• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Pengkajian

Penulis melakukan pengkajian pada Tn. H dengan melakukan anamnesa pada pasien dan keluarga, melakukan pemeriksaan fisik dan mendapatkan data dari pemeriksaan penunjang medis. Pembahasan akan dimulai dari :

4.1.1 Identitas

Data yang didapatkan Tn. H berusia 50 tahun, sudah menikah, berjenis kelamin laki-laki, pendidikan SD, pekerjaan sopir. Faktor resiko penyebab Infark Miokard Akut pada laki-laki umur diatas 45 tahun dan pada perempuan diatas 55 tahun umumnya setelah menopause, jenis kelamin laki-laki lebih sering terkena dari pada perempuan karena faktor seperti merokok, pendidikan rendah biasanya kurang pengetahuan tentang penyakit ini, biasanya pada pekerja kasar laki-laki terlatih dibandingkan dengan kelompok pekerja profesi ( Kasron, 2016 ).

4.1.2 Riwayat Kesehatan

4.1.2.1 Riwayat Kesehatan Sekarang

Pada riwayat kesehatan sekarang pasien tidak terjadi kesenjangan antara tinjauan pustaka dengan tinjauan kasus, pasien datang dengan keluhan nyeri dada sebelah kiri dan menjalar ke punggung. Menurut Yuniarta (2011), pada pasien infark miokard akut mengeluh nyeri pada bagian dada yang dirasakan lebih dari 30 menit. Nyeri dapat menyebar sampai lengan kiri, rahang, bahu yang disertai badan lemah dan pusing.

4.1.2.2 Riwayat Kesehatan Dahulu

Pada riwayat kesehatan dahulu pasien terjadi kesenjangan antara tinjauan pustaka dengan tinjauan kasus. Pada tinjauan kasus pasien mengatakan tidak pernah memiliki riwayat penyakit jantung, ginjal, dan diabetes mellitus. Pada tinjauan pustaka pasien infark miokard akut mungkin pernah memiliki riwayat diabetes mellitus, karena diabetes mellitus terjadinya hilangnya sel endotel vaskuler 8 berakibat berkurangnya produksi nitri oksida sehingga terjadi spasme otot polos dinding pembuluh darah. ( Underwood, 2012 ).

4.1.2.3 Riwayat Kesehatan Keluarga

Pada riwayat kesehatan keluarga terjadi kesenjangan antara tinjauan pustaka dengan tinjauan kasus. Karena perbedaan dalam kebiasaan keluarga, seperti pasien sering begadang karena pekerjaannya sebagai sopir ( Yuniarta, 2011 ).

4.1.3 Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik didapatkan beberapa masalah yang bisa dipergunakan sebagai data dalam menegakkan diagnosa keperawatan yang aktual maupun resiko. Adapun pemeriksaan dilakukan berdasarkan persistem yaitu :

4.1.3.1 (B1) Respirasi :

Pada tinjauan pustaka pasien infark miokard akut mengalami penyakit paru kronis, nafas pendek, perubahan kecepatan/kedalaman pernafasan, bunyi nafas tambahan (krekels, ronki, mengi), mungkin menunjukkan komplikasi 9 pernafasan seperti pada gagal jantung kiri ( edema paru ) (Bararah dan Jauhar, 2013).

Pada tinjauan kasus didapatkan bentuk dada normal chest, susunan ruas tulang belaang tidak terjadi skoliosis, Irama nafas tidak teratur dengan jenis dispnea, adanya retraksi otot bantu nafas intercosta, perkusi thorax sonor, alat bantu nafas O2 masker 10 lpm, vokal fremitus kanan dan kiri sama, suara nafas wheezing, tidak terdapat batuk dan tidak terdapat sputum, dan pernafasan 28

x/menit.

Pada sistem pernafasan tidak terjadi kesenjangan karena pada tinjauan pustaka dan tinjauan kasus pasien mengalami perubahan kecepatan/kedalaman pernafasan, bunyi nafas mengi. (Bararah dan Jauhar, 2013)

4.1.3.2 (B2) Kardiovaskuler

Pada tinjauan pustaka didapatkan adanya jaringan parut pada dada pasien.

Keluhan lokasi nyeri biasanya didaerah substernal atau nyeri diatas perikardium.

Denyut nadi perifer melemah, tekanan darah menurun akibat penurunan volume sekuncup yang disebabkan infark miokard akut, terdapat bunyi jantung tambahan

akibat kelainan katup biasanya tidak ditemukan, batas jantung tidak mengalami pergeseran (Bararah dan Jauhar, 2013).

Pada tinjauan kasus didapatkan nyeri dada, irama jantung reguler, ictus cordis teraba kuat pada ICS V Midclavicula, bunyi jantung S1 dan S2 tunggal, tidak terdapat sianosis, tidak terdapat clubbing finger dan tidak ada pembesaran JVP, tekanan darah 130/80 mmHg dan denyut nadi 100 x/menit dan denyutan kuat (lokasi penghitungan : arteri radialis).

Pada sistem kardiovaskuler ada kesenjangan antara tinjauan pustaka dengan tinjauan kasus. Pada tinjauan kasus ditemukan tekanan darah 130/80 mmHg ( dalam batas normal ), hal ini terjadi karena tidak terdapat penurunan volume sekuncup yang disebabkan infark miokard akut.

4.1.3.3 (B3) Persyarafan

Pada tinjauan pustaka didapatkan pasien biasanya composmentis, tidak ditemukan sianosis perifer, wajah meringis, merintih, dan menggeliat yang merupakan respon dari adanya nyeri dada akibat infark pada miokardium .(Bararah dan Jauhar, 2013)

Pada tinjauan kasus didapatkan kesadaran composmentis, GCS : 4-5-6, orientasi baik, pasien kooperatif, tidak ada kejang, tisak ada kaku kuduk, tidak ada brudzinky, tidak ada nyeri kepala, tidak ada pusing, istirahat/tidur : siang ±1 jam/hr, malam ±5 jam/hr, tidak ada kelainan nervus cranialis, pupil isokor, reflek cahaya : +/+ (normal).

Pada sistem persyarafan tidak ada kesenjangan antara tinjauan pustaka dengan tinjauan kasus. Pada tinjauan kasus ditemukan pasien tidak mengalami penurunan kesadaran, kerusakan nervus kranial.

4.1.3.4 (B4) Genetourinaria

Pada tinjauan pustaka didapatkan adanya oliguria menandakan syok hipovolemi, dan haluaran urine menurun bila curah jantung menurun berat (Bararah dan Jauhar, 2013).

Pada tinjauan kasus didapatkan bentuk alat kelamin normal, alat kelamin bersih, menggunakan kateter, dengan jumlah urine 1300cc/24 jam dengan warna kuning dan bau khas.

Pada sistem perkemihan terdapat kesenjangan antara tinjauan pustaka dengan tinjauan kasus. Pada tinjauan kasus ditemukan pasien tidak mengalami oliguria dikarenakan intake cairan adekuat 1300cc/24 jam, pasien tidak mengalami nyeri tekan pada kandung kemih karena tidak terjadi distensi kandung kemih.

4.1.3.5 (B5) Pencernaan

Pada tinjauan pustaka didapatkan pasien biasanya hilang nafsu makan, anoreksia, mual muntah, perubahan berat badan, terdapat nyeri tekan pada ke empat kuadran, penurunan peristaltik usus yang merupakan tanda utama infark miokard akut (Bararah dan Jauhar, 2013).

Pada tinjauan kasus didapatkan mulut bersih, mukosa bibir kering, terdapat caries, gigi bersih, saat di rumah sakit belum gosok gigi tetapi melakukan oral hygiene menggunakan listerine, tidak ada nyeri abdomen, peristaltik usus 10 x/menit, nafsu makan baik ( 3 x sehari), saat sakit ( 3 x sehari ), jenis minuman sebelum sakit air putih sebanyak 1500 cc/hari dan saat sakit juga air putih sebanyak 1500 cc/hari, berat badan sebelum sakit 65 kg, saat sakit 65 kg.

Pada sistem pencernaan terdapat kesenjangan antara tinjauan pustaka dengan tinjauan kasus. Pada tinjauan kasus ditemukan saat di rumah sakit pasien

makan ( 3 x sehari ) sehingga tidak terjadi penurunan nafsu makan yang mengakibatkan penurunan berat badan.

4.1.3.6 (B6) Muskuloskeletal dan Integumen

Aktivitas pasien biasanya mengalami perubahan. Pasien sering merasa lelah dan kelemahan, dispnea saat istirahat maupun saat aktivitas, kulit pucat, sianosis (Huda Nurarif dan Kusuma, 2015).

Pada tinjauan kasus didapatkan pasien terpasang infus ditangan kiri dan pucat, kemampuan pergerakan sendi dan tungkai (rom) bebas, kekuatan otot : 5/5 5/5, tidak ada fraktur, tidak ada dislokasi, turgor baik, CRT <3 detik, tidak ada oedema, kulit bersih, kemampuan melakukan ADL dibantu oleh keluarga, suhu : 36º C (lokasi pengukuran axilla).

Pada sistem muskuloskeletal dan integumen terdapat kesenjangan karena pasien tidak terjadi sianosis dikarenakan pasien tidak mengalami gangguan pertukaran gas.

Dokumen terkait