BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Environmental Awerness
A. Definisi Environmental Awerness
Environmental awareness atau kesadaran lingkungan adalah kesadaran individu akan pentingnya menjaga lingkungan yang dilakukan dengan cara menghormati, melindungi dan melestarikan (Siregar, 2021). Environmental Awerness (Kesadaran Lingkungan) sebagai salah satu cara untuk memahami kerapuhan lingkungan disekitar kita dan pentingnya perlindungan akan hal tersebut. Kesadaran lingkungan dimulai dengan pemahaman gerakan lingkungan atau biasa disebut dengan environmentalisme.
Produk yang ramah lingkungan saja tidak cukup untuk pengembangan berkelanjutan (sustainable development). Kesadaran lingkungan juga sangat diperlukan dalam kegiatan mengkonsumsi. Konsumen mulai sadar untuk mendukung kelestarian lingkungan dengan menggunakan produk yang ramah lingkungan yang mengandung material yang tidak berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan manusia menjadi popular dikalangan konsumen berkat environmental awareness (Sugiarto & Gabriella, 2020). Dalam kondisi ini, orang-orang yang bertujuan untuk melindungi diri.
Pertumbuhan kesadaran akan isu lingkungan atau Environmental Awareness mendorong konsumen memiliki kepedulian terhadap lingkungan yang pada akhirnya merubah perilaku pembelian konsumen kearah produk ramah lingkungan
14
(Green Product). Sikap peduli akan lingkungan yang meberikan dampak positive untuk pengguna produk yang ramah ligkungan. Orang yang memiliki sikap seperti ini adalah orang yang terbiasa dengan gaya hidup sehat dimanapun dia berada.
Kesadaran atau lingkungan didefinisikan sebagai kecenderungan belajar untuk merespon secara konsisten dengan mendukung atau tidak terhadap kondisi lingkungan.
Environmental Awerness mengacu kepada penilaian dalam diri seseorang terhadap kelestarian lingkungan (Manajemen et al., 2020). Enviromental Awerness didasari pada kesadaran dari dalam diri seseorang terhadap kelestarian lingkungan dengan pertimbangan yang dilakukan seseorang berdasarkan aspek kognitif, bukan perasaan (afektif) yang berarti pemahaman mengenai kondisi dan masalah lingkungan menjadi sesuatu yang utama karena akan berpengaruh terhadap tindakan dan sikap individu tentang masalah lingkungan.
Kesadaran Lingkungan merupakan konstruk multidimensi yang mempengaruhi pengetahuan, sikap, perilaku, niat dan tindakan individu untuk melakukan perilaku yang menunjukan kesadaran terhadap lingkungan (Manajemen et al., 2020). Seseorang dengan tingkat kesadaran tinggi seharusnya lebih menjaga lingkungan, salah satunya melalui perubahan perilaku pembeliannya, konsumen percaya bahwa semakin membeli produk hijau maka perusahaan mendapatkan keuntungan sehingga akan lebih peduli terhadap lingkungan dan meningkatkan performanya dalam memproduksi produk hijau (Hasanah et al., 2023). Kesadaran Lingkungan yang dimiliki oleh konsumen merupakan bagian dari factor internal yang mencakup nilai, kepribadian, sikap dan tanggapan afektif (Sharma, 1998).
Kesadaran dan tanggung jawab terhadap lingkungan mahasiswa berpengaruh terhadap keputusan pembelian produk ramah lingkungan dan kesadaran tersebut dipicu dari kondisi lingkungan di sekitarnya (Hasanah et al., 2023) Individu yang memiliki kesadaran lingkungan yang lebih besar akan lebih memungkinkan untuk memiliki perilaku konsumen hijau. Sebaliknya, terdapat pernyataan bahwa kesadaran ligkungan tidak sekaku berubah menjadi perilaku yang bisa memperkuat pembelian hijau (Zameer et al., 2022). Konsumsi hijau sendiri, jika semakin tinggi pengetahuan yang dimiliki konsumen terhadap dampak positif dalam menggunakan Green Product (Hasanah et al., 2023). Faktor kesadaran lingkungan diduga dapat berperan sebagai factor pemicu yang kuat akan kepedulian lingkungan yang selanjutnya memperkuat niat pembelian hijau (Zameer et al., 2022).
Berdasarkan pemaparan tersebut maka Environmental Awarness merupakan sandaran umum yang terdiri dari presepsi manusia terhadap suatu kondisi atau peristiwa dan kesadaran ini tidak selalu berarti pemahaman hanya kemampuan untuk sadar, merasakan peran penting dalam menciptakan kesadaran dan mendidik masyaraat tentang manfaat pelestarian lingkungan bagi masyarakat.
B. Aspek pada Environmental Awerness
Menurut (Y. H. D. Danhas, 2020) terdapat beberapa aspek pada Environmental Awerness, berikut Aspek-aspek Environmental awerness yang terdiri dari historis, empiris, yuridis, religious kultural dan filosofis:
1) Prespektif Historis
Historis berarti sejarah, Sejarah merupakan catatan panjang yang secara kronologis menjadi bahan pelajaran bagi manusia. Apa yang dihadirkan oleh sejarah tersebut, membentuk suatu pola yang diidentifikasi guna melakukan prediksi dan alternatif solusi sedini mungkin. Itulah sebabnya, peristiwa masa lalu, dijadikan sebagai satu disiplin ilmu pula yang dikenal dengan ilmu Sejarah
Sejarah mencatat persoalan dan permasalahan lingkungan yang pernah ada di bumi. Sekaligus hal ini menjadi dasar dan salah satu factor yang melatarbelakangi pendidikan lingkungan sebagai disiplin ilmu.
Dari kronologis sejarah ditiap 10 tahun selalu ada peristiwa pencemaran terhadap lingkungan yang parah. Kendatipun di tahun 1.800 penduduk dunia di Eropa sudah mengetahui bahwa lingkungan yang cemar bias mengakibatkan kematian dan kemerosotan derajat kualitas hidup antar generasi, tapi pencemaran lingkungan tetap terjadi di belahan dunia lain.
Untuk membuat lingkungan menjadi ramah dalam kehidupan manusia iyu sendiri. Manusia sebagai makhluk yang habitatnya adalah bumi perlu diupgrade melalui system pendidikan agar ia lebih bias memainkan perannya sebagai pengelola yang bijaksana di bumi (M. Danhas & hendri, 2020)
2) Perspektif Empiris
Empiris berarti secara pandangan keilmuan. Secara kata, empiris berarti pengalaman. Dalam khasanah ilmiah, istilah empiris diartikan sebagai kebenaran yang telah diuji berdasarkan indra manusia dengan memenuhi tahapan ilmiah atau menggunakan metode ilmiah.
Pendidikan lingkungan adalah ilmu yang mempelajari bagaimana menerapkan pendidikan dibidang lingkunan hidup kepada manusia. Dengan kata lain, mempelajari bagaimana cara mengajarkan tentang lingkungan hidup kepada manusia (M. Danhas & hendri, 2020).
3) Perspektif Yuridis
Secara yuridis, paling sedikit pendidikan lingkungan dapat kita sandarkan atau diletakkan di bawah naungan hokum sebagai berikut.
a. Pancasila
Semua sila pada pancasila menghendaki adanya pendidikan, termasuk kugapenddikan lingkungan. Intinya pendidikan lingkungan tidak bertentangan dengan Pancasila sebagai dasar Negara dan sumber dari segala sumber hokum.
b. UUD 1945
Pembukaan UUD 1945 Alinea Ke Empat, menyatakan bahwa Negara melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa ini, salah satunya adalah melalui pendidikan dimana pendidikan lingkungan ada didalamnya. Dapat dipahami pendidikan lingkuingan merupakan salah satu hak warga Negara dan pemerintah berkewajiban membiayainya.
c. UU No.20 tahun tentang system Pendidikan Nasional
Undang –undang ini adalah aturan hokum yang mengatur tentang system penddikan nasional. Dinyatakan pada Bab I Pasal 1 Ayat 1 bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecedarsan akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Selanjutnya pada ayat 2 sampai 30 menjelaskan ketentuan- ketentuan umum terkait system pendidikan nasional tersebut.
d. UU No.32 tahun 2009 tentang Perlingdungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Undang-undang ini adalah aturan hokum tentang PPLH. Tujuan hakikinya adalah untuk melindungi Negara Kesatuan Republik Indonesia dari pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup dan sekaligus untumewujudkan konsep pembangunan berkelanjutan termasuk mengantisipasi isu lungkungan global.
Pendidikan lingkungan sangat diterima kehadirannya dalam upaya perkawinan antara pendidikan dengan lingkungan hidup, guna menjalankan amanat undang-undang dasar dan dasar Negara kita. Secara tenik penyelenggaranya tentu mengacu pada undang-undang dan aturan lain yang mengatur tentang pendidikan (M. Danhas & hendri, 2020) 4) Perspektif Religius
Secara religious tentu saja kita pahami bahwa tidak ada agama yang menolak adanya upaya peningkatan pengetahuan dalam memahami, dan membangun sikap peduli dan mencintai lingkungan hidupnya. Dalam Agama Islam melalu Al-Qur’an dinyatakan pada surah Ar-Ruum Ayat 41, yang menjelaskan adalah: “Telah tampak kerusakan di dar dan di laut disebabkan
karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari perbuatan merka, agar mereka kembali.” Ayat diatas telah memberikan gambaran bahwa kerusakan yang terjadi ini adalah ulah perbuatan manusia. Membangun nilai religious pada diri manusia, juga tak lepas dari upaya pendidikan, Oleh karena itu, pendidikan lingkungan sebagai salah satu upaya untu itu. Di mana timbulnya kesadaran dan sikap peduli lingkungan bagi semua orang. Tanpa memandang suku bangsa dan agmanya.
5) Perspektif Kultural
Kurtural berarti kebudayaan. Semua kebuyaan memiliki unsur nilai.
Kebudayaan menghasilkan dan memiliki 2 aspek sebenernya. Pertama adalah bersifat fisik seperti bangunan dan hasil kreasi, Kedua adalah nilai budaya (cultural value). Nilai buadaya tidak terlihat. Merupakan warisan filosofis yang ada pada ranah sikap setiap orang dalam satu kebudayaan. Kebudayaan merupakan perwujudan suatu kelompok social dalam menyelesaikan diri dengan lingkungannya yang berubah (M. Danhas & hendri, 2020).
6) Perspektif Filosofis
Filosofis berarti nilai-nilai kebijaksanaan yang merupakan nilai universal pada manusia. Filsuf adalah sebutan untuk orang yang berpikir secara filsafat. Filsafat adalah hasil dari pemikiran yang filosofis, hasil ini biasanya lahir berupa sebuah ungkapan sarat makna.
C. Indikator Enviromental Awerness
(Sánchez & Lafuente, 2010) mengemukakan bahwa kesadaran lingkungan terdiri dari beberapa dimensi, yaitu:
1. General belief/values
General belief/values adalah keyakinan individu atau cara individu menilai lingkungan. General belief/values mempengaruhi perilaku pro lingkungan.
General belief/values mencakup persepsi individu terhadap kondisi kerusakan lingkungan dan terciptanya keseimbangan lingkungan.
2. Personal Attitudes
Personal Attitudes adalah sikap individu terhadap kondisi lingkungan dengan mengedepankan norma dan moral pribadi.
3. Information/knowledge
Information/knowledge adalah pengetahuan yang dimiliki individu berkaitan dengan isu-isu lingkungan.