• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

F. Kerangka Teori

2. Pendidikan Islam

mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari melalui ibadah yang dikerjakannya.23

َنْي ِذَّلا َو َن ْوُمَلْعَي َنْي ِذَّلا ى ِوَتْسَي ْلَه َن ْوُمَلْعَي َلا

Artinya: “Adakah akan bersamaan orang yang berpengtahuan dengan orang yang tidak berpengatahuan?”.27

Kedua ayat tersebut menjelaskan bahwa seseorang yang mempunyai pengetahuan akan diangkat derajatnya oleh Allah lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki ilmu pengetahauan karena orang yang mempunyai ilmu pengetahuan dengan orang yang tidak mempunyai ilmu pengetahuan tidaklah sama dihadapan Allah swt. Dari kedua ayat tersebut sangatlah jelas bahwa pendidikan sangat ditekankan pada setiap umat manusia terutama mempelajari pendidikan agama Islam bagi umat muslim.

Pendidikan Islam merupakan proses mengubah tingkah laku setiap individu pada kehidupan, pribadi, masyarakat, dan alam sekitarnya, dengan cara pengajaran sebagai suatu aktivitas asasi dan sebagai profesi di anatara profesi asasi dalam masyarakat.28 Menurut Yusuf al- Qardawy bahwa pendidikan Islam merupakan pendidikan manusia yang seutuhnya mulai dari akal serta hatinya, rohani serta jasmaninya dan akhlak serta keterampilannya.29

Ahmad Fu’ad al-Ahwany berpendapat bahwa pendidikan Islam adalah pendidikan yang memuat pelajaran agama, akhlak serta amal

27Kementerian Agama Islam Republik Indonesia, Al-Quran Al-Karim dan Terjemahannya, (Surabaya: Halim, 2014), hlm. 459.

28Bukhari Umar, Ilmu Pendidikan Islam, ( Jakarta: Amzah, 2011), hlm. 27.

29 Burhanuddin Abdullah, Pendidikan Islam Sebagai Sebuah Disiplin Ilmu, (Yogyakarta:

Pustaka Prisma, 2010), hlm. 15.

perbuatan yang bertujuan untuk mendidik dan mencerdaskan akal.30 Menurut Dr. Muhammad Fadhil Al-Jamili bahwa pendidikan Islam merupakan upaya dalam mengembangkan, mendorong, serta mengajak manusia menjadi lebuh maju dengan berlandaskan nilai-nilai yang tinggi serta mulia, sehingga terbentuk pribadi yang lebih sempurna, baik yang berkaitan dengan akal, perasaan, maupun perbuatan.31

Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan Islam merupakan suatu proses mengubah tingkah laku seseorang yang mampu membentuk seorang muslim menjadi insan yang seantiasa bertakwa kepada Allah swt dengan tujuan menjalankan segala syariat yang dengan pengetahuan agama yang dimiliki.

b. Materi Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Islam yang diselenggarakan melalui pendidikan jalur non formal tentunya mempunyai materi-materi pengajaran agama Islam yang tidak jauh berbeda dengan pendidikan formal yang memuat pelajaran-pelajaran agama Islam di antaranya yaitu:

1) Al-Quran dan Hadist

Al-Quran dan al-Hadis merupakan dua sumber hukum Islam yang paling utama.32 Al-Quran merupakan firman Allah yang

30 Ibid., hlm. 16.

31Bukhari Umar, Ilmu Pendidikan Islam, ( Jakarta: Amzah, 2011), hlm. 28.

32Fadlan Fahamsyah, “Fikih Pemahaman Tekstual dan Kontekstual”, STAI Ali bin Abi Thalib Surabaya, Vol. IX, Nomor 1, Maret 2019, hlm. 72.

diturunkan kepada Nabi Muhammad saw melalui malaikat jibril dengan ajaran yang berkenaan dengan semua amal perbuatan.

Sedangkan al-hadis adalah segala yang dinukilkan kepada Nabi Muhammad saw baik berupa perkataan, perbutan maupun ketetapan.33 Sebagai umat muslim tentunya mempelajari al-Quran merupakan keharusan yang harus dilakukan oleh setiap umat Islam karena al-Quran merupakan pedoman hidup manusia yang tidak bisa lepas dari sendi-sendi kehidupan manusia. Sesuai sabda Nabi Muhammad saw bahwa:

ُهَمَّلَع َو َن آ ْرُقْلا َمَّلَعَت ْنَم ْمُك ُرْيَخ

Artinya: “Sebaik-baik kamu adalah orang yang mau belajar al- Quran dan mau mengajarkannya.”34

Dari hadis Rasulullah tersebut dapat dipahami bahwa mempelajari al-Quran merupakan keharusan bagi setiap muslim, begitu juga dengan mempelajari al-Hadis. Pelajaran al-Quran dan al-Hadis merupakan salah satu pelajaran yang termuat dalam materi-materi pelajaran agama Islam baik itu pembelajaran agama Islam yang dilakukan di jalur sekolah maupun pembelajaran yang dilakukan di luar jalur sekolah. Biasanya pelajaran al-Quran maupun al-Hadis yang didapatkan melalui jalur luar sekolah

33M. Jamhuri, “Upaya Pendidikan Diniyah dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa pada Materi Fikih di Madrasah Miftahul Ulum Pruten Ngumbal Pasuruan”, Al-Murabbi, Vol 2, Nomor 2, Juni 2017, hlm. 320.

34Abu Ya’la Kurnaesdi dan Nizar Sa’ad, Metode Asy-Syafi’I, terj. Ahmad Zakariya, dkk, (Jakarta: Pustaka Iman Syafi’I, 2010), hlm.iii.

mencangkup pelajaran-pelajaran mengenai cara membaca al- Quran, makhorijul huruf, Tajwid dan lain sebagainya yang menyangkut pelajaran al-Quran, sedangkan pelajaran al-Hadis yang biasa dipelajari dalam tingkat anak-anak yaitu membaca hadis, menghafal dan menulis hadis.

2) Fikih

Fikih merupakan pemahaman yang mendalam mengenai hukum-hukum Islam yang dihasilkan melalui hasil ijtihad para fukaha.35 Pelajaran fikih perlu diterapkan dalam kehidupan sehari- hari dan perlu diterapkan sejak dini agar pengamalan tentang syariat-syariat Islam bisa menjadi tuntunan hidupnya dalam mengerjakan segala yang berkaitan dengan ibadah.36 Mempelajari fikih merupakan hal yang harus dilakukan sebagaiamana yang disebutkan dalam kitab “Ta’limul Muta’alim” karangan Syekh Az- Zarnuji yang berbunyi:

اَق ُلَضْفَا َهْقِفل ْا َّن ِ اَف ْهَّقَفَت ىَلِا *ِدِئ

ِص اَق ُل َدْعَا َو ى َوْقَّتلا َو ِ رِبلْا ِد

Artinya: “Carilah ilmu fikih, karena sesungguhnya ilmu fikih itu sebaik-baik tuntunan untuk menuju kebaikan, takwa selurus-lurus kehendak.

35Abdul Hamid dan Beni Ahmad Saebani, Fikih Ibadah, (Bandung: CV Pustaka setia, 2015), hlm. 12.

36Muhammad Norhadi, “ Relasi Iman dan Fikih”, el-Mashlahah Journal, Vol 9, Nomor 1, 2019, hlm. 65.

ْا َوُه * ى َدُهل ْا ِنَنُس ىَل ِا ىِد اَهْا ُمْلِعلْا َوُه ِعْيِمَج ْنِم ى ِجْنُي ُنْص ِحل

ِدِئ ا َدَّشاا

Artinya: “Ilmu fikih itu dapat memberikan jalan menuju petunjuk dan ilmu fikih itu dapat menjadi benteng yang dapat menyelamatkan dari berbagai bencana.

ا ىَلَع ُّدَشَا * اًع ِ ر َوَتُم ٍد ِحا َو اًهْيِقَف ن ِاَف ِدِب اَع ِفْلَا ْنِم ِن اَطْيَّش ل

Artinya: “Karena sesungguhnya bagi orang-orang yang benar mengerti akan ilmu fikih, lagi sempurna wira’inya (menjauhi perkara haram), adalah dirasakan berat bagi setan daripada seribu orang ahli ibadah yang tidak mengerti ilmu fikih.37

Dari ungkapan di atas, dapat dipahami bahwa mempelajari ilmu fikih merupakan pondasi seorang muslim utuk mengerjakan segala syariat Islam seperti solat, puasa, zakat dan lain sebagainya.

3) Tauhid

Tauhid merupakan pondasi utama yang harus ada pada tiap- tiap umat muslim, dengan tauhid semua aktivitas dalam kehidupan akan menentukan kualitas kehidupan.38 Tauhid adalah mengesakan Allah atau menolak segala persamaan pada zat Allah, sifat, maupun perbuatanya.39 Pelajaran tentang tauhid perlu sekali ditanamakan kepada anak-anak agar mengetahui serta meyakini akan adanya Tuhan. Ketauhidan telah banyak disebutkan dalam surah-surah al-

37Syekh Az-Zarnuji, Terjemah Ta’limul Muta’allim, terj. Noor Aufa Shiddiq, (Surabaya:

Al-hidayah), hlm. 5.

38Kadar M. Yusuf, Tafsir Tarbawi, (Jakarta: Amzah, 2017), hlm. 2.

39Siti Sa’adiyah Shafik dan Nor Suhaily Abu Bakar, “Tauhid Membina Keutuhan Akidah Islam”, Masyarakat Kontemporari, Jild 2, 2009, hlm. 81.

Quran salah satunya dalam Q.S Al-Hasyr [59] ayat 22 yang berbunyi:

ُالل َوُه ُنمْح َرَّلا َوُه ِةَد اَهَّشلا َو ِبْيَغلْا ُمِل اَع َوُه َّلآ ِإ َهل ِإ لآ ىِذَّلا

ُمْي ِحَّلا

Artinya: “Dialah Allah yang tiada Tuhan selain dia. Yang Maha Tahu akan yang gaib dan yang nyata. Dialah yang maha pengasih dan maha penyayang“.40

Mempelajari tauhid perlu ditanamkan pada anak-anak mulai dari lingkungan keluarga, lingkunggan masyarakat hingga pend idikan formal (sekolah) maupun pendidikan non formal.

pendidikan non formal yang berbasis keagamaan akan sangat menunjang pengetahuan tentang ketauhidan bagi anak-anak terutama pendidikan madrasah diniyah.

4) Akhlak

Setiap umat Islam memiliki akhlak terpuji menjadi keharusan agar dapat membentuk dan mengamalkan nilai-nilai Islam dalam bentuk tingkah laku, baik dalam hubungan dengan Allah, hubungan sesama manusia serta hubungan manusia dengan alam.41 Dalam kitab-kitab klasik telah diajarkan tata cara menjaga akhlak,

40Kementerian Agama Islam Republik Indonesia, Al-Quran Al-Karim dan Terjemahannya, (Surabaya: Halim, 2014), hlm. 548.

41Zakiyah Drajat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara), hlm. 173.

oleh karenanya diwajibkan bagi setiap umat Islam agar menjaga akhlaknya.42

5) Bahasa Arab

Selain ilmu agama, bahasa arab merupakan salah satu bagian dari mata pelajaran keagamaan yang sering diajarkan, salah satu hal yang terpenting dalam mempelajari bahasa arab yaitu dengan mempelajari ilmu nahwu dan sharaf.43 Ilmu nahwu merupakan kaidah yang penting dalam belajar bahasa arab,44 begitu juga dengan ilmu sharaf, kedua ilmu tersebut dikenal dengnan ilmu alat yang berfungsi untuk membaca literatur bahasa arab.45 Salah satu kitab yang sering digunakan dalam mempelajari ilmu nahwu yaitu kitab “Matan Jurumiyah” yang popular dan sangat masyhur dipakai dalam mempelajari nahwu di semua kalangan.46

c. Tujuan Pendidikan Islam

Setiap kegiatan yang dilaksanakan tentunya mempunyai tujuan tersendiri. Tentunya tujuan itu harus direncanakan terlebih dahulu

4242Syekh Az-Zarnuji, Terjemah Ta’limul Muta’allim, terj. Noor Aufa Shiddiq, (Surabaya:

Al-hidayah), hlm. 6.

43 Aliyah, “Pesantren Tradisional Sebagai Basis Pembelajaran Nahwu dan Sharaf dengan Menggunakan Kitab Kuning”, At-Ta’rib, Vol 6, Nomor 1, 2018, hlm. 10.

44 Arif Rahman Hakim, “Mempermudah Pembelajaran Ilmu Nahwu pada Abad ke 20”, Al-Maqoyis, Vol 1, Nomor 1, Januari-Juli 2013.

45Rodiyah Zaenuddin, “Pembelajaran Nahwu Sharaf dan Implikasinya Terhadap Membaca dan Memahami Literatur Bahasa Arab Kontemporer pada Santri Pesantren Majelis Tarbiyatul Mubtadi Ien Desa Kempek Kecamatan Gempol, Kabupaten Cirebon”, Holistik, Vol 13, Nomor 01, Juni 2012, hlm. 95.

46Aliyah, “Pesantren Tradisional Sebagai Basis Pembelajaran Nahwu dan Sharaf dengan Menggunakan Kitab Kuning”, At-Ta’rib, Vol 6, Nomor 1, 2018, hlm. 10.

46 Arif Rahman Hakim, “Mempermudah Pembelajaran Ilmu Nahwu pada Abad ke 20”, Al-Maqoyis, Vol 1, Nomor 1, Januari-Juli 2013.

sebelum melaksanakan sebuah kegiatan agar proses berjalannya kegiatan bisa berjalan terarah dan menghasilkan sesuatu, sehingga tujuan dari sebuah kegiatan itu sangat mempengaruhi jalannya proses pelaksanaan sebuah kegiatan.

Dilihat dari tujuan pendidikan agama yang bertujuan untuk membentuk manusia yang islami dan didasari dengan iman dan takwa kepada Allah sebagai sumber mutlak yang harus ditaaati oleh pemeluknya.47 Maka tujuan pendidikan Islam menurut Al-Ghazali yaitu mendekatkan diri kepada Allah swt untuk mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat.48

Sebagaimana firman Allah Swt dalam Q.S Al-Hujarat [49] ayat 13 yang berbunyi:

َّنِإ اَقْتَأ ِ ٰاللّ َدْنِع ْمُكَم َرْكَأ ْمُك

Artinya: “Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi allah ialah orang yang paling bertakwa”.49

Kemudian hadis Rasulullah saw yang berbunyi:

ْنَع ُالل َي ِض َر َة َرْي َرُه ىِبَأ ُل ْوُس َر َلِئُس ُهْنَع

ِالل ِهْيَلَع ُ َّاللّ ىَّلَص

اَّنلااُم َرْك َأ ْنَم ْمَّلَس َو َِّ ِلِل ْمُه اَقْتَأ َل اَق ِس

Artinya: “Abu Hurairah r.a meriwayatkan bahwa Rasulullah saw ditanya tentang siapa orang yang paling mulia. Beliau

47M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Bina Aksara, 1987), cet ke-1, hlm.

119.

48Bukhari Umar, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Amzah, 2011), hlm. 61.

49Kementerian Agama Islam Republik Indonesia, Al-Quran Al-Karim dan Terjemahannya, (Surabaya: Halim, 2014), hlm. 517.

menjawab,“Orang yang paling bertakwa kepada Allah.” (H.R. Al-Bukhari).50

Menurut Yahya bahwa tujuan pendidikan Islam adalah memberikan pemahaman ajaran-ajaran Islam kepada peserta didik dan membentuk keluhuran budi pekerti sebagaimana Rasululah sebagai pengemban amanat penyempurnaan akhlak manusia.51Adapun menurut Abdul Fattah Jalal bahwa tujuan pendidikan islam ialah terwujdunya manusia sebagai hamba Allah.52

Ibnu Khaldun merumuskan bahwa tujuan pendidikan Islam terbagi atas dua macam, yaitu tujuan yang beriorentasi ukhrawi, yaitu membentuk seorang hamba agar melakukan kewajiban kepada Allah, dan tujuan yang beriorentasi duniawi yaitu membentuk manusia yang mampu menghadapi segala tantangan kehidupan, agar hidupnya lebih layak dan bermanfaat bagi orang lain.53 Oleh sebab itu, pendidikan Islam tentunya mempunyai nilai-nilai yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan hidup manusia, sehingga bisa mendorong manusia untuk meraih kehidupan yang haikiki dan dapat memadukan antara kepentingan dunia dan akhirat.54

50Bukhari Umar, Hadis Tarbawi, ( Jakarta: Amzah, 2014), hlm. 29.

51Bukhari Umar, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Amzah, 2011), hlm. 64.

52Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif islam, (Bandung: Rosdakarya, 2011), hlm.46.

53Bukhari Umar, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Amzah, 2011), hlm. 63.

54M.taufik, Kreatifitas Jalan Baru Pendidikan Islam, (Mataram: LEPPIM IAIN Mataram, 2012), hlm. 133.

Tujuan pendidikan Islam merupakan bagian dari tujuan pendidikan nasional yaitu mengembangkan potensi-potensi yang ada di dalam diri peserta didik agar menjadi manusia yang senantiasa beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia, berilmu, cakap, kreatif mulia dan mandiri.55 Oleh karena itu tujuan pendidikan agama Islam tidak bisa lepas dari tujuan pendidikan nasional karena keduanya saling berkaitan dan saling menyeimbangi.

Dengan demikian, sangatlah jelas bahwa tujuan dari pendidikan Islam selalu identik dengan tujuan hidup seorang muslim yaitu seorang muslim yang selalu beribadah dengan maksud meningkatkan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan mempunyai kepribadian sempurna yang bisa berguna bagi dirinya dan berguna bagi masyarakat. tidak hanya itu, tujuan pendidikan agama Islam sangat berpengaruh pada tujuan pendidikan nasional yaitu mewujudkan manusia yang beriman kepada Tuhan Yang Mahas Esa.

d. Komponen-komponen Pendidikan Islam

Dalam sebuah instansi atau lembaga pendidikan tentunya mempunyai sistem yang terdiri dari beberapa komponen yang termuat dan berkaitan antara satu dengan yang lain sehingga tercapai suatu

55Ibid., hlm. 16. M.taufik, Kreatifitas Jalan Baru Pendidikan Islam, (Mataram: LEPPIM IAIN Mataram, 2012), hlm. 133

tujuan yang diinginkan.56 Adapun komponen-komponen pendidikan Islam diantaranya yaitu:

1) Pendidik

Pendidik atau guru merupakan orang yang mengajar kemudian ditiru, dipercaya dan diikuti baik itu perkataan maupun perbuatan agar menjadi panutan serta teladan yang patut diikuti oleh peserta didik.57 Sedangkan dalam Islam pendidik merupakan bapak rohani bagi anak didiknya yang memberikan ilmu serta pembinaan akhlak yang mulia agar terhindar dari perbuatan yang buruk. Oleh karena itu, pendidik atau guru mempunyai kedudukan yang sangat tinggi dalam dunia Islam dan telah banyak disebutkan keutamaan seorang pendidik dan keutamaan memuliakan guru.58

2) Peserta Didik

Peserta didik merupakan seseorang yang sedang dalam proses pertumbuhan dan perkembangan baik itu perkembangan fisik dan perkembangan psikologis. Pertumbuhan tersebut didasarkan pada fitrah masing-masing yang memerlukan bimbingan dari pendidik untuk mencapai sebuah tujuan.59

3) Metode Pendidikan

56Ramayulis, Filsafat pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2015), hlm. 124.

57Jasa Angguh Muliawan, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2015), hlm.173.

58 Sri Minarti, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Amzah, 2018), cet, ke-3, hlm. 88

59Ibid., hlm. 121

Metode merupakan suatu cara yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan.60 Adapun metode pendidikan Islam merupakan segala cara yang digunakan oleh pendidik untuk memberikan bimbingan, petunjuk serta nasehat dalam berbagai bentuk yang mengutamakan unsur keteladanan sesuai dengan tuntunan al-Quran dan as-Sunnah.

Metode yang terdapat dalam pendidikan Islam ini bisa berbentuk metode ceramah, metode Tanya jawab, sorogan, bandongan dan metode lainnya.61

4) Materi Pendidikan

Dalam suatu pembelajaran yang dilaksanakan tentunya membutuhkan materi-materi yang akan diajarkan, materi merupakan hal pokok yang harus ada dalam setiap pembelajaran.

Menurut pandangan Muhammad Athiyah al-Abrasyi dalam jurnal yang ditulis oleh Juwairiyah bahwa “Materi pendidikan Islam tentunya tidak membatasi ilmu-ilmu keagamaan saja melainkan meliputi segala ilmu yang dapat memberikan manfaat bagi kehidupan manusia.”62

5) Evaluasi

60Haidar Putra Daulany, Pendidikan Islam…,hlm. 125.

61Juwairiyah, “Pengertian dan komponen-komponen pendidikan islam perspektif Muhammad Yunus dan Muhammad Athiyah-Abrasyi”, Mukaddimah, vol. xv, no 26, Januari-Juni 2009, hlm. 82.

62Ibid., hal 84.

Dalam proses pendidikan tentunya harus ada evaluasi untuk menindak lanjuti setiap proses pembelajaran yang telah dilaksanakan.

Menurut pendidikan Islam evaluasi yang dilakukan yaitu mampu merubah seorang insan menjadi lebih baik serta mampu memberikan perubahan setelah mengikuti pendidikan. oleh karena itu, menurut pandangan Pendidikan Agama Islam bahwa evaluasi memfokuskan pada pembentukan kesadaran dirinya dan terus menerus mengevaluasi dirinya. Dengan demikian, evaluasi ini bertujuan untuk menanamkan sikap mental seorang untuk menjadi insan yang lebih baik lagi.63

Dokumen terkait