Liliasari , dkk.
Prosiding Seminar Nasional Kimia dan Pembelajarannya (SNKP) 2014 75
INOVASI PEMBELAJARAN ‘LAJU REAKSI’ DAN ‘ELEKTROLISIS’ BERBASIS ICT
76 Prosiding Seminar Nasional Kimia dan Pembelajarannya (SNKP) 2014
Berpikir IPA dalam bentuk keterampila generik sains merupakan salah satu komponen berpikir tingkat tinggi [1].
Berpikir tingkat tinggi yang dikembangkan melalui pembelajaran IPA bergantung pada karakteristik konsep yang dipelajari [2]. Penggunaan ICT berupa multimedia interaktif telah dikembangkan dan diimplementasikan pada topik ‘laju reaksi’
ternyata dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa SMA di Ternate [3]. Selanjutnya multimedia interaktif lain pada topik ‘elektrolisis’ juga telah dikembangkan dan berhasil meningkatkan keterampilan berpikir kritis mahasiswa suatu UIN di Bandung [4]. Model-model pembelajaran ini disusun sebagai bagian dari hasil penelitian Hibah Pascasarjana [5], sangat menarik untuk diimplementasikan lebih lanjut sebagai inovasi dalam pembelajaran Kimia Dasar dan Kimia Sekolah, mengingat mahasiswa calon guru kimia masih memerlukan peningkatan berpikir tingkat tinggi dan keterampilan generik sains. Mengingat sangat heterogennya para mahasiswa maka penelitian ini diharapkan dapat menemukan solusi inovatif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran para calon guru kimia, selain memberikan percontohan bagi calon guru untuk merancang model-model pembelajaran sejenis bagi para siswanya kelak.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan suatu penelitian implementasi untuk inovasi pembelajaran di Jurusan Pendidikan Kimia suatu universitas di Bandung. Penelitian ini menggunakan kuasi eksperimen desain pretes-postes dengan kelompok kontrol yang dilakukan antara 13 Sep-27 Sep 2012 dan 13 Sep- 2 Okt 2012.
Untuk implementasi model ‘laju reaksi’ di perkuliahan Kimia Dasar, subyek penelitian pada kelas eksperimen 33 orang dan kelas kontrol 40 orang. Pemilihan perkuliahan Kimia Dasar dianggap cocok karena perkuliahan ini berlangsung di semester satu. Jadi karakteristik mahasiswa mirip dengan siswa SMA dan dapat dianggap pemantapan penguasaan konsep kimia tentang ‘laju reaksi’ dengan sedikit tantangan untuk berpikir kreatif sebagai salah satu keterampilan berpikir tingkat tinggi.
Model ‘elektrolisis’ diimplementasikan pada perkuliahan Kimia Sekolah, dengan subyek penelitian pada kelas eksperimen 30 orang dan kelas kontrol 34 orang. Perkuliahan ini dipilih karena merupakan perkuliahan yang bertujuan mendalami penguasaan konsep ‘elektrolisis’ sebagai bekal untuk penyusunan SAP pada perkuliahan Strategi Pembelajaran Kimia.
Hasil belajar calon guru kimia pada topik ‘laju reaksi’ dan ‘elektrolisis’ diukur menggunakan tes, sedangkan tanggapan mahasiswa dijaring melalui angket. Data dianalisis dengan bantuan SPSS untuk menemukan perbedaan N-gain [5] hasil implementasi kedua perkuliahan. Data kualitatif dianalisis dengan persentase.
Pada kedua perkuliahan tersebut melalui penelitian ini yang terpenting adalah pembelajaran menggunakan ICT [5]
dan [6].. Dengan demikian diharapkan mahasiswa akan menguasai penggunaan ICT untuk meningkatkan berpikir tingkat tingginya yang berupa keterampilan generik sains dan berpikir tingkat tinggi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Implementasi Model Pembelajaran ’Laju Reaksi’
Hasil implementasi model ‘laju reaksi’ meliputi peningkatan penguasaan konsep, keterampilan generik sains dan keterampilan berpikir kreatif.
a. Penguasaan Konsep ’laju reaksi’
Hasil penguasaan konsep ‘laju reaksi’ pada kelas kontrol dan kelas eksperimen dapat dilihat pada gambar 1
.
Liliasari , dkk.
Prosiding Seminar Nasional Kimia dan Pembelajarannya (SNKP) 2014 77
Gambar 1. Pemahaman konsep ‘laju reaksi’ pada pre tes, pos tes dan N-gain b. Penguasaan Keterampilan Generik Sains melalui model pembelajaran ’laju reaksi’
Penguasaan keterampilan generik sains (KGS) mahasiswa calon guru kimia meliputi 5 indikator dapat dilihat pada gambar 2
Gambar 2. Penguasaan keterampilan generik sains pada topik ‘laju reaksi’
Keterangan: KGS 1: pengamatan tak langsung, KGS 2:bahasa simbolik, KGS3: hubungan sebab-akibat, KGS4: pemodelan matematik, KGS 5: membangun konsep
Uji perbedaan N-gain kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk setiap indikator KGS menunjukkan KGS 1 dan KGS 2 tidak berbeda signifikan dengan taraf signifikansi masing-masing 0,886 dan 0,112; sedangkan KGS 3,4,5 menunjukkan perbedaan signifikan dengan taraf signifikansi 0,000.
c. Penguasaan Keterampilan Berpikir Kreatif melalui model pembelajaran ’laju reaksi’
Penguasaan keterampilan berpikir kreatif (KBKr) mahasiswa setelah diuji statistik ternyata penguasaan keterampilan berpikir kreatif kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berbeda secara signifikan, dengan taraf signifikansi 0,03
Selanjutnya pencapaian indikator-indikator keterampilan berpikir kreatif oleh mahasiswa dapat dilihat pada tabel 1.
Keterangan tabel tersebut meliputi KBKr 1: Membangkitkan keingintahuan dan hasrat ingin tahu; KBKr 2: Membangun
78 Prosiding Seminar Nasional Kimia dan Pembelajarannya (SNKP) 2014
pengetahuan yang telah ada; KBKr 3: Memandang informasi dari sudut pandang yang berbeda; KBKr 4: meramal dari informasi yang terbatas. Berdasarkan uji statistika ternyata bahwa KBKr 1, KBKr 2, KBKr 4 berbeda secara signifikan dengan taraf signifikansi lebih kecil dari 0.05; sedangkan KBKr 3 tidak berbeda signifikan dengan taraf signifikansi 0,444.
Tabel 1. Persentase Perolehan Skor Postes dan Pretes Masing-Masing Indikator Keterampilan Berpikir Kitis Kelas Eksperimen dan Kontrol
NO KBK Kelas Kontrol Kelas Eksperimen
Pretest Post test %N-Gain Pretes Post tes %N-Gain
1 KBKr 1 50 70 37 49 89 31
2 KBKr 2 60 72 16 75 92 29
3 KBKr 3 64 80 32 87 97 23
4 KBKr 4 39 47 5 44 62 29
d. Tanggapan mahasiswa terhadap model pembelajaran ‘Laju Reaksi’
Terhadap model pembelajaran ‘laju reaksi’ mahasiswa berpendapat bahwa model pembelajaran tersebut menuntut berpikir (87 %), mahasiswa hanya kadang-kadang sulit memahami konsep-konsep kimia (85 %), mahasiswa jarang menggunakan sofware dalam pembelajaran kimia (62 %). Sebagian besar mahasiswa menyukai belajar menggunakan sofware (85 %), dan belajar menggunakan ICT dapat mempermudah perkuliahan (54 %), selama perkuliahan menggunakan model ‘laju reaksi’ mahasiswa termotivasi belajar (93 %).
Bagian animasi dari model pembelajaran ‘laju reaksi’ yang paling menarik (100 %), model perkuliahan ‘laju reaksi’
perlu dikembangkan untuk perkuliahan lain (90 %). Perkuliahan dengan multimedia interaktif menarik (97 %), perkuliahan yang dilakukan melalui demonstrasi, praktikum, diskusi menarik (79 %).
2. Hasil Implementasi Model Pembelajaran ’elektrolisis’
Hasil implementasi pembelajaran ‘elektrolisis’ menunjukkan peningkatan penguasaan konsep elektrolisis mahasiswa, peningkatan penguasaan keterampilan generik sains, dan peningkatan berpikir kritis.
a. Penguasaan Konsep ‘elektrolisis’
Hasil penguasaan konsep elektrolisis dapat dilihat pada gambar 3.
Gambar 3.
Persentase Pencapaian Skor Rata-Rata Pretes, Postes dan N-gain pada topik
‘Elektrolisis’
b. Penguasaan keterampilan generik sains melalui model pembelajaran ‘elektrolisis’
Secara umum penguasaan keterampilan generik sains mahasiswa kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak berbeda secara signifikan, dengan taraf signifikansi 0,466. Namun demikian pencapaian tiap-tiap indikator KGS pada kelas eksperimen secara umum lebih rendah dari pada kelas kontrol, kecuali KGS 3 (bahasa simbolik) dan KGS 4 (hukum sebab-
Liliasari , dkk.
Prosiding Seminar Nasional Kimia dan Pembelajarannya (SNKP) 2014 79
akibat). Hal ini menunjukkan keunggulan pembelajaran ‘elektrolisis’ melalui software lebih unggul hanya pada kedua aspek tersebut pada pencapaian KGS mahasiswa calon guru kimia. Hal ini dapat dilihat pada gambar 4.
Gambar 4. Pencapaian indikator KGS mahasiswa pada kelas kontrol dan eksperimen
Keterangan: KGS 1:pengamatan langsung, KGS 2: pengamatan tak langsung, KGS 3: bahasa simbolik, KGS 4:hukum sebab-akibat, KGS 5: inferensi logika, KGS 6: kerangka logika taat asas, KGS 7: membangun konsep, KGS 8: pemodelan matematika
c. Penguasaan keterampilan berpikir kritis melalui model pembelajaran ‘elektrolisis’
Penguasaan keterampilan berpikir kritis (KBK) yang dicapai mahasiswa dapat dilihat pada tabel 2. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa kemampuan penguasaan berpikir kritis mahasiswa pada kelas kontrol dan kelas eksperimen tidak berbeda secara signifikan.
Tabel 2. Persentase Perolehan Skor Pretes, Postes, dan N-gain Indikator KBK Kelas Eksperimen dan Kontrol
NO KBK Kelas Kontrol Kelas Eksperimen
Pretest Post test %N-Gain Pretes Post tes %N-Gain
1 KBK 1 61 83 34 55 80 39
2 KBK 2 60 84 30 41 74 34
3 KBK 3 25 53 34 27 57 38
4 KBK 4 19 51 33 21 48 33
d. Tanggapan mahasiswa terhadap model pembelajaran ‘elektrolisis’
Berdasarkan jawaban mahasiswa terhadap angket ternyata model pembelajaran elektrolisis mempunyai banyak manfaat (48 %), dapat meningkatkan berpikir kritis (42 %), memerlukan media (61 %), mahasiswa termotivasi untuk menjawab pertanyaan/soal dalam media dan mendorong untuk merumuskan konsep dengan benar ( 31 %)
3. Pembahasan
Hasil implementasi pembelajaran ‘laju reaksi‘ pada perkuliahan Kimia Dasar menunjukkan bahwa kelompok eksperimen lebih baik dari kelompok kontrol, baik dari segi peningkatan pemahaman konsep, keterampilan generik sains, maupun keterampilan berpikir kreatif mahasiswa. Hal ini menunjukkan bahwa kelompok kontrol yang menggunakan metode ceramah dan tanya jawab ternyata dapat ditingkatkan apabila menggunakan multimedia interaktif yang
80 Prosiding Seminar Nasional Kimia dan Pembelajarannya (SNKP) 2014
meningkatkan berpikir kreatif mahasiswa. Hal ini juga menunjukkan bahwa keterampilan generik sains mahasiswa kelas eksperimen juga dapat ditingkatkan lebih tinggi dari pada dengan cara pembelajaran di kelas kontrol. Hal ini menunjukkan kesejalanan dengan [5] dan [6] yang menyatakan bahwa pembelajaran melalui multimedia interaktif dapat meningkatkan keseriusan belajar mahasiswa.
Untuk itu keterampilan generik sains sebagai keterampilan berpikir kimia dan keterampilan berpikir kreatif mahasiswa juga dapat ditingkatkan melalui pembelajaran yang sama, sesuai dengan penelitian lain [7] yang telah menunjukkan bukti yang serupa menggunakan sofware yang sama.
Sebaliknya implementasi pembelajaran ‘elektrolisis’ ternyata memperoleh hasil yang sama baik untuk kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol yang menggunakan model inkuiri terbimbing. Hal ini menunjukkan bahwa untuk meningkatkan pemahaman konsep elektrolisis, keterampilan generik sains [1], dan keterampilan berpikir kritis [8] dapat berlangsung sama baik melalui model pembelajaran yang menggunakan multimedia interaktif maupun model inkuiri terbimbing.
Berdasarkan tanggapan mahasiswa ternyata mereka sangat menyambut baik pembelajaran yang berbasis ICT, karena bermanfaat untuk membimbing pemahaman konsep kimia, dengan langkah-langkah yang sudah direncanakan. Dengan demikian mahasiswa juga mempunyai kesempatan untuk meningkatkan keterampilan generik sains, keterampilan berpikir tingkat tinggi (berpikir kreatif dan berpikir kritis.
KESIMPULAN
Sebagai kesimpulan penelitian dapat dinyatakan bahwa penguasaan konsep kimia mahasiswa calon guru pada topik
‘laju reaksi’ lebih baik dari pada pembelajaran ‘elektrolisis’. Demikian pula penguasaan keterampilan generik sains mahasiswa, namun penguasaan keterampilan generik sains ‘hubungan sebab-akibat’, ‘pemodelan matematik’dan
‘membangun konsep’ lebih baik.
Penguasaan keterampilan berpikir kreatif mahasiswa calon guru kimia pada topik ‘laju reaksi’ lebih baik dari pada penguasaan berpikir kritis yang dipelajari melalui topik ‘elektrolisis’.
Tanggapan mahasiswa calon guru kimia terhadap pembelajaran ‘laju reaksi’ dan ‘elektrolisis’ yang berbasis ICT secara a-synchronous sangat baik, karena belajar menggunakan multimedia interaktif yang dapat mengarahkan pencapaian tujuan-tujuan pendidikan secara lebih terencana. Namun alangkah lebih baik bila dapat dilakukan diskusi langsung melalui LMS dalam pembelajaran ICT syncronous.
DAFTAR PUSTAKA
1. Brotosiswoyo, B.S.(2000). Hakikat Pembelajaran Fisika di Perguruan Tinggi ,Jakarta: ProyekPengembangan Universitas Terbuka, Direktorat Jendral Perguruan Tinggi , Depdiknas.
2. Liliasari (1998). Pengembangan model pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis mahasiswa calon guru IPA (Kimia, Fisika, Biologi), Laporan Penelitian Hibah Bersaing, Jakarta:Direktorat Jendral Perguruan Tinggi, Depdiknas.
3. Iriany (2009) Model pembelajaran inkuiri laboratorium berbasis teknologi informasi pada konsep laju reaksi untuk meningkatkan keterampilan generik sains dan berpikir kreatif siswa SMU, Tesis, SPs UPI, Bandung
4. Nursaadah, E.(2011). Pembelajaran elektrolisis berbantuan multimedia untuk meningkatkan pemahaman representasi submikroskopik, keterampilan generik sains dan keterampilan berpikir kritis mahasiswa calon guru, Tesis, SPs UPI, Bandung
5. Heinich (1996). Instructionnal Media and Technology for Learning, Prentice Hall Inc., New Jersey
6. Roblyer,M.D. and Doering, A.H.(2010). Integrating Educational Technology into Teaching, Allyn & Bacon, Boston 7. Liliasari,dkk.(2009) .Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi untuk Mengembangkan Ketrampilan Generik Sains
dan Berpikir Tingkat Tinggi Peserta Didik, Laporan Penelitian Hibah Tim Pascasarjana, Depdiknas, Jakarta 8. Ennis dalam Costa (2005).Developing Minds: A Resource Book for Teaching Thinking, ASCD, Alexandria, Virginia.
Ntik Janti Antiasih Kusumarati
Prosiding Seminar Nasional Kimia dan Pembelajarannya (SNKP) 2014 81