• Tidak ada hasil yang ditemukan

Financial Distres

Dalam dokumen SURAT REKOMENDASI (Halaman 32-38)

BAB II KAJIAN TEORI

B. Financial Distres

Definisi Financial Distress Financial distress merupakan suatu kondisi perusahaan yang mengalami illikuid akan tetapi masih dalam keadaan solven.

Financial distress dapat digambarkan dari dua titik ekstrem yaitu kesulitan likuiditas jangka pendek sampai insolvabel. Kesulitan keuangan jangka pendek biasanya bersifat jangka pendek, tetapi bisa berkembang menjadi parah.

Indikator kesulitan keuangan dapat dilihat dari analisis aliran kas, analisis strategi perusahaan, dan laporan keuangan perusahaan.

22 R.Sanjaya Silalahi. “Op. Cit”, hlm. 34

23Fahmi Irham“op cit” hlm 18

Financial distress adalah suatu situasi dimana arus kas operasi perusahaan tidak memadai untuk melunasi kewajiban-kewajiban lancar (seperti hutang dagang atau beban bunga) dan perusahaan terpaksa melakukan tindakan perbaikan, Kegagalan keuangan diartikansebagai insolvensi yang membedakan antara arus kas dan dasar saham. Insolvensi atas dasar arus kas ada dua bentuk, yaitu:

1. Insolvensi teknik, merupakaan keadaan dimana perusahaan dianggap tidak dapat memenuhi kewajibannya pada saat kewajiban telah jatuh tempo.

2. Insolvensi dalam pengertian kebangkrutan diartikan dalam ukuran kekayaan bersih negatif dalam neraca konvensional atau nilai sekarang dari arus kas yang diharapkan lebih kecil dari kewajiban.24

Penyebab Kesulitan Keuangan. Terdapat alasan utama mengapa perusahaan bisa mengalami financial distress dan kemudian bangkrut, yaitu:

1. Neoclassical Model Financial Distress dan kebangkrutan terjadi jika alokasi sumber daya di dalam perusahaan tidak tepat. Manajemen yang kurang bisa mengalokasikan sumber daya (aset) yang ada di perusahaan untuk kegiatan operasional perusahaan.

2. Financial Model Pencampuran aset benar tetapi struktur keuangan salah dengan liquidity constraints. Hal ini berarti bahwa walaupun perusahaan dapat bertahan hidup dalam jangka panjang tapi ia harus bangkrut juga dalam jangka pendek.

24Mamduh Hanafi, Manajemen Keuangan Ed. I (Yogyakarta : BPFE, 2010) Hlm. 638

3. Corporate Governance model Menurut model ini, kebangkrutan mernpunyai campuran aset dan struktur keuangan yang benar tapi dikelola dengan buruk. Ketidakefisienan ini mendorong perusahaan menjadi oll of the market sebagai konsekuensi dari masalah dalam tata kelola perusahaan yang tak terpecahkan.

Kesulitan usaha merupakan kondisi kontinum mulai dari kesulitan keuangan yang ringan (likuidasi) sampai pada kesulitan yang lebih serius, yaitu utang lebih besar dibandingkan dengan aset atau tidak solvabel. Pada kondisi ini perusahaan praktis dikatakan sudah bangkrut.25

Finacial Distres merupakan suatu tahap penurunan kondisi keuangan yang terjadi sebelum terjadinya kebangkrutan ataupun likuidasi. Finacial Distres dimulai dari ketidakmampuan dalam memenuhi kewajiban- kewajibannya, terutama kewajiban yang bersifat jangka pendek termasuk kewajiban likuiditas, dan juga termasuk kewajiban dalam kategori solvabilitas.26

Kegagalan keuangan (Financial Distres) memiliki dua bentuk Yakni Default Teknis yang terjadi bila suatu perusahaan gagal memenuhi salah satu atau lebih kondisi didalam ketentuan hutangnya, seperti rasio aktiva lancar yang ditetapkan, serta kegagalan keuangan atau ketidakmampuan teknik yang terjadi apabila perusahaan tidak mampu memenuhi kewajibannya pada waktu yang telah ditentukan walaupun harta totalnya melebihi hutangnya.27

25Ibid, Hlm. 612

26Weston, J Fred And Thomas E. Copeland, 1986, Manajemen Keuangan,Terjemahan, Edisi Kedelapan, Jilid 2, Binarupa Aksara, Jakarta (Terjemahan). hlm.68

27Eka Oktarina, Op Cit, hlm. 11

Financial Distres dapat ditunjau dari komposisi neraca yaitu perbandingan jumlah aktiva dalam kewajiban, dari laporan laba rugi jika terus menerus rugi, dan dari laporan arus kas jika arus masuk lebih kecil dari arus kas keluar.28

Pada saat ini banyak formula yang telah dikembangkan untuk menjawab berbagai permasalahan tentang Bankruptcyini, salah satu yang dianggap populer dan banyak dipergunakan dalam berbagai penelitian serta analisis secara umum adalah model kebangkrutan Almant. Metode Almant ini atau lebih umum publik menyebut model Z-ScoreAlmant dengan menggunakan pendekatan analisis diskriminan.29

Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya Finacial Distres pada perusahaan adalah:

1. Faktor Umum g. Sektor Ekonomi

Faktor-faktor penyebab Financial Distres dari sektor ekonomi adalah gejala Inflasi dan defilasi harga barang dan jasa. Kebijakan keuangan, suku bunga dan devaluasi uang dalam hubungannya dengan uang asing serta neraca pembiayaan, surplus atau defisit dalam hubungan dengan perdagangan luar negeri.

h. Sektor Sosial.

28Desi Mila Sari, Prediksi Potensi Finacial Distres Analisis Model Almant Z-Score (Studi Pada Bank Muamalat Indonesiaperiode 2012-2015), (Skripsi, FEBI, UIN Surakarta ),hlm. 11

29Fahmi Irham, ibid, hlm. 94.

Sektor sosial sangat berpengaruh terhadap Finacial Distres cenderung pada perubahan gaya hidup masyarakat yang mempengaruhi permintaan terhadap produk dan jasa ataupun cara perusahaan berhubungan dengan karyawan. Faktor sosial lain yaitu kerusuhan atau kekacauan yang terjadi dimasyarakat.

2. Teknologi

Penggunaan teknologi informasi juga menyebabkan biaya yang digantung perusahaan membengkak terutama untuk pemeliharaan dan implementasi. Pembengkakan terjadi, jka penggunaan teknologi informasi tersebut kurang terencana oleh Manajemen, sistemnya tidak terpadu dan para manajer pengguna kurang profesional.

3. Sektor Pemerintah.

Pengaruh dari sektor pemerintah barasal dari kebijakan pemerintah terhadap pencabutan subtansi pada perusahaan dan industri, pengenaan tarif ekpor dan impor barang berubah, kebijakan Undang-Undang baru bagi tenaga kerja dan lain-lain.

a. Faktor Eksternal Perusahaan.

Biasanya faktor eksternal perusahaan timbul memiliki pemicu dari luar perusahaan itu sendiri seperti, konsumen dan pesaing.30 b. Faktor internal perusahaan.

Faktor internal perusahaan biasanya timbul dari dalam perusahaan itu sendiri, pemicunya bisanya, manajemen tidak efisien

30Mey handayanisetiawati, op cit. Hlm. 29

yang disebabkan karena kurang adanya kamampuan, pengalaman, sikap inisiatif dari manajemen.31

Prediksi mengenai perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan (Financial Distres), yang kemudian mengalami kebangkrutan meruapakan suatu analisis yang penting bagi pihak-pihak yang berkepentingan seperti kreditur, investor, otoritas pembuat peraturan maupun manajemen.32

Studi mengenai kebangkrutan perusahaan pertama kali di kemukakan oleh beaver (1966) yang menggunakan rasio-rasio keuangan pada lima tahun sebelum terjadinya kebangkrutan. Tujuan dari penelitiannya yaitu untuk mengetahui apakah rasio-rasio keuangan tersebut bisa digunakan untuk mendeteksi kebangrutan dan berapa lama kebangkrutan tersebut akan terjadi setelah rasio keuangan mengalami penurunan atau menjadi tidak sehat. Beaver membuat enam kelompok rasio yaitu: CashFlowRatios, Net IncomeRatios, Debt / Total Ratios, LiquidAssets/ CurrentDebtRatios, TurnoverRatios, Dan Liquid Assets / Total AssetsRatios. Dari keenam rasi tersebut, Beaver menemukan bahwa rasio dari aliran cash (CashFlow) terhadap kewajiban total (Total Debt) merupakan predikor yang paling baik untuk menemukan tingkat kebangrutan sebuah perusahaan.33

31Mey Handayani Setiawati, op cit. hlm. 30

32Satono R. Agus, Manajemen Keuangan Teori Dan Aplikasi, Edisi Ke 4, (Yogyakarta : BPFE- yogyakarta, 2010), hlm. 114

33Ibid, hlm. 115

Dalam dokumen SURAT REKOMENDASI (Halaman 32-38)

Dokumen terkait