• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.2 Tinjauan Teori Persalinan .1 Pengertian persalinan .1 Pengertian persalinan

2.2.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan

Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya proses persalinan menurut Masruroh (2015) adalah sebagai berikut :

a. Power

Power adalah tenaga yang dikeluarkan oleh ibu dalam persalinan yaitu kontraksi uterus atau his dari tenaga mengejan ibu. His merupakan kontraksi otot-otot rahim yang timbul dari tenaga mengejan ibu. Tenaga mengejan ibu adalah tenaga yang terjadi dalam proses persalinan setelah pembukaan lengkap dan setelah ketuban pecah (Sondakh, 2015). Menurut fisiologisnya, jenis his dibedakan menjadi 4 macam yaitu :

1) His pembukaan yaitu his yang menimbulkan pembukaan serviks sampai terjadi pembukaan 10 cm.

2) His pengeluaran yaitu his yang mendorong bayi keluar. His ini biasanya disertai dengan keinginan mengejan, sangat kuat, teratur, simetris dan terkoordinasi bersamaan antara his kontraksi perut, kontraksi diafragma dan ligament.

3) His pelepasan plasenta yaitu his dengan kontraksi sedang untuk melepaskan dan melahirkan plasenta.

4) His pengiring kontraksi yaitu his dengan kontraksi lemah, masih sedikit nyeri dan pengecilan rahim akan terjadi dalam beberapa jam atau hari (Sondakh, 2015).

b. Passage

Jalan lahir terdiri atas panggul ibu, yakni bagian tulang yang padat, dasar panggul, vagina, dan intoritus. Jalan lahir menurut Walyani (2015) dibagi atas:

1) Jalan lahir lunak yaitu meliputi serviks, vagina dan otot rahim.

2) Jalan lahir keras yaitu jalan lahir yang berupa tulang yang ada pada derah panggul. Dearah panggul ini akan terbagi menjadi bidang-badang panggul atau yang disebut dengan bidang Hodge. Bidang hodge digunakan sebagai pedoman untuk

menentukan seberapa jauh penurunan kepala melalui pemeriksaan dalam. Menurut Rohani, dkk. (2015) bidang hodge terbagi menjadi:

a) Bidang hodge I

Bidang hodge I setinggi simpisis pubis dan promotorium.

b) Bidang hodge II

Bidang hodge II setinggi pinggir bawah simfisis pubis sejajar dengan hodge I.

c) Bidang hodge III

Bidang hodge III setinggi spina ischiadiaca kanan dan kiri berimpit dengan Hodge I dan hodge II.

d) Bidang hodge IV

Bidang hodge IV setinggi ujung cocgygis sejajar hodge I, II dan III.

Gambar 2.16 Bidang Hodge

Sumber: Rohani, dkk. 2015.

c. Passanger

1) Keadaan janin yang meliputi letak, janin, besarnya janin, kelainan bawaan, dan kehamilan ganda (Mochtar, 2018).

Perubahan mengenai janin sebagai passenger yaitu sebagian besar adalah ukuran kepala janin, karena kepala merupakan bagian terbesar dari janin dan paling sulit untuk dilahirkan.

Adanya celah antara bagian-bagian tulang kepala janin memungkinkan adanya penyusupan yang dapat mengalami perubahan bentuk dan ukuran, proses ini disebut molase yaitu sutura 0: tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah dipalpasi, sutura 1: tulang kepala janin hanya saling

bersentuhan, sutura 2: bertumpang tindih tetapi dapat diperbaiki, sutura 3:bertumpang tindih dan tidak dapat diperbaiki (Sulistyawati, 2016).

2) Plasenta

Plasenta dan tali pusat memiliki struktur berbentuk bundar atau hampir bundar dengan diameter 15 cm sampai 20 cm dan tebal 2 cm sampai 2,5 cm, berat rata-rata 500 gram. Bagian plasenta yang menempel pada desidua terdapat kotiledon disebut pers maternal dan dibagian ini tempat terjadinya pertukaran darah ibu dan janin. Air ketuban ini dapat dijadikan acuan dalam menentuan diagnosa kesejahteraan janin. Amnion melindungi janin dari trauma atau benturan, memungkinkan janin bergerak bebas, menstabilkan suhu tubuh janin agar tetap hangat, menahan tekanan uterus, dan pembersih jalan lahir (Sulistyawati, 2016).

d. Psikologis

Kecamasan mengakibatkan hormone stress (stress related hormnoe) sehingga diperlukan suatu upaya dukungan dalam mengurangi proses kecemasan pasien. Dukungan psikologis dari orang terdekat dapat membantu memperlancar proses persalinan yang sedang terjadi (Marmi, 2016).

e. Penolong

Penolong persalinan adalah petugas kesehatan yang mempunyai legalitas dalam menolong persalinan antara lain dokter, bidan serta mempunyai kompetensi dalam menolong persalinan, menangani kegawatdaruratan srta melakukan rujukan jika diperlukan.

Penolong persalinan selalu menerapkan upaya pencegahan infeksi yang dianjurkan diantaranya cuci tangan, memakai sarung tangan dan perlengkapan pelindung diri serta pendokumentasian (Marmi, 2016).

2.2.6 Tahapan proses persalinan a. Kala I (Pembukaan)

Kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan 0-10 cm (Sulistyawati dan Nugraheny, 2016). Kala I ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah (Bloody Show) karena serviks mulai membuka (dilatasi) kemudian mendatar (effecement) serta ditandai dengan adanya kontraksi teratur minimal 2 kali dalam 10 menit selama 40 detik. Kala I dibagi menjadi 2 fase yaitu:

1) Fase Laten

Pembukaan serviks yang berlangsung lambat sampai pembukaan 3 cm dan lamanya 7-8 jam.

2) Fase Aktif

Fase Aktif dimulai dari pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan lengkap atau 10 cm, akan terjadi dengan kecepatan rata-rata 1 cm/ jam (nulipara atau primigravida) atau lebih dari 1 cm hingga 2 cm pada multipara. Fase aktif berlangsung selama 6 jam dan fase ini dibagi menjadi 3 subfase yaitu :

a) Fase akselerasi, dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm tadi menjadi 4 cm.

b) Fase dilatasi maksimal, dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat dari 4 cm menjadi 9 cm.

c) Fase deselerasi, pembukaan menjadi lambat sekali. Dalam waktu 2 jam pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap.

(Sari dan Rimandini, 2014).

b. Kala II

Persalinan kala II dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Pada kala pengeluaran janin his terkoordinasi, kuat, cepat dan lebih lama, kira-kira 2-3 menit sekali. Kala II pada primigravida berlangsung 1 ½ - 2 jam, pada multigravida ½ sampai 1 jam (Kumalasari, Intan. 2015).

Menurut Prawirohardjo (2015), beberapa tanda dan gejala persalinan kala II yaitu :

1) Ibu merasakan ingin mengejan bersamaan terjadinya kontraksi.

2) Ibu merasakan peningkatan tekanan pada rectum atau vaginanya.

3) Perineum terlihat menonjol.

4) Vulva vagina dan sfingter ani terlihat membuka.

c. Kala III

Kala III adalah waktu pelepasan dan pengeluaran plasenta setelah bayi lahir dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit (Ilmiah, dkk.

2015). Lahirnya plasenta dapat diperkirakan dengan memperhatikan tanda-tanda pelepasan plasenta yaitu uterus menjadi berbentuk bundar/globuler

,

tali pusat bertambah panjang dan terjadi perdarahan/ semburan darah

d. Kala IV

Kala IV persalinan adalah dimulai dari lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama postpartum (Kumalasari, Intan. 2015). Beberapa hal penting yang harus diperhatikan pada kala IV persalinan menurut Damayanti (2017) adalah:

1) Kontraksi uterus harus baik.

2) Tidak ada perdarahan pervaginam.

3) Plasenta dan selaput ketuban harus sudah lahir lengkap.

4) Kandung kencing harus kosong.

Tabel 2.6

Lamanya persalinan pada primigravida dan multigravida Kala Primigravida Multigravida

Kala I 13 Jam 7 Jam

Kala II 1 Jam ½ Jam

Kala III ½ Jam ¼ Jam

Lama Persalinan 14 ½ Jam 7 ¾ Jam

Sumber : Prawirohardjo, 2016.

2.2.7 Kebutuhan dasar ibu bersalin