يِذَّلا )
B. Penyajian dan Analisis Data
1. Penerapan Metode Qiraati dalam meningkatkan kemampuan membaca al-Qur’an di Ma’had Al-Markazul Islami (Chumchon
Sumber: Dokumentasi Ma’had Al-Markazul Islami (Chumchon Islam Seksa Foundation School)
Dengan diterapkan metode qiraati peserta didik akan cepat dan mudah memahami cara membaca al-Qur’an dengan benar munurut kaidah tajwid dengan kurun waktu 8 bulan sampai 1 tahun peserta didik dapat mengkhatam al-Qur’an.
kepala sekolah, Ustadzah Cikni’yoh Mustapa yang mengemukakan beberapa alasan mengapa kemampuan membaca al-Qur’an peserta didik di sekolah ini perlu ditingkatkan yaitu: a) Al-Qur’an Merupakan kitap suci umat Islam, b) Semua mata pelajaran agama Islam bersumber dari al-Qur’an sehingga untuk menguasai ilmu pengetahuan harus mampu membaca al-Qur’an, c) Al-Qur’an merupakan pedoman hidup manusia.79
Berdasarkan tujuan diatas, sudah menunjukkan bahwa Ma’had Al-Markazu Islami (Chumchon Islam Seksa Foundation School) dalam pembelajarannya lebih menekankan pada pembelajaran al- Qur’an. Dengan tujuan utama untuk meningkatkan kemampuan membaca al-Qur’an, sekolah ini menerapkan metode qiraati pada tahun 2009. Dan karena terbukti meningkatkan kemampuan membaca al-Qur’an baik guru maupun peserta didik akhirnya sejak tahun 2012 dimasukkan dalam jadwal pelajaran sekolah formal.
Pembelajaran al-Qur’an sendiri merupakan mata pelajaran yang berdiri sendiri dan termasuk ke dalam kurikulum agama di Thailand Selatan. Di Ma’had Al-Markazu Islami (Chumchon Islam Seksa Foundation School), pembelajaran al-Qur’an ini menggunakan metode qiraati yang asalnya dari Jawa Tengah, Indonesia.
79 Syafi’i Ahmad, Wawancara, Pattani, 05 Agustus 2017.
Menurut Ustadz Syafi’i mengatakan ada beberapa alasan unik mengenai sejarah awal penerapan metode qiraati digunakan sebagai metode dalam pembelajaran al-Qur’an di sekolah ini yaitu:
“Masa ngaji profesi dulu di Fathoni University dulu, syarat lulus wajib ikut kursus qiraati, jadi semua orang yang ngaji disana wajib ikut sampai lulus tashih dan dapat syahadah qiraati. Gurunya Ustadz Abdulloh Hasan, pimpinan pondok kalamullah, tempat ngaji anak saya. Setelah kami dapat syahadah, kami musyawarahkan dengan guru-guru di Ma’had dan dua guru ikut pelatihan qiraati. Setelah itu qiraati diguna di Ma’had mulai tahun 2009. Murid-murid ngaji diatas masjid dengan model halaqah setelah Isya’ “.80 Beliau juga mengungkapan bahwa Ustadz Abdulrahman Mustapa yang merupakan pelopor qiraati di Pattani dan juga pendiri pondok al-Qur’an (metode qiraati) “kalamullah”. Beliau mengaji langsung ke jawa Tengah, Indonesia dan kemudian menerapkannya di Pattani, Thailand Selatan. Beliau juga menuturkan bahwa dengan metode ini terbukti efektif dan membuat peserta didik cepat lancar membaca al-Qur’an sekaligus dengan tajwidnya. Dalam waktu kuang dari 2 tahun, ada peserta didik yang dapat khatam al-Qur’an 30 juz (binnadhor) serta ada yang telah lulus tashih dan mendapatkan syahadah (ijazah).
Berdasarkan hasil wawancara tersebut, alasan penerapan metode qiraati di Ma’had Al-Markazul Islami adalah karena terbukti lebih efektif dalam meningkatkan kemampuan membaca al-Qur’an peserta didik yang awal mulanya dipelopori oleh Ustadz Syafi’i.
80 Syafi’i Ahmad, Wawancara, Pattani, 05 Agustus 2017.
Kini metode qiaati ini telah dituangkan ke dalam bentuk mata pelajaran sendiri dengan alokasi waktu tersendiri juga.
1. Pelaksanaan Metode Qiraati dalam meningkatkan kemampuan membaca al-Qur’an di Ma’had Al-Markazul Islami (Chumchon Islam Seksa Foundation School) Pattani Thailand Selatan
a. Waktu pelaksanaan metode qiraati
Berdasarkan hasil observasi peneliti, berkenaan dengan waktu kegiatan belajar di Ma’had Al-Markazul Islami, pembelajaran dilaksanakan mulai dari pukul 08.00 pagi hingga 16.00 sore yaitu selama 5 hari dalam setiap minggunya. Mulai pada hari Ahad hingga hari Kamis. Dengan 2 hari libur yaitu hari Jumaat dan Sabtu.
Adapun pembagian waktu kegiatan belajar mengajar di Ma’had Al-Markazul Islami berdasarkan hasil dokumentasi81 adalah sebagai berikut:
Tabel 4.6
Waktu kegiatan Belajar Mengajar
Ma’had Al-Markazul Islami (Chumchon Islam Seksa Foundation School)
Hari Waktu Keterangan
Ahad-Kamis
08.00-11.20 Pembelajaran Formal 11.20-12.20 Pembelajaran Al-Qur’an
(metode qiraati)
12.20-13.20 Istirehat
13.20-16.00 Pembelajaran Formal Sumber: Dokumentasi Ma’had Al-Markazul Islami (Chumchon
Islam Seksa Foundation School)
81 Dokumentasi Tata Usaha Ma’had Al-Markazul Islami (Chumchon Islam Seksa Foundation School).
Sedangkan pelaksanaan pembelajaran al-Qur’an dengan metode qiraati dalam tahun pelajaran 2016/2017, lebih lanjut Ustadz Syafi’i Ahmad menjelaskan:
“Panggal ini berbeza dengan pangga kemarin.Qiraati pada panggal satu kemaren dilaksanakan pagi hari sebelum ngaji di sekolah. Pelajar wajib sembahyang Dhuha jamaah dulu. Jam delapan kurang sepuluh minit, sama masanya 1 jam. Tapi panggal ini, kami ubah tengah hari pukul sebelas dua puluh minit, terra dulu, jika lebih baik dari pagi hari, panggal berikutnya juga tengah hari, tapi jika lebih baik pagi hari maka panggal berikutnya kembai lagi pagi hari”.
“Selama tahun pelajaran 2016/2017 terdapat perubahan waktu pembelajaran qiraati. Pada semester ganjil kemaren, pembelajaran qiraati ini dilaksanakan pada pagi hari yaitu mulai pukul 07.50-08.55 selama 1 jam. Dengan dimulai dengan sholat Dhuha berjamaah 10 menit sebelum kegiatan pembelajaran dimulai. Akan tetapi, pada semester genap, waktu pembelajaran diubah ke siang hari yang dimulai pada pukul 11.20-12.20 dengan alasan inovasi baru sekaligus sebagai perbandingan. Jika dirasa lebih efektif maka untuk selanjutnya akan menggunakan aturan baru ini, tapi jika dirasa leih efektif dilaksanakan pada pagi hari maka selanjutnya akan dilaksanakan pada pagi hari”.
Berkenaan dengan durasi pembelajaran al-Qur’an menggunakan metode qiraati sebagaimana ditetapakan oleh sekolah yaitu selama 1 jam. Berikut ini merupakan hasil wawancara peneliti dengan guru pengajar qiraati dan peserta didik qiraati:
Ustadzah Saripah Uma megungkapkan bahwa waktu 1 jam yang yang disediakan sudah dirasa cukup untuk mengajar pelajar tingkat jilid 1 putri ini.82
Berbeda dengan Ustadzah Salwani Akhong, yang menyatakan jika waktu 1 jam yang disediakan dirasa masih kurang cukup untuk mengajar tingkat al-Qur’an ini.83
Senada dengan Ustadzah Ni’rodah Ni’kuno juga mengatakan bahwa waktu 1 jam yang disediakan sangatlah kurang, menurut beliau paling tidak mengajar tingkat al-Qur’an itu minimal selama 2 jam.84
Sedangkan marhalah gharib, Ustadzah Cikni’yoh Mustapa mengungkapkan bahwa waktu 1 jam sudah cukup untuk pembelajaran gharib/musykilat.85
Hal serupa diungkapkan oleh peserta didik, Nasiroh, Nasuhah, dan Muhammadtarmizi dengan pernyataan yang sama yaitu waktu pembelajaran 1 jam sangat cukup bahkan lebih, masih ada sisa.86
Dari beberapa guru pengajar qiraati diatas dapat disimpulkan bahwa durasi pembelajaran al-Qur’an (qirrati) sebagaimana ditetapkan oleh sekolah yaitu selama 1 jam menurut guru yang mengajar marhalah/tingkatan jilid sudah cukup
82 Saripah Uma, Wawancara, Pattani, 11 Agustus 2017.
83 Salwani Akhong, Wawancara, Pattani, 11 Agustus 2017.
84 Ni’rodah Ni’kuno, Wawancara, Pattani, 11 Agustus 2017
85 Cikni’yoh Mustapa, Wawancara, Pattani, 13 Agustus 2017.
86 Muhammadtarmizi, Wawancara, Pattani, 10 September 2017.
sedangkan menurut guru yang mengajar marhalah/tingkatan al- Qur’an masoh kurang sehingga mereka memberi kegiatan tambahan mengaji di luar jam sekolah.
b. Amanah Metode Qiraati
Sesuai dengan hasil wawancara dengan kepaa sekoah bagian al-Qur’an serta observasi peneliti di Ma’had Al-Markazul Islami bahwa dalam meningkatkan kemampuan membaca al- Qur’an, tidak semua guru yang ada di sekolah ini mengajar qiraati, hanya 10 orang saja yang dapat mengajar qiraati ini karena memang syaratnya harus mengikuti beberapa proses.87
Dan juga amanat lembaga “minimal ada 1 orang guru yang bersyahadah”. Hal ini sudah sangat memenuhi kriteria, karena di Ma’had Al-Markazul Islami memiliki 5 orang guru yang memiliki syahadah qiraati. Dan 3 lainnya yang belum masih tetap mengikuti pembinaan.88 Hal ini juga sudah sesuai dengan teori amanah lembaga yang berbunyi “pembinaan bagi guru-guru yang belum bersyahadah.”
c. Prinsip Dasar Metode Qiraati
Sebuah metode pembelajaran pasti memiliki prinsip-prinsip dasar pembelajaran. Begitu juga dengan metode qiraati, ada prinsip untuk guru dan peserta didik. Berdasarkan hasil wawancara dengan Ustadzah Cikni’yoh Mustapa yang menyatakan bahwa guru
87 Syafi’i Ahmad, Wawancara, Pattani, 16 Agustus 2017.
88 Syafi’i Ahmad, Wawancara, Pattani, 16 Agustus 2017.
pengajar qiraati di Ma’had Al-Markazul Islami tidak boleh menuntun bacaan peserta didik ketika mengajar, guru hanya boleh memberi contoh bacaan sekadar 1 baris saja. Dan ketika bacaan peserta didik ada yang salah, hanya di perbolehkan menegur dan menunjuk letak kesalahan membacanya.89
Begitu juga kaitannya dengan prinsip bagi peserta didik.
Sebagaimana yang dikatakan Ustadzah Saripah Uma bahwa peserta didik lebih ditekankan pada tadrib, atau belajar mandiri tanpa dituntun guru.90
Berdasarkan hasil wawancara diatas ditambah dengan hasil observasi peneliti di lapangan bahwa sebagian prinsip dasar qiraati ini sudah cukup diperhatikan oleh guru pengajar qiraati di sekolah ini maupun oleh peserta didik.
d. Target Metode Qiraati
Di Ma’had Al-Markazul Islami, melalui metode qiraati ini, target yang diharapkan sebagaimana yang dikatakan kepala bagian al-Qur’an, Ustadzah Cikni’yoh Mustapa yaitu “agar pelajar mampu meningkatkan kemampuan membaca al-Qur’an dengan tartil dan sesuai dengan kaidah ilmu tajwid.”91 Berdasarkan observasi peneliti, untuk mencapai target tersebut, sekolah ini menggunakan buku panduan qiraati yang berjumlah empat buku. Sebagaimana Ustadzah Cikni’yoh Mustapa menjelaskan:
89 Cikni’yoh Mustapa, Wawancara, Pattani, 18 Agustus 2017.
90 Saripah Uma, Wawancara, Pattani, 16 Agustus 2017.
91 Cikni’yoh Mustapa, Wawancara, Pattani, 18 Agustus 2017.
“Di Fatoni, untuk sekolah rendah guna buku qiraati 5 jilid dan gharib, sedangkan untuk matyum guna 4 buku, 3 jilid dan gharib. Jadi sekolah ini guna yang 4 buku”.
“Karena sekolah ini hanya ada dua jenjang pendidikan, Mutawasit dan Sanawi. Jadi kami memakai paket empat buku. 3 buku dari jilid 1-3 dan 1 buku gharib/musykilat. Di Thailand Selatan ini, khususnya Pattani, jika jenjang pendidikannya sekolah menengah seperti di sekolah ini maka menggunakan paket 4 buku. Sedangkan jenjang sekolah rendah menggunakan paket 5 buku termasuk gharib”.
Menurut Ustadzah Saripah Uma bahwa cara membaca peserta didik di tingkat al-Qur’an selain menggunakan tartil juga menggunakan tahqiq.92
Menurut penjelasan Ustadzah Cikni’yah Mustapa, dengan menggunakan metode qiraati ini sangat berpengaruh terhadap kemampuan membaca al-Qur’an peserta didik, karena setelah beliau menggunakan metode ini dan diterapkan kepada peserta didik terbukti dalam waktu kurang dari 3 tahun sudah ada peserta didik yang mendapat syahadah (ijazah) qiraati.
“Sekarang, peserta didik yang sudah mendapat syahadah qiraati contohnya adalah Rokiyoh H.wanishak, pelajar kelas 3 Sanawi. Dan dia sudah bisa mengajar adik-adik yang masih belajar Al-Qur’an pada jilid 3 putri. Akan tetapi masih ada 1 orang guru yang masih belum mendapat syahadah qiraati, tapi kami bebankan mengajar jilid 1 putri.
Beliau adalah Ustadzah Ni’rodah Ni’kuno”.93
92 Saripah Uma, Wawancara, Pattani, 16 Agustus 2017.
93 Ni’rodah Ni’kuno, Wawancara, Pattani, 23 Agustus 2017, sekaligus dengan dikuatkan oleh data observasi, Pattani, 23 Agustus 2017.
Mengenai buku gharib yang digunakan, berdasarkan wawancara dengan Ustadzah Ni’rodah Ni’kuno serta observasi peneiti terhadap buku gharib yang digunakan adalah buku tersebut memiliki kelebihan jika dibandingkan dengan buku-buku gharib yang lain, yaitu terdiri dari tiga bagian pokok pelajaran. Pertama, pengetahuan tentang sejarah pengumpulan al-Qur’an. Kedua, pelajaran tentang tanda bacaan dalam mushaf Usmani. Ketiga, tentang bacaan hati-hati dalam al-Qur’an.94
Nasiroh H.uma selaku peserta didik yang menjadi pengajar qiraati jilid 2 (putri) menjelaskan:
“Pengajian tajwid tak ada buku, guru Qur’an selalu beri contoh bacaan”.95
“Pembelajaran tajwid tidak berdasarkan pada buku tertentu, melainkan sekaligus dengan al-Qur’an. Jadi guru memberi contoh langsung”.
Berdasarkan hasil wawancara tersebut serta pantauan peneliti terhadap buku panduan yang digunakan di Ma’had Al- Markazul Islami dala meningkatkan kemampuan membaca Al- Qur’an melalui metde qiraati adalah menggunakan buku panduan 3 jilid susunan KH. Dahlan Salim Zarkasy dan penerbit Muhammad
94 Ni’rodah Ni’kuno, Wawancara, Pattani, 23 Agustus 2017, sekaligus dengan dikuatkan oleh data observasi, Pattani, 23 Agustus 2017.
95 Nasiroh H.uma, Wawancara, Pattani, 25 Agustus 2017, sekaligus dengan dikuatkan oleh data observasi, Pattani, 25 Agustus 2017.
Masruh Ahmad dan 1 buku gharib yang berjudul “Panduan Membaca al-Qur’an Al-Karim Mushaf Rasm Usmani” yang diterbitkan oleh Al-Muassasah Al-Khoiriyah li Ta’lim al-Qur’an, Yaring, Fatoni. Sedangkan untuk tajwid tidak ada buku khusus.
e. Metodologi pengajaran
Sesuai dengan hasil wawancara dengan Ustadzah Ni’rodah Ni’kuno yang menyatakan bahwa pada proses kegiatan belajar mengajar qiraati, beliau mengawali dengan salam, membaca surat al-Fatihah, kemudian peserta didik membaca secara individu, dan yang lain menyimak dan memperhatikan. Jika ada bacaan yang salah, beliau sebagai guru tidak langsung menegur akan tetapi disuruh mengulang-ulang sampai harakat dan makhrajnya tepat.96
Ada hal menarik dengan cara mengajar Ustadzah Ni’rodah Ni’kuno yang memiliki materi tambahan ketika pembelajaran di kelasnya.
“Di buku satu ini, salah satu bab yaitu tentang angka Arab.
Kerana saya juga guru bahasa Inggris di sekolah ini maka sebagai tambahan saya beri bab hitung angka Arab itu dengan sebut dengan bahasa Inggris”.97
“Di buku jilid 1 ini, salah satu materinya adalah tentang angka Angka. Karena saya juga guru bahasa Inggris di
96 Ni’rodah Ni’kuno, Wawancara, Pattani 23 Agustus 2017.
97 Ni’rodah Ni’kuno, Wawancara, Pattani 23 Agustus 2017.
sekolah ini maka sebagai tambahan saya memberi materi menghitung angka Arab itu dengan sebutan bahasa Inggris”.
Beliau juga mempunyai trik tersendiri agar peserta didiknya dapat melafalkan makhraj dengan tepat, yaitu dengan mengkomparasikan atau membandingkan antara huruf hijaiyah dengan huruf alfabet Thai.
Hal ini juga dinyatakan Ustadzah Saripah Uma, pengajar qiraati tingkat al-Qur’an bahwa cara mengajar beliau dalam kelas adalah diawali dengan mengucap salam, membaca doa kemudian dijalankan dengan cara tartib terlebih dahulu sebelum belajar, jika peserta didiknya membaca salah walau satu kata ataupun huruf saja maka dikeluarkan dalam kelas. Kemudian pelajar membaca secara individual dengan cara yang satu membaca sedangkan yang lain menyimak bacaan kawannya tersebut. Dalam mengajar, beliau juga selalu memberi nasihat kepada peserta didik untuk selalu membaca al-Qur’an.98
Akan tetapi berdasarkan observasi peneliti selama di lokasi penelitian, masih belum ditemui Ustadzah Saripah Uma mengusir peserta didiknya keluar kelas walau masih terdapat salah dalam hal pengucapan kata.
Senada dengan Ustadzah Ni’rodah Ni’kuno terkait dengan proses pembelajaran di kelas, Nasuhah dan Nasiroh, peserta didik
98 Saripah Uma, Wawancara, Pattani 13 September 2017.
marhalah al-Qur’an ketika wawancara dengan peneliti menyatakan bahwa proses kegiatan pembelajaran di kelasnya yaitu dengan cara tartib terlebih dahulu. Dan bagi pelajar yang akan khotam maka ngaji “deras” setiap ba’da Subuh dan Ashar kepada guru pengampu al-Qur’an sendiri.99
f. Materi Pelajaran dalam Metode Qiraati
Selanjutnya dalam proses kegiatan belajar mengajar, harus ada yang namanya materi pelajaran. Dalam pembelajaran al- Qur’an menggunakan metode qiraati ini, materi pembelajaran yang diberikan kepada peserta didik dibagi menjadi dua macam yaitu materi pokok dan materi penunjang (tambahan). Seperti hanya yang diungkapkan oleh Ustadzah Cikni’yoh Mustapa tentang materi pokok qiraati bahwa:
“Pengajian utama qiraati ini adalah baca Qur’an dengan lancar, tartil dan sesuai tajwid. Ustadz H. Abdulrahman Mustapa dulu kata bahwa pelajar harus menguasai dari 3 hal, harakat, makhraj dan lancar”.100
Berdasarkan hasil wawancara diatas, materi pokok qiraati di sekolah ini tertuang dalam buku panduan jilid 1-3 dan buku gharib yang berjudul “Panduan Membaca al-Qur’an Al-Karim Mushaf Rasm Usmani”.
99Nasuhah dan Nasiroh, Wawancara, Pattani 25 Juli 2017.
100 Cikni’yoh Mustapa, Wawancara, Pattani, 29 Agustus 2017.
Berikut ini merupakan hasil dokumentasi peneliti terhadap buku panduan yang digunakan yang berisi petunjuk mengajar dan materi pelajaran pokok: