Bab 11 Persyaratan Fasilitas
11.12 Infrastruktur dan Manajemen Operasional
a. Infrastruktur
Setiap institusi, harus memiliki program sistem keselamatan dan keamanan kerja.
Meskipun program keselamatan dan keamanan kerja sudah tersedia dalam tingkat nasional dan internasional, tetapi setiap institusi memerlukan program yang dimodifikasi disesuaikan dengan kondisi di institusi tersebut, yang akan meliputi 1. Bahan biologis berbahaya dan aktivitas yang baru karena agen yang baru;
2. Prosedur baru yang dibutuhkan (pelabelan, pembuangan limbah, pemantauan personel);
3. Kompentensi personel; dan 4. Analisis risiko.
Program keselamatan dan keamanan kerja bukan hanya menjadi upaya manajemen puncak institusi, tetapi juga menjadi fokus bagi semua personel laboratorium dan administrasi.
b. Tujuan program keamanan laboratorium
Tujuan dari program keamanan laboratorium ialah melindungi siapapun yang bekerja di dalam laboratorium, orang lain yang mungkin terpapar bahaya dari laboratorium, dan lingkungan. Bahan biologis berbahaya harus ditangani dan dibuan sedemikian rupa sehingga manusia, organisme hidup, dan lingkungan terlindungi.
c. Tanggung jawab untuk keamanan laboratorium
Penanggung jawab utama untuk keselamatan dalam suatu institusi ada pada kepala institusi, bersama dengan semua personel harus memiliki komitmen yang terus- menerus dan terbuka kepada program keamanan. Komitmen ini disertai dengan dukungan nyata dari semua pihak. Program keselamatan yang efektif ialah adanya peran penting BSO yang terlatih dengan tepat dalam teknologi keselamatan yang relevan. BSO selain memberikan saran dan rekomendasi, harus memastikan bahwa program menunjukkan fasilitas fisik dan peraturan keselamatan institusi konsisten dan sesuai dengan risiko yang potensial, serta sesuai dengan undang-undang yang berlaku.
Diperlukan waktu untuk mengidentifikasi potensi bahaya untuk memastikan aspek keselamatan yang diperlukan untuk menghindari kecelakaan. Analisis risiko di setiap pekerjaan yaitu menganalisis masing-masing potensi bahaya dan memutuskan prosedur yang aman untuk diterapkan. Proses tersebut harus dirancang oleh BSO dengan masukan dari personel dan harus diuraikan secara tertulis untuk tugas-tugas yang berpotensi menimbulkan insiden atau kecelakaan.
Kesadaran akan keselamatan kerja harus menjadi kebiasaan setiap orang dan hanya dapat dicapai apabila semua personel melakukannya dengan tulus, nyata, dan berkelanjutan terhadap pencegahan kecelakaan kerja. Personel laboratorium harus menerima tanggung jawab untuk melindungi diri sendiri serta rekan kerja.
Bab 11
Persyaratan Fasilitas 67
d. Rencana keselamatan
Pelaksanaan rencana keselamatan kerja, membutuhkan aturan keselamatan yang jelas dan juga pemantauan. Aturan-aturan ini harus tersedia secara tertulis untuk semua yang terlibat dalam operasi laboratorium. Tujuan ini sering dicapai dengan menyiapkan manual keselamatan laboratorium yang mengandung unsur-unsur tersebut di bawah ini.
Rencana keselamatan perlu dikoordinasikan juga secara institusional dan pelayanan darurat komunitas lokal. Diskusi dengan tim tanggap darurat harus diadakan terlebih dahulu sehingga mereka dapat menjadi terbiasa dengan area tersebut (misalnya, agen patogen, radio isotop, dan bahan kimia) yang mungkin ditemui ketika mereka dipanggil untuk meminta bantuan. Telepon atau metode komunikasi cepat lainnya harus tersedia.
Institusi memiliki tanggung jawab untuk memberi label pada material-material berbahaya. Selain itu, perlu ditunjuk orang yang bertanggung jawab dalam mengatasi keadaan darurat dalam laboratorium sehingga orang lain seperti penjaga keamanan tahu siapa yang harus dihubungi.
e. Komisi keselamatan kerja
Pada suatu institusi umumnya dilakukan rapat rutin setiap bulan untuk seluruh personel, baik peneliti maupun teknisi untuk pelaporan pada pengawas atau penanggung jawab suatu aktivitas laboratorium. Ketua bertanggung jawab untuk mengembangkan agenda keselamatan yang relevan. Pada laboratorium tersebut, biasanya memiliki komite keselamatan personel yang terdiri dari Manajer laboratorium dan beberapa pengawas penelitian, manajer personel, dan koordinator keselamatan laboratorium. Tujuan utama kelompok ini adalah untuk memimpin upaya keselamatan, menetapkan kebijakan, mengkaji kecelakaan dan kecelakaan hampir terjadi, serta memutuskan keperluan perubahan kebijakan, program, atau peralatan.
Dalam lingkungan akademik, diskusi keselamatan kerja dapat diadakan oleh kelompok peneliti. Komite dari beberapa koordinator keselamatan departemen dapat mengarahkan program keselamatan. Perwakilan dari beberapa departemen, termasuk beberapa teknisi laboratorium, dapat membentuk komite yang memandu
keselamatan laboratorium untuk seluruh institusi. Laboratorium kecil tanpa organisasi keselamatan formal harus melakukan diskusi secara periodik untuk membahas cara mencegah dan menangani potensi bahaya, dalam meningkatkan kesadaran dan menjaga kesadaran keselamatan.
f. Komunikasi keselamatan
Komunikasi keselamatan mengingatkan orang untuk bahaya yang baru dikenal, mengingatkan mereka akan prinsip dasar keselamatan dan menanamkan sikap yang baik terhadap keselamatan. Laboratorium besar sering memiliki buletin keselamatan berkala yang berisi saran keselamatan laporan kecelakaan laboratorium bersama dengan pelajaran yang bisa dipetik dari mereka.
Poster keselamatan sangat membantu, tetapi masih belum mencukupi sehingga diperlukan komunikasi keselamatan lain. Poster harus diganti setiap bulan untuk menarik perhatian orang-orang. Buku referensi mengenai bahaya laboratoriun, kesehatan kerja, dan praktik laboratorium yang baik harus tersedia. The Material Safety Data Sheets (MSDS) dari produsen bahan kimia juga harus tersedia bagi semua di fasilitas yang bekerja di laboratorium biomedis, setiap personel harus dilatih untuk memahami bahan biologis berbahaya yang digunakannya untuk bekerja.
g. Monitoring keselamatan kerja
Salah satu elemen yang penting dalam program keselamatan ialah pemantauan kinerja keselamatan dalam laboratorium. Pengamatan keselamatan praktik setiap individu, pengoperasian peralatan keselamatan, dan kepatuhan terhadap aturan keselamatan harus menjadi bagian dari audit. Tim inspeksi dengan anggota yang dipilih dari beberapa bagian laboratorium, akan memberikan pandangan objektif tentang kondisi keselamatan. Laporan kritik dan saran untuk koreksi harus diberikan kepada orang-orang yang terkait secara langsung. Fasilitas atau peralatan yang rusak harus dilaporkan dan diperbaiki. Umpan balik tentang masalah tertentu harus disampaikan kepada atasan yang sesuai dan jika masalah menyebar, seluruh laboratorium harus diberitahu.
Peralatan keselamatan yang penting, seperti sterilisasi dan eye wash harus diuji secara berkala. Peralatan yang rusak harus segera diperbaiki dengan tepat. Peralatan perlindungan diri yang digunakan saat darurat harus periksa secara berkala, dan kualifikasi pengguna harus diperbaharui dengan pelatihan.
Bab 11
Persyaratan Fasilitas 69
h. Pelatihan bagi personel
Peningkatan orientasi dan program edukasi yang berlanjut bergantung pada seberapa besar organisasi dan seberapa besar bahaya pengunjung ataupun personel dapat terpapar oleh bahan berbahaya. Safety orientation dan continuing education harus dilakukan bersamaan. Seluruh personel bertanggung jawab dalam memberikan pelatihan kesehatan dan keselamatan kerja untuk seluruh personelnya. Personel juga harus menerapkan praktik keamanan kerja dalam bekerja.
Peneliti yang mengerjakan proyek dengan melibatkan bahan biologis berbahaya harus telah melalui edukasi dan pelatihan untuk bekerja di BSL yang sesuai. Seluruh personel yang terlibat, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyimpanan dan penanganan materi yang diketahui berpotensi sebagai bahan biologis berbahaya harus cukup mahir dalam praktik mikrobiologi agar dapat bekerja dengan aman. Pedoman keselamatan yang ada juga harus berisi tentang biologi dari mikroorganisme sehingga personel dapat mengerti cara transmisi, dan patogenisitas dari mikroorganisme yang ditangani. Pelatihan yang dilakukan juga harus mencakup tentang teknik aseptik dan metode dekontaminasi serta tata cara pembuangan mikroorganisme.
Pelatihan harus mencakup informasi tentang keuntungan normal flora pada tubuh dan juga patogen lingkungan yang berbahaya. Hal-hal tersebut dapat mengurangi ketakutan-ketakutan yang tidak beralasan di tempat kerja. Informasi yang diberikan ke publik, sesedikit mungkin memaparkan tentang tingkat berbahayanya karena pengetahuan publik tentang bahan biologis berbahaya tidak sedalam para ahli.
i. Evaluasi kegiatan terkait bahan biologis berbahaya
Bahaya terhadap personel dan lingkungan dari aktivitas laboratorium yang berbahaya harus diperhitungkan secara sistematis. Jumlah-jumlah faktor yang membahayakan harus dipertimbangkan, tetapi dua faktor yang paling penting adalah agen patogen dan konsekuensi dari infeksi. Karakteristik mikroorganisme yang digunakan juga penting untuk diketahui, seperti tingkat virulensi, patogenisitas, dan cara penyebaran agen tersebut, karena hal tersebut memiliki potensi untuk membahayakan personel di laboratorium dan lingkungan.
Jenis prosedur dan kuantitas mikroorganisme yang ditangani juga memengaruhi tingkat berbahaya suatu agen. Infeksi yang disebabkan ada yang ringan, mudah diobati, pencegahan menggunakan vaksin dapat mengurangi tingkat berbahaya suatu agen yang dapat menyebabkan penyakit yang fatal dan tidak dapat disembuhkan.
Pengetahuan dan kemampuan personel dalam menangani agen berbahaya juga perlu dipertimbangkan. Individu yang bekerja di laboratorium juga harus dilatih dengan baik agar mengerti bahaya dari pekerjaan mereka, agar dapat menjalankan prosedur dengan baik untuk meminimalisasi kecelakaan personel, dan agar sadar terhadap kemungkinan bahwa mereka dapat menyebarkan organisme berbahaya ke orang lain.
Aplikasi prinsip dasar dalam suatu laboratorium memerlukan penilaian dan pertimbangan yang baik untuk mencapai keputusan yang rasional. Hal ini meliputi evaluasi tipe fasilitas, praktik laboratorium, perangkat perlindungan diri, dan alat yang dibutuhkan untuk menjalankan kegiatan laboratorium secara aman.
j. Kebijakan dan manual prosedur
Prosedur dan kebijakan tentang keselamatan kerja harus dijelaskan di buku petunjuk, termasuk informasi tentang aktivitas sehari-hari yang perlu diketahui personel laboratorium seperti menangani keadaan darurat. Buku panduan tentang keselamatan kerja di laboratorium harus meliputi kebijakan dan tujuan, struktur organisasi keselamatan kerja, dan program medis.
Banyak laboratorium yang memiliki standar operasi baku, sebagai tambahan dalam pedoman keselamatan kerja. Panduan ini harus meliputi peringatan bahaya yang dibutuhkan dalam penanganan dan langkah-langkah dalam bekerja dengan bahan berbahaya. Aspek keamanan dari setiap prosedur harus dikaji ketika dilakukan standar operasi baku tersebut.
k. Program medis
Perluasan program medis untuk personel yang berpotensi terpapar oleh agen patogen harus berdasarkan pada bahaya dan akibat yang spesifik dari aktivitas laboratorium.
Pada investigasi terhadap paparan akibat kecelakaan atau infeksi yang tidak disengaja, tujuan utama dari program medis harus mencakup cara mencegah penyakit.
Pembentukan program tersebut membutuhkan tujuan yang jelas dan rencana yang sesuai untuk mencapai tujuan yang telah dibuat. Komponen program medis, meliputi:
preplacement examination, periodic monitoring evaluation, dokumentasi paparan akibat
Bab 11
Persyaratan Fasilitas 71
kecelakaan, studi epidemiologi penyakit terkait paparan, pelacakan penyakit yang tidak biasa, imunisasi, dan postemployment evaluation. Program tersebut juga harus dilibatkan dalam membentuk rekomendasi untuk mengurangi paparan terhadap bahan biologis berbahaya (misalnya, penggunaan BSC, penggunaan perangkat perlindungan diri, atau perubahan dalam praktik pekerjaan).