BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN
B. Kajian Teori
Pada bagian ini berisi tentang pembahasan yang dijadikan sebagai perspektif mereka melakukan penelitian. Pembahasan teori secara lebih luas akan semakin memperdalam wawasan peneliti dalam mengkaji permasalahan yang hendak dipecahkan sesuai dengan rumusan dan tujuan penelitian.14 1. Pembelajaran Tilawah
a. Definisi Pembelajaran
Pembelajaran berasal dari kata “belajar” yang mendapat awalan pe- dan akhiran -an. Keduanya (pe-an) termasuk konfiks nominal yang bertalian dengan prefix verbal “me” yang mempunyai arti berusaha, berlatih untuk mendapatkan pengetahuan.15
Belajar merupakan kegiatan penting setiap orang, termasuk didalamnya belajar bagaimana seharusnya belajar. Slameto juga merumuskan pengertian tentang belajar. Menurutnya belajar merupakan
14 Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Institut Agama Islam Negeri Jember, (Jember: IAIN Jember, 2021), 94.
15 Nur Azman dkk, Kamus Standar Bahasa Indonesia, (Bandung: Fokusmedia, 2013), 46.
suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.16
b. Aspek-Aspek Pembelajaran 1) Perencanaan Pembelajaran
Perencanaan berasal dari kata “rencana” yang berarti pengambilan keputusan untuk mencapai suatu tujuan. perencanaan pada dasarnya suatu proses dan berfikir yang dapat membantu menciptakan hasil yang diharapkan. setiap perencanaan dimulai dengan menetapkan target atau tujuan yang akan dicapai, selanjutnya berdasarkan penetapan target atau tujuan tersebut dirumuskan bagaimana mencapainya.17
Menurut Bintoro Tjokoaminoto dalam buku St Rodliyah mengemukakan bahwa perencanaan adalah suatu proses untuk mempersiapkan kegiatan-kegiatan secara sistematis yang akan dilakukan untuk menciptakan tujuan tertentu. Menurut Dior, perencanaan ialah suatu proses penyiapan seperangkat keputusan yang diarahkan untuk mencapai sasaran tertentu.18
16 Nurdin dan Munzir, “ Pengaruh Lingkungan Belajar dan Kesiapan Belajar Terhadap Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial”, Jurnal Ilmiah Kependidikan, No. 3 ( November, 2019) : 248.
17 Wahyudin Nur Nasution, “Perencanaan Pembelajaran, Pengertian, Tujuan dan Prosedur”, ITTIHAD, No. 2 (Desember, 2017) : 186. PERENCANAAN PEMBELAJARAN:
PENGERTIAN, TUJUAN DAN PROSEDUR | Nasution | ITTIHAD (alittihadiyahsumut.or.id)
18 St Rodliyah, Manajemen Pendidikan Sebuah Konsep dan Aplikasi, (Jember: IAIN Jember Press, 2015), 14.
2) Pelaksanaan Pembelajaran
Pelaksanaan diartikan sebagai suatu usaha atau kegiatan tertentu yang dilakukan untuk mewujudkan rencana atau program dalam kenyataannya. Pelaksanaan merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh individu maupun kelompok dalam mencapai suatu tujuan yang didasari oleh kebijakan yang telah disahkan atau direncanakan.19
Siagian S.P dalam skripsi Maria Evani Oktabela mengemukakan bahwa pelaksanaan merupakan keseluruhan proses pemberian motivasi bekerja kepada para bawahan sedemikian rupa, sehingga pada akhirnya mereka mau bekerja secara ikhlas agar tercapai tujuan organisasi dengan efisien dan ekonomis.20
3) Evaluasi Pembelajaran
Evaluasi adalah suatu proses dimana pertimbangan atau keputusan suatu nilai dibuat dari berbagai pengamatan, latar velakang serta pelatihan dari evaluator.21
Evaluasi dalam arti luas adalah suatu proses dalam merencanakan, memperoleh dan menyediakan informasi yang
19 Maghfiroh Afifah & Nurhizrah Gistituati, “Konsep Pelaksanaan”, Jurnal Riset Tindakan Indonesia, No. 1 (Juni, 2021) : 85. Kebijakan publik: konsep pelaksanaan | Desrinelti | JRTI (Jurnal Riset Tindakan Indonesia) (iicet.org)
20 Maria Evani Oktabela, “Pelaksanaan Pembangunan Kawasan Industri Di Piyungan Kabupaten Bantul Berdasarkan Peraturan Daerah Bantul Nomor 4 Tahun 2011”, (Skripsi, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, 2019), 23.
21 Ardina Friesty Rohmat Fathoni, “Evaluasi Media Pembelajaran Ellis sebagai Sumber Belajar Pada Pembelajaran Bahasa Inggris Peserta Didik Kelas 2 SMP Bopkri 3 Yogyakarta”, (Skripsi, Universitas Negeri Yogyakarta, 2017), 8.
sangat diperlukan untuk membuat berbagai alternatif keputusan.
Sedangkan evaluasi pembelajaran adalah suatu proses berkelanjutan tentang pengumpulan dan penafsiran informasi, dalam menilai (assessment) keputusan yang dibuat untuk merancang suatu sistem pembelajaran.22
c. Definisi Tilawah Al-Qur’an
Secara Etimologi kata Tilawah merupakan bentuk Masdar asal kata (لات) yang artinya memiliki makna ىلت, لات yang berarti mengikuti.
Kata tilawah merupakan bentuk Masdar dari ةولات, اولتي ,لات yang artinya membaca. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, tilawah artinya pembacaan ayat Al-Qur’an dengan baik dan indah. Dalam kamus Al- Munawwir kata (ةولتلا) dan (ةءارقلا) yang artinya bacaan. Tilawah secara istilah ialah membaca Al-Qur’an dengan bacaan yang menjelaskan huruf-hurufnya yang berhati-hati dalam melaksanakan bacaannya agar lebih mudah memahami makna yang terkandung didalamnya.23 Tilawah yang bagus dibarengi dengan kesadaran melaksanakan perintah Rasulullah SAW ini, maka sangat mungkin untuk dilakukan, bagaimanapun sibuknya kondisi seseorang, sebab Tilawah yang bagus akan memudahkan pembacanya atau orang yang mndengarkannya menghayati Al-Qur’an. Menghayati Al-Qur’an merupakan misi turunnya Al-Qur’an.24
22 Rina Febriana, Evaluasi Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2021), 1.
23 Al-Munawwir, Kamus Indonesia-Arab, (Surabaya: Pustaka Progressif, 2007), 257.
24 Ahmad Annuri, Panduan Tahsin Tilawah Al-Qur’an & Ilmu Tajwid, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2021), 73.
d. Tujuan Pembelajaran Tilawah
Setiap kegiatan yang dilakukan seorang ataupun sekelompok orang tentu sudah mempunyai tujuan yang akan dicapai, termasuk juga dalam kegiatan pembelajaran tilawah. Tujuan merupakan landasan yang berpijak, sebagai sumber arah suatu kegiatan sehingga dapat mencapai suatu hasil yang optimal.
Ada beberapa tujuan dari proses pembelajaran tilawah setelah menguasai beberapa lagu. Pertama, tilawah yang bagus akan memudahkan pembacanya atau orang yang mendengarkannya menghayati Al-Qur’an. Hampir tidak mungkin pembaca Al-Qur’an yang tidak bagus bacaannya dapat menghayati Al-Qur’an dengan baik, begitu juga orang yang mendengarkan bacaannya, apalagi jika bacaan itu dilakukan dalam shalat. Kedua, tilawah yang bagus akan memudahkan seseorang dalam meraih pahala dari Allah dengan sangat baik. Ketiga, tilawah yang bagus memungkinkan seseorang mengajarkan Al-Qur’an kepada orang lain, minimal kepada keluarganya. Hampir dipastikan setiap orang perlu mengajarkan Tilawah Al-Qur’an kepada orang lain, minimal kepada anaknya. Kalau tidak, kita akan rugi tidak mendapat kebaikan yang dijanjikan.25 Rasulullah SAW bersabda :
25 Ramadhani, “Efektivitas Pembelajaran Tilawah Dalam Meningkatkan Kemampuan Seni Baca Al-Qur’an Di UKM HIQMA Uin Raden Intan Lampung”, 26.
سنو وذيمرتو دودوبٔاو رابخ هاور( هَمَّلَعَو َنَٔاْر قْلا َمَّلَعَ ت ْنَم ْم كَْيَْخ )هجام نباو ٔىا
Artinya : “Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya”. (HR. Al-Bukhari, Abu Dawud, At- Tirmidzi, An-Nasa’I dan Ibnu Majah).26
Selain itu, pada dasarnya kalau sudah berhasil menguasai lagu dalam bidang tilawah Al-Qur’an kita bisa mengikuti perlombaan yang sudah tidak asing lagi bagi umat Islam Indonesia yaitu MTQ (Musabaqah Tilawatil Qur’an) yang biasanya diadakan secara berjenjang sejak dari tingkat kelurahan, kecamatan, kabupaten, provinsi, maupun nasional bahkan internasional dan dapat mengamalkannya dimasyarakat. Adapun bentuk pengamalan yang sudah dilakukan oleh rata-rata mahasiswa anggota tilawah adalah diminta oleh masyarakat untuk membaca ayat suci Al-Qur’an pada acara pernikahan, dan acara pengajian. Bentuk pengamalan yang lain adalah menjadi imam pada waktu sholat jum’at dan ngaji rutin.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tujuan dari pembelajaran tilawah : Pertama, membaca Al-Qur’an dengan baik dan indah akan memudahkan bagi pembaca dan pendengar dalam menghayati Al-Qur’an. Kedua, agar memudahkan kita untuk meraih pahala dari Allah SWT. Ketiga, menjadi ladang pahala bagi kita apabila kita telah mampu menguasai Tilawah dengan mengamalkannya kepada orang lain. Kemudian apabila kita telah menguasai Tilawah maka kita
26 Ahmad Annuri, Panduan Tahsin Tilawah Al-Qur’an dan Ilmu Tajwid, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2021), 5.
pun akan berguna di masyarakat, terutama bagi agama kita karena dengan penguasaan kita dapat membentuk pengamalan di dalam suatu event MTQ yang berjenjang dari tingkat kecamatan sampai Internasional.
e. Metode Belajar Tilawah Al-Qur’an
Metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Belajar contohnya, bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan, sikap, kecakapan dan keterampilan, cara-cara yang dipakai dan itu akan menjadi kebiasaan. Kebiasaan belajar juga akan mempengaruhi belajar itu sendiri. Adapun pengalaman yang di dapatkan oleh qari’ atau qari’ah dalam pembelajaran seni baca Al- Qur’an akan memudahkan mereka dalam menentukan metode pembelajaran yang baik. Dalam pemilihan metode, qari atau qariah tidak hanya memperhatikan proses pembelajaran, namun juga memperhatikan cara untuk meningkatkan motivasi murid dalam pembelajaran. Adapun beberapa metode yang di gunakan oleh qari’ dan qari’ah dalam pembelajaran, yakni:27
1) Metode Jibril
Teknik dasar metode Jibril yaitu dengan cara guru membaca satu ayat atau waqaf, lalu di tirukan oleh semua murid. Kemudian guru membaca ayat atau lanjutan ayat berikutnya dan di tirukan
27 Zulfahmi, Saifuddin A Gani, “Peranan Qori dan Qoriah Dalam Meningkatkan Minat Belajar Seni Baca Al-Qur’an Masyarakat Di Aceh Besar”, Jurnal Mudarrisuna, No. 4 (Oktober- Desember 2021) : 764-766.
Kembali oleh murid-muridnya tersebut. Begitulah seterusnya sehingga mereka dapat menirukan bacaan guru sama persis. Dalam hal ini guru di tuntut professional dan memiliki kredibilitas yang mumpuni di bidang pembelajaran Al-Qur’an dan bertajwid yang baik dan benar.
Metode Jibril memiliki karakteristik sendiri dalam penerapannya yaitu menggunakan dua tahap, tahqiq dan tartil.
Tahap tahqiq adalah pembelajaran membaca Al-Qur’an dengan pelan dan mendasar yang di mulai dengan pengenalan huruf dan suara, hingga kata dan kalimat. Sedangkan tartil adalah pembelajaran dengan durasi yang sedang bahkan cepat sesuai dengan irama lagu. Tahap ini di mulai dengan pengenalan sebuah ayat atau beberapa ayat yang di bacakan guru lalu di tirukan oleh santri secara berulang-ulang.
Dalam penggunaan metode ini, seorang guru harus sabar dan mempunyai semangat yang tinggi. Hal ini di sebabkan dalam pembelajaran seni baca Al-Qur’an, murid mempunyai kemampuan menerima dan meniru berbeda-beda. Guru harus peka melihat muridnya yang lambat dan cepat dalam menerima pelajaran. Ketika berhadapan dengan murid yang agak lambat, guru harus mengulang bacaan tilawah dalam beberapa kali supaya murid tidak ketinggalan dengan yang lain.
Penerapan metode Jibril ini, seorang guru harus mempunyai suara yang bagus dan lantang. Murid akan lebih cepat dalam meniru dan menguasai bacaan tilawah apabila guru bersuara lantang dan bagus. Suara guru yang bagus akan membuat murid termotivasi dalam belajar dan bekeinginan mempunyai kemampuan seperti gurunya. Selain itu, suara guru yang bagus dan lantang akan membuat murid bersemangat dan tidak bosan dalam belajar.
2) Metode Maqra
Metode maqra adalah metode yang di pakai karena ini sangat populer di gunakan di Lembaga Pendidikan Al-Qur’an khususnya di Aceh. Metode ini di lakukan dengan cara mencontohkan satu paket lagu Al-Qur’an oleh seorang guru atau ustadz, kemudian para santri mengulanginya sampai hafal persis seperti yang di ajarkan oleh seorang guru atau ustadz. Setelah murid menguasai lagu pada maqra’ tersebut, maka guru akan memintanya untuk memperagakan lagu yang di kuasainya pada maqra lain.
Dalam penerapan metode ini, murid harus sudah mampu membaca Al-Qur’an dengan lancer dan sudah menguasai tajwidnya.
Hal ini di sebabkan ketika guru menyuruh murid untuk membacakan maqra lain, murid harus siap dan mampu membacanya. Tugas guru selanjutnya adalah mengevaluasi murid dan membenarkan bacaan murid apabila terdapat kesalahan dalam bacaan atau lagu yang di
bacakannya. Setelah murid sudah menguasai dengan sepenuhnya maqra tersebut, barulah guru akan memberikan maqra selanjutnya.
3) Metode Tausyih
Metode ini menggunakan sya’ir berbahasa Arab untuk menyajikan lagu-lagu Al-Qur’an kepada santri. Sya’ir ini berasal dari para qari Mesir, menggunakan metode sya’ir ini santri di bimbing menguasai lagu dasar, nama lagu sekaligus tingkatan nada dalam lagu-lagu Al-Qur’an. Sya’ir yang di sampaikan oleh para guru berbeda-beda antara yang satu dengan yang lain. Tausyih di susun dalam rangkaian sya’ir yang berisi pujian-pujian kepada Rasulullah SAW.
Metode tausyih ini jarang di gunakan dalam pembelajaran seni baca Al-Qur’an di Aceh. Salah satu sebabnya adalah irama yang di ajarkan dengan metode ini tidak bisa di bawakan dalam pergelaran Musabaqah Tilawatil Qur’an. Irama-irama yang di ajarkan dengan metode ini biasanya di gunakan dalam pengajian pada acara-acara pembukaan ataupun penampilan-penampilan tilawatil qur’an secara khusus (haflah). Qari yang mengajarkan seni baca Al-Qur’an dengan metode ini juga harus menguasai iram tilawah secara luas dan menguasai Bahasa Arab.
4) Metode Praktek Langsung
Metode praktek langsung ini biasanya di gunakan pada Lembaga Pendidikan yang bersarana. Murid tinggal di asrama pada
komplek Lembaga tersebut. Strategi penggunaan metode ini, guru menyuruh muridnya untuk membaca Al-Qur’an dengan seni atau irama pada tempat tertentu dan waktu tertentu. Biasanya guru akan menunjukkan seorang murid yang di anggap sudah mampu dalam bacaannya untuk mengaji memakai pengeras suara pada masjid atau musholla pada saat menjelang memasuki waktu sholat. Hal ini akan membuat murid bersungguh-sungguh dalam belajar seni baca Al- Qur’an supaya dia mampu tampil dengan maksimal dan tidak memalukan. Selain itu metode ini akan menjadi motivasi bagi murid lain dalam belajar seni baca Al-Qur’an sehingga mereka juga mampu mempraktekkannya.
f. Langkah-langkah Pembelajaran Tilawah 1) Niat yang ikhlas
Allah SWT berfirman :
َامَو او رِم ٔا َّلِْٕا او د بْعَ يِل ََّللٌَّا َْينِصِلْ مُ
هَل َنْيِ دلٌا
Artinya : “Padahal mereka tidak diperintahkan melainkan supaya menyembah Allah dengan mengikhlaskan Ibadah kepada-Nya, dalam (menjalankan) agama.” (QS. Al- Bayyinah: 5)28
Niat merupakan salah satu syarat dimana diterimanya amal, niat itu akan menjadi motivator dalam setiap langkah kita. Oleh karena itu, proses pembelajaran tilawah yang akan dilakukan itu
28 Depag RI Al-Qur’an dan Terjemahan, 598.
niatnya harus benar. Niat yang benar ialah apabila kita lillah (semata-mata karena Allah).29
2) Yakin
Allah SWT berfirman :
نِم ْلَهَ ف ِرْكِ ذلِل َناَءْر قْلٌا َنَْرَّسَي ْدَقَلَو رِك َّد م
Artinya : “Dan sesungguhnya Kami telah mudahkan Al-Qur’an untuk menjadi pelajaran, maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran (darinya)?” (QS. Al-Qamar: 17)30 Siapapun, dimanapun seseorang berada, punya peluang yang sama untuk memiliki bacaan Al-Qur’an yang tartil, untuk itu yakinlah dengan adanya upaya dengan sungguh-sungguh, maka Allah SWT akan memudahkan kita dalam berinteraksi dengan Al- Qur’an secara baik dan benar.
3) Talaqqi dan Musyafahah
Mempelajari Al-Qur’an melalui seorang guru, langsung berhadap-hadapan (mendengar, melihat dan membaca secara langsung dari orang yang ahli). Sebab, tidak mungkin benar bacaan seseorang apabila tidak bertemu atau berguru secara face to face dengan orang yang ahli dalam bidang qira’at. Tilawah Al-Qur’an tidak bisa mencapai derajat yang optimal tanpa adanya mu’allim atau pengasuh yang mempunyai penguasaan mumpuni. Untuk itu, terutama dari sisi memahami dan menerapkan tajwid, makharijul huruf dan ilmu-ilmu serta hukum-hukum yang terkandung
29 Ahmad Annuri, Panduan Tahsin Tilawah Al-Qur’an dan Ilmu Tajwid, 76.
30 Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahan, 529.
didalamnya. Maka, selain menuntut keaktifan juga harus belajar secara talaqqi, belajar dari sumber yang ahli secara langsung.31 4) Disiplin dalam membaca setiap hari
Continue dalam membaca Al-Qur’an setiap hari, lidah dan bibir akan semakin lentur, sehingga apabila saat (perbaikan bacaan) ada bacaan yang salah kemudian diluruskan akan cepat menyesuaikan dengan apa yang dicontohkan oleh pembimbing.32 5) Merasa terikat dengan menambah jumlah atau target bacaan setiap
hari atau periodik
Mengharuskan diri untuk menambah jumlah atau target bacaan Al-Qur’an setiap hari (secara periodik) dan menjadikan tadarus bacaan Al-Qur’an sebagai kebutuhan, karena bagaimanapun kondisinya jika seudah menjadi kebutuhan hidup akan diupayakan untuk terwujud dan dia akan memberikan waktu terbaiknya untuk Al-Qur’an disela-sela kesibukan, bukan sebaliknya ia memberikan sisa waktunya untuk Al-Qur’an.33
6) Banyak mendengar bacaan murottal
Dengan sering mendengar bacaan murottal, baik secara langsung atau cara yang lain, kita akan semakin cinta dengan Al- Qur’an. Diri kita akan termotivasi untuk mencontoh bacaan seperti yang didengar.34
31 Ahmad Annuri, Panduan Tahsin Tilawah Al-Qur’an dan Ilmu Tajwid, 80.
32 Ahmad Annuri, Panduan Tahsin Tilawah Al-Qur’an dan Ilmu Tajwid, 81.
33 Ahmad Annuri, Panduan Tahsin Tilawah Al-Qur’an dan Ilmu Tajwid, 82.
34 Ahmad Annuri, Panduan Tahsin Tilawah Al-Qur’an dan Ilmu Tajwid, 83
7) Membuka diri untuk menerima nasehat
Dengan keterbukaan hati untuk menerima nasehat, kritikan, baik dari teman, sahabat apalagi orang alim, maka akan semakin tahu kelemahan dan kekurangan kita, sehingga kita akan bersemangat untuk menyempurnakan untuk menjadi yang lebih baik.35
2. Seni Baca Al-Qur’an
a. Pengertian Seni Baca Al-Qur’an
Secara etimologi atau lughah, kata nagham berarti lagu atau symphoni. Bentuk jamak dari nagham (مغنلا) adalah angham (ما غ نا) dan jamak dari bentuk jamak ini adalah anaaghim (مي غا نا). Menurut Bustaman Ismail, kata nagham secara etimologi pararel dengan kata ghina yang bermakna lagu atau irama. Sedangkan secara terminologi nagham dimaknai sebagai membaca Al-Qur’an dengan irama (seni) atau suara yang indah dan merdu atau melagukan Al-Qur’an secara baik dan benar tanpa melanggar aturan-aturan bacaan.36
Dr. M. Quraish Shihab, M.A dalam jurnal Akhmad Akromusyuhada mengemukakan bahwa seni adalah sebuah keindahan.
Ia merupakan ekspresi ruh dari manusia yang menghasilkan tata laku manusia yang mengandung sebuah nilai keindahan. Ia lahir dari sisi yang paling terdalam dari diri manusia terdorong oleh kecenderungan
35 Ahmad Annuri, Panduan Tahsin Tilawah Al-Qur’an dan Ilmu Tajwid, 84.
36 Albadi, dkk, “Implementasi Seni Baca Al-Qur’an (Nagham) Dalam Metode Pembelajaran Tahsin Al-Qur’an”, 102.
kepada sesuatu yang indah, apapun jenis keindahan itu. Bukti tersebut merupakan naluri manusia atau fitrah yang dianugerahkan Allah SWT kepada hamba-hambanya.37
Di sisi lain, Al-Qur’an memperkenalkan agama yang lurus sebagai agama yang sesuai dengan fitrah manusia. Firman Allah SWT dalam QS. Ar-Rum ayat 30 yang berbunyi :
ِقْلَِلِ َلْيِدْبَ ت َلْ ْۗاَهْ يَلَع َساَّنلا َرَطَف ِْتَِّلا ِه للَّا َتَرْطِف ْۗاًفْ يِنَح ِنْيِ دلِل َكَهْجَو ْمِقَاَف َُۙنْو مَلْعَ ي َلْ ِساَّنلا َرَ ثْكَا َّنِكهلَو ُۙ
مِ يَقْلا نْيِ دلا َكِلهذْۗ ِه للَّا
Artinya : “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”. (QS. Ar-Rum: 30)38
Fitrah Allah: maksudnya yakni ciptaan Allah. Dimana manusia diciptakan oleh Allah ini mempunyai naluri beragama, agama tersebut yakni agama tauhid. Kalaupun ada manusia yang tidak beragama tauhid, maka hal tersebut tidak wajar, karena mereka yang tidak beragama tauhid itu hanyalah lantaran pengaruh lingkungan.
Kemampuan berseni merupakan salah satu perbedaan manusia dengan makhluk lain. Jika demikian, Islam pasti mendukung kesenian selama penampilannya lahir dan mendukung fitrah manusia yang suci itu, karena itu pula Islam bertemu dengan seni dalam jiwa manusia, sebagaimana seni ditemukan oleh jiwa manusia didalam Islam.
37 Akhmad Akromusyuhada, “Seni Dalam Perspektif Al Quran dan Hadist”, Jurnal Tahdzibi, No. 1 (Mei, 2018) : 3. SENI DALAM PERPEKTIF AL QURAN DAN HADIST | Akromusyuhada
| Jurnal Tahdzibi : Manajemen Pendidikan Islam (umj.ac.id)
38 Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahan, 407.
Seni baca Al-Qur’an atau dikenal dengan istilah “An Nagham fil Qur’an” maksudnya adalah memperindah suara pada tilawatil qur’an. Sedangkan ilmu nagham adalah mempelajari metode didalam menyenandungkan atau melagukan serta memperindah suara pada tilawatil qur’an. Seni baca Al-Qur’an merupakan ilmu lisan yaitu ilmu yang direalisasikan dengan bacaan atau perkataan. Untuk itu, mempelajari seni baca Al-Qur’an seorang Qari’ dan Qari’ah dituntut untuk mengetahui dan menguasai semua segi yang berhubungan dengan seni baca Al-Qur’an.39
Seni baca Al-Qur’an ialah bacaan Al-Qur’an yang bertajwid, diperindah dengan irama dan lagu. Mempelajari seni baca Al-Qur’an ini kita harus mengetahui teori seni menyanyi yang baik, karena keduanya tidak terlepas dari masalah nafas dan suara.
Dalam konteks lagu Al-Qur’an dapat dikatakan bahwa orang yang melagukan Al-Qur’an adalah orang yang memahami apa yang dilagukannya baik berupa pesan-pesan atau kesan yang disampaikan oleh yang dilagukannya itu.40 Berangkat dari pemahaman yang sederhana seperti diuraikan diatas boleh jadi arah inilah yang dimaksud oleh hadits Nabi yang sabdanya:
39 Ramadhani, “Efektivitas Pembelajaran Tilawah Dalam Meningkatkan Kemampuan Seni Baca Al-Qur’an Di UKM HIQMA Uin Raden Intan Lampung”, 31.
40 Ramadhani, “Efektivitas Pembelajaran Tilawah Dalam Meningkatkan Kemampuan Seni Baca Al-Qur’an Di UKM HIQMA Uin Raden Intan Lampung”, 32.