JIWA
IV. TEORI AGAMA DAN KONSEP TUHAN DALAM PERSPEKTIF PSIKOLOGI
101 J.G. FRAZER Pertama : Magis
Kedua : Agama yang menuju monothism
Ketiga: Masa Ilmu pegetahuan
Pertama : Masa Savage (Liar), manusia ingin mengontrol alam, meman-faatkan alam.
Kedua : Masa Agama : di balik kekuatan alam, bersifat personal, yang disebut TUHAN. Pada masa ini
masyarakat masih
menggabungkan antara prinsip agama dan magis.
Di zaman ini tidak ada lagi sistim imitasi dan kontak dalam magis. Yang ada adalah prinsip VALID, berdasarkan sebab akibat fisikal. Ilmu pengetahuan adalah magis tanpa kesalahan
Teori magis ini berangkat dari pemikiran keagamaan masya-rakat primitif tentang kekuatan alam. Alam dapat dipengaruhi dan ditaklukkan oleh manusia sesuai dengan kebutuhannya. Setiap ritual yang dilakukan secara tepat, akan menghasilkan sesuai yang diharapkan.
Klaim magis dianggap tidak valid dibanding agama.
Penjelasan agama dianggap lebih masuk akal dibanding Magis.
Pada akhirnya masyarakat
menyadari bahwa
kedangkalan agama tidak beda dengan magis.
Kedatangan ilmu
pengetahuan menggeser posisi agama dan magis, yang menjelaskan prinsip alam dengan general dan impersonal.
IV.TEORI AGAMA DAN KONSEP TUHAN
102 Freud bahwa agama itu berasal dari angan dan emosi yang masuk dalam alam bawah sadar, karena disebabkan oleh banyak hal yang kompleks, khususnya rasa tertekan.
Tindakan orang tertekan itu irrasional, seperti tindakan tanpa tujuan seperti orang mabuk, rasa takut yang tidak berdasar, perasaan sayang yang tidak rasional, melakukan ritual – ritual obsesi pribadi. Semua itu adalah bentuk neurotis, yaitu gangguan saraf yang tidak bisa disembuhkan dengan pengobatan medis biasa, tetapi harus dengan psikoanalisa. Pikiran orang yang mengalami neurotis selalu illusi, atau khayalan.
Semua hasil khayalan dan illusi tersebut berasal dari alam bawah sadar.
Dari prinsip ini Freud menyimpulkan bahwa mitos , seni, dongeng dan agama adalah dikaitkan dengan mimpi manusia, yang berasal dari alam bawah sadar.
Menurut Freud alam bawah sadar memegang peran penting dalam pikiran, karena sebagai penghubug antara jasmani dan mental dalam diri setiap manusia. Manusia harus didasarkan pada tubuh kasarnya yang didasarkan biologis tertentu. Seperti rasa lapar dan dorongn sek, keduanya beroperasi dalam prinsip kepuasan. Ketika keinginan untuk puas tersebut terhalang oleh kenyataan dari dunia luar yang saling bertabrakan, misalnya norma sosial, hukum, aturan perkawinan, makanan yang halal, maka terjadilah konflik dalam diri manusia. Maka kita mau tidak mau harus menyesuaikan dengan kenyataan itu. Fakta sosial menekan individu untuk selalu mengikuti mengikutinya.
Ketika proses penyesuaian itu ada sesuatu yang menekan dan tertekan, yang kemudian dibawa ke alam bawah sadar. Dari peristiwa konflik diri manusia dengan kenyataan dari luar tersebut, maka Freud membagi kepribadian kedalam 3 yaitu: Ego, super ego dan Id. Dari ketiga model kepribadian tersebut, Id dianggap sebagai yang paling dasar diantara keperibadian lainnya. Id berasal dari prinsip hewaniyah, yang mau memuaskan dirinya sendiri, baik dari kebutuhan makan maupun dorongan seksualnya.
Id berasal dari alam bawah sadar yang tidak mengenal dirinya sendiri. Superego, merupakan hasil bentukan masyarakat, keluarga, prilaku dan harapan – harapan sesuai dengan keinginan masyarakat banyak. Ego merupakan pusat penentu pilihan kepribadian manusia.Tugasnya menampilkan keseimbangan yang kontinyu dalam diri
103 manusia.Berikut mekanisme kepribadian manusia berdasarkan konsep Freud:
Dari penjelasan ini Freud mengkaitkan prilaku masyarakat yang percaya kepada Tuhan adalah sebagai prilaku yang disebabkan oleh illusi tentang masa depan kehidupannya. Manusia merasa takut menghadapi masa depan, maka membutuhkan
Ego/ kepribadian
Super ego/ nilai Id/ hewaniyah
Id
Super ego
Ego
104 agama sebagai jaminan. Orang yang mengalami neurotis akan mengalami rasa takut dan cemas menghadapi realitas. Dari pemikiran inilah Freud dianggap anti Tuhan. Ajaran agama itu bukan datang dari tuhan atau yang lain, karena memang tuhan itu tidak ada, semua ajaran agama adalah hasil renungan manusia untuk cita - cita masa depannya.
Dibawah ini gambaran hubungan antara psikoanalisis neurotis dengan kepercayaan terhadap agama menurut konsep Freud:
Mimpi menurut Freud adalah bentuk dari neurotis, yang dialami oleh semua manusia. Mimpi berasal dari dorongan alam bawah sadar yang sangat kuat. Ketika dorongan dan keinginan tersebut berhadapan dengan realitas diluar yang tidak mengizinkannya, maka terjadilah konflik dalam diri manusia. Dorongan inilah yang menyebabkan orang yang memiliki keinginan melakukan hubungan seksual, dalam mimpi akan berbentuk mimpi basah. Hal ini menurut Freud adalah pelampiasan yang bijaksana. Oleh freud mimpi ini dapat dijadikan penjelas dari prilaku agama, sebagai bentuk dari pelampiasan dorongan yang kuat.
Dalam karyanya yang berjudul Actions and religius practices ( 1907 ) dia menjelaskan bahwa prilaku orang beragama mirip dengan prilaku orang yang menderita neurotis, yang selalu menekankan pentingnya seremonial, merasa bersalah dan berdosa, kalau tidak melakukan ritual. Upacara – upacara yang dilakukan merupakan represi dari dorongan yang paling azasi. Gangguan psikologis yang dialami oleh manusia itu sering disebabkan oleh hasrat seksual, sedangkan dalam agama sebagai akibat dari rasa
Angan
Emosi
Tertekan alam bawah sadar
illusi
realitas konflik
neurotis
agama
105 ketertekanan diri, yaitu pengontrolan terhadap insting ego. Jadi kalau represi seksual terjadi dalam gangguan obsesi mental diri seseorang, maka agama yang dipraktekkan oleh banyak orang dikatakan sebagai gangguan emosi universal.
Karya Freud yang lain Totem and Taboo, dalam buku ini Freud sangat dipengaruhi oleh Evolusionisme, ide- ide evolusi sosial dan intelektual dari August Comte. Menurutnya evolusi tidak saja terjadi dalam perkembangan fisik, seperti halnya Tylor dan Frazer bahwa manusia juga mengalami evolui dalam intelektual. Dalam kehidupan sosial selalu terjadi perkembangan dan perubahan secara linear sepanjang hidupnya. Oleh karena itu kepribadian orang dewasa adalah merupakan perkembangan dari kepribadian masa kanak – kanak, dan kita akan dapat mempelajari peradaban yang kita jalani saat ini dalam kebudayaan masa lalu. 34
Totem and taboo adalah karya Freud yang paling mengesankan dalam sejarah pemikiran keagamaan, terutama oleh para intelektual sosial. Karena dalam karya tersebut bagaimana Freud melakukan penjelasan tentang agama dengan menggunakan pendekatan antropologi dan psikologi sekaligus. Penekanan psikoanalisis terhadap prilaku kelompok primitif yang menggunakan totem dan adat taboo( tabu), sebagaimana Tylor dan Frazer sangat tertarik dengan kebiasaan ini. Dalam totem, suku mengidentifikasi diri mereka dengan binatang atau tumbuhan yang dianggap sebagai totem. Sedangkan adat suku adalah menggunakan kata taboo kalau mereka menyatakan bahwa itu dilarang. Taboo yang paling kuat dipegang oleh kelompok suku primitif adalah incest, berburu binatang totem, kecenderungan melanggar taboo. Untuk yang terakhir tersebut Freud mejelaskan bahwa setiap orang memiliki kecenderungan untuk melanggar hal – hal yang dilarang atau taboo, dan itu amat kuat. Oleh karena itu dari prinsip pemikiran ini Freud mengatakan bahwa agama itu lebih banyak memaksa dan menyiksa manusia. Karena semua orang ingin melakukan sesuatu yang dilarang oleh agama.
Dari sisi intelektualis, agama adalah sebuah prilaku yang dilakukan manusia secara sadar. Agama mempresentasikan suatu usaha untuk menggunakan penalaran agar dapat memahami alam, akan tetapi pada saat yang sama mereka telah melakukan kesalahan dalam penalaran itu sendiri. Oleh karena itu Freud mencoba untuk
34 Daniel Lpals, opcit, 102
106 menganalisa kejadian diatas dengan menggunakan psikoanalisa,bahwa manusia yang beragama itu mengalami ambivalensi, pertentangan – pertentangan hasrat yang kuat. 35
Menurut Freud kepercayaan agama membentuk peradaban manusia. Untuk mengetahui bagaimana proses psikologis munculnya kepercayaan agama menurut Freud adalah dari masalah Odiplus Compleks, yaitu emosi yang terpilah dalam diri manusia yang membawa kepada kejahatan pertama, yang membawa kepada penyembahan kepada seorang ayah sebagai Tuhannya, karena rasa bersalah. Peristiwa ini sangat penting artinya dalam sejarah manusia. Menurut Freud dalam larangan inces yang ingin melindungi klan dari akibat buruk, kita bisa melihat bagaimana moralitas dan kontrak sosial dibuat. Gabungan antara totem dan taboo membentuk pondasi dasar bagi seluruh peradaban.36
Dalam bukunya Pemikiran filsafat tentang keberadaan Tuhan, Fauzan saleh menulis bahwa Freud menyoroti berbagai pendekatan yang terdapat dalam tradisi Yahudi dan Kristen yang memproyeksikan kenangan tentang Bapak yang telah lama dikuburkan sebagai kekuatan besar yang mampu melindungi manusia dari ancaman alam. Dari penjelasan Freud menyimpulkan bahwa agama tidak lebih dari sekedar neurosa obsesif yang secara universal terdapat pada diri manusia. Lebih lanjut Fauzan menjelaskan bahwa gejala Oediplus Complek ini bermula dari mitologi Yunani. Bahwa Oediplus yang telah membunuh ayahnya karena merasa iri, yang kemudian kawin dengan ibunya sendiri. Oedilus Complek dalam teori Freud adalah komplek kejiwaan yang ditimbulkan oleh rasa irihati pada anak laki- laki terhadap bapaknya. Dengan merujuk konsep ini Freud menjelaskan bahwa adanya intensitas emosi kehidupan beragama yang hebat pada diri manusia dan perasaan – perasaan yang berkaitan dengan beban dosa dan kewajiban untuk mentaati perintah – perintah tuhan. Freud memperkuat penjelasan itu mengacu pada kenyataan pra- sejarah, pada saat manusia masih hidup dalam satuan – satuan gerombolan utama ( primal hords), yang terdiri bapak , ibu, dan anak dan keturunan mereka. Bapak sebagai lelaki yang paling kuat dan paling berkuasa, memiliki hak – hak istimewa atas semua wanita yang ada dalam kekuasaannya. Hal ini membuat anak laki – laki merasa iri dengan posisi bapak. Maka secara bersama – sama sepakat untuk membunuhnya dengan anggapan anak laki – laki ini akan mendapatkan kekuataan yang dimiliki oleh Bapak, apabila mereka berkenan untuk memakan dagingnya dan meminum darahnya. Dari sinilah awal sejarah fenomena
35 Ibid,109
36 Ibid,110
107 kanibal dalam kehidupan manusia. Mereka memakan daging dan darah bapak yang telah mereka bunuh. Pembunuhan terhadp sang bapak ini diyakini sebagai kejahatan primitif yang paling utama dalam sejarah manusia. Sebagai akibat dari pembunuhan tersebut timbulah ketegangan – ketegangan dalam jiwa merka, yang kemudian menjadi gejala – gejala yang menghambat psikologis tentang moral diantara mereka.
Pembunuhan terhadap bapak ini menjadi suatu titik tolak terhadap lahirnya kepercayaan totemisme dan gejala – gejala keagamaan yang lain. Setelah sang bapak telah tiada, ternyata mereka tidak mendapatkan apa yang mereka inginkan, yaitu kekuatan dan keistimewaan yang dimiliki sang bapak. Maka timbullah kesadaran mereka perlunya menahan diri dari keinginan dan nafsu serta mematuhi peraturan – peratauran dan larangan yang pernah diajarkan oleh bapaknya yang dibunuh. Larangan dan peraturan bapak inilah yang kemudian berubah menjadi kewenangan moral yang baru berupa taboo, khususnya untuk melakukan hubungan kelamin dengan saudaranya sendiri. Bagi Freud mengkaitkan peristiwa Oediplus Complek dengan agama sangat tepat guna menjelaskan kekuasaan tuhan yang misterius dalam jiwa manusia dan adanya perasan bersalah.37
Dibawah ini digambarkan hubungan agama dan pembentukan peradaban manusia melalui Prinsip Taboo menurut Freud.
Dalam karya yang lain Freud The Future of an illusion, ia menjelaskan bahwa kehidupan manusia muncul secara berevolusi disebabkan oleh alam natural, yang
37 . Fauzan Saleh,119-120
Angan
Emosi
alam bawah sadar Penebusan dosa Pembunuhan/
kesalahan awal
Realitas Memuja Ayah /
Tuhan