Kawasan mangrove yang teramati adalah merupakan sisa-sisa hutan mangrove yang telah rusak, seperti mangrove di dekat Hotel Novotel, juga di sekitar Teluk Aan, terkecuali tumbuhan mangrove di dekat Bukit Benjon yang nampak tidak berubah. Mangrove di sekitar Pantai Gerupuk juga sudah mulai terdesak oleh permukiman, nampak pada beberapa sudut sudah ada pengurugan. Akibat adanya kegiatan pembangunan jalan akses di dalam kawasan, beberapa tanaman mangrove mengalami kerusakan dan mulai mengering. Kemungkinan disebabkan karena aliran air yang sudah mengalami perubahan serta tidak membawa sedimen dengan kandungan nutrien yang memadai.
Tabel 3.17. Data Pengamatan Keanekaragaman Fauna
Nama jenis Nama Indonesia/lokal Lokasi Penemuan
Mamalia Sus scrova* Babi hutan Hutan sekunder
Macaca fascicularis monyet Seluruh lokasi
Hystrix javanica* Landak Hutan sekunder
Tragulus sp* Kancil Hutan sekunder
Muntiacus muntjak* Kijang Hutan sekunder
Microchiroptera Kelelawar gua Daerah gua
Reptil Varanus salvator Biawak Mangrove
Naja sp* kobra Hutan sekunder
Emoia sp Kadal bakau Mangrove
Mabuya multifasciata Kadal Seluruh lokasi
Gecko sp Tokek Seluruh lokasi
Chelonia mydas* Penyu hijau Pantai Gunung Siwak Dermochelys coreacea* Penyu belimbing Pantai Gunung Siwak Amphibi Bufo melanostictus Kodok Seluruh lokasi
Fajervarya sp Katak Seluruh lokasi
Limnonectes sp Katak Seluruh lokasi
Sumber: Hasil Pengamatan,2018
Tabel 3.18. Data Pengamatan Keanekaragaman Jenis Burung
No Nama Ilmiah Nama Indonesia lokasi
1 Alcedo coerulescens Rajaudang Biru Mangrove
2 Amaurornis phoenicurus Kareo Padi Sawah dan mangrove 3 Anthus novaeseelandiae Apung Tanah Sawah dan ladang
4 Ardea alba Cangak Besar Mangrove
5 Ardea cinerea Cangak Abu Mangrove
6 Ardea purpurea Cangak Merah Mangrove 7 Ardeola speciosa Blekok Sawah Mangrove 8 Artamus leucorynchus Kekep Babi Semua lokasi 9 Cacomantis sepulcralis Wiwik Uncuing Semua lokasi 10 Caradrius alexandrinus cerek tilil Semua lokasi 11 Centropus bengalensis Bubut Alang-alang Semua lokasi 12 Chalcophaps indica Delimukan Zamrud Semua lokasi
13 Cisticola juncidis Cici Padi Sawah dan padang rumput 14 Cisticola exilis Cici merah Sawah dan padang rumput 15 Collocalia esculenta Walet Sapi Semua lokasi
16 Collocalia fuciphagus Walet Sarang-putih Semua lokasi 17 Corvus macrorhynchos Gagak Kampung Semua lokasi 18 Coturnix chinensis Puyuh Batu Sawah dan ladang
No Nama Ilmiah Nama Indonesia lokasi 20 Falco molucensis alap sapi Hutan sekunder 21 Freata andrewsi Cikalang christmas Pantai
22 Halcyon chloris Cekakak Sungai Semua lokasi 23 Heteroscelus brevipes Trinil ekor kelabu Semua lokasi 24 Hirundo rustica Layanglayang Asia Semua lokasi 25 Hirundo tahitica Layanglayang Batu Semua lokasi 26 Ictinaetus malayensis Elang hitam Hutan sekunder 27 Ixobrychus cinnamomeus Bambangan Merah Sawah
28 Lalage sueurii Kapasan Sayap-putih Semua lokasi 29 Lanius schach Bentet Kelabu Semua lokasi 30 Lichmera lombokia Isapmadu Topi-sisik Semua lokasi 31 Lonchura leucogastroides Bondol Jawa Semua lokasi 32 Lonchura pallida Bondol Kepala-pucat Semua lokasi 33 Lonchura punctulata Bondol Peking Semua lokasi 34 Lonchura quinticolor Bondol pancawarna Semua lokasi 35 Merops ornatus Kirik-kirik Australia Semua lokasi 36 Motacilla flava Kicuit Kerbau Semua lokasi 37 Nectarinia jugularis Burungmadu Sriganti Semua lokasi 38 Orthotomus sepium Cinenen Jawa Semua lokasi 39 Padda oryzivora Gelatik Jawa Semua lokasi 40 Parus major Gelatikbatu Kelabu Semua lokasi 41 Passer montanus Burunggereja Erasia Semua lokasi 42 Phylloscopus trivirgatus Cikrak Daun Semua lokasi 43 Ploceus philippinus Manyar Tempua Sawah dan ladang 44 Pycnonotus aurigaster Cucak Kutilang Hutan sekunder 45 Pycnonotus goiavier Merbah Cerukcuk Semua lokasi 46 Rhipidura rufifrons Kipasan Dada-hitam Semua lokasi 47 Streptopelia chinensis Tekukur Biasa Semua lokasi
48 Turnix suscitator Gemak Loreng Ladang dan padang rumput 49 Zosterops chloris Kacamata Laut Hutan sekunder dan mangrove Sumber: Hasil Pengamatan, 2018
a. Mamalia
Jenis mamalia yang dijumpai secara langsung pada beberapa kawasan pengamatan adalah jenis monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) dan kelelawar Microchiroptera. Monyet ekor panjang tersebar hampir di semua
daeah yang masih menyisakan vegetasi rapat, seperti di sekitar Bukit Benjon, Tanjung Ann, Gunung Siwak dan sekitaran Bukit Sekar Kuning.
Dari studi yang telah dilakukan sebelumnya, diketahui terdapat jenis landak (Hystrix javanica). Hal ini diakui oleh masyarakat sekitar Benjon dan Gunung Siwak, namun jenis ini telah punah (sulit sekali dijumpai) karena perburuan masyarakat yang mengkonsumsi dagingnya. Sisa-sisa hutan di daerah Gunung Siwak dan pantai sekitaran Mawun dan Selongbelanak. Jenis mamalia lain juga diperoleh dari wawancara dengan petani. Gembala, dan penduduk sekitar lokasi survey. Penduduk mengatakan bahwa di daeah studi pernah terdapat jenis kijang (Muntiacus muntjak), kancil (Tragulus sp) dan babi hutan (Sus scrofa). Penduduk dan penggembala masih cukup sering menemukan kawanan babi hutan yang melintas di area terbuka daerah jelajah para gembala. Jenis hewan ternak yang umum digembala di lokasi sampling adalah jenis kerbau (Bubalus sp).
Daerah jelajah kerbau yang cukup luas juga memberikan tekanan tersendiri terhadap keberadaan jenis mamalia liar berukuran besar. Dengan adanya kawanan gembala kerbau dalam jumlah besar yang mengekplorasi hampir seluruh bagian kawasan sisa hutan menjadikan jenis hewan liar, terutama kijang dan herbivora lainnya semakin tersingkir.
b. Burung
Dari hasil pengamatan lapangan, berhasil ditemukan 50 jenis burung, yang umumnya adalah tipe generalis. Jenis burung ini dapat menggunakan sumber daya serangga, buah-buahan dan nektar (polen). Hal ini berkaitan dengan tipe habitat yang umumnya telah teralterasi menjadi daerah terbuka dan padang rumput. Vegetasi di perbukitan (terutama yang menghadap ke laut), sebagian besar ditumbuhi rumput / berupa padang rumput, adapun jenis- jenis rumputnya antara lain adalah :Chloris barbata; Chrysopogon aciculatus;
Cynodon dactylon; Eleusine indica; Eragrostis tenella; dan Paspalum conjugatum
Jenis vegetasi saliara (Lantana camara) dan waru (Hibiscus tiliceus) memberikan sumberdaya yang melimpah secara langsung untuk jenis burung madu sriganti (Nectarinia jugularis) dan isapmadu topisisik (Lichmera lombokia). Jenis insectivora lainnya memanfaatkan serangga yang datang ke bunga waru dan saliara sebagai sumber pakan harian. Jenis yang memanfaatkan serangga ini adalah merbah terucuk (Pycnonotus goaivier), kapasan sayap putih (Lalage sueurii), kacamata laut (Zosterops chloris) dan jenis burung walet dan layang-layang.
Jenis burung umum lainnya adalah yang mendiami kawasan berair (lahan basah), sebagaiamana tergambar pada daerah studi yang berada di sekitaran pesisir. Genangan-genangan air sisa pembukaan hutan bakau dan bekas tambak merupakan daerah utama jenis burung air mencari makan.
Selain genangan, kehadiran jenis burung air juga teramati di sekitar area persawahan.
Daerah lahan basah ini banyak dijumpai burung jenis blekok sawah (Ardeola speciosa), kuntul besar (Ardea alba), cangak abu (Ardea cinerea), Cekakak sungai (Halcyon chloris), raja udang biru (Alcedo coerulescens).
Jenis burung ini memanfaatkan serangga, amphibi dan reptil kecil serta ikan kecil dan udang-udangan yang ada di sekitar lahan basah.
Pada daerah lahan basah, juga terdapat jenis burung pemakan serangga lain yang umum juga ditemukan di semua lokasi, seperti jenis cici padi (Cisticola juncidis), cici merah (Cisticola exilis), kirik-kirik australia (Merops ornatus), bentet (Lanius schach) dan Cinenen jawa (Orthotomus sepium). Kawasan sekitar rencana pembangunan Kawasan Pariwisata Mandalika masih memiliki beberapa petak sawah yang dikelola oleh masyarakat, meskipun tanah tersebut telah dibeli oleh pengembang.
Kawasan sawah tersebut masih menyediakan tempat atau setidaknya masih menjadi koridor pergerakan burung-burung sawah dari beberapa lokasi persawahan di luar Kawasan Pariwisata Mandalika dengan daerah sekitarnya.
Jenis burung sawah yang ditemukan adalah bondol pucat (Lonchura pallida), bondol jawa (Lonchura leucogastroides), bondol pancawarna (Lonchura
quinticolor), bondol lurik (Lonchura punctulata), mayar tempua (Ploceus philippinus), gelatik (Padda oryzivora), dan jenis apung (Anthus novaeseelandiae).
Untuk jenis burung pemangsa, tidak banyak dijumpai jenis ini. Hal ini diduga karena keterbatasan mangsa dan daerah jelajah. Pada saat survey, hanya ditemukan 2 jenis burung pemangsa, yakni burung alap sapi (Falco moluccensis) dan elang hitam (Ictinaetus malayensis). Jenis burung ini ditemukan di sekitar Gunung Siwak dan Bukit Tajam dekat pantai Mertak.
Burung alap sapi ditemukan sepasang tengah soaring dan hinggap diantara dahan kelapa. Daerah tersebut diduga masih banyak menyediakan mangsa, seperti : mamalia kecil, kelelawar, burung, kadal, dan bahkan serangga.
Kawasan Gunung Siwak dan Bukit Tajam yang memiliki relief bukit cadas terjal, merupakan salah satau habitat bersarang yang disukai jenis burung alap.
Survey yang dilakukan oleh Flora Fauna Indonesia (2011) menunjukkan daerah downstream dari DAS Renggung dan Palung (bermuara di sekitar pantai Kuta), menemukan 4 jenis burung pemangsa diantaranya adalah jenis elang bondol (Haliastur indus) dan elang laut (Haliaeetus leucogaster). Kedua jenis burung ini merupakan jenis yang paling umum dan tersebar di semua pantai Indonesia. Namun pada saat dilakukan pengamatan lapangan, tidak satupun dijumpai jenis burung ini. Diduga erat kaitannya dengan adanya gelombang dan angin buruk di sekitar Teluk Kuta dan sekitarnya.
Jenis burung lain yang dijumpai pada saat survey adalah famili Cokumbidae, seperti tekukur (Streptopelia chinensis) dan delimukan zamrud (Chalcopaps indica), jenis burung insektivora seperti kacamata laut (Zosterops chloris) dan kekep babi (Arthamus leucorhyncus). Sedangkan jenis trinil merupakan jenis yang paling banyak dijumpai di pantai-pantai pasir sekitar lokasi kegiatan seperti cerek tilil (Caradrius alexandrinus) dan trinil ekor kelabu (Heteroscelus brevipes).
Untuk jenis pakan, burung memiliki tingkat kesukaan terhadap jenis pakan tertentu, sehingga dalam memenuhi kebutuhan pakan, burung akan mencari habitat yang mampu menyediakan jenis pakan yang sesuai. Jenis burung yang ditemukan di lokasi survei dapat dikelompokkan menjadi 5 kelompok berdasarkan jenis pakannya, yaitu pemakan daging (karnivora), pemakan biji (granivora), pemakan buah (frugivora), pemakan nectar (nectarivora), pemakan ikan (piscivora), dan pemakan serangga (insectivora) seperti tergambar pada grafik dibawah ini.
c.Herpetofauna
Jenis herpetofauna yang ditemukan langsung adalah jenis kadal bakau (Emoia sp), biawak (Varanus salvator), tokek (Gecko sp), kodok (Bufo melanostictus) dan katak dari genus Limnonectes dan Fajervarya. Laporan masyarakat menyebutkan masih dijumpai jenis penyu hijau (Chelonia mydas) dan penyu belimbing (Dermochelys coreacea). Hal ini didasarkan pada pengakuan penjual telur penyu yang ada di sekitar Teluk Ann yang telah mengambil dari sarang penyu.
Salah satu hal yang unik dari herpetofauna, terutama amphibi, yaitu memiliki kulit yang permeable. Kondisi tersebut membuat herpetofauna sangat senstifif terhadap kualitas air dan radiasi sinar ultra violet (Vitt et al., 1990), sehingga sebagian besar jenis herpetofauna hidup di habitat yang baik, seperti hutan primer. Semua jenis amphibi yang ditemukan dalam pengamatan ini termasuk kedalam jenis non hutan. Bufo melanostictus merupakan salah satu amphibi yang termasuk kedalam jenis tersebut. Kodok jenis ini merupakan jenis yang sangat adaptif. Kodok ini umumnya ditemukan di daerah dataran rendah yang terganggu, mulai dari pantai, daerah pertanian, hingga pemukiman. Kodok ini sangat tidak umum di hutan yang memiliki kondisi habitat yang bagus. Selain itu jenis Limnonectes dan Fajervarya juga merupakan jenis non hutan yang banyak dijumpai di kawasan pemukiman atau daerah binaan lainnya.
d.Penyu
Keberadaan penyu di sekitar lokasi kegiatan cukup menarik. Hal ini diakui oleh banyak nelayan yang ada di sekitar pantai Benjon dan Grupuk (Gunung Siwak). Perairan Samudra Hindia memang memiliki akses yang sangat luas dengan pulau-pulau kecil, yang kemungkinan digunakan penyu sebagai bagian dari jalur pertumbuhannya. Pegamatan daerah pendaratan penyu di Derawan, Kalimantan Timur (Suwelo, 1988) menunjukkan preferensi penyu terhadap pantai dengan kemiringan landai dan memiliki lebar pantai antara 30-50 m serta pada umumnya ditumbuhi vegetasi pandan (pandanus tectorius).
Pantai di sekitar Bukit Benjon dan Gunung Siwak memiliki bulir pasir yang halus serta memiliki vegetasi yang rimbun. Hal ini cukup dapat dimengerti bagaimana penyu akan memilih loksi di kedua pantai ini sebagai daerah pendaratan dan bertelur. Selain itu, kedua daerah ini juga masih dapat dikatakan sebagai daerah alami yang minim gangguan. Dari semua pantai yang telah dilakukan survey, maka pantai di Gunung Siwak merupakan pantai dengan potensi terbesar sebagai daerah pendaratan penyu. Hal ini juga didukung dengan kondisi pantai yang banyak menyediakan salah satu komposisi pakan penyu, yakni lamun.berdasarkan informasi masyarakat, memang beberapa kali ditemukan penyu yang mendekati pantai pada tengah malam. Kemungkinan penyu tersebut akan mencari tempat untuk bertelur.
3.2.3.Biota Laut