BAB IV PEMBAHASAN
4.5 Evaluasi Keperawatan
Pada tinjauan pustaka evaluasi belum dapat dilaksanakan karena merupakan kasus semu sedangkan pada tinjauan kasus evaluasi dapat dilaksanakan karena dapat diketahui keadaan pasien dan masalahnya secara langsung.
Pada akhir evaluasi diagnosa keperawatan nyeri akut berhubungan dengan iskemia jaringan miokard disimpulkan bahwa masalah keperawatan pasien teratasi karena sesuai dengan tujuan yang ditetapkan oleh perawat yaitu nyeri berkurang.
Hal ini sesuai dengan teori menurut Nurarif & Hardhi (2016), bahwa tujuan
keperawatan dari diagnosa nyeri akut berhubungan dengan iskemia jaringan miokard yaitu nyeri berkurang.
Diagnosa keperawatan ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan keletihan otot pernafasan disimpulkan bahwa masalah keperawatan pasien teratasi karena sesuai dengan tujuan yang ditetapkan oleh perawat yaitu pola nafas kembali efektif yang dibuktikan dengan status respirasi tidak terganggu. Hal ini sesuai dengan teori menurut Nurarif & Hardhi (2016), bahwa tujuan keperawatan dari diagnosa ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan keletihan otot pernafasan yaitu pola nafas kembali efektif yang dibuktikan dengan status respirasi tidak terganggu.
Diagnosa keperawatan intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplay oksigen miokard disimpulkan bahwa masalah keperawatan pasien teratasi karena sesuai dengan tujuan yang ditetapkan oleh perawat yaitu mampu bertoleransi dengan aktivitas. Hal ini sesuai dengan teori menurut Nurarif & Hardhi (2016), bahwa tujuan keperawatan dari diagnosa intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplay oksigen miokard yaitu mampu bertoleransi dengan aktivitas.
Diagnosa keperawatan resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan laju, irama, dan konduksi elektrikal disimpulkan bahwa masalah keperawatan pasien tidak terjadi karena masih berupa resiko dan tujuan yang ditetapkan oleh perawat yaitu tidak terjadi penurunan curah jantung. Hal ini sesuai dengan teori menurut Nurarif & Hardhi (2016), bahwa tujuan keperawatan dari diagnosa resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan laju, irama, dan konduksi elektrikal yaitu tidak terjadi penurunan curah jantung.
Hasil evaluasi pada Tn. H sudah sesuai dengan harapan karena semua masalah teratasi dan kondisi Tn. H sudah membaik dari sebelumnya sehingga Tn.
H dianjurkan untuk KRS.
BAB V PENUTUP
Setelah melakukan pengamatan dan melaksanakan asuhan keperawatan secara langsung pada pasien dengan kasus Stemi Anterior di Ruang Melati RSUD Sidoarjo, maka peneliti dapat menarik kesimpulan sekaligus saran yang dapat bermanfaat dalam meningkatkan mutu asuhan keperawatan pasien dengan Stemi Anterior.
5.1 Simpulan
Dari hasil uraian yang telah menguraikan tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnosa medis Stemi Anterior, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut :
5.1.1Pada pengkajian pasien didapatkan nyeri dada sebelah kiri dan menjalar ke punggung seperti di remas – remas dengan skala nyeri 6, nyeri hilang timbul dan letih setelah beraktivitas. Terdapat irama nafas tidak teratur dengan jenis dispnea, terdapat retraksi otot bantu pernafasan, menggunakan alat bantu nafas NRBM 10 lpm, dan terdapat suara nafas wheezing.Tekanan darah pasien 130/80 mmHg, nadi 100 x/menit, suhu 36ºC, respirasi 28 x/menit.
5.1.2Masalah keperawatan yang muncul adalah nyeri akut, ketidakefektifan pola nafas, intoleransi aktivitas, dan resiko penurunan curah jantung.
5.1.3 Pada masalah keperawatan nyeri akut berhubungan dengan iskemia jaringan miokard. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam dengan kriteria hasil pasien tampak rileks, tidak memegangi daerah yang nyeri, skala nyeri 1-3 (ringan), TTV dalam batas normal 130-139 (sistole) 85-89 (diastole), Nadi 60-100 x/menit, Pernafasan 16-24 x/menit. Pada evaluasi akhir didapatkan
hasil nyeri dada dengan skala 3 dan tekanan darah pasien 130/80 mmHg, nadi 90 x/menit, pernafasan 22 x/menit.
5.1.4Pada masalah keperawatan ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan keletihan otot pernafasan. Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2x24 jam dengan kriteria hasil mendemonstrasikan latihan nafas dalam secara mandiri, dan menunjukkan jalan nafas yang paten. Pada evaluasi akhir didapatkan pasien tidak merasa sesak lagi dengan respirasi 22 x/menit, tidak terdapat suata nafas abnormal.
5.1.5 Pada masalah keperawatan intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplay oksigen miokard. Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2x24 jam dengan kriteria hasil paien mampu melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri, mampu berpindah dengan atau bantuan alat, dan tidak ada peningkatan dalam tekanan darah, nadi dan respirasi. Pada evaluasi akhir didapatkan pasien merasa sudah tidak lemah saat aktivitas, mampu melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri dan mampu berpindah dari satu tempat ke tempat lain tanpa bantuan alat dan orang lain.
5.1.6Pada masalah keperawatan resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan laju, irama, dan konduksi elektrikal. Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2x24 jam dengan kriteria hasil TTV dalam batas normal Tekanan Darah 130-139 (sistole) 85-89 (diastole), Nadi 60-100 x/menit, Pernafasan 16-24 x/menit, tidak terdapat edema paru, dan tidak ada penurunan kesadaran. Pada evaluasi akhir didapatkan pasien dengan tekanan darah pasien 130/80 mmHg, Nadi 90 x/menit, respirasi 22 x/menit, tidak terdapat edema,
tidak terdapat S3 dan S4, tidak terjadi oliguria dan kesadaran composmentis dengan GCS 4-5-6.
5.2 Saran
Bertolak dari kesimpulan diatas penulis memberi saran sebagai berikut : 5.2.1 Untuk pencapaian hasil keperawatan yang diharapkan, diperlukan hubungan
yang baik dan keterlibatan pasien, keluarga dan tim kesehatan lainnya. 5.2.2 Penulis
Penulis mampu meningkatkan dalam pemberian asuhan keperawatan kepada pasien Stemi Anterior yang lebih berkualitas.
5.2.3 Rumah Sakit
Bagi institusi pelayanan kesehatan, diharapkan rumah sakit khususnya RSUD Bangil dapat memberikan pelayanan dan mempertahankan hubungan kerja sama yang baik antara tim kesehatan dan pasien serta keluarga yang ditujukan untuk meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan yang optimal pada umumnya dan pasien Stemi Anterior khususnya diharapkan di rumah sakit mampu menyediakan fasilitas yang dapat mendukung kesembuhan pasien.
5.2.4 Profesi Keperawatan
Dapat digunakan sebagai referensi dan pengetahuan yang mampu dikembangkan untuk memberikan pelayanan pada pasien Stemi Anterior yang lebih berkualitas dengan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan.