• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III TINJAUAN KASUS

3.5 Evaluasi

(oral)

P.O aminoral 1 tab (oral) Sucralfat 5 cc (sirup) Infus metronidazole 500 mg 2. 30 Januari

2020 Diagnosa : Nyeri Akut

13.05 13.10

14.00

1. Memantau skala nyeri Skala nyeri sedang 3

2. Mengajarkan pasien teknik nafas dalam, distraksi dan relaksasi

Pasien mau melakukan perintah perawat danmelakukannya setiap nyeri timbul

3. Berkolaborasi pemberian Injeksi antrain 1 gr (IV) Respon pasien : mengatakan Nyerinya berkurang

- Wajah Tampak Menyeringai - Skala Nyeri 7

(Berat)

A : Masalah sebagian Teratasi

P : Intervensi Dilanjutkan No 2,4,5,6

28 Januari

2020

Nyeri Akut b.d Iskemik Jaringan

S : Pasien Mengatakan nyeri Pada Luka Kaki Kanan

P : Ulkus Gangren Q: Nyeri cekot-cekot R : Plantar pedis dextra S : Skala 7 (Berat) T : Nyeri saat ditekan O : Keadaan Umum cukup 6CS 456

- Wajah Pasien Tampak Menyeriangai - Pasien Tampak

Memegangi Area Yang Nyeri

- Luka Terdapat Pus Belum

Dikeluarkan A : Masalah sebagian Teratasi

P : Intervensi Dilanjutkan No 3,4,5

29 Januari

2020

Kerusakan Integritas Jaringan b.d Timbulnya

Nekrtik Pada Jaringan Gangren

S : Pasien Mengatakan Nyeri Pada Luka Kaki Kanan Berkurag P : Ulkus Gangren Q: Nyeri cekot-cekot R : Plantar pedis dextra S : Skala 5 (Sedang) T : Nyeri saat ditekan O : Keadaan Umum Cukup 6CS 456

- Luka Tampak Adaya Pus, Slough - GDA 154

- Skala Nyeri 5 (Sedang) A : Masalah Sebagian Teratasi

P : Intervensi Dianjutkan No 4,5,6

29 Januari

2020

Nyeri Akut b.d Iskemik Jaringan

S : Pasien Mengatakan Nyeri Pada Luka Kaki Kanan Berkurang P : Ulkus Gangren Q: Nyeri cekot-cekot R : Plantar pedis dextra S : Skala 5 (Sedang) T : Nyeri saat ditekan O : Keadaan Umum Cukup 6CS

- Pasien Sudah Mulai Tampak Tenang

- Pus Sudah Dikeluarkan A :Masalah Sebagian Teratasi

P : Intervensi Dilanjutkan No 3,5

30 Januari

2020

Kerusakan Integritas Jaringan b.d Timbulnya Nekrotik Pada Jaringan

Gangren

S : Pasien Mengatakan Nyeri Pada Luka Kaki Kanan Berkurang P : Ulkus Gangren Q: Nyeri cekot-cekot R : Plantar pedis dextra S : Skala 3 (Ringan) T : Nyeri saat ditekan O : Keadaan Umum Cukup 6CS 456

- Pasien Tampak Jauh Lebih Tenang - Luka Terdapat

Sedikit Pus,Slough - GDA 148

- Kedalaman Luka 1-2 Cm

- Luas Luka 6-7 Cm A : Masalah Sebagian Teratasi

P : Intervensi Dihentikan, Pasien KRS

30 Januari

2020

Nyeri Akut b.d Iskemik Jaringan

S : Pasien Mengatakan Nyeri Pada Luka Kaki Kanan Berkurang P : Ulkus Gangren

Q: Nyeri cekot-cekot R : Plantar pedis dextra S : Skala 3 (Ringan) T : Nyeri saat ditekan O : Keadaan Umum Cukup 6CS 456

- GDA 148 - Pasien Terlihat

Tenang

A : Masalah Sebagian Teratasi

P : Intervensi Dihentikan Pasien KRS

Tabel 3.7 Evaluasi Keperawatan pada Ny. S Dengan diagnose medis Diabetes Mellitus ulkus di Ruang Melati RSUD Bangil.

Tanggal Diagnosa

Keperawatan Evaluasi Paraf

30 Januari

2020

Kerusakan Itegritas Jaringan b.d Timbulnyaekrotik

Pada Aringan Gangren

S : Pasien Megatakan Nyeri Pada Luka Kaki Kanan Berkurang

P : Ulkus Gangren Q: Nyeri cekot-cekot R : Plantar pedis dextra S : Skala 3 (Ringan) T : Nyeri saat ditekan O : Keadaan Umum Cukup 6CS 456

- Pasien Tampakjauh Lebih Tenang

- Luka Terdapat Sedikit Pus Dan Slough

- GDA 148

- Kedalaman Luka 1-2 Cm

- Luka 6-7cm A : Masalah Sebagian Teratasi

P : Intervensi Dilanjutkan Pasien KRS

30 Januari

2020

Nyeri Akut b.d Iskemik Jaringan

S : Pasien Megatakan Nyeri Pada Luka Kaki Kanan Berkurang

P : Ulkus Gangren Q: Nyeri cekot-cekot R : Plantar pedis dextra S : Skala 3 (Ringan) T : Nyeri saat ditekan O : Keadaan Umum Cukup 6CS 456

- GDA 148 - Pasien Terlihat

Tenang A : Masalah Sebagian Teratasi

P : Intervensi Dihentikan Pasien KRS

30 Januari 2020

DISCHARGE PLANNING

1. Mengajurkan Pasien Untuk Menerapkan Diet Berupa Pengaturan Pola Makan Terutama Pada Gula.

2. Menganjurkan Pasien Untuk Rajin Berolahraga Dan Menerapkan Pola Hidup Sehat.

3. Menganjurkan Pasien Untuk Tetap Menjaga Lukanya Agar Tetap Bersih Dan Kering.

4. Menganjurkan Pasien Untuk Tetap Rajin Kontrol Dan Melakukan Perawatan Luka.

68 BAB 4 PEMBAHASAN

Dalam pembahasan ini penulis akan menguraikan tentang kesenjangan yang terjadi antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus dalam asuhan keperawatan secara langsung pada pasien “Ny.S” dengan Diagnosa Diabetes Mellitus ulkus yang dilakukan pada tanggal 28 sampai dengan 30 Januari 2020 di ruang Bangsal Melati RSUD Bangil Pasuruan. Prinsip dari pembahasan ini dengan memfokuskan pada aspek proses keperawatan yang meliputi pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

4.1 Pengkajian 4.1.1 Pengkajian

Pada tahap pengumpulan data, penulis tidak mengalami kesulitan karena penulis telah mengadakan perkenalan dan menjelaskan maksud penulis yaitu untuk melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien sehingga pasien atau dan keluarga terbuka dan mengerti secara kooperatif.

Identitas pasien : pada dasarnya pengkajian antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus tidak banyak kesenjangan, tinjauan pustaka yang didapat usia yang rentan menderita diabetes mellitus >30 tahun dan sebagian besar banyak dijumpai pada perempuan disbanding laki-laki.

(Mardhiyah, 2017). Pada tinjauan kasus didapat data pasien berumur 55 tahun dan pada jenis kelamin perempuan. Antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus tidak ditemukan perbedaan yang signifikan.

Berdasarkan pengamatan peneliti antara tinjauan kasus dan tinjauan pustaka tidak terdapat kesenjangan karena identitas pasien yang dialami pasien sama dengan identitas pada penderita Diabetes Mellitus Gangren lainnya yaitu usia yang rentan menderita diabetes mellitus >30 tahun dan sebagian besar banyak dijumpai pada perempuan dibanding laki-laki.

4.1.2 Riwayat Keperawatan

4.1.2.1 Keluhan utama : pada tinjauan pustaka pada pasien dengan Diabetes Mellitus biasanya mengalami penglihatan kabur, lemas, takikardi, banyak kencing, kesemutan pada kaki atau tungkai bawah, luka yang sukar sembuh dan terjadi penuruan berat badan. Pada tinjauan kasus didapatkan data pasien menyeluh nyeri karena adanya ulkus di kaki kanannya.

(Mardhiyah, 2017). Pada tinjauan kasus tidak ada kesenjangan dengan tinjauan pustaka dikarenakan sama-sama ditemukan dengan data yaitu sering kesemutan, penurunan berat badan, nyeri pada luka yang sukar sembuh, adanya kemerahan pada sekitar luka, adanya pus.

Berdasarkan pengamatan peneliti antara tinjauan kasus dan tinjauan pustaka tidak terdapat kesenjangan karena keluhan utama yang dialami oleh pasien sama dengan keluhan pada penderita Diabetes Mellitus Gangren lainnya yaitu sering kesemutan, penurunan berat badan, nyeri pada luka yang sukar sembuh, adanya kemerahan pada sekitar luka, adanya pus.

4.1.2.2 Riwayat Penyakit saat ini : pada tinjauan pustaka didapatkan keadaan pasien yang menderita diabetes mellitus dengan keluhan kesemutan, luka sukar sembuh, menurunnya berat badan, banyak kencing dan menurunnya

ketajaman penglihatan. (Mardhiyah, 2017). Sedangkan hasil dari tinjauan kasus diperoleh hal yang sama yaitu kesemutan, luka sukar sembuh dan menurunnya berat badan. Pada tinjauan kasus tidak ada kesenjangan dengan tinjauan pustaka dikarenakan sama-sama ditemukan data yang sama antara lain kesemutan, penurunan berat badan, luka sukar sembuh, , nyeri akut, adanya kemerahan di sekitar luka, adanya pus.

Berdasarkan pengamatan peneliti antara tinjauan kasus dan tinjauan pustaka tidak terdapat kesenjangan karena Riwayat Penyakit saat ini yang dialami oleh pasien sama dengan Riwayat Penyakit saat ini pada penderita Diabetes Mellitus Gangren lainnya yaitu sering kesemutan, penurunan berat badan, nyeri pada luka yang sukar sembuh, adanya kemerahan pada sekitar luka, adanya pus.

4.1.2.3 Riwayat Penyakit Dahulu : pada tinjauan pustaka didapatkan riwayat penyakit dahulu seperti adanya riwayat penyakit jantung, obesitas, arterosklerosis. (Mardhiyah, 2017). Sedangkan hasil tinjauan kasus diperoleh hal yang sama yaitu adanya riwayat diabetes mellitus selama 7 tahun yang lalu dan saat ini terdapat luka di kaki kanannya. Pada tinjauan kasus dan tinjauan pustaka tidak ditemukan kesenjangan yang signifikan.

Berdasarkan pengamatan peneliti antara tinjauan kasus dan tinjauan pustaka tidak terdapat kesenjangan karena Riwayat Penyakit Dahulu yang dialami oleh pasien sama dengan Riwayat Penyakit Dahulu pada penderita Diabetes Mellitus Gangren lainnya yaitu terdapat luka di kaki nya

4.1.2.4 Pada Pemeriksaan Fisik B1 (Breathing) : menurut tinjauan pustaka di dapat inspeksi : bentuk dada simetris, tidak ada retraksi otot bantu nafas, terkadang terpasang alat bantu nafas. Pada palpasi RR >22x/menit, vocal fremitus sama antara kanan dan kiri, susunan ruas tulang belakang normal.

Pada auskultasi tidak ditemukan suara nafas tambahan, suara nafas vesikuler. (Mardhiyah, 2017). Sedangkan pada tinjauan kasus didapatkan inspeksi : bentuk dada simetris, tidak ada alat bantu nafas, tidak ada retraksi otot bantu nafas. Pada palpasi RR dalam batas normal, vocal fremitus sama antara kanan dan kiri, susunan ruas tulang belakang normal.

Pada auskultasi tidak ditemukan suara nafas tambahan dan suara nafas vesikuler.

Berdasarkan pengamatan peneliti antara tinjauan kasus dan tinjauan pustaka tidak terdapat kesenjangan karena pernafasan yang dialami oleh pasien sama dengan pernafasan pada penderita Diabetes Mellitus Gangren lainnya yaitu bentuk dada simetris, tidak ada alat bantu nafas, tidak ada retraksi otot bantu nafas, RR dalam batas normal, vocal fremitus sama antara kanan dan kiri, susunan ruas tulang belakang normal.

Pada auskultasi tidak ditemukan suara nafas tambahan dan suara nafas vesikuler.

4.1.2.5 Pada pemeriksaan fisik B2 (Blood) : pada tinjauan pustaka didapatkan inspeksi : penyembuhan luka yang lama. Pada palpasi ictus cordis tidak teraba, nadi >84x/menit, irama regular, CRT <2 detik, pulsasi kuat lokasi radialis. Pada perkusi suara redup, pada auskultasi bunyi jantung normal.

(Mardhiyah, 2017). Sedangkan pada tinjauan kasus didapatkan inspeksi

tidak nyeri dada, tidak terjadi sianosis. Pada palpasi ictus cordis tidak teraba di ICS 5 midclavikula kiri ukuran 1 cm, nadi 82x/menit, irama regular. Pada perkusi suara redup. Pada auskultasi bunyi jantung S1 dan S2 normal, tidak ada bunyi jantung tambahan seperti gallop ataupun murmur.

Berdasarkan pengamatan peneliti antara tinjauan kasus dan tinjauan pustaka tidak terdapat kesenjangan karena di sistem kardiovaskuler yang dialami oleh pasien sama dengan di sistem kardiovaskuler pada penderita Diabetes Mellitus Gangren lainnya yaitu tidak nyeri dada, tidak terjadi sianosis, ictus cordis tidak teraba di ICS 5 midclavikula kiri ukuran 1 cm, nadi 82x/menit, irama regular, bunyi jantung S1 dan S2 normal, tidak ada bunyi jantung tambahan seperti gallop ataupun murmur.

4.1.2.6 Pada Pemeriksaan Fisik B3 (Brain) : pada tinjauan pustaka didapatkan kesadaran bisa baik ataupun menurun (composmentis, apatis, somnolen, stupor, koma), klien bisa pusing, kesemutan, sering mengantuk, tidak ada gangguan memori. (Mardhiyah, 2017). Pada tinjaun kasus didapatkan kesadaran pasien composmentis, GCS 456, orientasi baik, klien merasa pusing dan tidak terjadi kelainan nervus cranialis.

Berdasarkan pengamatan peneliti antara tinjauan kasus dan tinjauan pustaka tidak terdapat kesenjangan karena di sistem persyarafan yang dialami oleh pasien sama dengan di sistem persyarafan pada penderita Diabetes Mellitus Gangren lainnya yaitu kesadaran pasien

composmentis, GCS 456, orientasi baik, klien merasa pusing dan tidak terjadi kelainan nervus cranialis.

4.1.2.7 Pada Pemeriksaan Fisik B4 (Bladder) : pada tinjaun pustaka didapatkan inspeksi : bentuk kelamin normal, kebersihan alat kelamin bersih, frekuensi berkemih normal/tidak (bau, warna, jumlah, tempat yang digunakan). Biasanya mengalami masalah pada saluran kencing seperti polyuria, anuria, oliguria. (Mardhiyah, 2017). Pada tinjauan kasus didapatkan inspeksi : bentuk kelamin pasien normal, kebersihan alat kelamin bersih, frekuensi berkemih 2-3x dalam sehari, bau khas, warna kuning, tempat yang digunakan kamar mandi. Jumlahnya 500 cc/24 jam.

Berdasarkan pengamatan peneliti antara tinjauan kasus dan tinjauan pustaka tidak terdapat kesenjangan karena di sistem perkemihan yang dialami oleh pasien sama dengan di sistem perkemihan pada penderita Diabetes Mellitus Gangren lainnya yaitu bentuk kelamin pasien normal, kebersihan alat kelamin bersih, frekuensi berkemih 2-3x dalam sehari, bau khas, warna kuning, tempat yang digunakan kamar mandi.

Jumlahnya 500 cc/24 jam.

4.1.2.8 Pada Pemeriksaan Fisik B5 (Bowel) : pada tinjauan pustaka didapatkan inspeksi : keadaan mulut mungkin kotor, mukosa bibir kering atau lembab, lidah mungkin kotor, ada kesulitan menelan atau tidak, bisa terjadi mual muntah, penurunan berat badan, polifagia, polidipsi. Pada palpasi adakah nyeri abdomen. Pada perkusi didapatkan bunyi timpani. Pada auskultasi terdengar peristaltic usus. Kebiasaan BAB di rumah dan saat MRS, bagaimana konsistensi, warna, baud an tempat yang digunakan.

(Mardhiyah, 2017). Sedangkan pada tinjauan kasus didapatkan inspeksi : keadaan mulut pasien bersih, mukosa bibir lembab, gigi bersih, tidak mengalami kesulitan menelan, bentuk bibir normal, kebiasaan gosok gigi 1x sehari, kebiasaan BAB 1x sehari konsistensi lembek, warna coklat, bau khas, tempat yang digunakan kamar mandi. Pada perkusi suara abdomen timpani. Pada auskultasi peristaltic usus normal 8x/menit.

Berdasarkan pengamatan peneliti antara tinjauan kasus dan tinjauan pustaka tidak terdapat kesenjangan karena di sistem pencernaan yang dialami oleh pasien sama dengan di sistem pencernaan pada penderita Diabetes Mellitus Gangren lainnya yaitu keadaan mulut pasien bersih, mukosa bibir lembab, gigi bersih, tidak mengalami kesulitan menelan, bentuk bibir normal, kebiasaan gosok gigi 1x sehari, kebiasaan BAB 1x sehari konsistensi lembek, warna coklat, bau khas, tempat yang digunakan kamar mandi, suara abdomen timpani, peristaltic usus normal.

4.1.2.9 Pada pemeriksaan fisik B6 (Bone) : pada tinjauan pustaka didapatkan inspeksi : kulit tampak kotor, jika ada luka observasi luka, kedalaman luka, ada pus atau jaringan mati atau tidak, luas luka, ada oedema atau tidak, lokasi luka. Pada palpasi kelembaban kulit lembab, akral hangat, turgor kulit baik, kekuatan otot dapat menurun, pergerakan sendi dan tungkai bisa mengalami penurunan. Pada perkusi adakah fraktur, dislokasi.

(Mardhiyah, 2017). Sedangan pada tinjauan kasus didapatkan inspeksi : kemampuan pergerakan sendi bebas, terdapat luka di plantar pedis dextra, terjadi kemerahan sekitar luka, berbau, ada pus, luas luka 6-7 cm, kedalaman luka 1-2 cm, tidak terjadi eodema, kebersihan kulit bersih. Pada

palpasi ditemukan akral hangat, turgor kulit baik, tidak ada oedema, kekuatan otot normal. Pada perkusi tidak ada dislokasi dan fraktur.

Berdasarkan pengamatan peneliti antara tinjauan kasus dan tinjauan pustaka tidak terdapat kesenjangan karena di sistem muskuloskletal yang dialami oleh pasien sama dengan di sistem muskuloskletal pada penderita Diabetes Mellitus Gangren lainnya yaitu terdapat luka dikakinya

4.1.2.10 Pada pemeriksaan fisik B7 (Penginderaan) : pada tinjauan pustaka didapatkan inspeksi : penglihatan mata mulai kabur, ketajaman penciuman normal, ada secret atau tidak, ketajaman pendengaran normal, bentuk telingan normal dan ketajaman pendengaran normal. (Mardhiyah, 2017).

Sedangkan pada tinjauan kasus didapatkan inspeksi : konjungtiva anemis, sclera putih, tidak ada palpebra dan tidak strabismus, ketajaman penglihatan baik. Pada hidung bentuk normal, mukosa hidung lembab, tidak ada secret, ketajaman penciuman normal. Pada telingan bentuk normal, ketajaman pendengaran normal, tidak terpasang alat bantu, perasa, peraba dalam batas normal dan baik.

Berdasarkan pengamatan peneliti antara tinjauan kasus dan tinjauan pustaka tidak terdapat kesenjangan karena di sistem penginderaan yang dialami oleh pasien sama dengan di sistem penginderaan pada penderita Diabetes Mellitus Gangren lainnya yaitu penglihatan mata mulai kabur, ketajaman penciuman normal, ada secret atau tidak, ketajaman pendengaran normal, bentuk telingan normal dan ketajaman pendengaran normal.

4.1.2.11 Pada pemeriksaan fisik B8 (Endokrin) : pada tinjauan pustaka didapatkan inspeksi : adakah luka gangrene, jika ada lokasi gangrene, kedalaman, ada pus atau tidak, bau, luas gangrene. Terjadi polidipsi, polifagi, poliuri, biasanya terjadi penurunan atau peningkatan pada berat badan atau bahkan kehilangan bagian tubuhnya. (Mardhiyah, 2017).

Sedangkan pada tinjauan kasus didapatkan inspeksi : terdapat luka gangrene di plantar pedis dextra, luka terdapat pus, berbau, adanya kemerahan disekitar luka, tidak terjadi nekrosis, belum ada tanda-tanda granulasi, luka luka 6-7 cm, kedalaman luka 1-2 cm. bentuk bundar dan berongga. (P: nyeri ulkus dikaki, Q: cekot-cekot, R: Plantar pedis dextra, S: 7, T: nyeri pada saat ditekan).

Berdasarkan pengamatan peneliti antara tinjauan kasus dan tinjauan pustaka tidak terdapat kesenjangan karena di sistem endokrin yang dialami oleh pasien sama dengan di sistem endokrin pada penderita Diabetes Mellitus Gangren lainnya yaitu adanya luka gangren

4.2 Diagnosa Keperawatan

4.2.1 Diagnosa keperawatan yang ada pada tinjauan pustaka menurut Nurarif dan Kusuma, 2015 ada 6 yaitu :

4.2.1.1 Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan suplai darah pada perifer.

4.2.1.2 Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan timbulnya nekrotik pada jaringan gangrene.

4.2.1.3 Resiko infeksi berhubungan dengan perawatan kurang baik yang menyebakan gangren meluas.

4.2.1.4 Nyeri akut berhubungan dengan iskemik jaringan, trauma jaringan, dan reflek spasme otot.

4.2.1.5 Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan, aktivitas fisik terbatas.

4.2.1.6 Gangguan citra tubuh berhubungan dengan kehilangan bagian tubuh.

4.2.2 Pada tinjauan kasus didapatkan 6 diagnosa keperawatan prioritas dan sesuai dengan Nurarif dan Kusuma, 2015 yaitu :

4.2.2.1 Kerusakan Integritas Jaringan berhubungan dengan timbulnya nekrotik pada jaringan gangrene

4.2.2.2 Nyeri Akut berhubungan dengan Iskemik Jaringan

4.2.2.3 Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan berhubungan dengan Kesulitan Mengatasi Kompleksitas Regimen Terapeutik

4.2.2.4 Keletihan berhubungan dengan intake makanan menurun 4.2.2.5 Resiko Jatuh berhubungan dengan keletihan

4.2.2.6 Hambatan mobilitas fisik berhubungan keletihan

Berdasarkan pengamatan, peneliti menyimpulkan bahwa adanya kesenjangan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan diagnose keperawatan yang ada di tinjauan pustaka dengan diagnose keperawatan yang ditemukan pada tinjauan kasus. Hasil pengkajian yang didapatkan oleh penulis dengan tinjauan pustaka yang berasal dari pengalaman kasus yang didapatkan oleh pengarang buku. Oleh sebab itu, peneliti menuliskan diagnose keperawatan sesuai dengan tinjauan kasus yang ada.

4.3 Perencanaan

Pada perencanaan tindakan keperawatan disesuaikan dengan tinjauan pustaka dan tinjauan kasus dengan kebutuhan dan kondisi pasien (Nurarif A.H dan Kusuma H, 2015). Pada tinjauan kasus perencanaan, menggunakan sasaran, dalam intervensinya dengan alasan penulis ingin berupaya memandirikan klien dan keluarga dalam pelaksanaan pemberian asuhan keperawatan melalui peningkatan pengetahuan (kognitif), ketrampilan mengenai masalah (afektif), dan perubahan tingkah laku klien (psikomotor).

Pada tinjauan kasus peneliti hanya mengambil 2 (dua) diagnose keperawatan yang menjadi prioritas utama untuk dibuat intervensi keperawatannya, diantaranya kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan timbulnya nekrotik pada jaringan gangrene dan nyeri akut berhubungan dengan iskemik jaringan. Untuk intervensi keperawatan yang dibuat oleh peneliti pada tinjauan kasus disamakan dengan intervensi keperawatan yang telah dibuat sebelumnya pada tinjauan pustaka. Hanya saya dibuat lebih aplikatif dan disesuaikan dengan instruksi dokter.

Intervensi keperawatan untuk diagnosa keperawatan kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan timbulnya nekrotik pada jaringan gangrene, antara lain anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar, jaga area luka agar tetap bersih dan kering, mobilisasi pasien tiap 2 jam sekali, monitor kulit akan adanya kemerahan, lakukan teknik perawatan luka dengan steril, kolaborasi pemberian diet TKTP. Sedangkan intervensi keperawatan pada diagnosa keperawatan nyeri akut berhubungan dengan iskemik jaringan, antara lain jelaskan tentang penyebab nyeri, obsevasi

lokasi, tingkat, frekuensi dan reaksi nyeri yang dialami oleh pasien, observasi skala nyeri, ajarkan teknik nafas dalam, distraksi dan relaksasi, kolaborasi pemberian injeksi antrain.

4.4 Implementasi

Pelaksanaan adalah perwujudan atau realisasi dari perencanaan yang telah disusun. Pelaksanaan pada tinjauan pustaka belum dapat direalisasikan karena hanya membahas teori asuhan keperawatan.

Sedangkan pada kasus nyata pelaksanaan telah disusun dan direalisasikan pada pasien dan ada pendokumentasian serta intervensi keperawatan, pelaksanaan rencana keperawatan dilakukan secara terkoordinir dan terintegrasi.

Dalam melaksanakan pelaksanaan ada beberapa factor penunjang yang meyebabkan semua rencana tindakan dapat dilaksanakan dengan baik. Hal-hal yang menunjang dalam pelaksanaan asuhan keperawatan yaitu antara lain : adanya kerjasama yang baik antara perawat maupun dokter ruangan dan tim kesehatan lainnya, tersedianya sarana dan prasarana diruangan yang menunjang dalam pelaksanaan asuhan keperawatan dan penerimaan yang baik oleh kepala ruangan dan tim perawatan di ruang Bngsal Melati RSUD Bangil kepada penulis. Pada tinjauan pustaka dan tinjauan kasus nyata pelaksanaan telah disusun dan direalisasikan pada klien da nada pendokumentasian serta intervensi keperawatan yang nyata dilakukan pada klien. Pada pelaksanaan tindakan keperawatan tidak ditemukan hambatan dikarenakan pasien dan keluarga

kooperatif dengan perawat, sehingga rencana tindakan dapat dilakukan dengan baik.

Berdasarkan pengamatan peneliti antara tinjauan kasus dan tinjauan pustaka tidak terdapat kesenjangan Implementasi diagnose keperawatan Kerusakan Integritas Jaringan berhubungan dengan timbulnya nekrotik pada jaringan gangren. Pada implementasi sama seperti tinjauan kasus yaitu menganjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar, menjaga area luka agar tetap bersih dan kering, memobilisasi pasien tiap 2 jam sekali, memantau tanda-tnda inflamasi (kemerahan, bengkak, panas, nyeri skala 7, bisa beraktivitas), merawat luka dengan teknik aseptic (irigasi NS, evakuasi pus, slough, blood, kasih sufratul dan kasa serta verban), berkolaborasi dalam pemberian obat (Infus NS 1500 cc/24 jam, Injeksi antrain 1 gr (IV), Injeksi ondansentron 8 mg (IV), Injeksi apidra 6 IU (SC), Injeksi metoclopramide 10 gr (IV), Injeksi ceftriaxone 1 gr (IV), Infus metronidazole 500 mg, P.O nugalmin 1 kapsul (oral), P.O aminoral 1 tab (oral), Sucralfat 5 cc (sirup)

Berdasarkan pengamatan peneliti antara tinjauan kasus dan tinjauan pustaka tidak terdapat kesenjangan Implementasi diagnose keperawatan Nyeri Akut berhubungan dengan Iskemik Jaringan. Pada implementasi sama seperti tinjauan kasus yaitu menjelaskan tentang penyebab nyeri, observasi lokasi, tingkat, frekuensi, dan reaksi nyeri yang dialami oleh pasien, observasi skala nyeri, mengajarkan teknik nafas dalam, distraksi dan relaksasi, berkolaborasi dalam pemberian injeksi antrain 1 gr (IV).

Berdasarkan hal tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa tidak ada kesenjangan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus. Hal tersebut dikarenakan pada implementasi keperawatan yang dilakukan oleh peneliti telah disesuaikan dengan rencana tindakan (intervensi) keperawatan yang dibuat oleh peneliti yang telah disesuaikan dengan intervensi keperawatan yang ada di tinjauan pustaka, tetapi dibuat lebih aplikatif didasarkan pada terapi yang diintruksikan oleh dokter ruangan.

4.5 Evaluasi

Pada tinjauan pustaka evaluasi belum dapat dilaksanakan karena merupakan kasus semu sedangkan tinjauan kasus evaluasi dapat dilakukan karena dapat diketahui keadaan pasien dan masalahnya secara langsung.

Berdasarkan pengamatan peneliti antara tinjauan kasus dan tinjauan pustaka tidak terdapat kesenjangan. Pada evaluasi hari ke tiga pada pasien Ny.S tanggal 30 Januari 2020 pada diagnose kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan nekrotik jaringan pada gangrene telah dilaksanakan evaluasi dengan hasil Subyektif : Pasien Mengatakan Nyeri Pada Luka Kaki Kanan Berkurang, Obyektif : Keadaan Umum Cukup 6CS 456, Pasien Tampak Jauh Lebih Tenang, Luka Terdapat Sedikit Pus,Slough, GDA 148, Kedalaman Luka 1-2 Cm, Luas Luka 6-7 Cm, Assesmen : Masalah Sebagian Teratasi, Planning : Intervensi Dihentikan, Pasien KRS.

Berdasarkan pengamatan peneliti antara tinjauan kasus dan tinjauan pustaka tidak terdapat kesenjangan. Pada diagnose nyeri akut berhubungan dengan iskemik jaringan telah dilaksanakan evaluasi dengan

Dokumen terkait