• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Objek Penelitian

Dalam dokumen penerapan pembelajaran tilawah (Halaman 89-117)

BAB IV PENYAJIAN DATA

A. Gambaran Objek Penelitian

1. Sejarah Pesantren Tilawatil Qur’an Al-Maghfur

Berdirinya Pesantren Tilawatil Qur’an Al-Maghfur di latar belakangi oleh kondisi dimana awal mula adanya pesantren ini karena pengasuh pesantren yang dulunya mengajar privat Tilawah Al-Qur’an setiap hari Jum’at pukul 14.00 wib. Ibu Nyai Hj. Nur Khairiyah, beliau merupakan pengasuh sekaligus ustadzah yang membina pembelajaran tilawah di Pesantren Tilawatil Qur’an Al-Maghfur. Sebelum adanya pesantren tersebut, beliau dulu pernah mengajar privat tilawah al-qur’an di kampung halaman tepatnya di mushollah dekat rumah beliau.

Suatu hari pada saat selesai pembelajaran tilawah ada anak yang bertanya kepada guru privat: “Ibu, mohon maaf izin bertanya. Apakah

njenengan tidak ingin mendirikan pondok bu? Saya ingin mondok bu, karena peminat belajar tilawah disini juga lumayan banyak kenapa njenengan tidak mendirikan pondok saja bu?”. Lalu, beliau mendiskusikan dengan suami.

Hasil dari diskusi tersebut menyatakan bahwa akan mendirikan pondok tetapi berbeda dengan pondok pada umumnya. Pondok yang didirikan ialah pondok pesantren yang lebih memfokuskan pada pembelajaran tilawah al- qur’annya. Maka dari itu, lahirlah “Pesantren Tilawatil Qur’an Al- Maghfur”.

Gambar 4.1

Pesantren Tilawatil Qur’an Al-Maghfur Ujungpangkah Gresik68

Pada fase awal berdiri, Pesantren Tilawatil Qur’an Al-Maghfur di huni sebanyak 4 santri. Namun, lambat laun kini pondok pesantren Al- Maghfur di huni sebanyak 193 santri hingga saat ini. Semua santri tersebut tidak hanya berasal dari Jawa Timur saja, melainkan ada santri yang berasal dari luar jawa yakni Kalimantan bahkan Sumatera.

68 Dokumentasi, “Sejarah Pesantren Tilawatil Qur’an Al-Maghfur”, 20 Mei 2023.

Pesantren yang bertempat di Desa Sekapuk, Kecamatan Ujungpangkah, Kabupaten Gresik ini didirikan pada tahun 2005 oleh Kyai H. Miftachul Ulum dan istrinya Ibu Nyai Hj. Nur Khairiyah.69

2. Profil Pesantren Tilawatil Qur’an Al-Maghfur

a. Nama Lembaga : Pesantren Tilawatil Qur’an Al-Maghfur b. Alamat : Dusun Sariijaya

c. Desa : Sekapuk d. Kecamatan : Ujungpangkah e. Kabupaten : Gresik

f. Provinsi : Jawa Timur g. Telp/Hp : 0856320077270

3. Visi dan Misi Pesantren Tilawatil Qur’an Al-Maghfur a. Visi

“Memasyarakatkan Al-Qur’an dan Mengal-qur’ankan Masyarakat”

b. Misi

1) Terwujudnya santri yang ahli baca Al-Qur’an 2) Terwujudnya santri yang ahli seni baca Al-Qur’an 3) Terwujudnya santri sebagai penghafal Al-Qur’an 4) Terwujudnya santri yang pandai baca sholawat 5) Terwujudnya santri yang berakhlaqul karimah71

69 Dokumentasi, “Sejarah Pesantren Tilawatil Qur’an Al-Maghfur”, 20 Mei 2023.

70 Dokumentasi, “Profil Pesantren Tilawatil Qur’an Al-Maghfur”, 20 Mei 2023.

71 Dokumentasi, “Visi dan Misi Pesantren Tilawatil Qur’an Al-Maghfur”, 20 Mei 2023.

4. Tujuan Pesantren Tilawatil Qur’an Al-Maghfur

Tujuan dari pesantren tilawatil qur’an Al-Maghfur ini yaitu

“Mencetak generasi qur’ani yang tahu akan mengamalkan ilmu Al-Qur’an di masyarakat”.72

5. Struktur Pengurus Pesantren Tilawatil Qur’an Al-Maghfur

Sebuah lembaga atau organisasi memerlukan struktur organisasi, struktur organisasi berfungsi sebagai bagan yang menjelaskan alur pengorganisasian suatu organisasi. Adapun struktur kepengurusan di Pesantren Tilawatil Qur’an Al-Maghfur sebagai berikut:

a. Pengasuh PTQ Al-Maghfur : Hj. Nur Khairiyah b. Penasihat PTQ Al-Maghfur : H. Ainur Rofik c. Ketua Pondok Putra : M. Akmal Fauzi d. Sekretaris Putra : Satrio Arif Wibowo e. Bendahara Putra : Faiz Azmi Maulana f. Ketua Pondok Putri : Fatimah Az-Zahra g. Sekretaris Putri : Masrifatus Sabela Putri h. Wakil Sekretaris Putri : Saidatuz Zahra’

i. Bendahara Putri : Nuril Rohmatul Izzah

j. Bendahara Umum : Devi Varikhatul Muzayyinah73

72 Dokumentasi, “Tujuan Pesantren Tilawatil Qur’an Al-Maghfur”, 20 Mei 2023.

73 Dokumentasi, “Data Kepengurusan Pesantren Tilawatil Qur’an Al-Maghfur”, 20 Mei 2023.

6. Daftar Jumlah Ustadz/Ustadzah Pesantren Tilawatil Qur’an Al- Maghfur

Tabel 4.1

Daftar Ustadz/Ustadzah Pesantren Tilawatil Qur’an Al-Maghfur74

No. Nama

1. Ustadzah Hj. Nur Khairiyah, S.Pd.I 2. Ustadz H. Ainur Rofik Fadly 3. Kiyai Ridlwan, M.Pd.I 4. Ustadzah Nur Khumaidah 5. Ustadz Jayadi, S.Pd.I 6. Ustadz Mukhtar, S.Pd.I 7. Ustadzah Nova Titin Rahayu 8. Ustadzah Faridatus Tsani 9. Ustadzah Siti Fatimah 10. Ustadzah Zahrotul Ilmi

11. Ustadzah Mashlahatul Ummah, S.Sos 12. Ustadz Abdulloh Afif

13. Ni’matul Hudafiya

14. Hidayatul Mufidah, S.Pd.I 15. Salwa Aidatus Saffanah

Sumber: Dokumen Pesantren Tilawatil Qur’an Al-Maghfur 7. Data Santri Pesantren Tilawatil Qur’an Al-Maghfur

Jumlah santri di Pesantren Tilawatil Qur’an Al-Maghfur tergolong banyak karena jumlah santri setiap kamarnya berkisaran 15-40 santri dalam satu kamarnya. Adapun total jumlah santri berdasarkan buku dokumentasi pondok pesantren pada tahun ajaran 2022-2023 adalah sebanyak 193 santri.

Dimana jumlah santri putra sebanyak 48 anak, kemudian santri putri sebanyak 145 anak.

74 Dokumentasi, “Daftar Ustadz/Ustadzah Pesantren Tilawatil Qur’an Al-Maghfur”, 20 Mei 2023.

8. Sarana dan Prasarana Pesantren Tilawatil Qur’an Al-Maghfur

Adapun sarana dan prasarana di Pesantren Tilawatil Qur’an Al- Maghfur dapat dikatakan cukup memadai. Berikut adalah tabel sarana dan prasarana di Pesantren Tilawatil Qur’an Al-Maghfur, sebagai berikut:

Tabel 4.3

Sarana dan Prasarana Pesantren Tilawatil Qur’an Al-Maghfur

Jenis Jumlah Keterangan

Baik Buruk

Kamar 7 ✓

Musholla 1 ✓

Dapur 1 ✓

Kamar Mandi 17 ✓

Koperasi 1 ✓

Jemuran 2 ✓

Aula 2 ✓

Kantin 1 ✓

Kantor 1 ✓

Sumber: Dokumentasi Pesantren Tilawatil Qur’an Al-Maghfur Sarana dan prasarana Pesantren Tilawatil Qur’an Al-Maghfur sudah terbilang lengkap dan memadai apabila dilihat dari data tabel di atas. Dengan tersedianya sarana dan prasarana tersebut akan dapat menjadi penunjang lancarnya kegiatan dan proses pembelajaran.

B. Penyajian dan Analisis Data

Pada tahap ini, peneliti menyajikan beberapa hasil penggalian data yang diperoleh selama melakukan penelitian. Kemudian diinput ke dalam bagian yang menjadi fokus permasalahan yang diambil oleh peneliti, lalu dijelaskan secara rinci yang disesuaikan dengan temuan data yang diperoleh dari lokasi

penelitian. Sumber data yang diperoleh berasal dari observasi, wawancara dan dokumentasi.

Dengan demikian, pada uraian kali ini peneliti mendeskripsikan tentang Penerapan Pembelajaran Tilawah Dalam Mengembangkan Kemampuan Seni Baca Al-Qur’an Pada Santri, berikut hasil data yang diperoleh diantarannya:

1. Perencanaan Pembelajaran Tilawah Dalam Mengembangkan Kemampuan Seni Baca Al-Qur’an Pada Santri Di Pesantren Tilawatil Qur’an Al-Maghfur Sekapuk Ujungpangkah Gresik

Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan pada tanggal 20 Mei 2023 di Aula Pesantren Tilawatil Qur’an Al-Maghfur, bahwa pada tahap perencanaan sebelum melaksanakan pembelajaran guru mempersiapkan bahan ajar terlebih dahulu seperti Al-Qur’an, Microphone, dan Maqro’ (ayat yang akan dibaca). Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:75

a. Santri dibiasakan untuk senam nafas terlebih dahulu dengan cara tarik nafas dalam-dalam 30 detik lalu keluarkan melalui mulut dengan bersuara panjang perlahan (Huuuu), kemudian dilanjut menarik nafas dengan disertai olah vokal seperti (Aaaa, Iiii, Uuuu) sampai ke dalam perut agar terbiasa lendir-lendir keluar bahkan sampai mual. Guru membiasakan olahraga nafas karena bagus untuk olah vokal.Guru membiasakan santri untuk membaca maqro’ yang sudah dipelajari

75 Observasi di Pesantren Tilawatil Qur’an Al-Maghfur, Gresik 20 Mei 2023.

sebelumnya secara bergiliran guna melatih mental santri agar terbiasa tampil di depan umum

b. Guru memberikan motivasi kepada santri agar termotivasi untuk belajar lebih giat lagi

c. Selanjutnya, guru mempersiapkan maqro’ yang akan diajarkan

Dalam perencanaan di atas, terdapat perbedaan antara Ustadzah Hj. Nur Khairiyah dengan Ustadzah Mashlahatul Ummah, bahwa sebelum melaksanakan pembelajaran Ustadzah Hj. Nur Khairiyah membiasakan santri untuk senam nafas dan olah vokal. Sedangkan, Ustadzah Mashlahatul Ummah membiasakan santri untuk membaca maqro’ yang sudah dipelajari secara bergiliran.

Selain melakukan observasi, peneliti juga melakukan wawancara dengan ustadzah/guru tilawah yakni Ustadzah Hj. Nur Khairiyah selaku pengasuh pesantren tilawatil qur’an Al-Maghfur yang menyatakan bahwa:

“Sebelum ibuk mau mengajar, saya sudah mempersiapkan materi yang akan ibuk ajarkan mbak seperti maqro’, kemudian saya mulai dengan mengetes santri untuk olah nafas dengan cara senam nafas kemudian ibuk mulai mengolah vokal santri.”76 Hal yang sama diungkapkan dari narasumber lain yakni Ustadzah Mashlahatul Ummah selaku guru di pesantren tilawatil qur’an Al-Maghfur, akan tetapi juga terdapat perbedaan persiapan sebelum kegiatan pembelajaran yang menyatakan bahwa:

76 Nur Khairiyah, diwawancaraiolehpenulis, Gresik, 09 April 2023.

“Jadi begini mbak, ketika saya mau mengajar, yang saya persiapkan terlebih dahulu itu maqro’ mbak, lalu santri saya perintah untuk membaca satu persatu maqro’ yang sudah saya ajarkan dipertemuan sebelumnya.”77

Pernyataan tersebut juga diperkuat oleh pendapat santri Masrifatus Sabela Putri yang menyatakan bahwa:

“Iya mbak betul, sebelum pembelajaran dimulai umik sama mbak iim melatih senam nafas dan olah vokal kemudian memberikan maqro’ yang akan di pelajari oleh kami.”78

Hal yang serupa juga dikatakan oleh pendapat santri Nadia Aqila Rifdah yang menyatakan bahwa:

“Benar mbak, yang dilakukan sebelum kami belajar biasanya dilatih nafas dulu, lalu kami di suruh untuk membaca maqro’

yang sudah dipelajari kemarin secara bergantian.”79

Hal tersebut selaras dengan yang dikatakan oleh pendapat santri Widodo Joyokusumo yang menyatakan bahwa:

“Biasanya umik sama mbak iim kalau mau mengajar itu latihan nafas dulu dengan cara ambil nafas dalam-dalam kemudian melafalkan huruf vokal seperti A-I-U sampai rata-rata yang saya rasakan sama teman-teman itu seperti ingin batuk sampai mual.

Biasanya juga kami diperintah untuk membaca maqro’ yang dipelajari saat belajar kemarin secara bergantian.”80

Berdasarkan observasi, wawancara dan dokumentasi yang dilakukan oleh peneliti dapat disimpulkan bahwa dalam perencanaan pembelajaran tilawah di pesantren tilawatil qur’an Al-Maghfur ini setiap ustadzah/guru bisa dikatakan tidak jauh berbeda dalam menyusun rencana pembelajarannya, yaitu diawali dengan mempersiapkan bahan

77 Mashlahatul Ummah, diwawancaraiolehpenulis, Gresik, 09 April 2023.

78 Masrifatus Sabela Putri, diwawancaraiolehpenulis, Gresik, 10 April 2023.

79 Nadia Aqila Rifdah, diwawancaraiolehpenulis, Gresik, 10 April 2023.

80 Widodo Joyokusumo, diwawancaraiolehpenulis, Gresik, 11 April 2023.

ajar terlebih dahulu seperti mempersiapkan maqro’, microphone, dan al- qur’an. Selain itu, guru juga membiasakan santri untuk senam nafas dan olah vokal, lalu secara bergantian santri membaca maqro’ yang sudah dipelajari sebelumnya.

2. Pelaksanaan Pembelajaran Tilawah Dalam Mengembangkan Kemampuan Seni Baca Al-Qur’an Pada Santri Di Pesantren Tilawatil Qur’an Al-Maghfur

Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan pada tanggal 20 Mei 2023 di Aula Pesantren Tilawatil Qur’an Al-Maghfur, bahwa pembelajaran tilawah di pesantren ini dilaksanakan setiap hari pada waktu shubuh pukul 04.30 wib sampai pukul 07.00 wib dengan maqro’ QS. Al- Alaq : 1-5 dan pembelajaran berlangsung selama 3 jam setengah oleh Ustadzah Hj. Nur Khairiyah. Sedangkan, pada hari sabtu waktu dhuhur pukul 13.00 wib sampai pukul 16.00 wib dengan maqro’ QS. Al-Baqarah : 285-286 dan pembelajaran berlangsung selama 3 jam oleh Ustadzah Mashlahatul Ummah. Seperti halnya berdasarkan dari hasil observasi yang telah peneliti lakukan terdapat langkah-langkah dalam pelaksanaan pembelajaran tilawah di pesantren tersebut dan dapat diuraikan sebagai berikut:81

a. Guru membuka pembelajaran dengan mengucapkan salam

b. Kemudian dilanjut dengan membaca surat Al-Fatihah Bersama santri

81 Observasi di Pesantren Tilawatil Qur’an Al-Maghfur, Gresik, 20 Mei 2023.

c. Guru menggunakan Metode Jibril yaitu dimana santri dibimbing untuk menguasai lagu dasar, nama lagu sekaligus tingkatan nada dalam tilawah atau seni baca Al-Qur’an dengan cara guru itu memberi tahu terlebih dahulu maqam atau irama yang akan di baca, kemudian guru mencontohkan irama yang dibaca lalu santri menirukannya. Satu irama yang dibaca dilakukan berulang-ulang hingga santri hafal, kemudian melanjutkan ayat selanjutnya. Hal tersebut diulang dari awal dengan irama yang berbeda hingga pembelajaran selesai

d. Irama yang diajarkan oleh guru dalam satu maqro’ terdapat 3-4 maqam atau irama seperti bayyati, rast, nahawand dan shaba. Dari metode tersebut bisa dikatakan berjalan dengan baik

e. Pembelajaran selesai ditutup dengan membaca do’a bersama santri

Gambar 4.2

Kegiatan Pelaksanaan Pembelajaran Tilawah Pesantren Tilawatil Qur’an Al-Maghfur Ujungpangkah Gresik82

82 Dokumentasi, “Kegiatan Pelaksanaan Pembelajaran Tilawah Pesantren Tilawatil Qur’an

Al-Maghfur”, 20 Mei 2023.

Pada saat pembelajaran berlangsung guru sangat menguasai terkait irama yang dibacakan, saat mencontohkan juga detail dan dibaca berulang- ulang. Selain itu juga, pada saat melakukan pembelajaran santri memperhatikan guru dengan baik dan khidmat sehingga santri cepat tangkap dan bisa menirukannya. Tidak hanya itu, penguasaan santri dalam menirukan bacaan mulai dari fashohah, hingga bacaan tajwid itu bagus.

Pernyataan tersebut selaras dengan pendapat yang dituturkan oleh Ustadzah Hj. Nur Khairiyah yang menyatakan bahwa:

“Jadi gini mbak, ibu saat mengajar anak-anak dengan cara memberi tahu terkait maqam atau irama dulu, kemudian baru ibu mulai membaca mencontohkan kepada santri dengan melakukan berulang- ulang supaya santri cepat tangkap dan hafal terkait maqam bayyati itu seperti apa dan maqam-maqam yang lain. Nah, maqam yang ibu pakai lengkap tujuh, akan tetapi yang lebih sering ibu pakai hanya 3-4 lagu saja. Pada saat pembelajaran pun santri memperhatikan dengan baik, dan terkait fashohah, serta bacaan tajwid santri bisa dikatakan sudah bagus. Disini ibuk menggunakan metode jibril. Dan menurut ibuk metode tersebut berjalan dengan baik, tapi ya mbak, kan dalam suatu pembelajaran itu normal nya pasti anak-anak akan mengalami rasa ngantuk dan jenuh, jadi meskipun metode tersebut berhasil itu belum tentu anak-anak mengalami hal tersebut.”83 Pernyataan tersebut juga diperkuat oleh pendapat yang diungkapkan oleh Ustadzah Maslahatul Ummah yang menyatakan bahwa:

“Saya saat mengajar, pertama saya beritahu mengenai irama tilawah lebih dulu, kemudian secara berulang-ulang saya mulai membaca mencontohkan kepada anak-anak dulu, lalu anak-anak menirukan.

Saya di sini menggunakan metode jibril, dan metode tersebut berjalan dengan baik. Pada saat saya mencontohkan irama itu harus detail mbak, soalnya biar santri itu cepat faham dan hafal dengan irama-irama yang dibaca, dan tidak hanya itu saya juga memperhatikan bacaan-bacaan santri seperti fashohah serta tajwidnya.”84

83 Nur Khairiyah, diwawancaraiolehpenulis, Gresik, 09 April 2023.

84 Mashlahatul Ummah, Diwawancaraiolehpenulis, 09 April 2023.

Hal tersebut selaras dengan pendapat narasumber Saidatuz Zahra’

yang menyatakan bahwa:

“Saat pembelajaran tilawah berlangsung biasanya umik dan mbak iim memberi contoh dulu mbak seperti apa iramanya kemudian kami menirukan, setelah membaca sampai akhir selanjutnya membaca maqro’ ulang dari awal dan kami ditanya kembali mengenai irama- irama yang sudah di contohkan sama umik dan mbak iim tadi sampai selesai.”85

Dalam suatu pembelajaran, hambatan menjadi salah satu kendala yang dialami oleh santri dalam kegiatan belajar. Adapun hambatan yang dialami oleh santri di Pesantren Tilawatil Qur’an Al-Maghfur yaitu pada saat belajar tilawah rata-rata santri kesulitan dalam mengontrol nafas sehingga banyak santri yang “tanaffus” ketika melantunkan ayat Al-Qur’an dengan beberapa irama tilawah, hal tersebut bisa jadi karena mental santri yang lemah atau bisa dikatakan masih belum percaya diri dalam melantunkan irama-irama tilawah pada saat pembelajaran berlangsung.

Selain itu, kebanyakan santri mengantuk dan jenuh. Sehingga santri tidak memperhatikan pada saat guru mengajarinnya, konsentrasinya hilang sebab banyak santri yang mengantuk karena pembelajaran dilakukan pada waktu shubuh.86

Pernyataan tersebut selaras dengan yang dituturkan oleh Ustadzah Hj. Nur Khairiyah yang menyatakan bahwa:

“Jadi begini mbak, saat ibuk mengajar yang menjadi hambatan bagi ibuk itu di bagian nafas dan juga mental santri, misalnya seperti ketika anak-anak tidak percaya diri untuk melantunkan irama yang

85 Saidatuz Zahra’, Diwawancaraiolehpenulis, 10 April 2023.

86 Observasi di Pesantren Tilawatil Qur’an Al-Maghfur, Gresik, 20 Mei 2023.

diajarkan atau bisa di katakan grogi sehingga menyebabkan nafas tidak terkontrol, akhirnya membacanya jadi tergesa-gesa dan tanaffus.”87

Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Ustadzah Mashlahatul Ummah yang menyatakan bahwa:

“Saat saya mengajar, yang menjadi hambatan itu kebanyakan santri yang mengantuk jadi susah untuk fokus seperti pengen cepat-cepat selesai belajar mungkin karena sudah jenuh.”88

Selaras dengan narasumber Masrifatus Sabela Putri yang menyatakan bahwa:

“Iya mbak ngantuk, karena belajarnya itu waktu shubuh jadi saya dan teman-teman kadang malas untuk belajar.”89

Pernyataan tersebut diperkuat oleh narasumber Saidatuz Zahra’

yang menyatakan bahwa:

“Bosan mbak, kadang juga capek soalnya saya baru pulang sekolah jadi kadang malas belajar tilawah, dan biasanya saya kalau bosan itu saya ngobrol dengan teman saya mbak biar tidak jenuh.”90

Dari hambatan di atas, cara yang dilakukan sebagai solusi dalam mengatasi hambatan tersebut, guru mengajak santri untuk belajar diluar kelas, misalnya ke tempat wisata-wisata dan melakukan pembelajaran di tempat tersebut. Selain itu juga, saat santri mulai bosan dan mengantuk biasanya dinasehati oleh guru, kemudian diselingi dengan bercerita misalnya cerita tentang pencapaian kakak-kakak alumni pesantren tilawatil qur’an Al-Maghfur yang sudah sukses memasyarakatkan Al-Qur’an sampai

87 Nur Khairiyah, Diwawancaraiolehpenulis, 09 April 2023.

88 Mashlahatul Ummah, Diwawancaraiolehpenulis, 09 April 2023.

89 Masrifatus Sabela Putri, Diwawancariolehpenulis, 10 April 2023.

90 Saidatuz Zahra’, Diwawancaraiolehpenulis, 10 April 2023.

menjadi qori’-qori’ah nasional. Sehingga santri bisa termotivasi untuk semangat dalam belajar tilawah.91

Pernyataan tersebut selaras dengan yang dituturkan oleh Ustadzah Hj. Nur Khairiyah yang menyatakan bahwa:

“Jadi gini mbak, yang biasa ibuk lakukan ketika anak-anak mulai jenuh belajar itu ibuk mengajak untuk belajar di luar lapangan seperti ibuk ajak ke wisata terdekat dan belajar disana, agar anak- anak semangat lagi untuk belajar.”92

Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Ustadzah Mashlahatul Ummah yang menyatakan bahwa:

“Gini mbak, yang biasa saya lakukan ketika anak-anak mulai jenuh atau mengantuk saya biasanya mulai menasehati terlebih dahulu, kemudian baru saya ajak bercerita, ceritanya itu tidak keluar dari topik pembelajaran tilawah yaitu dengan saya bercerita tentang kakak-kakak alumni yang sekarang sudah sukses, seperti itu.”93 Selaras dengan narasumber Widodo Joyokusumo yang menyatakan bahwa:

“Iya mbak, kadang-kadang umik itu ngajak belajar di luar ke tempat wisata belajar disana, dan saya lebih senang kalau belajar di luar soalnya suasananya beda jadi tidak cepat bosan.”94

Hal tersebut diperkuat oleh narasumber Rahul Ubaidillah yang menyatakan bahwa:

“Iya benar mbak, pada saat pembelajaran terkadang saya suka ngantuk, tidak fokus. Nah biasanya mbak iim menasehati dan cerita tentang prestasi kakak-kakak alumni yang sudah lulus agar termotivasi dan kita tidak mengantuk.”95

91 Observasi di Pesantren Tilawatil Qur’an Al-Maghfur, Gresik, 20 Mei 2023.

92 Nur Khairiyah, Diwawancaraiolehpenulis, 09 April 2023.

93 Mashlahatul Ummah, Diwawancaraiolehpeneliti, 09 April 2023.

94 Widodo Joyokusumo, Diwawancaraiolehpeneliti, 10 April 2023.

95 Rahul Ubaidillah, Diwawancaraiolehpenulis, 10 April 2023.

Berdasarkan hasil observasi, wawancara dan dokumentasi dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pembelajaran tilawah di Pesantren Tilawatil Qur’an Al-Maghfur pada saat pembelajaran berlangsung guru menggunakan Metode Jibril yaitu dimana santri dibimbing untuk menguasai lagu dasar, nama lagu sekaligus tingkatan nada dalam tilawah atau seni baca Al-Qur’an dengan cara guru itu memberi tahu maqam atau irama pada tingkatan nada yang akan dibaca, kemudian guru mencontohkan lalu santri menirukannya. Biasanya, irama yang diajarkan oleh guru dalam satu maqro’

terdapat 3-4 maqam atau irama seperti bayyati, rast, nahawand dan shaba.

Pembelajaran tersebut dilakukan setiap hari pada waktu shubuh dan dhuhur.

Selain itu terdapat hambatan menjadi salah satu kendala yang dialami oleh santri dalam kegiatan belajar, seperti kesulitan dalam mengontrol nafas sehingga banyak santri yang “tanaffus” ketika melantunkan ayat Al-Qur’an dengan beberapa irama tilawah. Selain itu, kebanyakan santri mengantuk dan jenuh, dan ada beberapa santri yang kurang konsentrasi karena kelelahan usai melakukan pembelajaran di sekolah. Dari hambatan tersebut, cara yang dilakukan guru adalah mengajak santri untuk belajar di luar kelas dan juga menasehatinya, dan diberikan motivasi agar semangat dalam belajar.

3. Evaluasi Pembelajaran Tilawah Dalam Mengembangkan Kemampuan Seni Baca Al-Qur’an Pada Santri Di Pesantren Tilawatil Qur’an Al- Maghfur

Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan bahwa yang dilakukan guru pada saat mengevaluasi santri yaitu guru membagi beberapa kelompok, kemudian per-kelompok bergilir untuk maju ke depan melantunkan ayat Al-Qur’an dengan menyenandungkan irama tilawah yang sudah di pelajari. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:96

a. Santri per-kelompok maju kedepan, kemudian diperintahkan untuk membaca bersama-sama lalu ditunjuk satu per-satu untuk membaca per- ayat atau melantunkan tilawah Al-Qur’an dengan disertai irama atau lagu dalam seni baca Al-Qur’an guna mengetahui kemampuan santri dalam menguasai terkait suara, nafas, lagu, fashohah serta bacaan tajwidnya.

b. Santri per-kelompok diberikan tugas atau PR oleh guru seperti guru memberikan maqro’ kepada santri kemudian santri diperintahkan untuk membuat karangan lagu atau irama tilawah dan disetorkan kepada guru guna mengetahui kemampuan santri dalam menguasai maqam atau irama dalam seni baca Al-Qur’an.

c. Saat santri ditunjuk guru per-kelompok untuk maju ke depan dan satu per-satu santri diperintah guru untuk membaca maqro’ yang sudah dipelajari, terdapat santri yang belum menguasai irama yang sudah

96 Observasi di Pesantren Tilawatil Qur’an Al-Maghfur, Gresik 20 Mei 2023.

Dalam dokumen penerapan pembelajaran tilawah (Halaman 89-117)

Dokumen terkait