• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Metode Qiraati dalam meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an di Ma’had Al-Markazul Islami Pattani

يِذَّلا )

B. Penyajian dan Analisis Data

2. Evaluasi Metode Qiraati dalam meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an di Ma’had Al-Markazul Islami Pattani

“Hafal bacaan wirid lepas sembahyang dianjurkan, karena sekolah ini setiap kali sembahyang berjamaah di atas masjid. Tahun lepas pelajar wajib hafal bacaan sembahyang, tapi tahun ini wirid lepas sembahyang”.

“Menghafal bacaan wirid setelah sholat ini sangat diutamakan karena di sekolah ini kebiasaan baik sholat berjamaah di masjid mengharuskan pelajar menghafalkan bacaan wirid setelah sholat ini. Awalnya pelajar juga diharuskan hafalan bacaan sholat, akan tetapi pada tahun ajaran ini mereka diwajibkan untuk hafal bacaan wiridnya”.

Berdasar hasil wawancara diatas, materi tambahan/penunjang adalah materi seperti asmaul husna, surat- surat pendek dalam juz 29 dan 30,dan bacaan wirid seteah sholat fardhu (5waktu).

2. Evaluasi Metode Qiraati dalam meningkatkan kemampuan

masing-masing. Dengan format penilaian seperti yang tercantum dalam buku kegiatan harian peserta didik.

Dapat disimpulkan bahwa, tes pelajaran merupakan tes harian yang mana penilaian dilakukan oleh guru kelas/jilid masing-masing. Sebagaimana tertera dalam buku penilaian qiraati format lama, penilaian terdiri atas aspek harakat, makhraj dan lancar dengan kriteria penilaian menggunakan bahasa Arab, tingkatan nilai paling rendah disebut “maqbul”, kemudian paling tinggi disebut “mumtaz” dan diantara keduanya disebut “jayyid”.

Sedangkan penilain yang tertera dalam buku penilaian qiraati format terbaru yang tercampur dalam buku catatan kegiatan harian peserta didik hanya menggunakan tingkatan “baik” dan

“terbaik”.

b. Tes kenaikan jilid/kelas

Nasiroh H.uma mengatakan bahwa yang menguji ketika tes kenaikan jilid atau kelas adalah Ustadz Syafi’i Ahmad selaku bagian Al-Qura’an (qiraati) di sekolah ini. Dengan syarat peserta didik mampu membaca dengan Lancar, Cepat Tepat dan Benar (LCTB) baik dari segi harakat, makhraj, lancar sama halnya dengan tes pelajaran.107

107 Nasiroh H.uma, Wawancara, Pattani, 10 September 2017.

Syarat lain yang menjadi persyaratan peserta didik dapat naik jilid/tingkatan adalah menghafalkan surat-surat pendek yang terdapat pada jilid 29 dan 30. Bobot hafalan antara jilid yang satu dengan yang lain berbeda-beda. Berdasarkan hasil wawancara dengan Nasiroh H.uma, surat-surat yang harus dihafal peserta didik ketika akan naik jilid adalah sebagaimana penjelasan sebagai berikut:

1) Peserta didik jilid 1 harus dapat menghafal dari dari Q.S An- Nas, Q.S Al-Ikhlas (3 surah)

2) Peserta didik jilid 2 harus dapat menghafal dari Q.S Al- Masadu, Q.S Al-Ma’un (9 surah)

3) Peserta didik jilid 3 harus dapat menghafal dari Q.S Al- Quraisy, Q.S Al-Qori’ah (6 surah)

4) Peserta didik tingkat gharib harus dapat menghafal Q.s Al- Adiyat, Q.S Al-Lail (9 surah)

5) Peserta didik tingkat Al-Qur’an harus dapat menghafal Q.S Asy-Syams, Q.S Al-Infithor

6) Peserta didik khotam harus dapat menghafal Q.S At-Takwir, Q.S Al-Jin (10 surah).

Berdasarkan hasil wawancara diatas, evaluasi untuk kenaikan jilid selain mensyaratkan peserta didik untuk dapat membaca al-Qur’an dengan lancar, cepat, tepat dan benar juga diharuskan menghafal surat-suratbpendek yang terdapat dalam juz

29 dan 30 yang mana bobot banyaknya hafalan juga berbeda antara marhalah yang satu dengan yang lainnya.

c. Tes khatam pendidikan al-Qur’an

Berdasarkan wawancara dengan Nasiroh H.uma yang menyakan bahwa “tes khatam al-Qur’an di tes langsung oleh kepala bagian al-Qur’an (qiraati), Ustadzah Cikni’yoh Mustapa, Ustadz Syafi’i Ahmad, Ustadzah Saripah Uma, Ustadzah Ni’rodah Ni’kuno”.

Waktu pelaksanaan khataman al-Qur’an ini, Ustadz Syafi’i Ahmad menyatakan:

“Majelis khatam di adakan 1 tahun 1 kali, waktu majelis perpisahan kelas 3. Majelis khatam Qur’an di pagi hari, lepas itu majelis perpisahan kelas 3”.108

Terkait proses pelaksanaan khataman, Nasiroh H.uma menjelaskan:

“Pertama kali baca Qur’an sama-sama dipimpin ayah Ustadz Abdumanaf, lepas itu Ustadz Syafi’i beri sambutan.

Lepas Sholat Dzuhri berjamaah di masjid, kita semua makan-makan”109.

Ustadzah Cikni’yoh Mustapa menambakan:

108 Syafi’i Ahmad, Wawancara, Pattani, 05 September 2017.

109 Nasiroh H.uma, Wawancara, Pattani, 10 September 2017.

“Kata Ustadz H. Abdulrahman Mustapa, guru kami kemaren, yang dinilai waktu tashih baca Qur’an ada 3, harakat, makhraj dan lancar baca Qur’an”.110

Jadi kesimpulan dari hasil wawancara dan dokumentasi penilaian ini adalah bahwa penguji tashih akhir ini ada 3 orang.

Ustadz Syafi’i Ahmad (Kepala bagian Al-Qur’an), Ustadzah Saripah Uma, dan Ustadzah Cikni’yoh Mustapa.

Pelaksanaannya setiap tahu sekali bersama dengan acara wisuda peserta didik kelas 3.

Dari hasi wawancara dan dokumentasi diatas dapat dianalisis bahwa ketiga macam evaluasi yang dilakukan sudah mengacu pada teori qiraati yang telah ada. Secara umum evaluasi yang diterapkan di Ma’had Al-Markazul Islami menilai yang mencakup 3 aspek (fasih, lancar) hanya saja gharib dimasukkan ke dalam aspek lancar. Selain itu juga tambahan- tambahan seperti hafaan surat-surat pendek yang ada di juz 29 dan 30.

4. Kendala dan Solusi yang dilakukan dalam pelaksanaan metode qiraati dalam meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an di Ma’had Al-Markazul Isami Pattani Thailand Selatan

Secara umum pelaksanaan metode qiraati dalam meningkatkan kemampuan membaca al-Qur’an sudah dapat

110 Cikni’yoh Mustapa, Wawancara, Pattani, 05 September 2017.

dikatakan cukup baik, akan tetapi hal itu bukan berarti tidak ada masalah/kendala dalam proses pelaksanaannya di dalam kelas, menurut Ustadz Syafi’i Ahmad, kepala bagian al-Qur’an (Head of al-Qur’an) beberapa hal yang menjadi hambatan atau kendala dalam penerapan metode qiraati mengatakan:

“Masalah dalam pengajian qiraati ini adalah dari guru.

Masih ada guru yang belum patuh pada aturan, masih ada juga guru yang memberi markah pelajar kerana kasihan sehingga waktu tashih pada saya banyak pelajar yang tak lepas. Ada pula guru yang lambat datang musyawarat”.111

Hambatan yang kami alami dalam penerapan metode qiraati ini adalah dari faktor guru sendiri yang masih ada yang belum patuh terhadap aturan yang telah kami tetapkan, juga penilaian harian guru yang terkadang tidak objektif, banyak yang menilai atas dasar kasihan sehingga ketika tashih pada kami banyak yang tidak lulus serta masih ada guru yang tidak disiplin pada saat musyawarah guru-guru qiraati”.

Beliau melanjutkan bahwa untuk mengatasi hal ini:

“Jadi dengan musyawarat 1 minggu 1 kali pada hari Isnain pukul 9 pagi untuk semua guru qiraat, saya, Ustadzah Cikni’yoh Mustapa dan Ustadzah Saripah Uma”.112

“Sehingga untuk menyelesaikan masalah ini, saya selaku kepala bagian al-Qur’an di sekolah ini mengadakan musyawarah dengan semua pengajar qiraati di sekolah ini seminggu sekali yaitu setiap hari Senin pukul 09:00 pagi bersama saya, Ustadzah Cikni’yoh Mustapa selaku kepala sekolah”.

111 Syafi’i Ahmad, Wawancara, Pattani, 05 Septemberi 2017.

112 Saripah Uma, Wawancara, Pattani, 16 Agustus 2017.

Dari hasil wawancara tersebut, kendala yang dihadapi kepala bagian al-Qur’an (qiraati) secara umum adalah karena guru-guru pengajar qiraati di sekolah ini masih mengajar dan dan menaikkan peserta didik karena kasihan sehingg hal ini menyulitkan beliau selaku pentashih ketika peserta didik itu sampai ke titik tashih sehingga seringkali beliau tidak meluluskan. Serta kurang disiplinnya guru ketika mengadiri musyawarah mingguan, baik karena keterlambatan mau ketidak hadiran.

Sedangkan kendala yang dihadapi guru qiraati di sekolah ini, menurut Nasiroh H.uma bahwa jumlah peserta didik dalam kelasnya cukup banyak, yaitu berjumlah 12 orang. Hal ini sedikit menjadi kendaa baginya untuk mengajar dengan efektif dan mengondisikan kelas, apalagi dia masih pengajar pemula.113 Sehingga untuk mengatasi hal itu, ia seringkali menggunakan metode klasikal baca simak.

Hal senada juga diungkapkan Ustadzah Ni’rodah Ni’kuno yang mengajar peserta didik putri jilid 1 mengenai hambatan yang sering beliau hadapi ketika mengajar adalah konsentrasi peserta didik yang terkadang buyar, kurang seriuas, mungkin karena kondisi kelas yang cukup ramai. Untuk

113 Nasiroh H.uma, Wawancara, Pattani, 10 September 2017.

mengatasi masalah itu, beliau kerap sekali menegur mereka.114 Selaian itu, cara membaca baik dari segi harakat, makharaj seperti hafalan huruf yang kurang tepat. Sehingga untuk mengatasi masalah itu, beliau membandingkan atau mengkomparasikan huruf hijaiyah dengan huruf alfabet Thai.

Kendala semacam ini juga dialami oleh guru lainnya.

Kurang tepat dan fasihnya peserta didik membaca membuat mereka sebagai seorang pendidik wajib bersabar dan terus bersemangat untuk mengajakan al-Qur’an kepada peserta didik mereka serta senantiasa memberikan motivasi belajar.

Dalam setiap pertemuannya, Ustadzah Saripah Uma juga memberi motivasi tak henti-hentinya kepada pelajar seperti mengungkapkan:

“Kita harus hati-hati baca Qur’an, Qur’an itu punya qo’idah baca dan kita harus paham, di dalamnya juga ada bacaan yang tak biasa dan mesti sungguh- sungguh paham gimana cara bacanya”.115

“Kita harus berhati-hati dalam membaca al-Qur’an, al-Qur’an itu memiliki kaidah membaca (ilmu tajwid) dan kita wajib memahaminya agar tidak salah dalam membaca. Di dalam al-Qur’an itu juga terdapat bacaan yang aneh/gharib/tidak biasa dan kita harus sungguh-sungguh memahami kaidah-kaidah gharib itu”.

114 Ni’rodah Ni’kuno, Wawancara, Pattani, 23 Agustus 2017.

115 Saripah Uma, Wawancara, Pattani, 16 Agustus 2017.

Ustadzah Salwani Akhong, pengajar tingkat al-Qur’an (putra) menuturkan:

“Masalah saya ketika mengajar pelajar adalah masih ada pelajar yang tak fasih, tak hafal hukum tajwid dan masih ada makhraj yang tak betul lagi”.116

“Kendala yang sering saya hadapi ketika mengajarkan al-Qur’an adalah masih terdapat pelajar yang belum fasih (lancar) membaca, belum hafal hukum dan makhraj yang belum tepat”.

Solusi yang beliau berikan adalah dengan memberikan motivasi-motivasi ketika pelajaran akan dimulai seperti:

“Alhamdulillah, kita masih diberi umur panjang oleh Allah SWT, sehingga kita dapat mengaji al-Qur’an.

Al-Qur’an itu adalah kalamullah”.

“Allah telah menghidupkan kita setelah kita dimatikan semalam”.

“Kita sebagai manusia harus belajar sungguh- sungguh”.

“Hidayah itu datangnya dari Allah”.

“Saya juga suruh anak-anak pelajar untuk mengaji sendiri di rumah/asrama 1 juz setiap harinya”.117

116 Ni’rodah Ni’kuno, Wawancara, Pattani, 23 Agustus 2017.

117 Salwani Akhong, Wawancara, Pattani, 10 September 2017.

Lanjut beliau kepada peneliti.

Ustadzah Salwani Akhong, pengajar tingkat al-Qur’an (putri) juga menuturkan:

“Pelajar yang lepas khotam pertama masih ada yang tak hafal tajwid lagi, dan ada yang sedikit tak lancar baca lagi”.

“Bagi mereka yang sudah khtam al-Qur’an (bi an- nadzor) masih saja ada yang masih belum hafal kaidah ilmu tajwidnya, dan juga pelajar yang masih kurang lancar membaca”.

Kendala lain yang dihadapi kedua pengajar marhalah al- Qur’an, Ustadzah Salwani Akhong dan Ustadzah Ni’rodah Ni’kuno ketika diwawancarai oeh peneiti mengatakan bahwa waktu 1 jam yang disediakan sangatlah kurang, menurut beliau paling tidak mengajar tingkat al-Qur’an itu minimal selama 2 jam.