• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

D. Dalil hukum tentang pernikahan beda agama

1. Hukum Islam

D. Dalil hukum tentang pernikahan beda agama

ini diturunkan mengenai Ibnu Abu Martsab al-Ghanawi yang meminta izin kepada Nabi SAW untuk mengawini seorang wanita musyrik yang cantik dan mempunyai kedudukan tinggi (namanya Inaq) lalu turunlah ayat ini dan diketengahkan oleh Wahidi dari jalur Suda dari Abu Malik dari Ibnu Abbas, katanya : Ayat ini turun mengenai Abdullah bin Rawahah, ia mempunyai seorang budak hitam yang dimarahi dan dipukulinya kemudian ia merasa kebingungan dan takut lalu ia datang kepada Rasulullah SAW dan menceritakannya dan banyak orangpun menyalahkannya lalu turunlah ayat diatas.55

Ayat diatas memberikan beberapa isyarat, diantaranya:

1) Diharamkan menikahi perempuan penyembah berhala dan tidak memiliki kitab samawi.

2) Wanita muslim diharamkan menikah laki-laki kafir, baik ahl al- kita>b maupun penyembah berhala

3) Dibolehkan menikahi wanita kitabiyah (Yahudi dan Nasrani), apabila tidak berbahaya untuk pembinaan anak

4) Perbedaan antar manusia, baik segi amal maupun keshalihan, sehingga budak muslimah lebih baik dari perempuan musyrik yang merdeka

5) Musyrik kebanyakan akan menarik perempuan muslim untuk menjadi orang kafir.56

55 Abu> Bakar Bahrun, Terjemah Tafsi>r Jala>lain Berikut Asba>bun Nuzu>l juz, h. 205-206

56 Muhammad Ali al-S|a>bu>ni, Rawa’i al-Baya>n fi Tafsir Ayat al-Ahka>m min al-Qur’an juz I, (Beirut: al-Maktabah al-Isriyah, 2011), 271

b. Larangan kawin baik laki- laki muslim dengan perempuan kafir dan perempuan muslimah dengan laki-laki kafir, Sebagaimana dalam firman Allah

اَهُّ يَأاَي َنيِذَّلا اوُنَماَء اَذِإ ُمُكَءاَج ُتاَنِمْؤُمْلا

ٍتاَرِجاَهُم َّنُىوُنِحَتْماَف

ُوَّللا ُمَلْعَأ

َميِإِب َّنِهِنا ْنِإَف َّنُىوُمُتْمِلَع ٍتاَنِمْؤُم

َلََف َّنُىوُعِجْرَ ت ىَلِإ

ِراَّفُكْلا َّنُى َلَ

لِح ْمُهَل َلََو

ْمُى َنوُّلِحَي َّنُهَل ْمُىوُتاَءَو اَم

اوُقَفْ نَأ َلََو َحاَنُج ْمُكْيَلَع ْنَأ َّنُىوُحِكْنَ ت اَذِإ

َّنُىوُمُتْيَ تاَء

َّنُىَروُجُأ َلََو

اوُكِسْم ُت ِمَصِعِب

ِرِفاَوَكْلا اوُلَأْساَو

ْمُتْقَفْ نَأ اَم اوُلَأْسَيْلَو اَم

اوُقَفْ نَأ ْمُكِلَذ

ُمْكُح ِوَّللا ُمُكْحَي ْمُكَنْ يَ ب ُوَّللاَو ٌميِلَع ٌميِكَح ( ةنحتمملا :

22 )

Hai orang-orang yang beriman, apabila datang berhijrah kepadamu perempuan-perempuan yang beriman, maka hendaklah kamu uji (keimanan) mereka. Allah lebih mengetahui tentang keimanan mereka; maka jika kamu telah mengetahui bahwa mereka (benar- benar) beriman maka janganlah kamu kembalikan mereka kepada (suami-suami mereka) orang-orang kafir. Mereka tiada halal bagi orang-orang kafir itu dan orang-orang kafir itu tiada halal pula bagi mereka. Dan berikanlah kepada (suami-suami) mereka mahar yang telah mereka bayar. Dan tiada dosa atasmu mengawini mereka apabila kamu bayar kepada mereka maharnya. Dan janganlah kamu tetap berpegang pada tali (perkawinan) dengan perempuan-perempuan kafir; dan hendaklah kamu minta mahar yang telah kamu bayar; dan hendaklah mereka meminta mahar yang telah mereka bayar.

Demikianlah hukum Allah yang ditetapkan-Nya di antara kamu. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.57

c. Diperbolehkannya laki-laki muslim mengawini perempuan yang ada diantara ahl al-kita>b, hal ini berdasarkan firman Allah QS al-Ma>idah (5):5

َمْوَ يْلا َّلِحُأ ُمُكَل ُتاَبِّيَّطلا ُماَعَطَو

َنيِذَّلا اوُتوُأ َباَتِكْلا لِح

ْمُكَل ْمُكُماَعَطَو لِح

ْمُهَل

ُتاَنَصْحُمْلاَو َنِم

ِتاَنِمْؤُمْلا ُتاَنَصْحُمْلاَو

َنِم َنيِذَّلا اوُتوُأ َتِكْلا َبا ْنِم ْمُكِلْبَ ق اَذِإ

57 Departemen Agama RI, al-Qur’a>n Dan Terjemahnya, 550

َّنُىوُمُتْيَ تاَء َّنُىَروُجُأ

َنيِنِصْحُم َرْ يَغ

َنيِحِفاَسُم َلََو

يِذِخَّتُم ٍناَدْخَأ

ْنَمَو ْرُفْكَي

ِناَميِْلْاِب ْدَقَ ف

َطِبَح ُوُلَمَع َوُىَو ِةَرِخ ْلْا يِف

َنِم َنيِرِساَخْلا (

ةدئاملا : 2 )

Pada hari ini dihalalkan bagimu yang baik-baik. Makanan (sembelihan) orang-orang yang diberi Al Kitab itu halal bagimu, dan makanan kamu halal pula bagi mereka. (Dan dihalalkan mengawini) wanita-wanita yang menjaga kehormatan di antara wanita-wanita yang beriman dan wanita-wanita yang menjaga kehormatan di antara orang-orang yang diberi Al Kitab sebelum kamu, bila kamu telah membayar mas kawin mereka dengan maksud menikahinya, tidak dengan maksud berzina dan tidak (pula) menjadikannya gundik- gundik. Barangsiapa yang kafir sesudah beriman (tidak menerima hukum-hukum Islam) maka hapuslah amalannya dan ia di hari akhirat termasuk orang-orang merugi".(QS. al-Ma>idah: 5).58

Ketiga ayat tersebut tidak ada pertentangan dan semua kandungan hukumnya dapat diberlakukan. Antara Larangan kawin dengan orang musyrik, dengan kebolehan mengawini ahl al-kita>b tidaklah bertentangan karena kriteria musyrik adalah bagi mereka yang tidak mempunyai ajaran samawi, sedangkan ahl al-kita>b adalah mereka yang menganut ajaran agama yang semula bersumber dari wahyu atau dari Ajaran Samawi.

Ketentuan mengenai pernikahan beda agama termasuk dalam pembahasan Larangan perkawinan. Larangan perkawinan karena berlainan agama, hal ini sesuai ayat dengan dalam al-Qur’an surat al- Baqarah ayat 221 dan surat al-Mumtahanah ayat 10. Kelonggaran mengenai larangan tersebut diberikan kepada laki-laki muslim untuk

58 Departemen Agama RI, al-Qur’a>n Dan Terjemahnya, 107

menikah dengan wanita ahl al-kita>b, pernyataan ini sesuai dengan surat al-Maidah ayat 5.59

Menurut Mohammad Daud Ali, guru besar hukum Islam di Universitas Indonesia, menyebutkan bahwa ada tiga pendapat mengenai penggunaan hak laki-laki muslim mengawini perempuan ahl al-kita>b:60 a. Hak tersebut boleh digunakan oleh laki-laki muslim, jika

menghendakinya.

b. Hak tersebut bisa dilaksanakan tergantung pada situasi umat ketika itu. Misal bagi laki-laki muslim yang hidup di negara yang penduduknya mayoritas muslim, maka sulit dibenarkan untuk melakukan pernikahan tersebut. Penggunaan kebolehan mengawini perempuan ahl al-kita>b bagi laki-laki muslim, hanya mungkin dilakukan apabila di suatu tempat perempuan ahl al-kita>b tersebut lebih banyak dari perempuan muslim.

c. Jika pernikahan tersebut dilihat dari unsur maslahah dan mafsadah, maka pelaksanaan penikahan itu banyak mengandung mafsadah atau kerugiannya bagi syiar Islam daripada kebaikan, maka penggunaan hak tersebut tida dapat dibenarkan.