BAB II PAPARAN DATA DAN TEMUAN
D. Faktor pendukung dan penghambat implementasi program
7. Mandiri
Madrasah Aliyah (MA) Syaikh Zainuddin NW Anjani boarding school menanamkan juga karakter mandiri, sebagaimana penuturan salah satu siswa, menjelaskan:94
Karakter mandiri itu terbangun selama di asrama ketika dididik untuk selalu bertanggungjawab dengan tugas masing-masing yang sudah diberikan.Semisal, belajar mandiri merapikan tempat tidur, pakaian, tugas pelajaran yang diberikan oleh para pengasuh dan tugas-tugas lain yang dituntut untuk mengerjakannya secara individu. Sebelum di asrama biasanya tidak pernah melakukan hal demikian, karena semuanya itu sudah dibereskan sama orang tua, semisal merapikan pakaian, tempat tidur dan makanan sudah tersedia.
D. Faktor Pendukung dan Penghambat Implementasi Program Boarding
Berdasarkan hal di atas, penliti melakukan wawancara terkait masalah kedua faktor tersebut:
a. Faktor Pendukung
Peneliti berhasil mewawancarai salah satu pengasuhnya menjelaskan terkait dengan faktor pendukung implementasi program boarding school di Madrasah Aliyah (MA) Syaikh Zainuddin NW Anjani menjelaskan:95
Salah satu yang menjadi faktor keberhasilan dalam mengimplementasikan program boarding school di Madrasah Aliyah (MA) Syaikh Zainuddin NW Anjani adalah faktor lingkungan.Lingkungan yang dibangun adalah lingkungan yang berbasis religius.Salah satu contohnya yaitu menerapkan pola-pola akhlak al-karimah baik kepada guru, pengasuh dan teman.Lingkungan religius ini juga ditekankan pada semua program yang harus ditaati oleh para siswa dan masing-masing program tersebut mempunyai hukuman apabila dilanggar.Misalkan, pengajian rutin setiap malam, shalat wajib secara berjama’ah di mushalla dan program yang lainnya.Tujuan dari semua program tersebut adalah pembiasaan.Jika para siswa terbiasa dengan hal itu, maka terbentuklah karakter religius dalam dirinya.Maka, secara otomatis menjadi bagian dalam hidupnya.
Prihal di atas, Ketua asrama sekaligus pengasuh di Madrasah Aliyah (MA) Syaikh Zainuddin NW Anjani juga mengungkapkan bahwa:96
Prilaku yang dibina atau lingkungan yang diciptakan di asrama dan di madrasah adalah prilaku religius.Prilaku ini sudah menjadi kewajiban bagi para siswa untuk ditampilkan disemua kondisi.Oleh sebab itu, prilaku religius ini dari awal masuk sudah dibiasakan supaya terbentuk karakter para siswa.
95Fu’ad Zaini, Waka Kesiswaan/Pengasuh Boarding School, Wawancara, 5 Februari 2020.
96Lukmanul Hakim, Guru, Wawancara, 5 Februari 2020.
Aspek lain yang menjadi pendukung implementasi program boarding school di Madrasah Aliyah (MA) Syaikh Zainuddin NW Anjani sebagaimana penjelasan Wakil Kepala Madrasan bagian Sarana dan Prasarana/pengasuh, menjelaskan:97
Mushalla yang berada dilingkungan Madrasah menjadi multi fungsi dalam kegiatan keagamaan para siswa atau menjadi faktor pendukung dalam melaksanakan kegiatan- kegiatan para siswa. Basis kegiatan keagamaan di asrama bertempat di mushalla seperti shalat lima waktu secara berjama’ah, kajian kitab kuning, tahfidz al-Qur’an, dan belajar pidato tiga bahasa dan kegiatan-kegiatan yang berkaitan. Pola-pola semacam itulah dibina di asrama untuk membentuk karakter religius para siswa.
Hal yang sama juga disampaikan oleh salah satu pengasuh asramanya menjelaskan:98
Selain mushalla sebagai kegiatan sentral dalam membentuk karakter para siswa, Madrasah Aliyah (MA) Syaikh Zainuddin NW Anjani juga memiliki aula sebagai sentral kegiatan ke asramaan.Aula dan mushalla dilingkungan asrama dimanfaatkan sebagai sentral semua kegiatan ekstra kurikuler. Semisal kajian kitab kuning, belajar nahu sharef, belajar tiga bahasa, debat menggunakan tiga bahasa, belajar pidato, dan kegiatan lainnya.
Faktor pendukung lainnya dalam meningkatkan kedisiplinan para siswa kaitannya dengan pola interaksi di lingkungan asrama, yaitu:99
Menerapkan pola interaksi religius. Di antaranya membiasakan untuk selalu mengamalkan sunnah Rasul.
Terutama memperbaiki akhlak kepada guru, pengasuh dan teman asrama. Dilanjutkan dengan amalan-amalan
97Mustakim, Waka Sarpras, Wawancara, 5 Februari 2020
98 Marzoan, Pengasuh Asrama, Wawancara,6 Juni 2020.
99 Ahyar Rasidi, Pengasuh Asrama, Wawancara,6 Juni 2020
sunnahlainnya. Semisal, cara berpakaian, berbicara, makan, kebersihan, kedisiplinan, toleransi, dan prilaku religius lainnya.
Hal lain yang berkaitan dengan pola interaksi yang dibangun di Madrasah Aliyah (MA) Syaikh Zainuddin NW Anjani berdasarkan penjelasan salah satu pengasuhnya menyatakan bahwa:100
Pola interaksi yang dibangun di asrama oleh para pengasuh sebagai hasil kesepakatan bersama yang harus dilaksanakan yaitu: pola interaksi berbasis religius. Semisal seputar masalah muamalah yang sudah dijelaskan dalam kitab-kitab fiqih mazhab Syafi’i.dengan tujuan supaya para siswa terbentuk karakter religius sesuai dengan akhlak Qur’an dan Akhlak Rasul.
b. Faktor Penghambat
Salah satu yang menjadi penghambat pengimplementasi program boarding school setelah melakukan observasi di lokasi penelitian dan ini sekaligus menjadi dampak dari penerapannya yaitu keletihan fisik para siswa.Padatanya program dan aktivitas di dalamnya berpengaruh sekali pada ketahanan fisik peserta didik, sehingga menyebabkan siswa banyak yang ngantuk, kelelahan dan bahkan cederung menjadikan siswa terkadang malas mengikuti program-program atau kegiatan-kegiatan di luar jam sekolah dan berdampak pula pada saat jam sekolah.101
100 Syamsul Jihad, Pengasuh Asrama, Wawancara, 6 Juni 2020
101Hasil observasi faktor pendukung dan penghambat program boarding school.
5 Maret 2020
Hal tersebut di atas senada dengan yang diungkapkan oleh salah satu siswa Madrasah Aliyah (MA) Syaikh Zainuddin NW Anjani menjelaskan:102
Hal yang paling menjadikan tantangan besar dalam pelaksanaan boarding school ini adalah kecapean yang menyebabkan ngantuk dan malas menjalankan kegiatan disebabkan karena terlalu banyak dan padatnya program yang harus diikuti.Ini salah satu dampak negatifnya yang menjadikan faktor penghambat kami dalam mengikuti program boarding school ini.Di samping itu juga, mengenai dampak positifnya sangat banyak juga sebagai faktor pendukungnya programnya dan bisa dilihat dari program- program unggulan di dalamnya.
Hal sama juga diungkap oleh salah satu pengasuhnya ketika peneliti mewawancarainya, menuturkan bahwa:103
Beberapa kendala yang menjadi kesulitan kami dalam menjalankan program boarding school itu adalah keletihan para siswa setelah mengikuti banyaknya kegiatan, terlihat jelas sekali ketika mereka dalam mengikuti kegiatan, di antara mereka banyak yang lesu dan ngantuk dalam mengikuti beberapa kegiatan dan ini semua sebenarnya tergantung pada suasana iklim dan suasana batin mereka. Ini terlihat ketika mereka mengikuti kegiatan malam dan juga pada saat mengikuti pelajaran di sekolah pun tidak menutup kemungkinan ada salah satu dari mereka ketiduran di dalam kelas, disebabkan karena tengah malamnya mereka ada program shalat qiyamul lail.
Salah satu guru yang mengampu pelajaran formal juga berpendapat demikian yakni guru Matematika yang berhasil peneliti wawancarai, mengungkapkan:104
Para siswa pada saat mengikuti pelajaran masih ada yang lesu dan ketiduran.Ini disebabkan karena mereka terlalu padat kegiatannya.Dan kita para guru faham hal itu, di
102Muhdason Hazami, siswa, Wawancara, 6 Juni 2020.
103Marzoan, Pengasuh program boarding school, Wawancara, 6 Juni 2020.
104Muh. Hipni, Guru Matematika, Wawancara, 6 Juni 2020.
samping disebabkan karena iklim cuaca juga menjadi pengaruhnya.Sebagai contoh, jam pelajaran menjelang siang waktu zuhur.Pada waktu merupakan waktu-waktu kelesuan dan kelelahan fisik yang menyebabkan mereka lemah dan cenderung mengantuk.
Kondisi di atas mendapatkan direspon yang sama ditanggapi oleh kepala MA Syaikh Zainuddin NW Anjani yang berhasil peneliti wawancarai mengenai keluhan para siswa sebagai faktor penghambat pelaksanaan boarding school ini, menjelaskan:105
Dampak keletihan karena padatnya jadawal yang harus mereka ikuti berpengaruh besar pada motivasi belajar mereka.Itu semua merupakan hal yang sangat wajar ditemukan dan dirasakan para siswa.Karena fisik ini butuh istirahat juga dan itu manusiawi.Tapi, untuk menyikapi hal ini, para guru dan pengasuh kita bekali dengan beberapa metode khusus dalam menanggulangi hal itu dan terbukti mampu mengurangi keadaan itu walaupun tidak 100%
berhasil ditanggulangi.
Selain dari faktor keletihan para siswa di atas, peneliti penemukan masalah lain yang dihadapi sekolah dalam mengimplementasikan program boarding school tersebut. Salah satu menjadi penghambatnya adalah pengasuhnya. Ini berdasarkan pada hasil wawancara peneliti dengan kepala sekolahnya, menjelaskan:106
Salah satu menjadi kesulitan dalam menjalankan program boarding school yaitu mencari guru atau pengasuh yang cocok untuk sekolah berasrama.Sekolah-sekolah tinggi keguruan tidak memproduksi guru-guru sekolah berasrama.
Akibatnya, masing-masing guru dan pengasuh asrama mendidik dengan penge-tahuan yang dimilikinya berdasarkan pada pengalamannya selama berada di asrama
105Ihsan, Kepala Madrasah/Penanggung jawab Boarding School, Wawancara, 5 Juni 2020.
106Ihsan, Kepala Sekolah. Wawancara, 7 Juni 2020.
dan itu bersifat kondisional sekali yang sangat ditentukan oleh keadaan dilingkungan itu sendiri. Guru sekolah (mata pelajaran) bertugas hanya untuk mengampu mata pelajarannya, sementara pengasuh punya cara tersendiri dalam mengasuh siswa di asrama. Terkadang terjadi kontra terhadap pola yang berbeda antara guru dan pengasuh asrama. Contoh, pengasuh asrama menggunakan metode kedisiplinan yang ketat kepada para siswa sementara guru terkadang menggunakan metode tidak terlalu ketat dan cenderung melonggarkan.Sehingga ini yang menjadi penghambat dalam peng-imple-mentasian program boarding school.
Keadaan di atas juga di sampaikan oleh salah satu guru yang mengajar di kelas formal, menjelaskan:107
Pola mendidik yang tidak sama menjadi penghambat dalam pengimplementasian program boarding school. terlihat ketika para siswa menuturkan pola yang berbeda antara guru dan pengasuh. Sehingga menjadikan siswa bingung antara mengikuti guru atau pengasuh asrama.Contoh, ketika siswa mengeluh karena salah satu pengasuh sangat tegas kepada siswa yang malas menjalankan kegiatan-kegiatan.Sementara guru kelas formal biasa-biasa saja.
Selain dari faktor di atas. Ada faktor lain yang peneliti temukan terkait masalah penghambat berjalannya program boarding school, yaitu faktor sekolah dan asrama terletak dalam satu lokasi. Dampak dari keadaan ini salah satu guru mengungkapkan:108
Umumnya sekolah-sekolah berasrama berada dalam satu lokasi dan dalam jarak yang sangat dekat sangat berpengaruh menciptakan kondisi emosional yang berdampak pada kejenuhan bagi para siswa. Karena lingkungan yang dirasakan itu monoton dan itu-itu terus apalagi para siswa berada dilokasi tersebut dalam jangka waktu yang sangat lama.Ini yang menjadi salah satu kendala dan penghambat dalam pengimplementasian program boarding school.
107Nisfiya Ramdoniati, guru kelas formal. Wawancara 6 Juni 2020.
108Muhammad Husni, Wakaur. Wawancara, 5 Juni 2020.
Faktor yang berbeda peneliti temukan terkait masalah penghambat dalam mengimplementasikan program boarding school yaitu Latar belakang siswa yang heterogen.Berbedanya pola asuh sebelum para siswa berada dilingkungan asrama menjadi pemicu dan penghambat dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan di asrama. Hal diungkapkan oleh pengasuh asrama MA Syaikh Zainuddin NW Anjani mengungkapkan:109
Aspek yang salah satu dari sekian penghambat dalam mengimplentasikan program boarding school yaitu prilaku siswa cenderung beragam yang dipengaruhi oleh lingkungan dan pola asuh orang tua yang tidak sama antara satu siswa dengan siswa lainnya. Siswa yang memiliki karakter yang berbeda dipengaruhi oleh kultur dan lingkungan tempat tinggalnya. Masing-masing siswa akan membawa kebiasaannya ke asrama, begitu sampai pada kebiasaan yang berbeda di asrama memberikan dampak kepada pembentukan karakter yang sudah diprogramkan dalam sistem boarding school di asrama.
Artinya guru dan pengasuh akan merasa kesulitan membentuk karakter siswa karena siswa memiliki latar belakang kebiasaan yang berbeda dengan di asrama, di mana di rumahnya siswa biasa bermain tanpa ada pengawasan ketat dari orang tua dan masyarakat.
109Ahmad Parijan, Ketua Komite dan Guru, Wawancara, 6 Juni 2020.
BAB III