• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

F. Penelitian Terdahulu

1. KAWIN BEDA AGAMA (KAJIAN TERHADAP BUKU FIKIH LINTAS AGAMA; MEMBANGUN MASYARAKAT INKLUSIF -PLURALIS)., Moh. Anang Abidin, Pascasarjana UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.

2008.

Penelitian ini bermaksud mengkaji terhadap pemikiran para tokoh dalam buku fikih lintas agama; membangun masyarakat inklusif-pluralis. Hal ini tidak lain karena gagasan tersebut dianggap baru dalam khazanah pemikiran Islam yang ada selama ini, terlebih lagi adalah gagasan mereka yang membolehkan kawin beda agama, kemudian untuk mengetahui latar belakang dan epistemologi yang dibangun. Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian kepustakaan dengan pendekatan kualitatif, karena di dalamnya mengkaji pemikiran para tokoh dalam buku tersebut terutama yang berkaitan dengan pembolehan kawin beda agama.

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini, bahwa kawin beda agama menurut buku tersebut (antara orang-orang muslim baik laki-laki dan perempuan) hukumnya boleh, bahkan sangat dianjurkan, untuk menjalin

23 https://id.wikipedia.org/wiki/Asy-Syathibi, diakses tanggal 11 Juli 2015

hubungan baik antar-agama melalui sebuah keluarga, mengingat salah satu tujuan keluarga adalah menjalin tali kasih dan sayang. Hal demikian adalah untuk menerjemahkan maksud agama yang tidak membedakan ras, golongan, suku bahkan agama. Sementara latar belakang dan bangunan epistemologinya dipengaruhi oleh tiga faktor; faktor Akademis, faktor Teologis dan faktor Sosiologis. Disamping itu, Nurcholish Madjid melakukan pembaruan pada tiga level; pembaruan level metodologis, etis dan filosofis

2. HUKUM WARIS ANAK DARI PERKAWINAN BEDA AGAMA MENURUT FIQH DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM (KHI), Inayatur Rahmah, Pascasarjana UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. 2007.

Permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini adalah mengenai status dan hukum waris anak dari perkawinan beda agama menurut fiqh dan KHI, dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana sebenarnya eksistensi anak dari perkawinan beda agama menurut fiqh dan KHI serta untuk mengetahui lebih mendalam tentang hukum waris anak dari perkawinan beda agama menurut fiqh dan KHI. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian bibliographich research atau penelitian berdasarkan kepustakaan.

Sedangkan pengumpulan datanya, penulis menggunakan dokumentasi.

Dalam penelitian ini, penulis mencari data mengenai perkawinan beda agama dan kewarisan beda agama dalam literatur-literatur ilmiah, dokumen resmi dan hal-hal lain yang berkaitan dengan pembahasan.

Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa menurut fiqh, status anak dari perkawinan beda agama dianggap sebagai anak yang sah apabila anak tersebut dilahirkan dari perkawinan dengan wanita ahli kitab, karena perkawinan dengan wanita ahli kitab dihalalkan oleh Allah SWT.

Sedangkan menurut KHI anak tersebut tidak sah, karena KHI melarang praktek perkawinan beda agama. Adapun mengenai hukum warisnya, menurut fiqh anak dari perkawinan beda agama bisa mendapatkan warisan melalui wasiat wajibah yang tidak boleh lebih dari 1/3 dari harta muwaris. Sedangkan menurut KHI, anak tersebut tidak bisa mewarisi dari bapaknya dan hanya bisa mewarisi dari pihak ibu dan keluarga ibunya.

3. KONSEP ISLAM LIBERAL TENTANG PERNIKAHAN BEDA AGAMA PERSPEKTIF HUKUM ISLAM, Mahbub Kholiduzen, Pascasarjana UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. 2011.

Penelitian ini adalah tentang konsep yang digunaknan oleh Islam liberal dalam melegalkan pernikahan antar agama, ada tiga aspek penting yang dibahas dalam penelitian ini, yaitu tentang konsep Islam Liberal Terhadap Pernikahan Beda Agama, konsep pernikahan dalam Hukum Islam dan bagaimana Hukum Islam menanggapi konsep Islam Liberal terhadap pernikahan beda agama. Berkenaan dengan hal itu, penelitian ini menggunakan metode deskriptif interpretatif yaitu menyajikan data tentang konsep Islam Liberal terhadap nikah beda agama perspektif

hukum Islam dan ditata sedemikian rupa sehingga membentuk konfigurasi masalah yang dapat dipahami.

Hasil dari penelitian ini adalah: bahwa kebebasan berpikir (rasionalisasi) dalam Islam yang kemudian menjadi jiwa/ roh gerakan Islam liberal ternyata otentik bersumber dari tradisi Islam. Hukum dari pernikahan antar agama yaitu perempuan beragama Islam menikah dengan laki- laki non Islam adalah haram secara mutlak, lelaki Muslim dengan perempuan ahli kitab, ahli kitab di sini adalah agama Nasrani dan Yahudi yang masih memegang teguh ajaran agamanya (tidak ada perubahan ajaran agama) hukumnya boleh dan Laki- laki Muslim dengan perempuan non ahli kitab banyak ulama yang melarang.

4. STUDI KOMPARATIF PEMIKIRAN MASJFUK ZUHDI DAN NURCHOLIS MADJID TENTANG NIKAH BEDA AGAMA, Imam Fauzi, Pascasarjana UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. 2011

Penelitian menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan metode deskriptif analisis. Analisis ini akan digunakan dalam usaha mencari dan mengumpulkan data, menyusun, menggunakan serta menafsirkan data yang sudah ada. Untuk menguraikan secara lengkap, teratur dan teliti terhadap suatu obyek penelitian, yakni dapat mengetahui dengan jelas pendapat dan dasar hukum Masjfuk dan Nurcholis tentang nikah beda agama.

Dari penelitian ini menghasilkan sebuah kesimpulan bahwa, menurut pendapat Masjfuk pernikahan antara laki-laki Muslim dengan perempuan

ahl al-kitab adalah boleh berdasarkan QS. al-Maidah: 5, dan laki-laki Muslim dengan perempuan musyrik haram hukumnya berdasarkan QS. al- Baqarah: 221, serta pernikahan antara perempuan Muslim dengan laki- laki non Muslim maka hukumnya haram berdasarkan QS. al-Baqarah: 221 dan QS. al-Mumtahanah: 10. Lain halnya menurut Nurcholis, menurutnya pernikahan beda agama itu boleh baik dengan ahl al-kitab maupun musyrik, asalkan bukan musyrik bangsa Arab, ia mendasarkan pendapatnya pada QS. al-Maidah: 5, dan juga membolehkan pernikahan antara perempuan Muslimah denga laki-laki non Muslim, menurutnya diperbolehkannya pernikahan ini lantaran tidak ada larangan yang sharih.

Yang ada justru bersumber dari hadis yang tidak begitu jelas kedudukannya.

Dari beberapa karya ilmiah di atas, belum ada yang membahas secara spesifik tentang kajian Syad Z|ari>’ah Imam al-Sya>t}ibi korelasinya dengan hukum larangan pernikahan beda agama, sehingga bisa menjadi jelas dasar yang koheren dan tepat dalam mendasari hukum larangan pernikahan beda agama di Indonesia, serta akan diketahui pula tentang metode istinba>t} yang dipakai ketika memutus hukum tersebut, selain itu bisa ditelisik maksud syara’ tentang hukum larangan pernikahan beda agama yang telah tertuang dalam teks ayat di al-Qur’an maupun hadis.