• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PAPRAN DATA DAN TEMUAN

C. Faktor Pendukung dan Penghambat Dalam Mengembangkan

1. Faktor Pendukung

C. Faktor Pendukung dan Penghambat Dalam Mengembangkan

Hal ini sesuai dengan hasil wawancara beberapa narasumber sebagai berikut:

Menurut Hamzan Wadi selaku sekretaris Madrasah Diniyah Taubatannasuha mengungkapkan bahwa:

Faktor yang mendukung dari keberlansungan diniyah ini adalah factor yang paling kuat yaitu dukungan dari masyarakat, tanpa adanya dukungan tersebut diniyah ini tidak akan bertahan sampai dengan saat ini. Masyarakat disini begitu antusias dengan adanya diniyah ini, dari pertama terbentuknya diniyah masyarakat setempat sangat-sangat mendukung mulai dari pembiayaan yang berbentuk sumbangan, dukungan yang tidak henti-hentinya sampai sekarang.153

Menurut Wardani selaku pengurus diniyah beliau menuturkan bahwa

Tanpa adanya dukungan dari dari masyarakat tokoh agama dan pemerintah desa kami tidak akan berani untuk membangun dan menjalankan diniyah ini. Melalui dukungan- dukungan inilah kami semakin mantap untuk membangun lembaga non formal, dukungan yang kami sangat berarti bagi kami, tidak hnya dukungan secara mental namun juga dukungan secara materill juga banyak yang masuk ke kami sehingga diniyah ini bisa berjalan.154

Menurut H.Samratu Puadi selaku Pembina diniyah mengungkapkan bahwa:

Dukungan-dukungan yang telah diberikan oleh desa tidak hanya melalui dukungan lisan namun juga banyaknya bantuan yang diterima dari pihak desa untuk operasional diniyah baik itu dapat berupa sarana maupun dana.155

153Hamzan Wadi, Wawancara, Batu Keliang Desa Pejanggik, 08 Maret 2020.

154Wardani, Wawancara, Batu Keliang Desa Pejanggik, 10 Maret 2020.

155H.Samratu Puadi,Wawancara, Batu Keliang Desa Pejanggik, 08 Maret 2020

Menurut Bapak Murdan selaku masyarakat setempat menuturkan bahwa:

Kami sangat senang dengan adanya diniyah ini karena ada tempat kami menyerahkan pendidikan agama yang sekaranag ini mulai memudar untuk anak-anak kami karena itulah kami sangat antusias sekali dengan adanya Diniyah Taubatannasuha. Bahkan kami tidak akan takut untuk memberikan sejumlah bayaran perbulan untuk diniyah asalkan diniyah tetap berjalan, karena kami rasakan sendiri manfaatnya seperti apa.156

b. Motivasi yang tinggi dari pengurus

Menurut Saiful Hanan selaku ketua menyatakan bahwa:

Motivasi kami sebenarnya sangat tinggi karena kami melihat bagaimana kondisi ilmu agama pada zaman sekarang ini kami ingin menghidupkan kembali apa yang sudah lama hilang dari tradisi masyarakat yaitu pengajian untuk anak- anak sehingga pengetahuan dan akhlak anak-anak zaman dulu di rasa lebih baik, maka dari itu kami bertekad untuk membina adek-adek kami melalui diniyah ini dengan memadukan pengajian tradisional dan pengajian masa kini dengan harapan pengetahuan gama dan akhlak adek-adek kami dapat di kembangkan dan juga memiliki adaptasi yang baik terhadap perkembangan zaman.

c. Kerjasama yang Baik antara Penguus dengan Berbagai Pihak Hartawan selaku Humas Menyatakan bahwa:

Kerjasama yang baik dengan semua pihak akan memudahkan lembaga untuk mencapai semua tujuan pendidikan maka dari itu kami huga selaku pengurus diniyah menajlin hubungan baik dengan berbagai pihak baik itu dengan tingkat santri sampai dengan para pejabat dan pihak-pihak lainnya. Hingga sampai saat ini sudah banyak masukan yang kami terima terkait untuk kemajuan diniyah agar di kemudian hari diniyah yang kami kelola dapat semkain baik dan berkembang.157

156Bapak Murdan, Wawancara, Batu Keliang Desa Pejanggik, 12 Maret 2020

157Hartawan, Wawancara, Batu Keliang Desa Pejanggik, 01 Maret 2020.

2. Faktor Penghambat a. Pembiayaan yang kurang

Pembiayaan atau dana merupakan faktor yang penting demi kelancaran sebuah kegiatan, tanpa adanya dana suatu kegiatan tidak akan bisa berjalan dengan lancar. Kurangnya pembiayaan menjadi salah satu faktor penghambat dalam melakukan suatu proses pembelajaran. Pembiayaan yang kurang dalam diniyah ini adalah pembiayaan dalam hal gaji para ustadz/ah serta dana untuk membeli sarana dan prasarana.

Hal itu sesuai dengan yang diungkapkan oleh Saiful Harpan bahwa:

Faktor yang menjadi penghambat salah satunya adalah kurangnya pendanaan atau biaya untuk menggaji para ustadz hal itu dikarenakan Madrasah Diniyah Taubatannasuha ini belum mendapatkan SK dari pemerintah karena pihak-pihak yang terkait belum menyetujui hal itu. Oleh karena itu para ustadz yang mengajar disini agak tidak disiplin dikarenakan honorer mereka yang tidak menentu setiap bulannya.158

b. Kurangnya Sarana dan Prasarana

Menurut Saiful Harpan mengungkapkan bahwa:

Faktor yang menjadi penghambat juga adalah kurangnya sarana dan prasarana yang dipicu oleh kurangnya pembiayaan. Terbatasnya sarana dan prasarana belajar di Madrasah Diniyah Taubatannasuha seperti: kurangnya ruang kelas untuk kelas A, kurangnya buku pegangangan karena santri yang terlalu banyak, toilet yang masih satu belum ada

158Saipul Harpan, Wawancara, Dusun Jerobuwih Desa Pejanggik, 01 Maret 2020.

perbedaan antara santri laki-laki dan perempuan. Dan kita harapkan itu semua bisa ditangani dengan baik.159

c. Perkembangan Teknologi

Faktor penghambat yang selanjutnya yaitu perkembangan teknologi yang begitu pesat yang menimbulkan berbagai dampak bagi kehidupan.

Menurut Saiful Hanan mengungkapkan bahwa:

Perkembangan teknologi yang semakin canggih memberikan dampak yang positif maupun negatif bagi kehidupan.

Pengawasan dari orang tua akan anak-anaknya berkembangnya teknologi saat ini sangatlah penting, agar nantinya anak-anak tidak terpengaruh dengan dampak negatif. Misalnya anak-anak lebih suka maen game hp daripada belajar ngaji. Untuk itu dengan adanya diniyah ini kita harapkan anak-anak akan terus belajar mengaji dan tidak hayut dalam dampak negative yang diberikan oleh perkembangan teknologi ini.160

Modernisasi yang ditandai dengan perkembangan teknologi di segala bidang memberikan dampak yang cukup besar bagi perkembangan anak. Oleh karena itu dengan adanya pendidikan diniyah ini diharapkan mampu menjaga serta memberikan dampak yang positif bagi kehidupan.

159Saipul Harpan, Wawancara, Dusun Jerobuwih Desa Pejangik, 10 Maret 2020.

160Saiful Hanan, Wawancara, Dusun Jerobuwih Desa Pejanggik, 13 Februari 2020.

104

PEMBAHASAN

A. Peran Madrasah Diniyah Taubatannasuha Dalam Mengembangkan Pendidikan Islam Bagi Anak di Desa Pejanggik

Madrasah Diniyah Taubatannasuha merupakan salah satu lembaga pendidikan non formal di Desa Pejanggik yang mengajarkan pendidikan agama Islam kepada anak-anak yang belum terpenuhi melalui jalur sekolah atau pendidikan formal. Hal ini sesuai dengan teori Dahlina Sari Saragih daalam jurnal yang ditulis oleh Dahlina Sari Saragih yang berjudul, “Madrasah diniyah Takmiliyah Awwaliyah” dijelaskan bahwa madrasah diniyah merupakan salah satu lembaga pendidikan keagamaan non formal yang mengajarkan tentang ilmu-ilmu agama secara terus- menerus yang diharapkan mampu memberikan pendidikan agama Islam khususnya kepada anak didik yang belum terpenuhi melalui jalur sekolah serta cara pengajarannya melalui sistem klasikal dan penerapannya menurut jenjang pendidikan.161

Dengan adanya Diniyah Taubatannasuha sebagai bukti eksistensi atas pengembangan pendidikan agama Islam bagi anak di Desa Pejanggik.

Dengan adanya Diniyah Taubatannasuha anak tidak hanya mendapatkan teori-teori pendidikan agama Islam namun juga memperaktikkan atau

161Dahlina Sari saragih, dkk, ‘’ Dinamika Madrasah Diniyah Takmiliyah,’’, Edu Riligia, Vol 3, Nomor 2, Januari-Maret 2019, hlm 99.

mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini sesuai dengan peran Diniyah Taubatannasuha, yakni:

1. Mengajarkan Pendidikan Agama Islam di Luar Lembaga Formal Dalam Jurnal Fathurrahman disebutkan bahwa Madrasah Diniyah bertujuan untuk memberikan tambahan pengetahuan agama kepada peserta didik yang kurang menerima pelajaran di sekolah- sekolah umum dalam rangkan meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah swt.162 Pendidikan agama Islam yang diberikan di sekolah umum dengan alokasi waktu yang cukup terbatas dinilai belum mampu menjadikan anak didik kepada penguasaan serta pengamalan ajaran agama Islam.

Berkaitan dengan hal tersebut Madrasah Diniyah Taubatannasuha menerapkan program belajar fokus ilmu agama dengan standar kitab kuning yang tidak diajarkan di sekolah-sekolah formal sehingga alokasi waktu maksimal untuk pembelajran agama.

Biasanya kitab kuning yang diajarkan di Madrasah Diniyah Taubatannasuha ini memuat pelajaran-pelajaran yang berisikan pelajaran agama Islam yang berkaitan dengan fardu-fardu ain yang wajib diketahui oleh umat muslim. hal ini sesuai dengan teori Sururin yang mengatakan bahwa kitab kuning adalah kitab-kitab yang berisi

162Fathur Rahman dan Ach, Maimun ”Madrasah diniyah Takmiliyah (MDT) Sebagai Pusat Pengetahuan Agama Masyarakat Perdesaan’’, Arul Islam, Vol. 01, Nomor 1, Januari 2016, hlm 76.

tentang ilmu-ilmu keislaman yang ditulis menggunakan bahasa arab, melayu, jawa atau bahasa-bahasa lokal di Indonesia dengan sistematika klasik serta menggunakan kertas yang berwarna kuning.163 Yang memiliki beberapa manfaat diantaranya yaitu:

a. Memperdalam ilmu keislaman

b. Menjawab persoalan-persoalan yang ada

c. Memberikan banyak pengetahuan tentang Islam

d. Memberikan implikasi terhadap perkembangan zaman.164

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan dapat dideskripsikan bahwa dengan adanya pembelajaran kitab kuning yang diterapkan pada Madrasah Diniyah Taubatannasuha memberikan beberapa manfaat dan respons positif bagi anak-anak diantaranya yaitu:

a) Mudah Memahami Ilmu Agama Islam

Madrasah Diniyah Taubatannasuha mempunyai posisi yang begitu penting dalam mengembangkan pendidikan agama Islam bagi anak. Melalui Madrasah Diniyah Taubatannasuha sebagai salah satu lembaga non formal yang berbasis keagamaan memberikan langkah alternatif bagi para orang tua untuk membantu dalam mendidik anak-anak mereka akan pendidikan agama Islam dan salah satu program diniyah adalah melalui pengajaran kitab kuning. Melalui pelajaran kitab kuning yang

163Mustafa, “Kitab Kuning Sebagai Literatur Keislkaman dalam Konteks Perpustakaan Pesantren”, Jurnal Tibandaru, Vol 02, hlm. 3

164Ibid., hlm 6.

diberikan anak-anak diharapkan mampu memahami akan pentingnya ilmu agama dan menjadi pribadi yang bertakwa kepada Allah swt. Dari hasil penelitian bahwa ada perbedaan anatara anak- anak yang mengikuti diniyah dan yang tidak mengikuti diniyah, perbedaan tersebut terlihat pada tingkat pengetahuan agama anak di sekolah formal. Di sekolah formal terlihat bahwa anak yang mengikuti diniyah memiliki tingkat pengetahuan yang lebih tinggi di bidang agama.

b) Menambah Wawasan Pengetahuan Agama Islam

Melalui pendidikan diniyah anak-anak akan terus mendapatkan tambahan ilmu agama. Meskipun seorang anak bisa belajar agama di pendidikan formal (sekolah) maupun pendidikan informal (keluarga) akan terasa berbeda jika anak juga mendapat tambahan ilmu dari luar seperti Madrasah Diniyah Taubatannasuha ini, melalui para ustadz sebagai pengajar anak-anak akan terus menambah pengetahuan ilmu agamanya. Hal ini dibuktikan dengan adanya perbedaan antara anak yang mengikuti diniyah dengan anak yang tidak mengikuti diniyah. Anak yang mengikuti diniyah akan tahu dan paham ilmu agama dan kesannya anak-anak yang mengikuti diniyah memiliki prestasi di bidang agama yang cukup bagus.

2. Memberikan Pembiasaan dan Pengamalan Ajaran Agama Islam Berdasarkan Peraturan Menteri Agama Nomor 13 Tahun 2014 bahwa pendidikan keagamaan bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilan peserta didik untuk menjadi ahli agama Islam yang dapat mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-hari.165 Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang diperoleh peneliti menunjukkan bahwa Madrasah Diniyah Taubatannasuha tidak hanya mengajarkan materi-materi agama Islam melainkan juga melakukan pembiasaan seperti membiasakan anak- anak untuk berdoa terlebih dahulu, kemudian sholat ashar berjamaah, menghafal doa sehari-hari, pembiasaan bertutur kata halus, Murottal juz 30 serta menghafal beberapa sholawat dan do’a setelah sholat.

3. Membentuk Keterampilan Anak.

Keterampilan merupakan aspek yang sangat penting bagi pendidikan karena peserta didik belajar tidak hanya belajar untuk aspek kognitif (pengetahuan) tetapi juga aspek pengetahuan tersebut harus bisa diaplikasikan dalam sebuah tindakan pengamalan (keterampilan). Dalam hal ini, Madrasah Diniyah Taubatannasuha menerapkan beberapa bidang kesenian sebagai penambah atau sebagai daya tarik tersendiri untuk membentuk keterampilan anak melalui kesenian marawis.

165 PMA Nomor 13 Tahun 2014 tentang Pendidikan Keagamaan Islam

Marawis merupakan kesenian islami yang berisi lantunan- lantunan syair yang berisikaan pujian-pujian kepada Tuhan Yang Maha Esa serta showat kepada baginda Nabi yang diiringi dengan alat musik tetabuhan yang bernama marawis.166 Yang memiliki beberapa fungsi diantaranya yaitu:

a. Sebagai sarana dakwah b. Sebagai sarana hiburan c. Sarana pendidikan.167

Sebagai salah satu program Madrasah Diniyah Taubatannasuha marawis merupakan salah satu kegiatan kesenian Islami yang di gunakan sebagai wadah untuk melatih keterampilan anak dalam kesenian islami, di dalam marawis ini juga dapat di masukkan untaian lagu islami dan di bungkus rapi dengan pujian kepada Allah dan sholawat Nabi sehingga tidak hanya aspek keterampilan yang di dapatkan namun juga aspek amalan ibadah dan pengetahuan dapat di tingkatkan.

Peran Madrasah Diniyah Taubatannasuha sangatlah strategis dalam mengembangkan pendidikan agama Islam bagi anak di Desa Pejanggik baik itu perannya untuk mengajarkan pendidikan agama Islam di luar lembaga non formal, pembiasaan pengamalan ajaran agama Islam dan membentuk keterampilan anak. Hal ini karena

166 Munawwaroch, “Bentuk pertunjukan Marawis An-Nafis di SMA Darul Ulil Albab warureja Kabupaten Tegal”, (Skripsi FBD UNNES Semarang, Semarang, 2018), hlm. 26

167Ibid, hlm. 27

banyak program-program yang dilaksanakan dalam Diniyah Taubatannasuha yang menerapkan kurikulum pendidikan agama Islam. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Agama Nomor 13 tahun 2014 Tentang Pendidikan Keagamaan Islam yang menjelaskan bahwa kurikulum madrasah diniyah takmiliyah terdiri atas pendidikan agama Islam yang paling sedikit meliputi:

a. Al-Qur’an b. Hadist c. Fiqih d. Akhlak

e. Sejarah Kebudayaan Islam f. Bahasa Arab.168

Berdasarkan penelitian di lapangan dapat dideskripsikan data mengenai bentuk-bentuk program yang diterapakn di Diniyah Taubatannasuha, sebagai berikut:

a. Murotal Al-Qur’an Juz 30 b. Belajar Kitab Kuning c. Praktik Tata Cara Ibadah d. Menghafal Mufrodat e. Menghafal doa sehari-hari f. Pembiasaan bertutur kata halus

168Peraturan Menteri Agama Nomor 13 tahun 2014 Tentang Pendidikan Keagamaan Islam, hlm. 14

g. Klakar (Syair Sasak) h. Marawis

Dari program di atas, menunjukkan bahwa Diniyah Taubatannasuha telah menerapkan kurikulum pendidikan agama Islam. Program Murotal al-Qur’an 30 menerapkan materi Al-Qur’an, menghafal mufrodat menerapkan materi bahasa arab, akhlakul banin dan pembiasaan bertutur kata halus merupakan materi akhlak dan program praktik tata cara ibadah menerapkan materi fikih. Sedangkan program Klakar (syair sasak) dan Marawis adalah program lokal yang diterapkan oleh para pengurus Diniyah Taubatannasuha untuk membentuk keterampilan dalam mengembangkan pendidikan agama Islam bagi anak.

Dari beberapa uraian mengenai peran serta program yang dilaksanakan Madrasah Diniyah Taubatannasuha dalam mengembangkan pendidikan agama Islam bagi anak sesuai dengan teori Departemen Kementerian Agama Republik Indonesia yang menjelaskan bahwa, beberapa peran diniyah diantaranya, peranan keagamaan pada hakikatnya pendidikan madrasah diniyah tumbuh dan berkembang berdasarkan motivasi agama untuk mengefektifkan penyiaran dan pengamalan ajaran-ajaran agam a Islam yang dilakukan dalam bentuk pembinaan pengetahuan tentang keagamaan. Serta peranan pembinaan mental dan keterampilan, pendidikaan madrasah

diniyah tidak hanya diselenggarakan untuk mengembangkan pendidikan agama Islam tetapi juga untuk membina mental akhlak santri serta meningkatkan keterampilan.169

Peran Madrasah Diniyah Taubatannasuha sejalan dengan tujuan pendidikan nasional yang bertujuan untuk menciptakan manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta menciptakan manusia yang berilmu, cakap kreatif serta mandiri.

Sebagaimana yang di jelaskan dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 yakni, “Berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa, kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”

B. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Mengembangkan Pendidikan Islam Bagi Anak di Desa Pejanggik

1. Faktor Pendukung

Faktor pendukung ialah faktor yang menjadi kekutan bagi lembaga untuk selalu eksis dan semakin maju dalam mengembangkan pembelajaran termasuk lembaga non formal juga sangat membutuhkan dukungan dari semua pihak baik itu dukungan langsung maupun dukungan tidak langsung.

169Departemen Agama RI Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, Pondok Pesantren dan Madrasah Diniyah, (Jakarta: 2003), hlm. 64-65.

Hasil wawancara di temukan bahwa kekuatan dari Madrasah Diniyah Taubatannasuah ialah karena adanya dukungan dari masyarakat, tokoh-tokoh agama serta pemerintah desa setempat, adanya motivasi yang tinggi dari pengurus dan menjalin kerjasama yang baik dari berbagai pihak.

Dukungan ini karena masyarakat sejak dulu menginginkan hal tersebut agar anak-anak mereka ada tempat untuk belajar ngaji, begitupun juga dengan dukungan dari dukungan tokoh agama yang sangat antusias dengan adanya madrasah diniyah ini agar mereka ada wadah dan tempat untuk mengalamalkan ilmu dan bisa mengajarkan anak-anak penerus Desa Pejanggik. Dukungan dari pemerintah desa ialah berkisar dari banyaknya bantuan yang datang pemerintah desa baik bantuan dalam bentuk pemberian alat tulis dan pemberian dana operasional dari pemerintah desa.

Motivasi yang tinggi dari pengurus dilatar belakangi oleh kesadaran mereka terhadap pentingnya menjaga serta mengamalkan ilmu agama. Oleh karena itu pihak dari pengurus sangat antusias dalam mengembangkan dan memajukan Madrasah Diniyah Taubatannasuha ini dan mencoba menjalin hubungan yang baik dari berbagai pihak, mulai dari masyarakat setempat, tokoh-tokoh agama, pemerintah desa hingga para pejabat.

2. Faktor Penghambat

Dalam sebuah lembaga tentunya tidak akan pernah bisa lepas dari adanya masalah maupun kesulitan yang akan menjadi faktor penghambat dalam sebuah keberlansungan lembaga atau instansi.

Madrasah Diniyah Taubatannasuha tentunya memiliki faktor-faktor penghambat dalam mengembangakan pendidikan agama Islam bagi anak di Desa Pejanggik. Diantara faktor-faktor tersebut yaitu:

Pembiayaan yang Kurang, Kurangnya Sarana dan Prasarana, dan Perkembangan teknologi.

Hambatan yang pertama yaitu soal pendanaan, dana merupakan hal yang sangat penting dalam suatu instansi pendidikan yang akan mendukung keberlansungan sebuah proses pembelajaran, tanpa adanya pendanaan tentunya proses pembelajaran akan sedikit terhambat.

Madrasah Diniyah Taubatannasuha memiliki sedikit hambatan dalam hal pendanaan, pendanaan yang kurang menjadikan gaji para ustadz tidak menentu, hal inilah yang menjadikan para ustadz tidak terlalu disiplin dalam melakukan kewajibannya.

Hambatan yang kedua yaitu kurangnya sarana dan prasarana.

Sarana dan prasarana merupakan faktor utama yang akan mendukung sebuah proses pembelajaran, menurut hasil wawancara serta observasi yang telah dilakukan peneliti bahwa terbatasnya sarana dan prasarana merupakan salah satu faktor penghambat dalam proses belajar

mengajar, terbatasya sarana dan prasarana meliputi: ruang kelas A yang belum ada sehingga para santri belajar di rumah TGH. M.Thoyyib Hamzah, kurangnya buku pegangan karena santri yang terlalu banyak, belum adanya perbedaan antara toilet laki-laki dan perempuan.

Hambatan yang ketiga yaitu perkembangan teknologi.

Modernisasi yang berkembang dalam segala bidang ditandai dengan perkembangan teknologi yang begitu pesat, memberikan dampak yang cukup berpengaruh bagi kehidupan baik dampaknya yang positif maupun dampaknya yang negatif. Dalam hal ini pengawasan orang tua terhadap anak-anaknya begitu penting agar nantinya anak-anak tidak terpengaruh dengan dampak yang negatif seperti: Sinetron, HP Android yang berisi konten tidak mendidik seperti tik tok, youtobe dan lain sebagainya yang tidak sejalan dengan pembinaan akhlak mulia. Tanpa adanya pengawan dari orang tua dikhawatirkan anak tidak akan bisa menyaring informasi yang mendidik serta bermanfaat dengan informasi yang tidak bermanfaat sehingga hal itu akan berpengaruh pada kesehariannya contohnya: anak-anak akan lebih suka bermain game online daripada mengaji.

Madrasah Diniyah Taubatannasuha sebagai salah satu lembaga non formal yang memiliki peran yang cukup andil bagi masyarakat dalam hal pengembangan pendidikan keagamaan dihrapkan mampu menjaga serta memberikan dampak yang positif bagi anak-anak agar

tidak tenggelam dalam dampak negatif perkembangan teknologi yang sedang berkembang pesat saat ini.

117 PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Peran Madrasah Diniyah Taubatnnasuha dalam mengembangkan pendidikan Islam bagi anak di desa pejanggik, sebagai berikut:

a. Mengajarkan Pendidikan Agama Islam di Luar Lembaga Formal b. Memberikan Pembiasaan Pengamalan Ajaran Agama Islam c. Membentuk Keterampilan Anak

2. Faktor pendukung dan penghambat dalam mengembangkan pendidikan Islam bagi anak

Adapun faktor pendukung dalam mengembangkan pendidikan Islam bagi anak yaitu: adanya dukungan dari masyrakat, tokoh agama serta pemeintah desa, motivasi yang tinggi dari pengurus dan adanya kerja sama yang baik antara pengurus dengan berbagai pihak.

Sedangkan faktor-faktor penghambatnya yaitu: Pendanaan yang kurang, keterbatasan sarana dan prasarana dan perkembangan teknologi.

B. Saran

1. Bagi Pengurus Madrasah Diniyah Taubatannasuha

a. Perlu adanya penataan kembali mengenai administrasi yang lengkap seperti: Daftar hadir santri, daftar hadir ustadz dan lain sebaginya.

b. Sebaiknya menggunakan metode yang bervariasi dalam proses pembelajarana agar para santri tidak cepat bosan ketika belajar 2. Bagi Tokoh Agama/Masyarakat

Sebaiknya para tokoh agama/ masyarakat mempunyai perhatian yang lebih terhadap keberlansungan Madrasah Diniyah Taubatannasuha sebagai wadah dalam mengembangkan nilai-nilai ajaran Islam.

119

Abdul Hamid dan Beni Ahmad Saebani, Fikih Ibadah. Bandung: CV Pustaka setia, 2015.

Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran. Bandung: PT remaja Rosdakarya, 2014.

Abdul Rahman Shaleh, Pendidikan Agama dan Pembangunan Watak Bangsa.

Jakarta: PT RajaGrafindo, 2005.

Abu Ya’la Kurnaesdi dan Nizar Sa’ad, Metode Asy-Syafi’I, terj. Ahmad Zakariya, dkk. Jakarta: Pustaka Iman Syafi’I, 2010.

Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana, 2010.

Abudin Nata, Pendidikan dalam Perspektif Al-quran. Jakarta: UIN Pres Jakarta,2005.

Aliyah, “Pesantren Tradisional Sebagai Basis Pembelajaran Nahwu dan Sharaf dengan Menggunakan Kitab Kuning”, At-Ta’rib, Vol 6, Nomor 1, 2018.

Arif Rahman Hakim, “Mempermudah Pembelajaran Ilmu Nahwu pada Abad ke 20”, Al-Maqoyis, Vol 1, Nomor 1, Januari-Juli 2013.

Arifin, Kapita Selekta Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 2000.

Arina Maftukhati, “Impelentasi Pendidikan Diniyah bagi Santri Putri yang Bersekolah SMP-SMA di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi-ien Ngunut Tulungagung’’. Skripsi, FTK, UIN Maulana Malik Ibrahim, Malang, 2016.

Bukhari Umar, Hadis Tarbawi Pendidikan dalam Perspektif Hadis. Jakarta:

Amzah, 2014.

Burhanuddin Abdullah, Pendidikan Islam Sebagai Sebuah Disipiln Ilmu.

Yogyakarta: Pustaka Prisma, 2010.

Dahlina Sari Saragih, dkk, ‘’Dinamika Madrasah diniyah Takmiliyah Awwa/liyah’’. Edu Riligia, Vol 3, nomor 2, Januari-Maret 2019.

Dokumen terkait