• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN KEPUSTAKAAN

B. Kajian Teori

3) Evaluasi Bimbingan dan Konseling

berbagai bidang kehidupan yang luas yang dialami oleh individu-individu (pihak ketiga).30

i) Layanan mediasi

Menurut Prayitno dalam buku Mulyadi, layanan mediasi merupakan layanan konseling yang dilaksanakan oleh konselor terhadap dua pihak atau lebih yang sedang dalam keadaan saling tidak menemukan kecocokan. Berdasarkan makna ini, layanan mediasi juga berarti layanan atau bantuan terhadap dua pihak atau lebih yang sedang dalam kondisi bermusuhan.31

Tujuan layanan mediasi secara umum agar tercapai kondisi hubungan yang positif dan kondusif di antara para klien atau pihak pihak yang bertikai atau bermusuhan.

Evaluasi program pelayanan bimbingan dan konseling selain untuk mengetahui keberhasilan proses, pencapaian tujuan, juga untuk melakukan follow up misalnya untuk perbaikan program bimbingan dan konseling, sehingga meningkatkan mutu atau kualitas pelayanan bimbingan dan konseling.33

Program agar menjadi lebih baik haruslah dievaluasi, karena evaluasi bertujuan menilai sejauh mana keberhasilan program dan mengambil keputusan hal-hal apa saja yang akan diperbaiki dari program. Dengan kata lain, program yang memiliki tindakan evaluasi akan terus berkembang ke arah yang lebih baik.34

Evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan konseling di madrasah mencakup dua komponen, yaitu:35

a) Evaluasi proses

Untuk mewujudkan tujuan yang telah ditetapkan dalam program bimbingan dan konseling di madrasah, dituntut proses pelaksanaan program bimbingan yang mengarah kepada tujuan yang diharapkan. Didalam pelaksanaan program bimbingan di madrsah banyak faktor yang terlebih yang perlu dievaluasi, diantaranya:

33 Ibid., 329.

34 Dede Rahmat Hidayat, Konseling di Sekolah “Pendekatan-pendekatan Kontemporer” (Jakarta:

Prenadamedia Group, 2018), 166-167.

35 Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), 188.

(1) Organisasi dan administrasi program bimbingan dan konseling.

(2) Petugas pelaksanaan atau personel.

(3) Fasilitas dan perlengkapan.

b) Evaluasi hasil

Jenis evaluasi pelaksanaan program ini diadakan melalui peninjauan terhadap hasil yang diperoleh seseorang yang berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan bimbingan dan melalui peninjauan terhadap kegiatan itu sendiri dalam berbagai aspeknya. Peninjauan evaluasi ini memusatkan perhatian pada efek-efek yang dihasilkan sesuai dengan tujuan-tujuan bimbingan yang dikenal dengan nama evaluasi produk dan evaluasi hasil. Jadi, untuk memperoleh gambaran tentang keberhasilan dari pelaksanaan program bimbingan di madrasah dapat dilihat dari hasil yang diperoleh dari pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolha. Sedangkan untuk mendapatkan gambaran tentang hasil dari pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di madrasah, maka harus dilihat dalam diri peserta didik yang memperoleh layanan bimbingan itu sendiri. Penilaian terhadap hasil lebi menekankan pada pengumpulan data atau informasi mengenai keberhasilan dan pengaruh kegiatan layanan bimbingan yang telah diberikan.

Dengan kata lain, evaluasi terhadap hasil ditunjukan kepada

pencapaian tujuan program, baik dalam jangka pendek, mauoun jangka panjang.36

2. Kajian Teori Tentang Mengatasi Bullying a. Pengertian Bullying

Aksi mendorong teman, merebut mainan teman, mengolok atau mengejek, terkesan biasa karena lazim terjadi. Namun tanpa disadari, paraktik bullying telah terjadi. Sebagai konsekuensinya, para korban bullying harus membayarnya bertahun-tahun kemudian. Istilah bullying dipahami dari kata bull (bahasa Inggris) yang berarti “banteng” yang suka menanduk. Pihak pelaku bullying biasa di sebut bully.37

Dalam bahasa Indonesia, secara kata bully berarti penggerak, orang yang mengganggu orang lemah. Istilah bullying dalam bahasa Indonesia bisa menggunakan menyakat (berasal dari kata sakat) dan pelakunya (bully) disebut penyakat. Menyakat berarti mengganggu, mengusik, dan merintangi orang lain.38

Bullying berasal dari kata bully, yaitu suatu kata yang mengacu pada pengertian adanya ancaman yang dilakukan seseorang terhadap orang lain yang menimbulkan gangguan psikis bagi korbannya berupa stress yang muncul dalam bentuk gangguan fisik aqtau psikis, atau keduanya. Bullying dapat didefinisikan

36 Ibid., 189.

37 Sejiwa, Bullying “Mengatasi Kekerasan di Sekolah dan Lingkungan Sekitar Anak” (Jakarta: PT Grasindo, 2008), 1-2.

38 Novan Ardy Wiyani, Save Our Children From School Bullying (Jogjakarta: Ar-Ruzz Mesdia, 2014), 12.

sebagai perilaku verbal dan fisik yang dimaksudkan untuk mengganggu seseorang yang lebih lemah.39

Menurut Anrew Mellor dalam Ahmad Mushlih, “bullying terjadi ketika seseorang merasa teraniaya oleh tindakan orang lain, dan ia takut bila perilaku buruk tersebut akan terjadi lagi, dan merasa tak berdaya untuk mencegahnya”. Sedangkan menurut Randall dalam Ahmad Mushlih bahwa, “bullying merupakan perilaku agresif yang disengaja untuk menyebabkan ketidak nyamanan fisik maupun psikologis terhadap orang lain”.40

Bullying kadang-kadang sangat halus, tidak kentara sehingga kita tidak sadar telah menjadi korbannya. Namun, bila dalam situasi kebersamaan ada orang yang menyebabkan kita merasa buruk, bisa menjadi dasar kecurgaan bahwa itu adalah kasus bullying. Kejadian seperti itu dapat berdampak negatif pada berbagai aspek hidup kita, bahkan jika kita belum mampu mengindentifikasikan sebagai kasus bullying. Pada dasarnya, pelaku bullying akan berusaha memerosotkan kita. Menjadi korban perlakuan bullying menyebabkan kita memiliki pandangan negatif tentang diri kita sendiri. Hal ini tidak hanya membuat kita merasa tidak bahagia, tetapi juga membatasi relasi kita dengan orang lain,

39 Ahmad Mushlih.dkk, Analisis Kebijakan PAUD “Mengungkap Isu-isu menarik seputar PAUD”

(Wonosobo: Mangku Bumi, 2018), 201.

40 Ibid., 202.

memengaruhi standar kerja kita, dan menciptakan rintangan dalam kehidupan kita sendiri.41

Tak jarang pelaku bullying tidak menyadari apa yang sebenarnya mereka lakukan dan menjadi terkejut dan malu setelah mereka memahami bahwa meraka melakukan tindakan bullying.

Bullying tidak hanya menghancurkan korbannya tetapi juga pelaku itu sendiri.

b. Macam-Macam Bullying

Terdapat beberapa jenis-jenis bullying. Bullying dapat berbentuk tindakan fisik dan verbal yang dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Menurut Riauskina, Djuwita, dan Soesetio ada lima kelompok bentuk bullying, yaitu:42

1) Kontak fisik langsung

Penindasan fisik merupakan jenis bullying yang paling tampak dan dapat diindentifikasi diantara bentuk penindasan lain, jenis penindasan seperti memukul, mencekik, menyikut, meninju, menendang, mengigit, mencakar, serta meludahi anak yang tertindas hingga keposisi yang menyakitkan, serta merusak dan menghancurkan pakaian serta barang-barang milik anak yang tertidas.43

41 Steve Whaton, How To Stop That Bully “ Menghentikan Si Tukang Teror” (Yogyakarta:

Kanisius, 2009), 8.

42 Novan Ardy Wiyani, Save Our Children..., 27.

43 Aan Widodo, Komunikasi Bullyin, Jurnal Ilmu dan Komunikasi, Vol VI No 1, 2016, 40.

2) Kontak verbal langsung

Kontak verbal misalnya mengancam, mempermalikan, merendahkan, mengganggu, memberi panggilan (namecalling), merendahkan (putdowns), mencela/ mengejek, mengintimidasi, memaki, dan meyebarkan gosip.

3) Perilaku nonverbal

Perilaku nonverbal langsung misalnya melihat dengan sinis, menjulurkan lidah, menampilkan ekspresi muka yang merendahkan, mengancam.

4) Perilaku nonverbal tidak langsung

Perilaku non verbal tidak langsung misalnya mendiamkan seseorang, memanipulasi persahabatan sehingga mendajadi retak, mengirimkan surat kaleng, sengaja mengucilkan atau mengabaikan.44

c. Faktor Bullying

Menurut Ariesto dalam Zakiya Ela Zain, faktor-faktor penyebab terjadinya bullying antara lain:45

1) Keluarga

Pelaku bullying seringkali berasal dari keluarga yang bermasalah: orang tua yang sering menghukum anaknya secara berlebihan atau situasi rumah yang penuh stress, agresi dan permusuhan. Anak akan mempelajari perilaku bullying ketika

44 Levianti, Konformitas dan Bullying pada Siswa, Jurnal Psikologi, Vol 6 No 1, 2008, 4.

45 Zakiyah Ela Zain. dkk, Faktor yang Mempengaruhi Remaja dalam Melakukan Bullying, Vol 4 No 2, 2017, 327-328.

mengamati konfilk-konflik yang terjadi pada orang tua mereka, dan kemudian menirunya terhadap teman-temannya. Jika tidak ada konsekuensi yang tegas dari lingkungan terdahap perilaku coba-cobanya itu, ia akan belajar bahwa mereka yang memiliki kekuatan diperbolehkan untuk berprilaku agresif, dan perilaku agresif itu dapat meningkatkan status dan kekuasaan seseorang.

Dari sinilah anak mengembangkan perilaku bullying.

2) Sekolah

Pihak sekolah sering mengabaikan keberadaan bullying ini, anak-anak sebagai pelaku bullying akan mendapatkan penguatan terhadap perilaku bullying yang mereka lakukan untuk mengintimidasi orang lain. Bullying berkembang dengan pesat dalam lingkungan sekolah sering memberikan masukan negatif pada siswanya. Misalnya berupa hukuman yang tidak membangun sehingga tidak mengembangkan rasa menghargai dan menghormati antar sesama anggota sekolah.

3) Faktor kelompok sebaya

Anak-anak ketika berinteraksi dalam sekolah dan dengan teman di sekitar rumah, kadang kala terdorong untuk melakukan bullying. Beberapa anak melakukan bullying dalam usaha untuk membuktikan bahwa mereka bisa masuk dalam kelompok tertentu, meskipun mereka sendiri meresa tidak nyaman dengan perilaku tersebut.

4) Kondisi lingkungan sosial

Kondisi lingkungan sosial dapat pula menjadi penyebab timbulnya perilaku bullying. Salah satu faktor lingkungan sosial yang menyebabkan tindakan bullying adalah kemiskinan.

Mereka yang hidup dalam kemiskinan akan berbuat apa saja demi memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga tidak heran jika di lingkungan sekolah sering terjadi pemalkan antar siswanya.

5) Tayangan televisi dan media cetak

Televisi dan media cetak membetuk pola perilaku bullying dari segi tanyangan yang mereka tampilkan. Biasanya mereka meniru adegan-adegan film yang ditontonnya, umumnya mereka meniu gerak dan kata-katanya.

d. Mengatasi Bullying

Berikut upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi dan menangani tindakan bullying:46

1) Memperkuat pengendalian sosial, hal ini dapat dimaknai sebagai berbagai cara yang digunakan pendidik untuk menertibkan peserta didik yang melakukan penyimpangan, termasuk tindak kekerasan dengan melakukan pengawasan dan penindakan.

2) Mengembangkan budaya meminta dan memberi maaf.

3) Menerapkan prinsip-prinsip anti kekerasan.

4) Memberikan pendidikan perdamaian kepada generasi muda.

46 Yuyarti, Mengatasi bullying melalui pendidikan karakter, Jurnal Kreatif, 2018, 172-173.

5) Meningkatkan dialog dan komunikasi intensif antara peserta didik dalam madrasah.

6) Menyediakan katarsis.

7) Melakukan usaha pencegahan tindak kekrasan atau bullying di madrsah.

BAB III