• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

F. Kerangka Teori

1. Madrasah Diniyah

a. Pengertian Madrasah Diniyah

Madrasah diniyah adalah lembaga pendidikan non formal sebagai tempat belajar ilmu agama mulai dari tingkat anak-anak sampai dengan tingkat dewasa (umum). Jika kita dilihat dari susunan kata yangterdapat pada madrasah diniyah terdiri dari dua perpaduan suku kata yaitu madrasah dan diniyah. Secara etimologi kata “madrasah

berasal dari isim masdar yang kemudian kata “darasa” mempunyai arti tempat belajar.14 Sedangkan kata diniyah diambil dari masdarnya yaitu “ad-din” mempunyai makna keagamaan, jika dilihat dari dua struktur kata tersebut yang kemudian dijadikan menjadi satu maka madrasah diniyah berarti tempat belajar masalah keagamaan khususnya agama Islam.15 Biasanya madrasah diniyah ini sering diemukan di tempat-tempat keagamaan seperti majelis ta’lim, masjid

14Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2010), hlm. 199.

15Fathur Rahman dan Ach, Maimun ”Madrasah diniyah Takmiliyah (MDT) Sebagai Pusat Pengetahuan Agama Masyarakat Perdesaan’’, Arul Islam, Vol. 01, Nomor 1, Januari 2016, hlm 76.

maupun musholla. Pada umumnya, pengajaran yang terdapat di madrasah diniyah masih menggunakan gaya pengajaran yang klasik dalam proses pembelajaran.

Dalam jurnal yang ditulis oleh Dahlina Sari Saragih yang berjudul,

“Madrasah diniyah Takmiliyah Awwaliyah” dijelaskan bahwa madrasah diniyah merupakan salah satu lembaga pendidikan keagamaan non formal yang mengajarkan tentang ilmu-ilmu agama secara terus-menerus yang diharapkan mampu memberikan pendidikan agama Islam khususnya kepada anak didik yang belum terpenuhi melalui jalur sekolah serta cara pengajarannya melalui sistem klasikal dan penerapannya menurut jenjang pendidikan. Madrasah diniyah jika dilihat dari pelajaran yang diajarkan memuat pelajaran-pelajaran yang berisikan mater-materi pelajaran keagamaan yang bermaterikan fikih, alquran hadis, tauhid dan pelajaran-pelajaran agama yang termuat lainnya serta diajarkan bagaimana tata cara pelaksanaan ibadah atau praktek ibadah dalam kehidupan sehari-hari. dengan adanya materi agama yang cukup lengkap diharapkan peserta didik mampu menguasai ilmu-ilmu agama yang telah diajarkan.16

Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Keagamaan Pasal 1 ayat (3) dijelaskan bahwa: pendidikan keagamaan merupakan pendidikan yang memberikan pelajaran tentang

16Dahlina Sari Saragih, dkk, ‘’Dinamika Madrasah diniyah Takmiliyah Awwaliyah’’, Edu Riligia, Vol 3, nomor 2, Januari-Maret 2019, hlm. 99.

keagamaan dan mencetak ahli atau orang yang paham tentang agama serta menguasai dan bisa mengamalkan ajaran agamanya. Kemudian salah satu dari pendidikan keagamaan yang disebutkan dalam Pasal 1 Ayat (3) tersebut adalah pendidikan diniyah, pendidikan diniyah merupakan pendidikan keislaman yang dilaksanakan melalui semua jenjang pendidikan. Pendidikan yang dimaksud melaui semua jenjang pendidikan adalah pendidian diniyah yang diselenggarakan mulai dari tingkat SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA sampai dengan Perguruan Tinggi.

Dari beberapa uraian tentang madrasah diniyah diatas dapat disimpulkan bahwa madrasah diniyah adalah lembaga pendidikan di luar sekolah yang mengajarkan berbagai pengetahuan tentang agama Islam dan masih sangat dibutuhkan dalam kehidupan masyarakat saat ini karena pendidikan agama sangatlah penting untuk mencetak generasi yang gemilang. Oleh karenanya, pendidikan agama Islam harus diterapkan sejak usia dini agar rasa keimanannya semakin kuat nantinya ketika mereka beranjak dewasa. Dengan adanya pendidikan diniyah ini para peserta didik diharapkan mampu mengamalkan pelajaran-pelajaran yang telah didapatkan dalam kegiatan pembelajaran madrasah diniyah.

b. Dasar Penyelenggaraan Madrasah Diniyah

Dalam kehidupan ini semua yang dilakukan harus berangkat dari dasar atau tolak ukur yang menjadi landasan dalam melakukan segenap aktivitas. Kehidupan manusia yang dilakukan tentunya menggunakan pedoman hidup dan landasan hukum yang menjadi pegangan atau pedoman hidupnya dalam menjalani kehidupan pribadi, kehidupan bermasyarakat maupun kehidupan bernegara. Dalam melaksanakan semua pelaksanaan kegiatan tentunya rangkaian pelaksanaan program madrasah diniyah tentunya juga menggunakan landasan dasar yang digunakan dalam melaksanakan serangkaian semua kegiatannya.

Dalam penulisan ini peneliti hanya membatasi pada dasar religius (agama) dan dasar yuridis (hukum).

1) Dasar religius (agama)

Dasar religius adalah dasar-dasar yang bersumber dari al- Qur’an maupun al-Hadis yang bisa menjadi pegangan atau pedoman dalam pelaksanaan dan pembelajaran agama Islam yang salah satunya pelaksanan madrasah diniyah yang bersumber dari al-Quran maupun al-Hadis.17 Sebagaimana Firman Allah dalam Q.S. Al-Hajj [22] ayat 32 yang berbunyi:

َرِئ ِآَعَش ْمَّظَعُي ْنَم َو ِٰاللّ

ْن ِم اَهَّن ِإَف ِب ْوُلُقْلا ى َوْق َت

17 M. Jamhuri, “Upaya Pendidikan Diniyah dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa pada Materi Fikih di Madrasah Miftahul Ulum Pruten Ngumbal Pasuruan”, Al-Murabbi, Vol 2, Nomor 2, Juni 2017, hlm. 320.

Artinya: “Dan barangsiapa mengagungkan syiar-syiar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati.”18

Kemudian hadis Rasulullah yang berbunyi

ُسِمَتْلَي اًقْي ِرَط َكَلَس ْنَم َّهَس اًمْلِع ِهْيِف

ُٰاللّ َل ْلا ىَلِإ اًقْي ِرَط ُهَل ِةَّنَج

Artinya: “Baranag siapa yang menempuh jalan menuntut ilmu, akan dimudahkan Allah jalan untuknya ke surga.” (H.R Muslim, At-Tirmidzi, Ahmad, dan Al-Baihaqi).19

Dengan demikian, pendidikan diniyah telah mencerminkan pendidikan agama Islam yang bersumber dari dua pegangan hidup umat muslim yang sejati, sehingga pendidikan diniyah ini merupakan pendidikan yang berbasis keislaman yang mampu mempertahankan eksistensinya dari dulu sampai seakarang.

2) Dasar yuridis (hukum)

Dasar yuridis merupakan dasar-dasar pelaksanaan pendidikan agama yang bersumber dari peraturan perundang-undangan yaitu peraturan secara langsung maupun tidak lansung.20 Dalam pelaksanaan pendidikan agama secara yuridis meliputi pandangan hidup yang asasi sampai dasar yang bersifat operasional.

Adapun dasar-dasar tersebut adalah sebagai berikut:

18Kementerian Agama Islam Republik Indonesia, Al-Quran Al-Karim dan Terjemahannya, (Surabaya: Halim, 2014), hlm. 336.

19Bukhari Umar, Hadis Tarbawi Pendidikan dalam Perspektif Hadis, (Jakarta: Amzah, 2014), hlm.12.

20Faza Maulida, ‘’Peran Madrasah diniyah dalam pengembangan Akhlakul Karimah’’, (Skripsi, FTK UIN Walisongo, Semarang, 2018), hlm.12.

a) Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

b) Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Keagamaan.

c) Peraturan Menteri Agama Nomor 13 Tahun 2014 tentang Pendidikan Keagamaan Islam.

Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 3 dijelaskan bahwa:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Selanjutnya, untuk memperjelas pernyataan dalam undang- undang tersebut, maka Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan menyatakan bahwa pendidikan keagamaan adalah pendidikan yang memberi pendidikan kepada peserta didik untuk mengamalkan ajaran agama yang dianutnya untuk menjadi ahli ilmu agama, kemudian bentuk dari pendidikan agama Islam itu terdiri dari pendidikan diniyah dan pendidikan pesantren. Kemudian Peraturan Menteri Agama Nomor 13 Tahun 2014 menjelaskan tentang

bentuk-bentuk dari pondok pesantern dan madrasah diniyah serta sistem pembelajarannya.

Perlu diketahui bahwa untuk mewujudkan pembentukan manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa serta berakhlak mulia, dalam pendidikan nasional dibutuhkan lembaga-lembaga lainnya yang mendukung peranan lembaga keagamaan. Lembaga pendidikan keagamaan sangat penting peranannya untuk mewujudkan pendidikan nasional. Oleh sebab itu Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 telah menjelaskan tentang Sistem Pendidikan Keagamaan, kemudian dipertegas lagi oleh Peraturan Pemerintah Nomor 55 tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan, selanjutnya dipertegas dan dirincikan lagi oleh Peraturan Menteri Agama Nomor 13 Tahun 2014 Tentang Pendidikan Keagamaan Islam.

c. Bentuk-bentuk Madrasah diniyah

Pendidikan madrasah diniyah sebagaimana yang telah dipaparkan dalam PMA Nomor 13 Tahun 2014 bahwa pendidikan diniyah dilaksanakan untuk melengkapi, memperkaya dan memperdalam ilmu pengetahuan agama Islam pada jenjang pendidikan SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/MA dan Perguruan Tinggi atau sederajat dalam rangka meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah Swt.

Selanjutnya Sistem dari pembelajaran diniyah mempunyai 2 macam sistem yaitu jalur formal dan jalur non formal. Jalur formal biasanya ditemukan di pondok-pondok pesantren serta mempunyai sistem kelas seperti di sekolah atau madrasah yang mempunyai jenjang-jenjang pendidikan mulai dari pendidikan tingkat SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA sampai dengan Pendidikan Tinggi. Pendidikan diniyah formal ini sering digunakan di dalam pondok-pondok pesantren yang biasanya menginginkan para santrinya untuk menguasai ilmu agama Islam ketika nantinya mereka keluar dari pondok pesantren. Sedangkan pendidikan diniyah nonformal diselenggarakan secara berjenjang yaitu mulai pendidikan diniyah tingkat Ula/awaliyah yaitu setara dengan tingkat SD/MI, Diniyah Wusto’ yaitu tingkat SMP/MTs, diniyah ulya yaitu tingkat SMA/SMK/MAK/MA atau sederajat.

1) Pendidikan diniyah Ula/awaliyah atau pendidikan Madrasah Diniyah Awaliyah (MDA) merupakan satuan pendidikan keagamaan luar sekolah (non formal) yang menyelenggarakan pendidikan agama Islam tingkat dasar.

2) Pendidikan Madrasah Diniyah Wusto’ (MDW) yaitu pendidikan keagamaan yang diselenggarakan untuk pendidikan menengah sebagai lanjutan pengembangan pengetahuan agama yang didapatkan dari diniyah awaliyah tingkat dasar.

3) Pendidikan Madrasah Diniyah Ulya (MDU) merupakan satuan pendidikan keagamaan yang menyelenggarakan pendidikan agama Islam pada jalur luar sekolah (nonformal) untuk pendidikan menengah atas sebagai lanjutan pengetahuan agama Islam dan mengembangkan pendidikan yan didapatkan dari madrasah diniyah wusto’.21

Dalam Peraturan Menteri Agama Nomor 13 Tahun 2014 Tentag Pendidika Keagamaan Islam Pasal 47 dijelaskan bahwa

Pendidikan Diniyah Takmiliyah bisa diselenggarakan oleh masyarakat secara mandiri maupun secara terpadu dengan satuan pendidikan lainnya. Madrasah diniyah takmiliyah dapat diselenggarakan oleh pesantren, pengurus masjid, pengelola pendidikan formal dan nonformal, organisasi kemasyarakatan Islam dan lembaga sosial keagamaan lainnya yang dilaksanakan di masjid, musolla, ruang kelas, atau ruangan lain yang memenuhi syarat.

Dengan demikian, pendidikan Madrasah Diniyah Takmiliyah mempunyai 2 macam bentuk, Yang Pertama menggunakan jalur formal dan menggunakan sistem kelas seperti di sekolah atau madrasah yang biasa digunakan di pondok pesantren dan bisa mengembangkan ke khasan masing-masing dari pesantren itu sendiri. Yang Kedua, pendidikan madrasah diniyah yang diselenggarakan melalui jalur nonformal yang biasa berkembang di tengah-tengah masyarakat sampai sekarang. Adapun sistem pembelajaran dari pendidikan diniyah formal dengan pendidikan diniyah nonformal mempunyai sistem tingkatan

21Mujawwil Qohhar, Menggagas Pendidikan Islam (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014). Hlm.106-107.

yang sama yaitu mulai dari tingkat diniyah ula, diniyah wusto, dan diniyah ulya. Adpaun letak perbedaan pendidikan madrasah diniyah formal dan nonformal yaitu madrasah diniyah formal menggunakan tingkatan SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA sebagai tingkat pendidikan pembelajaran agama dalam setiap proses pendidikannya. Sedangkan dalam madrasah diniyah nonformal menggunakan sistem jenjang dengan ilmu yang sudah dimiliki sebelumnya jika mulai dari dasar (diniyah ula) maka, harus mengikuti dari kelas dasar (diniyah ula) sekalipun sebenarnya umurnya sudah di kelas wustha.

d. Peran Madrasah Diniyah

Menurut Departemen Kementerian Agama Republik Indonesia, peran madrasah diniyah dalam sistem pendidikan nasional mempunyai peranan yang penting dalam pelaksanaan pendidikan nasioanldiantaranya yaitu:

1) Peranan Instrumental, maksudnya pendidikan madrasah diniyah sebagai salah satu alat untuk mendukung dan mencapai tujuan dari sistem pendidikan nasinal sehingga terjadi hubungan yang dinamis atau kolaborasi antara tujuan pendidikan secara umum (nasioanal) dan tujuan pendidikan keagamaan (keagamaan).

2) Peranan keagamaan, pada hakikatnya pendidikan madrasah diniyah tumbuh dan berkembang berdasarkan motivasi agama untuk mengefektifkan penyiaran dan pengamalan ajaran-ajaran agama

Islam yang dilakukan dalam bentuk pembinaan pengetahuan tentang keagamaan. Hal itu sejalan dengan tujuan dari pendidikan nasional yang bertujuan untuk menciptakan manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

3) Peranan memobilisasi masyarakat, dalam hal ini peranan madrasah diniyah bagi masyarakat memiliki peranan yang sangat penting untuk memberikan pendidikan agama islam kepada putra-putrinya.

4) Peranan pembinaan mental dan keterampilan, pendidikaan madrasah diniyah tidak hanya diselenggarakan untuk mengembangkan pendidikan agama Islam tetapi juga untuk membina mental akhlak santri serta meningkatkan keterampilan, hal itu sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yaitu menciptakan manusia yang berilmu, cakap kreatif serta mandiri.22

Sedangkan peranan madrasah diniyah secara umum mempunyai beberapa peran yaitu:

1) Pemelihara Tradisi Keagamaan

Madrasah diniyah sangat berperan penting dalam pembentukan watak religius anak bangsa yang mampu mencetak generasi yang paham agama seperti kyai/ulama, ustadz/ustadzah dan lain sebagainya. Pendidikan madrasah diniyah merupakan bagian dari sistem pembelajaran pesantren yang diajarkan

22Departemen Agama RI Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, Pondok Pesantren dan Madrasah Diniyah, (Jakarta: 2003), hlm. 64-65.

melalui jalur formal, kemudian berkembang di tengah-tengah masyarakat melalui jalur pendidikan non formal. Sehingga pendidikan madrasah diniyah harus dikembangkan dan dilestarikan untuk menjaga tradisi keagamaan yang telah dijalankan sejak dulu.

2) Penopang Pendidikan Keluarga

Tingkat pendidikan orang tua yang rendah dan kurang pemahaman tentang pentingnya pendidikan keluarga mengakibatkan anak memiliki kepribadian yang tidak mencerminkan kepribadian yang religius dan bermoral. Hal ini yang mendorong para orang tua untuk menyerahkan anak kepada madrasah diniyah, yang dipandang dapat mendidik anak dengan ajaran-ajaran agama, dan memberikan kesibukan kepada anak dengan kegiatan-kegiatan positif.

3) Pendidikan Sosial Anak

Sebagai tempat belajar agama, pendidikan madrasah diniyah juga memberikan pendidikan sosial bagi anak, dalam hal ini madrasah diniyah mampu mengondisikan lingkungan sosial di sekitarnya. Proses pembelajaran yang terjadi di lingkungan mdrasah diniyah memberikan dampak positif bagi pertumbuhan dan perkembangan pada anak.

4) Penunjang dalam Pencapaian Tujuan Pendidikan Nasional Tujuan dari pendidikan nasional yaitu membentuk manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakahlak mulia, namun dalam sistem pembelajaran di sekolah pelajaran agama hanya diajarkan 2 jam dalam setiap minggu, jauh dari tujuan pendidikan nasional yang sebenarnya. Hal demikian berarti bahwa kedudukan pendidikan madrasah diniyah menjadi sangat penting sebagai penunjang sistem pendidikan formal. Pentingnya tersebut terletak dalam perannya sebagai penutup kekurangan dari sistem pendidikan agama di jalur formal. oleh karenanya, pendidikan madrasah diniyah begitu penting dalam mewujudkan cita-cita dari tujuan pendidikan nasional.

5) Pendidikan Alternatif Khusus Agama

Pendidikan madrasah diniyah memiliki peranan yang sangat penting dalam memberikan penanaman-penanaman nillai Islam yang positif terhadap anak didik, sehingga dengan adanya pendidikan madrasah diniyah anak mampu membedakan perbuatan yang baik dan buruk, mampu membedakan yang sunnah dan yang wajib. Melalui penanaman nilai-nilai Islam pada anak dapat membentuk keperibadian yang islami dan memberikan pondasi keimanan yang kuat sehingga mereka

mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari melalui ibadah yang dikerjakannya.23

Dokumen terkait