signifikan terjadi pada sekitar 1-5 hari sebelum dan atau sesudah peristiwa, sehingga dapat dikatakan pasar modal dalam keadaan efisien bentuk setengah kuat secara informasi.

Bursa saham sebelum pemilu presiden yaitu lima hari sebelum pelaksanaan berlangsung cenderung memiliki peningkatan abnormal return positif. Penguatan ini didukung optimisme pelaku pasar terhadap pemilu presiden, penguatan pada dua hari menjelang pemilu presiden juga didukung oleh hasil debat capres-cawapres terakhir (05/07/14) yang direspon positif oleh pasar dan berhasil membuat penguatan dan peningkatan volume perdagangan pada hari itu (07/07/14) (Gunawan, 2014). Namun pada sehari sebelum pelaksanaan pemilu presiden ditemukan abnormal return negatif, hal ini menandakan pasar telah mengamankan investasinya untuk mengantisipasi adanya kemungkinan pemilu presiden yang berjalan tidak aman.

Pelaksanaan pemilu presiden telah terlaksana dengan lancar dan aman, hasil hitung cepat (quick count) sudah keluar dan reaksi pasar terhadap hasil hitung cepat yang terlalu berlebihan membuat terjadinya penguatan terhadap hampir seluruh saham terkecuali saham MNC dan VIVA. Anjloknya saham MNC dan VIVA merupakan akibat sentimen pasar terhadap perbedaan hasil hitung cepat yang memenangkan pasangan Prabowo-Hatta (Julaikah, 2014). Dipicu ketidakpastian dari hasil hitung cepat yang berbeda-beda dari lembaga survei membuat aksi ambil untung (profit taking) terjadi pasca pemilu presiden (Priyambada, 2014). Di hari kelima setelah pemilu presiden dilaksanakan, pasar mulai kembali normal, hal ini terlihat dari hasil perhitungan abnormal return yang memberikan hasil positif.

Berdasarkan hasil uji t berpasangan menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata abnormal return 5 hari sebelum dan 5 hari sesudah peristiwa pemilu presiden 2014. Hal ini sesuai dengan penelitian

yang dilakukan oleh Suwaryo (2008) dengan meneliti peristiwa pemilu presiden 2004. Hal ini menandakan walaupun pasar merespon terjadinya peristiwa tersebut, namun tidak ada pengaruh yang signifikan terhadap tingkat keuntungan yang diperoleh para pemegang saham sebelum dan setelah peristiwa, sehingga dapat disimpulkan bahwa peristiwa tersebut merupakan peristiwa yang sudah dapat diantisipasi pelaku pasar, dikarenakan pemilu presiden yang berjalan aman dan meskipun hasil lembaga survei berbeda-beda, namun sebagian besar investor yakin yang memenangkan pemilu presiden tahun 2014 ini adalah kubu Jokowi-JK yang merupakan pasangan capres-cawapres yang disukai pasar, sehingga pasar puas dan optimis karena pemilu presiden telah berjalan sesuai ekspektasi pasar.

Selain pengujian terhadap abnormal return, pengujian terhadap peristiwa pemilu presiden 2014 juga dilakukan terhadap variabel trading volume activity.

Hasil dari analisis deskriptif maupun pengujian hipotesis yang dilakukan terhadap TVA memperlihatkan hasil yang berbeda dengan analisis terhadap rata-rata abnormal return, yaitu terdapat perbedaan signifikan rata-rata TVA sebelum dan sesudah peristiwa pilpres.

Pengumuman hasil pemilu presiden sementara yang membuat kedua calon mengklaim kemenangan masing-masing membuat penurunan terhadap volume perdagangan saham, namun hasil dari 8 survei memenagkan salah satu pasangan yang merupakan calon yang disukai pasar, dan hal ini sesuai ekspektasi dan harapan pasar sehingga mampu meningkatkan kembali volume perdagangan saham di BEI. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Jogiyanto (2012), pengujian kandungan informasi dimaksudkan untuk melihat reaksi dari suatu pengumuman. Jika pengumuman tersebut mengandung informasi, maka

diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar.

Kemenangan capres-cawapres berdasarkan perhitungan cepat sejumlah lembaga survei dianggap sebagai petanda baik, karena kandidat tersebut merupakan kandidat yang disukai pasar. Dan para pelaku pasar menyimpulkan jika capres-cawapres tersebut benar menang maka mereka dapat menjalankan tugas dengan baik dan amanat. Hal inilah yang menjadi penyebab terjadinya perbedaan rata-rata aktivitas volume perdagangan saham pada periode pengamatan sebelum dan setelah peristiwa pemilu presiden 2014. Perbedaan rata- rata volume perdagangan saham sebelum dan setelah peristiwa menunjukkan bahwa peristiwa pemilu presiden dapat dianggap berita baik (good news) oleh para investor.

Berdasarkan hasil uji t berpasangan menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan antara rata-rata volume perdagangan saham (ATVA) 5 hari sebelum dan 5 hari sesudah peristiwa pemilu presiden 2014, hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Pronayuda (2006) dengan meneliti peristiwa pengumuman kabinet Indonesia bersatu yang menghasilkan didapatnya perbedaan rata-rata TVA sebelum dan sesudah pengumuman pada perusahaan berkapitalisasi besar. Adanya perbedaan ATVA secara signifikan mengindikasikan bahwa ada kenaikan aktivitas perdagangan di lantai bursa, hal ini disebabkan pelaksanaan pemilihan presiden yang berjalan lancar, mendorong masuknya aliran dana asing (capital inflow) ke Indonesia (Suryowati, 2014), hal ini terlihat dari meningkatnya rata-rata volume perdagangan sebelum dan sesudah peristiwa pemilu presiden 2014.

4.4.2. Pembahasan Peristiwa Pengumuman Kabinet Kerja

Hasil hipotesis empat dengan menguji adanya abnormal return pada periode peristiwa pemilu memberi hasil tidak terdapatnya abnormal return secara signifikan baik positif maupun negatif, berdasarkan hal tersebut menandakan bahwa peristiwa pengumuman kabinet kerja tidak memiliki kandungan informasi yang dapat memberikan abnormal return kepada investor.

Meskipun pengumuman susunan kabinet kerja diluar ekspektasi namun sebagian investor telah mengantisipasi nama-nama susunan kabinet tersebut, investor sudah dapat menduga-duga calon kabinet dari banyaknya media yang aktif memberitakan nama-nama susunan menteri (Okezone, 2014), sehingga reaksi pasar tidak begitu besar pada peristiwa pengumuman ini.

Berdasarkan hasil uji t berpasangan menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan antara rata-rata volume perdagangan saham (ATVA) 3 hari sebelum dan 3 hari sesudah peristiwa pengumuman kabinet kerja 2014. Tidak terdapatnya perbedaan rata-rata TVA ini disebabkan sebagian besar investor sudah memprediksi nama-nama yang akan keluar sebagai susunan kabinet kerja sehingga reaksinya tidak begitu mengejutkan, pasar cenderung tidak merespon secara berlebihan terhadap susunan kabinet karena hasil kerjanya belum bisa dilihat, sehingga tingkat volume perdagangan tidak berbeda signifikan sebelum dan setelah peristiwa pengumuman kabinet kerja 2014.

Dokumen terkait