• Tidak ada hasil yang ditemukan

Fungsi Agama bagi manusia dan masyarakat

Dalam dokumen Teori Agama dari Hulu Sampai Hilir (Halaman 194-198)

YANGSAKRAL

C. Fungsi Agama bagi manusia dan masyarakat

194

oleh karenanya agama yang dibutuhkan adalah yang dapat menenangkan dan mengurangi beban pikirannya. Terjadinya pembaharuan agama tidak banyak mempengaruhi sikapnya, karena dia telah memiliki model agama yang menjadi tradisi.

Sikap orang dewasa terhadap problema fondamental adalah pasrah dan menerima apapun yang terjadi. Karena problem tersebut menjadi bagian integral dalam kehidupannya.

195

supranatural, Adikodrati akan mendapatkan keselamatan.Untuk mendapatkan keselamatan itu manusia harus melakukan ibadah atau ritual sesuai dengan peruntukkannya.Supernatural atau adikodrati itulah pemilik keselamatan yang dijanjikan kepada manusia yang mau percaya. Seperti dalam ajaran kristiani bahwa manusia harus percaya kepada Yesus kristus sebagai juru selamat yang melakukan penebusan dosa manusia.Siapapun yang percaya kepada Yesus sang penebus maka ia akan diselamatkan.

2. Fungsi kontrol sosial

Ketenangan dan kedamaian hidup masyarakat ditentukan oleh sejauh mana masyarakat taat dan patuh terhadap aturan, norma dan hukum dalam masyarakat.

Agama memberikan batas-batas yang jelas mana perbuatan yang baik dan mana perbuatan yang buruk. Agama juga memberikan batas mana perbuatan yang benar dan mana perbuatan salah. Perbuatan baik dan benar akan mendapatkan balasan kebaikan dari tuhan. Perbuatan salah dan buruk akan mendapatkan hukuman pula dari tuhan.

Orang yang melakukan perbuatan zina yang dilarang oleh tuhan, disamping akan mendapatkan hukuman dari tuhan, juga akan mendapatkan hukuman sosial, misalnya dikucilkan, dipukul atau dirajam. Oleh sebab itu dibidang kontrol sosial ini agama menjelaskan sekaligus memperingatkan manusia untuk selalu metaati hukum tuhan dan hukum manusia. Agama memberikan kaidah – kaidah susila dengan menetapkan hukum pada setiap tindakan manusia. Adanya perkara yang wajib, harus, batal, dan tidak syah, haram, taboo, sakral, dan lain sebagainya merupakan rambu-rambu bagi kehidupan sosial.

Masyarakat dimana saja telah memilii kaidah hukum secara turun temurun yang tidak tertulis berupa, adat dan tradisi. Orang yang taat terhadap tradisi atau adat juga akan mendapatkan sanksi sosial. Hukum adat adalah merupakan refleksi dari keinginan masyarakat untuk menciptakan ketenangan dan kedamaian dalam hidup bersama. Begitu pula dengan hukum tuhan diyakini sebagai refleksi keinginan tuhan untuk menciptakan kehidupan manusia di dunia ini dengan teratur dan saling menghormati.

3. Fungsi Profetis atau kritis

Fungsi profetis ( kenabian ) dan kritis ini memusatkan perhatiannya pada lembaga kekuasaan yang sedang berkuasa. Fungsi kritis ini mengharapkan penguasa

196

itu menjalankan kewajiban dengan penuh rasa tanggung jawab secara moral dan mengembangkan keadilan di bumi. Fungsi kritis agama ini dalam kenyataan sering menimbulkan konflik antara institusi agama dan institusi penguasa atau politik.

Instansi agama selalu kritis terhadap semua tindakan pemerintah, supaya tidak sampai menimbulkan kerugian masyarakat, baik secara moril maupun materiil. Karena kerugian yang dialami oleh masyarakat luas yang disebabkan oleh keputusan pemerintah yang gegabah, tidak mudah untuk dipulihkan. Bahkan kesalahan pengambilan keputusan yang bersifat publik akan berdampak secara luas terhadap kehidupan sosial secara keseluruhan. Fungsi kritis ini ditujukan kepada keputusan yang menyebabkan pengaruh negatif dan merugikan bagi masyarakat.

Fungsi kritis agama ini diyakini sebagai refleksi keingian tuhan untuk menciptakan kehidupan bernegara secara baik. Oleh karena itu dalam melakukan fungsi kritis ini sering menggunakan simbol agama atau simbol tuhan.

4. Fungsi persaudaraan

Fungsi ini sering berbenturan dengan sentimen kelompok, disisi lain fungsi persaudaraan ini dapat mengikat hubungan sosial yang semakin kuat. Agama bisa mejadi identitas kelompok, sehingga orang yang merasa berasal dari agama yang sama, otomatis akan merasa menjadi bagian dari kelompok itu, dan menciptakan komunitas yang berujung pada solidaritas kelompok. Tetapi jika menemui orang yang tidak berasal dari agama yang sama, maka tidak akan terbentuk kelompok. Oleh karena itu agama bagai pisau bermata dua, disatu sisi dapat memupuk persaudaraan, disisi lainnya dapat menimbulkan konflik antar kelompok.

Oleh para pengamat sosial integrasi sosial itu sangat diperlukan, karena perdamaian sejati itu bisa terwujud apabila telah terjadi adanya integrasi sosial.

Integrasi melibatkan beberapa kelompok yang saling berbeda, dapat membentuk satu kesatuan sosial. Oleh karena itu tujuan akhir dari persaudaraan itu bukan membentuk komunitas tetapi adalah kesatuan sosial.

Tuhan memandang manusia universal secara sama, perbedaan diantara mereka hanya dibatasi oleh manusia yang taat dan tidak taat kepada Tuhan. Manusia yang berbuat baik dan berbuat jahat kepada tuhan. Ukuran kebaikan dan kesalehan itu ditentukan kualitas iman. Tuhan tidak memandang orang berkulit putih lebih baik dari pada orang berkulit hitam. Orang berambut pirang lebih baik dari orag berambut

197

hitam. Nilai yang sama diberikan kepada manusia, bersifat universal supaya setiap manusia dari suku apa saja dan negara mana saja dapat meninggikan nilai- nilai universal itu. Nilai universal itu merupakan ketentuan tuhan untuk menciptakan kebaikan bagi seluruh manusia.

Ajaran moral dan etika dalam agama selalu mementingkan ikatan persaudaraan, solidaritas sosial, dan kepentingan sosial. Oleh karena itu setiap agama memberi nilai- nilai kebersamaan sebagai salah satu sistem nilai. Contohnya shalat berjamaah dalam Islam memiliki keutamaan berlipat dibanding dengan sembahyang sendiri. Begitu juga dalam Agama Kristiani kebaktian bersama merupakan bentuk ikatan gereja sebagai persekutuan, ikatan manusia dengan tuhan sebagai doktrin gereja.

5. Fungsi Tranformatif

Fungi ini menitik beratkan kepada sejauh mana agama itu dapat mendorong terjadinya tranformasi atau perubahan. Perubahan dalan perspektif agama adalah perubahan yang positif untuk kepentingan hidup manusia. Dalam kaitannya dengan tranformasi sosial menempatkan dua variabel dalam possi yang saling berkaitan, yaitu sebagai variabel independen. Jika menempatkan agama sebagai variabel independen, maka menempatkan perubahan sebagai variabel dependen, ataupun sebaliknya. Penempatan variabel-variabel masing-masing akan membawa konsekwensi metodologis yang berbeda, dan akan menghasilkan kesimpulan yang berbeda pula, namun tetap memiliki kaitan.138

Jika perubahan ditempatkan sebagai variabel independen, maka agama diposisikan sebagai sistem yang dipaksa untuk menyesuaikan dengan arus perubahan di luar dirinya. Perubahan digunakan untuk menjelaskan tampilan-tampilan yang berbeda sepanjang waktu yang dialami oleh masyarakat. Perubahan sosial tersebut bisa berbentuk perubahan nilai, norma, ideologi, peranan sosial, politik, ikatan keluarga, kaitan sosial, hukum dan sebagainya. Perubahan tersebut bisa mempengaruhi sistem lainnya secara luas. Ada pula perubahan yang tidak membawa pengaruh apapun terhadap sistem sosial lainnya. Dalam posisi ini agama harus dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan sosisl yang ada, supaya akan tetap eksis di tengah kehidupan yang serba cepat berubah. Kalau perubahan itu dianggap sebagai keniscayaan, maka

138 Abd.Aziz , Esai – Esai agama ( jakarta, Diva Pustaka, 2006), 40

198

perubahan itu tidak dapat dihindari. Oleh karena itu teori evolusi sangat menekankan bahwa perubahan itu pasti terjadi, meski dengan proses yang lamban. Karena secara sosiologis tidak ada masyarakat yang bersifat tetap, tidak berubah.

Jika agama ditempatkan sebagai variabel independen, sebagai sumber dari perubahan itu, maka fungsi tranformatif berarti mengubah bentuk kehidupan masyarakat lama dalam bentuk kehidupan baru. Ini berarti mengganti nilai-nilai lama dengan menanamkan nilai-nilai baru. Berdasarkan analisa ahli ilmu sosial bahwa yang tidak sesuai dengan nilai-nilai, maka peran agama membentuk kepribadian manusia yang ideal. kehidupan masyarakat lama dibentuk oleh nilai-nilai adat yang diwariskan dari angkatan sebelumnya yang berupa pola-pola berpikir dan kelakuan yang ditaati.

Nilai itulah yang membentuk kepribadian atau identitas manusia dan masyarakatnya menurut nilai adat. Apabila nilai lama tersebut tidak sesuai dengan kemanusiaan, maka peran agama mengkritisi nilai itu. Tranformasi berarti juga mengubah kesetiaan masyarakat atas adat.

Fungsi tranformasi agama lebih banyak menekankan pada peran kritik dan mengubah sikap dan mental masyarakat yang kurang sesuai dengan nilai kemanusiaan. Kekuatan peran kritik ini terletak pada kekuatan agama sebagai sumber nilai kebaikan yang bersifat sakral.

Dalam dokumen Teori Agama dari Hulu Sampai Hilir (Halaman 194-198)