• Tidak ada hasil yang ditemukan

Baik pemerintah maupun masyarakat sipil memiliki peran yang sama dalam mengelola dan melestarikan kekayaan alam. Manajemen pengelolaan alam yang baik akan mempengaruhi kelestarian ekosistem lingkungan.

Demikian halnya jika manajemen pengelolaan alam buruk, akan berdampak pada menyusutnya ekosistem dan habitat alam. Sehingga upaya yang harus dilakukan oleh negara untuk memastikan pengelolaan alam yang tepat dan tidak merugikan lingkungan hidup adalah dengan mengeluarkan sejumlah aturan Perundang-Undangan, membentuk departemen khusus untuk pembinaan lingkungan hidup, serta berkolaborasi dengan sejumlah NGO dan masyarakat sipil untuk melakukan aksi nyata dan kampanye konservasi alam.

Konservasi alam menjadi sebuah kebijakan yang sangat andil dalam menjaga kelestarian sumber daya alam. Sebagaimana menurut bunyi Undang- Undang No.32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, disebutkan bahwa: “Konservasi sumber daya alam merupakan pengelolaan sumber daya alam untuk menjamin pemanfaatannya secara

84

bijaksana serta kesinambungan ketersediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai serta keanekaragamannya.”24.

Dari bunyi UU di atas dapat ditegaskan bagwa upaya konservasi alam selayaknya tidak hanya dilakukan oleh masyarakat sipil saja, melainkan juga negara secara terprogram. Sejak 1990, Indonesia telah menyoroti upaya konservasi alam yang dibuktikan dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Dalam pasal 4 disebut bahwa konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya merupakan tanggung jawab dan kewajiban pemerintah serta masyarakat. 25

Pada poin pembahasan ini, peneliti akan menjabarkan mengenai kinerja Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dan Non- Governmental Organization (NGO) yang secara khusus bergerak di isu lingkungan hidup yakni Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI).

1. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK)

Sejak masa pemerintahan Belanda (1910) hingga masa kemerdekaan Indonesia kisaran tahun 1980, pemerintah telah menginisiasi berbagai upaya untuk melakukan pelestarian alam misalnya dengan menerbitkan kebijakan

24 JDIH ESDM, “UU No.32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup,” diakses dari

https://jdih.esdm.go.id/storage/document/UU%2032%20Tahun%202009%20(PPLH).pdf pada 19 April 2023.

25 BPK, “UU No.5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya,” diakses dari https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/46710/uu-no-5-tahun- 1990 pada 19 April 2023.

terkait 43 Monumen Alam di berbagai daerah, pengawasan ketat terhadap cagar alam dan suaka margasatwa, hingga perilndungan terhadap berbagai jenis flora dan fauna. Berbagai upaya tersebut menegaskan keberpihakan negara terhadap pelestarian lingkungan hidup melalui upaya konservasi alam.

Misalnya berdasarkan Keppres No.23 tahun 1990, pemerintah mulai membentuk Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (BAPEDAL) yang berpusat di Jakarta. BAPEDAL memiliki tugas pokok membantu Presiden dalam melaksanakan pengendalian dampak lingkungan hidup yang meliputi upaya pencegahan kerusakan, penanggulangan dampak, serta pemulihan kualitas lingkungan sesuai dengan peraturan Perundang-Undangan yang berlaku.26

Namun jauh sebelum adanya pembentukan BAPEDAL, gerakan pemerhati konservasi alam di Indonesia telah muncul pada kisaran abad ke- 15 di era penjajahan Belanda. Dr. Sijfert Hendrik Koorders (1819-1919) merupakan tokoh yang menginisiasi gerakan Nederlandsch Indische Vereeniging tot Natuurbescherming atau Perkumpulan Perlindungan Alam Hindia Belanda.27 Sebuah gerakan yang mempelopori dan mengusulkan kawasan-kawasan, jenis-jenis, flora, atau fauna tertentu, serta membuat kajian-kajian hasil penelitian mengenai perlindungan alam yang selanjutnya

26 BPK, “Keppres No. 23 Tahun 1990,” diakses dari https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/63878/keppres-no-23-tahun-1990 pada 20 Mei 2023.

27 Forestation FKT UGM, “Sejarah Konservasi di Indonesia,” diakses dari https://forestation.fkt.ugm.ac.id/2018/09/03/sejarah-konservasi-di-indonesia/ pada 16 Mei 2023.

86

dilakukan pembentukan Undang-Undang untuk mendukung program pelestarian alam.

Kini, BAPEDAL telah berangsur berubah nama sejalan dengan program Pemerintah di tiap periodenya. Misalnya di era pemerintahan Presiden Joko Widodo, namanya telah diubah menjadi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dari yang semula merupakan dua kementerian berbeda pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudoyono (SBY), yakni Kementerian Lingkungan Hidup (2005-2014) dan Kementerian Kehutanan (2005-2014). 28

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menjadi tonggak dari peran negara dalam hal pembangunan lingkungan hidup di Indonesia. Seiring dengan makin strategisnya peran Kementerian LHK, program utama yang dilakukan oleh Kementerian di bawah komando Prof. Dr. Ir. Siti Nurbaya Bakar, M.Sc, adalah reformasi birokrasi untuk peningkatan mutu SDM dan pelayanan.

Pada periode 2020-2024 KLHK memiliki beberapa program strategis yakni dukungan manajemen, pengelolaan hutan berkelanjutan, kualitas lingkungan hidup, pendidikan dan pelatihan advokasi, serta ketahanan bencana dan perubahan iklim. Beberapa target yang hendak dicapai di tahun 2024 dari beberapa program tersebut di antaranya adalah terjadinya kenaikan Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) sebanyak 69,74 poin, penurunan

28 Kementerian LHK, “Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan,” diakses dari https://www.menlhk.go.id/site/post/101 pada 20 Mei 2023.

emisi Gas Rumah Kaca (GRK) di sektor kehutanan dan limbah sebanyak 17.54 persen, penurunan laju deforestasi seluas 0.32 juta hektar, dan peningkatan luas kawasan bernilai konservasi tinggi seluas 18,2 juta hektar.29

Arah kebijakan 5 program KLHK sebagaimana disebutkan di atas adalah sebagai berikut:

Pertama, program pengelolaan hutan berkelanjutan. Program ini bertujuan supaya manfaat yang diupayakan oleh kementerian LHK dapat berdampak hingga ke pedalaman hutan, sehingga diharapkan dapat memulihkan serta memperkuat stabilitas ekonomi di Indonesia. Kedua, program ketahanan bencana dan perubahan iklim. Program ini dilakukan untuk mewujudkan komitmen nasional dalam penanganan perubahan iklim skala global dengan harapan dapat meningkatkan partisipasi masyarakat sebagai upaya mitigasi bencana dan adaptasi terhadap perubahan iklim di Indonesia.

Ketiga, program kualitas lingkungan hidup. Program ini memiliki tujuan supaya tercipta lingkungan hidup yang terjaga sesuai dengan standar yang telah diterapkan dengan memanfaatkan potensi limbah untuk kesejahteraan rakyat. Keempat, pendidikan dan pelatihan advokasi. Program ini bertujuan untuk meningkatkan kapabilitas sumberdaya manusia, tenaga kerja di lapangan, dan kelompok tani hutan atau sebidang. Kelima, dukungan manajemen. Program ini dibuat khusus untuk internal KLHK dalam upaya

29 KLHK, Rencana Strategis Sekretariat Jenderal Tahun 2020 – 2024 (Revisi), (Jakarta:

KLHK, 2020), h. 45

88

reformasi birokrasi dengan tujuan agar tata kelola pemerintahan semakin baik serta adanya transformasi pelayanan birokrasi publik.30 Berikut beberapa data yang dihimpun dari database situs web KLHK mengenai program-program di atas:

a. Indeks Kualitas Lingkungan Hidup

Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) KLHK, Drs. MR. Karliansyah, M.Si, pada 2021 lalu menyebutkan bahwa terjadi kenaikan Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) di Indonesia yang sebelumnya pada 2019 sebanyak 66,55 poin menjadi 70,27 poin.31 Ini artinya, IKL tahun 2020 melampaui target yang ditetapkan oleh KLHK yakni sebanyak 69,74 poin. Sedangkan pada 2022 poin sementara IKLH disebut telah meningkat sebanyak 0,97 poin menjadi 72,42 poin. 32 Penilaian ini didasarkan pada beberapa indikator, di antaranya seperti:

(1) Indeks Kualitas Air (IKA), (2) Indeks Kualitas Udara, (3) Indeks Kualitas Lahan, dan (4) Indeks Kualitas Air Laut (IKAL).

b. Perhutanan Sosial

30 KLHK, Rencana Strategis Sekretariat Jenderal Tahun 2020 – 2024 (Revisi), (Jakarta:

KLHK, 2020), h. 33

31 PPKL KLHK, “Indeks Kualitas Lingkungan Hidup Indonesia Tahun 2020 Meningkat,”

diakses dari

https://ppkl.menlhk.go.id/website/index.php?q=926&s=89da3d8a3c24dbd3e5e96f7f3896866f5 e5eb878 pada 26 Mei 2023.

32 PPKL KLHK, “Ekspose Indeks Kualitas Hidup Tahun 2022: “Kinerja Pemantauan dan Pengendalian Kualitas Lingkungan Hidup Meningkat”,” diakses dari https://ppkl.menlhk.go.id/website/index.php?q=1114&s=870f1bf229da5eb26e5e5a7c1d69d945 1fa7906a pada 26 Mei 2023.

Program perhutanan sosial merupakan salah satu dari lima program unggulan KLHK 2020-2024. Program ini dimaksudkan sebagai bentuk upaya pengentasan kemiskinan masyarakat khususnya yang bermukim di wilayah sekitar hutan dengan asas kesejahteraan, kesetaraan, dan pelestarian lingkungan. Program ini memberikan kesempatan kepada masyarakat di sekitar hutan untuk mengajukan hak kelola area hutan kepada pemerintah.

Setelah disetujui oleh pemerintah, maka masyarakat boleh mengambil manfaat seluas-luasnya dari hutan dengan cara-cara yang ramah lingkungan.33 Dalam program perhutanan sosial ini terdapat tiga kategori hutan yang dapat diajukan hak kelola oleh masyarakat, yakni Hutan Kemasyarakatan, Hutan Desa, dan Hutan Rakyat.

c. Program Advokasi Eco-Khotbah

KLHK terus berupaya memperluas jaringan advokasi tidak hanya terhadap NGO yang bergerak di isu lingkungan hidup saja, melainkan juga kepada para pemuka dari berbagai agama. Pada 2021, KLHK berhasil merilis menu Eco-Khutbah di laman web www.menlhk.go.id. Menu ini berisikan khutbah-khutbah lintas agama yang berisi seruan untuk memperjuangkan kualitas lingkungan hidup.

Dalam berbagai kesempatan, KLHK turut menggandeng peran pemuka lintas agama dalam kampanye pelestarian lingkungan hidup. Misalnya pada April 2023 lalu, KLHK bekerjasama dengan United Nation Development

33 PKPS, “Tentang Program Perhutanan Sosial,” diakses dari https://pkps.menlhk.go.id/akps/web/index.php?r=site%2Ftentang pada 26 Mei 2023.

90

Programs (UNDP) Indonesia menggandeng peran tokoh agama dalam meminimalisir timbunan sampah, khususnya di lingkup tempat ibadah masing-masing agama. Pengelolaan sampah di rumah ibadah ini merupakan bagian dari Program Gerakan Sedekah Sampah Indonesia (Gradasi) yang dimaksudkan sebagai aksi pengurangan sampah di titik-titik strategis. Untuk mendukung program ini, telah disiapkan sebanyak 140 tempat pengumpulan sampah (drop box) di masjid, 40 di gereja, dan 6 di pesantren.34

2. Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI)

Salah satu NGO yang konsisten melakukan kampanye pelestarian lingkungan hidup adalah WALHI (Wahana Lingkungan Hidup Indonesia).

Organisasi ini didirikan usai pertemuan 350 masyarakat lintas profesi dan organisasi di Balaikota DKI Jakarta yang diinisiasi oleh Emil Salim (Menteri Negara Pengawasan Pembangunan dan Lingkungan Hidup Indonesia tahun 1978—1993). Organisasi ini resmi dideklarasikan pada 23 Mei 1978 di Balaikota dengan anggota sebanyak 10 komunitas, sehingga disebut sebagai Kelompok Sepuluh Pengembangan Lingkungan Hidup. Meskipun di kemudian hari bertambah menjadi 11 kelompok yang tergabung dalam organisasi ini, akan tetapi nama kelompok sepuluh tetap dipertahankan untuk menghormati jasa para penggagas utama dari organisasi ini. Pada 15 Oktober 1980, organisasi Kelompok Sepuluh Pengembangan Lingkungan Hidup resmi

34 Lintang Budiyanti Prameswari, “KLHK Gandeng Tokoh Lintas Agama Kelola Sampah di Rumah Ibadah,” diakses dari https://www.antaranews.com/berita/3483120/klhk-gandeng- tokoh-lintas-agama-kelola-sampah-di-rumah-ibadah pada 26 Mei 2023.

berganti nama menjadi Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) setelah melalui perumusan dan perdebatan yang cukup panjang.35 Saat ini WALHI menjadi organisasi terbesar di Indonesia yang terdiri dari 487 organisasi dari unsur NGO dan pencinta alam, serta 203 anggota individu di 28 Provinsi di Indonesia. 36

Sebagaimana namanya, WALHI memiliki fokus utama pada bidang lingkungan hidup di Indonesia. WALHI memiliki visi mewujudkan tatanan sosial, ekonomi, dan politik yang adil dan demokratis sehingga dapat menjamin hak-hak rakyat atas sumber-sumber kehidupan dan lingkungan hidup yang sehat dan berkelanjutan.37 Untuk memperjuangkan terwujudnya visi tersebut, WALHI memiliki misi sebagaimana berikut:

1) Mengembangkan potensi kekuatan dan ketahanan rakyat,

2) Mengembalikan mandat negara untuk menegakkan dan melindungi kedaulatan rakyat,

3) Mendekonstruksikan tatanan ekonomi kapitalistik global yang menindas dan eksploitatif menuju ke arah ekonomi kerakyatan 4) Membangun alternatif tata ekonomi dunia baru,

5) Mendesakkan kebijakan pengelolaan sumber-sumber kehidupan rakyat yang adil dan berkelanjutan.38

35 WALHI, “Sejarah,” diakses dari https://www.walhi.or.id/sejarah pada 20 Mei 2023.

36 WALHI, “Visi dan Misi,” diakses dari https://www.walhi.or.id/visi-dan-misi pada 20 Mei 2023.

37 WALHI, “Visi dan Misi,” diakses dari https://www.walhi.or.id/visi-dan-misi pada 20 Mei 2023.

38 WALHI, “Visi dan Misi,” diakses dari https://www.walhi.or.id/visi-dan-misi pada 20 Mei 2023.

92

a. Pandangan WALHI Terhadap Isu Lingkungan Hidup di Indonesia dan Peran Negara di Dalamnya

WALHI memiliki konsistensi dalam upaya advokasi dan edukasi kepada masyarakat luas dan kawula muda dalam mempertahankan lingkungan hidup. Organisasi yang saat ini dinahkodai oleh Zenzi Suhadi ini memegang prinsip bahwa kedaulatan berada pada rakyat. Hal ini menjadi standing point bagi WALHI dalam berbagai advokasi lapangan yang dijalankan. Sehingga jika terjadi konflik agraria di beberapa daerah, itu berarti kedaulatan tidak sedang berada di tangan rakyat, melainkan di tangan orang-orang yang berkepentingan atau oligarki.39

Menurut WALHI, yang menjadi salah satu solusi untuk konflik agraria adalah bagaimana menyelesaikan konflik-konflik ini dari akarnya. Yakni mengoreksi kebijakan pemerintah supaya lebih adil kepada masyarakat.

Kekurangan dari negara saat ini adalah enggan berbenah pada regulasi yang telah dibuat, meskipun dinilai kerap merugikan masyarakat sipil khususnya mereka yang memiliki lahan hutan dan hidup di sekitar hutan.

Selain itu, WALHI juga menegaskan pentingnya reforma agraria. Sebab konflik agraria terjadi kerena adanya kesenjangan kepemilikan lahan. Ada masyarakat yang memiliki lahan sangat luas, ada juga masyarakat yang sama sekali tidak memiliki lahan. Reforma agraria diperlukan supaya masyarakat memperoleh hak kelola lahan secara merata, sehingga perputaran roda

39 Wawancara dengan Deputi Internal WALHI M Islah, Jakarta 23 Mei 2023.

perekonomian di Indonesia lebih adil mengingat Indonesia merupakan negara agraris. Para petani tentu membutuhkan lahan yang lebih luas untuk bertani.40

Konflik agraria jika dilacak sejarahnya di Indonesia, terjadi seiring dengan berkembang dan berubahnya model ekonomi bangsa Indonesia menuju ekonomi kapitalisme. Dimulainya konflik agraria di Indonesia ditandai dengan masuknya perkebunan-perkebunan besar oleh Belanda, misalnya perkebunan tebu atau sistem tanam paksa pada zaman VOC. Pada masa itu terjadi kesenjangan kepemilikan lahan yang sangat besar, para petani tidak bisa menanam di lahannya sendiri melainkan harus menjadi budak eksploitasi oleh VOC. Sehingga cita-cita kemerdekaan Indonesia adalah menghapus kesenjangan itu. Sebab jika tidak dihapuskan, para petani tidak akan punya lahan yang artinya mereka tidak punya alat produksi dan hanya akan menjadi buruh tani. Konflik agraria merupakan tanggung jawab negara karena berhubungan dengan sektor-sektor pangan dan sektor strategis lainnya.41

WALHI percaya bahwa jika tanah dikelola oleh rakyat dengan segala bentuk kearifannya, maka ekosistem lingkungan hidup akan lebih berkelanjutan. Misalnya pengelolaan tanah sawah, jika masyarakat yang mengolahnya dengan cara tradisional ketika menanam padi, masih dapat ditemukan tanaman lain yang cenderung lebih beragam dibandingkan dengan

40 Wawancara dengan Deputi Internal WALHI M Islah, Jakarta 23 Mei 2023.

41 Wawancara dengan Deputi Internal WALHI M Islah, Jakarta 23 Mei 2023.

94

perkebunan skala besar semacam food estate yang menggunakan sistem monokultur.42

Meski dinilai memudahkan karena hanya terdiri dari satu jenis tanaman saja, namun sistem monokultur dapat berdampak buruk khususnya terhadap kualitas dan kesuburan tanah di lahan yang digunakan. Dalam sistem pertanian ini, tanah cenderung mengalami penurunan kesuburan karena penggunaan satu jenis tanaman yang berulang. Sehingga dapat menyebabkan pengerasan struktur tanah, kehilangan organisme yang berperan penting dalam siklus nutrisi, dan pengurangan kemampuan tanah dalam menyerap air dengan baik.43

Lahan food estate sendiri sebagaimana yang digarap oleh Kementerian Pertanian di Kalimantan Tengah banyak mendapat kritik lantaran lahan yang digunakan untuk menanam singkong mengalami kekeringan sehingga mengakibatkan gagal panen.44 Misalnya oleh WALHI Kalimantan Tengah, proyek skala besar ini dianggap telah merusak lingkungan yang ditandai dengan timbulnya bencana banjir yang melanda desa-desa di sekitar lokasi food estate. WALHI menilai dalam kasus ini, negara mengabaikan adanya ekosistem gambut dan kawasan hutan demi proyek monokultus skala luas.

42 Wawancara dengan Deputi Internal WALHI M Islah, Jakarta 23 Mei 2023.

43 Annisa Medina Sari, “Apa Itu Pertanian Monokultur, Kelebihan dan Kekurangannya,”

diakses dari https://faperta.umsu.ac.id/2023/05/23/apa-itu-pertanian-monokultur-kelebihan- dan-kekurangannya/ pada25 Mei 2023.

44 Quin Pasaribu, “Food Estate: Perkebunan Singkong Mangkrak, Ribuan Hektare Sawah

Tak Kunjung Panen di Kalteng,” diakses dari

https://www.bbc.com/indonesia/articles/c2ez8gm679qo pada 25 Mei 2023.

Padahal, WALHI menilai proyek food estate hingga saat ini tidak memiliki dampak signifikan bagi ketersediaan pangan di masyarakat.45

Perkebunan skala besar biasanya dimulai dengan adanya alih fungsi lahan hutan atau disebut sebagai deforestasi. Hutan di Indonesia terbagi ke dalam dua kategori, yakni kawasan hutan dan kawasan non-hutan. Kawasan hutan seringkali ditetapkan oleh negara sebagai kawasan lindung, sehingga tumbuhan yang hidup di hutan tersebut lebih beragam. Namun pada 2021, Greenpeace merilis data yang menunjukkan bahwa ada seluas 148 ribu hektare perkebunan sawit di wilayah hutan lindung. 46 Tentunya data ini memicu berbagai asumsi di kemudian hari, bahwa di dalam kawasan hutan lindung terdapat lahan sawit hingga ratusan ribu hektare.

Sedangkan kawasan non-hutan dapat dibongkar menjadi kawasan pertambangan, perkebunan sawit, maupun kawasan hutan tanaman industri (HTI) yang bersifat monokultur. Pada proses peralihan ini biasanya perusahaan melakukan sejumlah mekanisme untuk penebangan pohon, salah satunya dengan cara line cleaning atau babat habis hutan dengan sistem zero burn dan meratakan kontur tanah. Sehingga yang terjadi tidak hanya deforestasi saja, melainkan juga terjadi perubahan kontur tanah yang dapat berdampak fatal pada permasalahan lingkungan.47

45 Ellyvon Pranita, :”Mentan Klaim Food Estate Berhasil 100 persen, Walhi: Stop

Abaikan Petani dan Lingkungan Hidup,” diakses dari

https://www.kompas.com/sains/read/2022/04/17/150300423/mentan-klaim-food-estate- berhasil-100-persen-walhi--stop-abaikan-petani pada 25 Mei 2023.

46 Yoanes Litha, “Greenpeace: 3,12 Juta Hektare Sawit Berada Dalam Kawasan Hutan,”

diakses dari https://www.voaindonesia.com/a/greenpeace-3-12-juta-hektare-sawit-berada- dalam-kawasan-hutan/6281294.html pada 24 Mei 2023.

47 Wawancara dengan Deputi Internal WALHI M Islah, Jakarta 23 Mei 2023.

96

Pada teknik line cleaning yang lain, yakni slash and bum atau tebas dan bakar, seringkali teknik ini dianggap sebagai teknink yang paling mudah dan murah, namun kenyataannya ini merupakan teknik yang sangat mahal karena perusahaan secara tidak lagsung harus mengkalkulasi biaya kesehatan masyarakat luas yang terdampak asap pembakaran hutan tersebut.48

Masalah-masalah lingkungan lain pada prinsipnya terjadi akibat adanya sistem yang mengarahkan masyarakat untuk melihat sumber daya alam sebagai sebuah komoditas yang dapat diperjualbelikan. Masalah ekologi antara satu dengan yang lain akan saling terkait dan berdampak pada masalah- masalah kemanusiaan seperti eksploitasi manusia, penghilangan hak-hak dasar manusia, dan masalah-masalah lainnya.49

Menurut WALHI, sejauh ini negara telah memiliki peran dalam hal pelestarian lingkungan hidup, meskipun WALHI menilai peran tersebut masih setengah-setengah. Lingkungan hidup akan selalu Vis a Vis dengan pembangunan atau bahkan subordinat dari pembangunan itu. Vis a Vis artinnya lingkungan hidup sebetulnya memang menjadi persoalan dan diatur oleh negara untuk mengontrol dampak dari pembangunan ekonomi ataupun upaya-upaya lain yang berhubungan dengan alam. Misalnya sebuah pabrik boleh berdiri di satu kawasan yang telah dikaji melalui disiplin ilmu lingkungan hidup, sehingga negara berperan sebagai kontrol terhadap pembangunan pabrik. Namun seringkali negara menempatkan lingkungan

48 Wawancara dengan Deputi Internal WALHI M Islah, Jakarta 23 Mei 2023.

49 Wawancara dengan Deputi Internal WALHI M Islah, Jakarta 23 Mei 2023.

hidup sebagai subordinat, di mana sebuah perusahaan bisa membangun pabrik di kawasan tertentu apabila bisa memperkecil pembuangan limbah dengan cara membuat IPAL (Instalasi Pengelolaan Air Limbah). Sehingga jika air limbahnya sudah sesuai dengan baku mutu lingkungan, limbah tersebut boleh dibuang. Dalam konteks ini permasalahan yang akan terjadi kemudian limbah buangan pabrik melalui IPAL tidak sesuai ketentuan dan dilakukan sejumlah manipulasi, sehingga air yang dibuang tetap dapat mencemari lingkungan.50

Dalam perubahan UU Nomor 32 tahun 2009 tentang Pengelolaan dan Perlindungan Lingkungan Hidup (PPLH) terdapat sebuah aturan bernama KLHS (Kajian Lingkungan Hidup Strategis). KLHS dilakukan dengan pengkajian secara mendalam mengenai layak atau tidaknya proyek pembangunan atau pabrik berdiri di sebuah kawasan. Jika KLHS dijalankan secara benar dan maskimal, niscaya peran negara akan sangat terasa bagi upaya menjaga kelestarian lingkungan dan pencegahan perubahan iklim.

Namun menurut WALHI, KLHS seringkali harus menyesuaikan dengan apa pembangunan yang diinginkan.51

Peran negara dalam upaya pencegahan perubahan iklim masih dirasa belum maksimal sebab masih banyak false solution yang ditawarkan oleh negara. Misalnya, pelepasan CO2 ke udara paling besar berasal dari pembakaran batubara, namun bukan berarti jika pelepasan CO2 dari batubara berkurang atau digasifikasi (diubah menjadi gas terlebih dahlu baru dibakar)

50 Wawancara dengan Deputi Internal WALHI M Islah, Jakarta 23 Mei 2023.

51 Wawancara dengan Deputi Internal WALHI M Islah, Jakarta 23 Mei 2023.

98

maka bisa disebut sebagai zero carbon. Selain proses pembakaran batubara, proses penambangan batubara juga menghasilkan gas CO2 yang tak kalah besar. Baik proses penambangan dan pelepasan gas sama-sama menghasilkan energi kotor yang berdampak buruk bagi stabilitas iklim. Atau contoh lain pada wacana transisi energi dari batubara menjadi teknologi biofuel atau sumber bahan bakar hayati menggunakan buah sawit, namun pada penanaman sawit itu sendiri terdapat proses kotor berupa deforestasi yang menjadi penyumbang terbesar emisi CO2.52

Permasalahan selanjutnya adalah manipulasi karbon melalui pasar perdagangan karbon yang dimulai sejak 2007. Dalam pelepasan CO2 terdapat mekanisme offset yang apabila ada perusahaan besar melepaskan karbon sebanyak 10 juta metric ton pertahun, maka ia bertanggung jawab untuk mengkonservasi suatu kawasan atau menggantinya dengan kalkulasi biaya yang sama dengan 10 juta metric ton karbon tersebut. Perusahaan yang telah membayar dianggap sebagai perusahaan bersih atau zero carbon, bukan lagi dianggap sebagai perusahaan kotor yang merusak bumi. Meskipun sebenarnya tidak ada yang berkurang dari pelepasan karbon tersebut, tapi dibuat seakan-akan berkurang oleh sistem mekanisme offset.53

Tentunya aksi zero carbon bukan menjadi solusi yang benar-benar menyelesaikan (solutif) terhadap permasalahan perubahan iklim yang kian ekstrem di Indonesia, melainkan justru menimbulkan permasalahan

52 Wawancara dengan Deputi Internal WALHI M Islah, Jakarta 23 Mei 2023.

53 Wawancara dengan Deputi Internal WALHI M Islah, Jakarta 23 Mei 2023.

Dokumen terkait